Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBUTUHAN MANUSIA
TERHADAP AGAMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Metode Studi Islam

Dosen Pengampu : Eko Syaiful Huda M,Pd.I

Oleh :
1. Anita Cahaya Lestari( 2011060016 )
2. Melani Eka Safitri ( 2011060312 )
3. Mesya Desnasari Somad (2011060241)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT.Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukungserta
dibantu oleh berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
dalampenyusunannya.Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepadasemua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalahini.Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Metode Studi Islam yang berjudul Kebutuhan Manusia Terhadap
Agam sebagai Rahmatan Lil’Aalamiin.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
katasempurna.Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi
perbaikan makalah di masa mendatang.Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.Amiin.

Kotabumi, Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II ISI .............................................................................................. 3


A. DefinisiAgama ............................................................................ 3
B. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama..................………….......4
C. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama.................. 6
D. Urgensi Agama Bagi Manusia .................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................... 11


A. Kesimpulan ................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk-makhluk
lain mampu mewujudkan segala keinginan dan kebutuhannya dengan kekuatan
akal yang dimilikinya. Di samping itu manusia juga mempunyai kecenderungan
untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam
benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan
kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionalitas.
Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya
keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak
diketahuinya.
Kepercayaan manusia akan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat yang tergantung pada hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
dimaksud. Ketakutan manusia apabila hubungan baik manusia dengan kekuatan
gaib tersebut hilang, maka hilang pulalah kesejahteraan dan kebahagiaan yang
dicari.
Kemudian menurut sebagian para ahli rasa ingin tahu dan rasa takut itu
menjadi pendorong utama tumbuh suburnya rasa keagamaan dalam diri manusia.
Manusia merasa berhak untuk mengetahui dari mana dirinya berasal, untuk apa
dia berada di dunia, apa yang mesti manusia lakukan demi kebahagiannya di
dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah agama. Karenanya, sangatlah logis apabila agama
selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulukala hingga kini, bahkan sampai
akhir nanti.[1] Lantas benarkah hanya rasa takut dan ingin tahu tersebut yang
menjadikan manusia membutuhkan agama dalam kehidupan mereka?. Dalam
makalah yang sederhana ini akan diulas bagaimana agama dapat menjadi
kebutuhan bagi manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
Beranjak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
makalah adalah:

1
1. Bagaimana kebutuhan umat manusia terhadap agama ?
2. Bagaimana rasa ingin tahu manusia terhadap agama ?
3. Apa latar belakang perlunya manusia terhadap agama?
4. Bagaimana pandangan para ahli terhadap agama?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan pembahasan makalah adalah:


1. Untuk mengetahui kebutuhan umat manusia terhadap agama
2. Untuk mengetahui rasa ingin tahu manusia terhadap agama yang
diyakininya
3. Untuk mengetahui latar belakang perlunya manusia terhadap agama
4. Untuk mengetahui Pandangan para ahli terhadap agama

2
BAB II
ISI

A.Definisi Agama
Secara etimologis Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang tersusun dari kata
“a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang terpadu,
kata agama berarti “tidak pergi”, tetap di tempat, langgeng, abadi yang diwariskan
secara terus-menerus dari satu generasi kepada generasi yang lainnya.[2]
Pada umumnya, kata “agama” diartikan tidak kacau, yang secara analitis
diuraikan dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu “a” berarti “tidak” dan
“gama” berarti “kacau”. Maksudnya orang yang memeluk agama dan
mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami
kekacauan.[3]
Secara terminologi menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah
fenomena yang sulit didefinisikan. WC Smith mengatakan,"Tidak berlebihan
apabila dikatakan hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan
dapat diterima".Meski demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki definisi,
tentang fenomena agama. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Emile Durkheim mengartikan agama sebagai suatu kesatuan sistem
kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sakral, kemudian kepercayaan
dan pengalaman tersebut menyatu ke dalam suatu komunitas moral.
2. Karl Mark berpendapat agama adalah keluh kesah dari makhluk yang tertekan
hati dari dunia yang tidak berhati, jiwa dari keadaan yang tidak berjiwa, bahkan
menurut pendapatnya pula agama dijadikan sebagai candu bagi masyarakat.
3. Spencer mengatakan agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang Maha
mutlak.
4. Dewey menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita-cita umum
dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya,
agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
5. Sebagian pemikir mengatakan apa saja yang memiliki tiga ciri khas yang
dapat disebut sebagai agama:
a. Keyakinan di balik alam materi ini ada alam yang lain,
b. Penciptaan alam memiliki tujuan,

