Materi Komunikasi Anak
Materi Komunikasi Anak
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1. Siswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.
2. Siswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.
3. Siswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.
4. Siswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.
5. Siswa dapat mengetahui karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan
terapeutik pada anak.
6. Siswa dapat mengetahui dan menghindari teknik yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi
terapeutik pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya, sedangkan
cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak, antara
lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)
1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian
antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata saat
kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan.
2.5 Karakteristik Helper yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik pada Anak
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper
(perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling
percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai
respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu
halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau
sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat
untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga
berpura-pura patuh terhadap perawat.
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal
perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan
menimbulkan kebingungan bagi klien.
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi nonverbal
sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana
tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian
dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan
yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan
klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam
mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat
akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati perawat dapat
memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan
permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya
mencari penyelesaian masalah secara objektif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis dan
Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang
dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus
memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan
perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan
menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan
pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga
memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal
(Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau
diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi
maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat
ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
2.6. Teknik Yang Kurang Tepat Dilakukan Dalam Komunikasi Terapeutik Pada Anak
Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti :
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien
(anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan anak.
2. Tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah membantu
klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan
dirinya sendiri.
3. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, diantaranya seperti berpegang pada
etika, komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai,
perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien, perawat harus menyadari
pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
4. Cara komunikasi terapeutik yang perawat lakukan saat menghadapi pasien anak seperti posisi
badan, jarak interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara, sentuhan, dan pengalihan aktivitas
dapat membuat pasien anak merasa nyaman dan aman akan keberadaan perawat.
5. Terdapat teknik komunikasi terapeutik secara verbal yaitu teknik orang ketiga , teknik bercerita,
teknik Biblotherapy, tiga permintaan, rating game, dan Neuro Linguistic Programming.
Sedangkan untuk teknik komunikasi terapeutik secara nonverbal seperti teknik menulis, teknik
menggambar, teknik bermain.
6. Beberapa karakteristik seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan
yang terapeutik, diantaranya seperti kejujuran, tidak membingungkan dan cukup ekspresif,
bersikap positif, empati bukan simpati, mampu melihat permasalahan dari kacamata klien.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi teraprutik pada
anak dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.