KEBUTUHAN MANUSIA
TERHADAP AGAMA
Oleh :
1. Anita Cahaya Lestari( 2011060016 )
2. Melani Eka Safitri ( 2011060312 )
3. Mesya Desnasari Somad (2011060241)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT.Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukungserta
dibantu oleh berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
dalampenyusunannya.Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepadasemua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalahini.Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Metode Studi Islam yang berjudul Kebutuhan Manusia Terhadap
Agam sebagai Rahmatan Lil’Aalamiin.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
katasempurna.Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi
perbaikan makalah di masa mendatang.Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.Amiin.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk-makhluk
lain mampu mewujudkan segala keinginan dan kebutuhannya dengan kekuatan
akal yang dimilikinya. Di samping itu manusia juga mempunyai kecenderungan
untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam
benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan
kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionalitas.
Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya
keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak
diketahuinya.
Kepercayaan manusia akan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat yang tergantung pada hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
dimaksud. Ketakutan manusia apabila hubungan baik manusia dengan kekuatan
gaib tersebut hilang, maka hilang pulalah kesejahteraan dan kebahagiaan yang
dicari.
Kemudian menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu
menjadi pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam diri manusia.
Manusia merasa berhak untuk mengetahui dari mana dirinya berasal, untuk apa
dia berada di dunia, apa yang mesti manusia lakukan demi kebahagiannya di
dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah agama. Karenanya, sangatlah logis apabila agama
selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulukala hingga kini, bahkan sampai
akhir nanti.[1] Lantas benarkah hanya rasa takut dan ingin tahu tersebut yang
menjadikan manusia membutuhkan agama dalam kehidupan mereka?. Dalam
makalah yang sederhana ini akan diulas bagaimana agama dapat menjadi
kebutuhan bagi manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
Beranjak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
makalah adalah:
1
1. Bagaimana kebutuhan umat manusia terhadap agama ?
2. Bagaimana rasa ingin tahu manusia terhadap agama ?
3. Apa latar belakang perlunya manusia terhadap agama?
4. Bagaimana pandangan para ahli terhadap agama?
C. TUJUAN
2
BAB II
ISI
A.Definisi Agama
Secara etimologis Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang tersusun dari kata
“a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang terpadu,
kata agama berarti “tidak pergi”, tetap di tempat, langgeng, abadi yang diwariskan
secara terus-menerus dari satu generasi kepada generasi yang lainnya.[2]
Pada umumnya, kata “agama” diartikan tidak kacau, yang secara analitis
diuraikan dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu “a” berarti “tidak” dan
“gama” berarti “kacau”. Maksudnya orang yang memeluk agama dan
mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami
kekacauan.[3]
Secara terminologi menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah
fenomena yang sulit didefinisikan. WC Smith mengatakan,"Tidak berlebihan
apabila dikatakan hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan
dapat diterima".Meski demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki definisi,
tentang fenomena agama. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Emile Durkheim mengartikan agama sebagai suatu kesatuan sistem
kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sakral, kemudian kepercayaan
dan pengalaman tersebut menyatu ke dalam suatu komunitas moral.
2. Karl Mark berpendapat agama adalah keluh kesah dari makhluk yang tertekan
hati dari dunia yang tidak berhati, jiwa dari keadaan yang tidak berjiwa, bahkan
menurut pendapatnya pula agama dijadikan sebagai candu bagi masyarakat.
3. Spencer mengatakan agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang Maha
mutlak.
4. Dewey menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita-cita umum
dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya,
agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
5. Sebagian pemikir mengatakan apa saja yang memiliki tiga ciri khas yang
dapat disebut sebagai agama:
a. Keyakinan di balik alam materi ini ada alam yang lain,
b. Penciptaan alam memiliki tujuan,
3
c. Alam memiliki konsep etika.
Pada semua definesi tersebut, terdapat satuhal yang menjadi kesepakatan dari
semua para cendekiawan besar dunia, yaitu kepercayaan akan adanya sesuatu
yang agung di luar alam. Namun, lepas dari semua definisi yang ada di atas
maupun definisi lain yang dikemukakan oleh para pemikir dunia lainnya, kita
meyakini agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu
kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan
akhirat. Dari sini, manusia dapat menyatakan agama memiliki tiga bagian yang
tidak terpisah, yaitu akidah (kepercayaanhati), syari'at (perintah-perintah dan
larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia
untuk dekat kepada-Nya). Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri asas
terpenting dari agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang harus disembah.
4
pakar lain. Seperti yang dikatakan oleh Quraish Shihab bahwa terdapat hal lain
yang membuat manusia merasa harus beragama.[5] Freud ahli jiwa berpendapat
benih agama dari kompleks oedipus. Mula-mula seorang anak merasakan
dorongan seksual terhadap ibunya kemudian membunuh ayahnya sendiri. Namun
pembunuhan ini menghasilkan penyesalan diri dalam jiwa sang anak sehingga
lahirlah penyembahan terhadap ruh sang ayah. Di sinilah bermula rasa agama
dalam jiwa manusia.
Agama muncul dari rasa penyesalan seseorang. Namun bukan berarti benih
agama kemudian menjadi satu-satunya alasan bahwa manusia membutuhkan
agama. Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena
masalah prinsip dasar kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia
terhadap agama sebagai kebutuhan.
Terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama.
Yaitu:[6]
5
adanya Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari dirinya tidak terlepas
dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar
mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan
sesamanya, dengan kehidupannya, dan lingkungannya.
c) Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia
dengan tiga bagian. Yaitu:
1) Aspek Das es yaitu aspek biologis, merupakan sistem yang orisinal dalam
kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang
subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
2) Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme
untuk hubungan baik dengan dunia nyata.
