2 Bab I. Pendahuluan
2 Bab I. Pendahuluan
PENDAHULUAN
kuliner Indonesia, bukan saja karena jajanan tradisional mempunyai rasa yang khas
atau unik, warna dan penampilannya, melainkan juga karena jajanan tradisional
sangat erat dengan unsur simbolisme atau perlambangan. Salah satu contoh jajan
tradisional seperti lemper, onde – onde, nagasari, semprong, jaje bantal dan lain –
lain. Jaja bantal merupakan salah satu makanan tradisional yang umumnya terbuat
dari ketan dan sering digunakan untuk acara keagaaman umat Hindu di Bali
(Anon.,2014).
bantal di daerah lain atau di pasaran. Hasil wawancara dengan beberapa pedagang
jajanan traditional disekitar Toya Pakeh Nusa Penida yaitu Made Sindri dan Wayan
Suadi, jaja bantal yang biasa dijual di Nusa Penida menggunakan bahan baku
utama berupa sorgum manis atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sekitar adalah
gandum, jagung, dan barley, dan menjadi makanan utama lebih dari 750 juta orang
di daerah tropis setengah kering di Afrika, Asia, dan Amerika Latin (FSD 2003,
Reddy et al. 2007). Di Afrika, biji sorgum dikonsumsi dalam bentuk olahan roti,
bubur, minuman, berondong, dan kripik (Dicko et al. 2006a). Di Indonesia sorgum
merupakan tanaman sereal pangan ke tiga setelah padi dan jagung. Walaupun
potensi sorgum di Indonesia cukup besar dengan beragam varietas, baik lokal
1
mempunyai kandungan nutrisi dasar yang tidak kalah penting dibandingkan dengan
mengandung karbohidrat 73,0 %, lemak 3,3 %, protein 11,0 %, abu 1,6 %, serat
kasar 2,0 %, besi 4,4 mg, vit B1 0,38 mg (Depkes RI., 1992). Kelemahan sorgum
sebagai bahan pangan adalah adanya tanin dalam biji. Senyawa polifenol tersebut
memberi warna kurang baik pada produk akhir dengan rasa agak sepat. Selain itu,
dikenal sebagai antinutrisi karena menghambat proses daya cerna protein dan
karbohidrat dalam tubuh. Salah satu daerah yang banyak memiliki sorgum adalah
daerah Nusa Penida Kabupaten Klungkung, Bali. Hasil panen sorgum yang
jaja bantal sebagai jajanan tradisional khas daerah tersebut. Penggunaan sorgum
dalam jaja bantal menjadikannya pangan fungsional yang memberikan efek positif
bagi kesehatan manusia, dan penambahan kacang tunggak dalam jaja bantal dapat
adalah memiliki protein yang tinggi serta rendah lemak. Kacang tunggak
mengandung protein 22,9 gram, lemak 1,4 gram, karbohidrat 66,0 gram, air 11,0
gram, kalsium 77,0 mg, fosfor 449,0 mg, besi 6,5 mg, vitamin b 0,9 mg, vitamin c
2,0 mg, kapasitas antioksidan 59,677 mg/kg GAEAC, sedangkan kelemahan kacang
mg/gram), asam fitat (12.80±0.20 mg/gram), dan tanin (9.70±0.40 mg/gram), untuk
mengurangi zat antigizi tersebut dapat dilakukan proses perendaman kacang tunggak.
2
Pada proses pembuatan jaja bantal, dilakukan proses perendaman sorgum
terlebih dahulu. Upaya untuk mengurangi senyawa antinutrisi yang terdapat pada
senyawa tanin yang terdapat pada sorgum karena tanin dapat larut dalam air
(Sukamto., 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Narsih et al., (2008) melaporkan
bahwa perendaman sorgum dalam waktu tertentu dapat mengurangi kadar tanin
sebesar 30 % yang dapat mengurangi rasa sepat pada produk pangan yang
memperbaiki kandungan gizi produk pangan yang dihasilkan. Pada pembuatan jaja
bantal belum diketahui perendaman sorgum yang tepat untuk mengurangi senyawa
tanin selama proses pembuatan jaja bantal dan belum diketahui penambahan
kacang tunggak yang tepat untuk memperbaiki nilai gizi jaja bantal. Menurut
Wayan Suadi dan Made Sindri pedagang jajanan traditional dipasar Toya Pakeh,
penambahan kacang tunggak yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai lama perendaman sorgum manis dan penambahan kacang tunggak untuk
3
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Hipotesis.
jaja bantal.
jaja bantal.
terbaik.
4
1.5 Manfaat Penelitian.