3) Aspek das uber ich, aspek sosiologis yang mewakili nilai-nilai tradisional
serta cita-cita masyarakat.
6
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak
ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui,
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena
manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik
7
yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa
dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.
Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang
dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari
Tuhan.
Sebagaimana firman Allah Swt Dalam surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi:
8
ini, kedua adalah kehidupan yang terjadi pada alam yang lain dari bumi yang
rendah ini, yaitu alam kesucian dan kebersihan pada kerajaan tertinggi,
sebagaimana diberitakan oleh Allah memalui kitab-kitab-Nya yang diturunkan
kepada nabi-nabi-Nya yang diutus.
Agama menjadi sangat penting bagi manusia, dengan aturannya yang khusus
dia makan dan minum, mengatasi panas dan dingin, dia wajib bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, maka dengan sunnah-sunnah yang telah
ditetapkan oleh Tuhannya, dia mengusahakan makanan dan minuman, pakaian,
dan obat-obatan serta tempat tinggal dan kendaraannya. Kondisi seperti ini
menuntut saling menolong dari setiap individu manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan mempertahankan keberlangsungan sampai ajalnya tiba.
Manusia dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan kebutuhannya
kapada Tuhan agar menolongnya, menjaga, memeliharanya, dan memberinya
taufik. Karena itu dia berusaha mengenal Tuhannya dengan amalan-amalan yang
wajib, yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya dan menunaikan macam-
macam ketaatan dan ibadah.
Manusia dengan kemampuan, pikiran, perasaan dan inderanya, selalu berusaha
untuk mencapai derajat tertinggi. Sehingga manusia tidak ingin berhenti pada satu
batas tertentu. Maka dalam tiga keadaan yang kita sebutkan, manusia
membutuhkan syariat agama dari Tuhan, yang sesuai dengan fitrahnya dan
mengatur hubungannya dengan sesamanya, karena manusia akan selalu butuh
untuk saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjaga
keberadaannya di alam ini, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal,
dan kendaraan.
Berdasarkan paparan di atas, maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan
yang benar lebih besar daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk
menjaga hidupnya seperti air, makanan dan udara.[10]
Dan tidak terdapat yang mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini
kecuali pembangkang yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan tidak
perlu didengar alasan-alasannya.[11]
Apabila manusia yang berakal dan mendapat petunjuk dalam mencari satu
agama Tuhan yang benar dan murni, maka manusia pasti mendapatkannya dalam
9
Islam, agama semua manusia, yang terkandung dalam kitab-Nya, Al-Qur’an yang
mulia, yang tidak berkurang satu huruf pun darinya sejak diturunkannya dan tidak
pula terdapat tambahan satu huruf pun padanya. Dan tidak diganti satu kata pun
dari tempatnya dalam Al-Qur’an. Dan tidak ada ungkapan yang keluar dari apa
yang ditunjukkannya, walaupun telah berlalu seribu empat ratus lebih.[12] Manusia
beragama karena mereka memerlukan sesuatu dari agama itu, yaitu memerlukan
petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaanya di dunia dan akhirat.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu
dapat menjadi lebih bermakna. Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan
yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi
kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Namun, secara naluri manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar
dirinya. Dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan
berbagai bencana. Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu
yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaannya. Naluriah
membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Terdapat tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama
yaitu, fitrah manusia, kelemahan dan kekurangan manusia, dan tantangan
manusia. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kebutuhan manusia akan
agama Tuhan yang benar lebih besar daripada kebutuhannya akan unsur-unsur
pertama untuk menjaga hidupnya seperti air, makanan dan udara. Dan tidak ada
yang mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini kecuali pembangkang
yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan tidak perlu didengar alasan-
alasannya. Manusia beragama karena memerlukan sesuatu dari agama yaitu
memerlukan petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat didalamnya, baik dari segi penulisan, susunan kata, bahan referensi, dan
lainnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dari pihak pembaca
sebagai pengetahuan untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Demikianlah makalah yang sederhana ini kami susun semoga dapat bermanfaat
bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya kami
merasa kerendahan hati sebagai manusia yang mempunyai banyak sekali
kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran–bahkan yang tidak membangun
11
sekalipun- kami tunggu demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga niat
baik kita diridhai oleh Allah SWT. Aamiin.
12
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Dr. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), Hlm. 12
[2]
H. Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia), Hlm. 19
[3]
A. Hafidh Al-Kaf, dalam makalah “Manusia dan Agama” hlm. 3
[4]
Drs. M. Yatimin, M.A, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), Hlm.
37
[5]
Quraisy syihab, Membumikan Alquran Fungsi dan peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Hlm. 210
[6]
Drs. Yatimin, ibid, Hlm. 39-42.
[7]
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), cet. X, hlm. 16.
[8]
Ibid, hlm. 23.
[9]
http://dinulislami.blogspot.com/kebutuhan-manusia-terhadap-agama.26-10-14
[10]
http://googlepenelusuran.blogspot.com/2011/10/manusia-kebutuhan-dan-
doktrin-agama.html-06-11-2014
[11]
Abu Bakar A-l Jazairi, op.cit Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aqidah
Mukmin, (Madinah: Maktabah Al-Ulum wal Hikam, 1995), cet. I, hlm., hlm. 24-
25.
[12]
A. Ubaidillah, Pendidikan kewargaan Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), cet.1. hlm. 122
13