3
c. Alam memiliki konsep etika.
Pada semua definesi tersebut, terdapat satuhal yang menjadi kesepakatan dari
semua para cendekiawan besar dunia, yaitu kepercayaan akan adanya sesuatu
yang agung di luar alam. Namun, lepas dari semua definisi yang ada di atas
maupun definisi lain yang dikemukakan oleh para pemikir dunia lainnya, kita
meyakini agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu
kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan
akhirat. Dari sini, manusia dapat menyatakan agama memiliki tiga bagian yang
tidak terpisah, yaitu akidah (kepercayaanhati), syari'at (perintah-perintah dan
larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia
untuk dekat kepada-Nya). Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri asas
terpenting dari agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang harus disembah.

B. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama


Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan di luar dirinya.
Dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai
bencana. Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba
maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan tersebut. Naluriah membuktikan
manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.[4]
Beberapa ahli pakar ada yang berpendapat bahwa benih agama adalah rasa takut
yang kemudian melahirkan pemberian sesajen kepada yang diyakini yang
memiliki kekuatan menakutkan. Seperti yang ditulis oleh Yatimin bahwa pada
masa primitif, kekuatan itu menimbulkan kepercayaan animisme dan dinamisme.
Ia memerinci bentuk penghormatan itu berupa:
1. Sesajian pada pohon-pohon besar, batu, gunung, sungai-sungai, laut, dan
benda alam lainnya.
2. Pantangan (hal yang tabu), yaitu perbuatan-perbuatan ucapan-ucapan yang
dianggap dapat mengundang murka (kemarahan) kepada kekuatan itu.
3. Menjaga dan menghormati kemurkaan yang ditimbulkan akibat ulah manusia,
misalnya upacara persembahan, ruatan, dan mengorbankan sesuatu yang dianggap
berharga.
Rasa takut memang salah satu pendorong utama tumbuh suburnya rasa
keberagaman. Tetapi itu merupakan benih - benih yang ditolak oleh sebagian

4
pakar lain. Seperti yang dikatakan oleh Quraish Shihab bahwa terdapat hal lain
yang membuat manusia merasa harus beragama.[5] Freud ahli jiwa berpendapat
benih agama dari kompleks oedipus. Mula-mula seorang anak merasakan
dorongan seksual terhadap ibunya kemudian membunuh ayahnya sendiri. Namun
pembunuhan ini menghasilkan penyesalan diri dalam jiwa sang anak sehingga
lahirlah penyembahan terhadap ruh sang ayah. Di sinilah bermula rasa agama
dalam jiwa manusia.
Agama muncul dari rasa penyesalan seseorang. Namun bukan berarti benih
agama kemudian menjadi satu-satunya alasan bahwa manusia membutuhkan
agama. Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena
masalah prinsip dasar kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia
terhadap agama sebagai kebutuhan.
Terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama.
Yaitu:[6]

a) Faktor Kondisi Manusia


Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan
unsur rohani. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut
harus mendapat perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan
pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan-
minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas
jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat
psikis (mental) rohaniah. Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi
pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
b) Faktor Status Manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna. Apabila dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia
lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran,
kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia
memiliki aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah satu-satunya yang
mempunyai akal dan manusia pulalah yang mempunyai kata hati. Sehingga
dengan kelengkapan itu Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling
atas dalam garis horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya manusia mengakui

5
adanya Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari dirinya tidak terlepas
dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar
mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan
sesamanya, dengan kehidupannya, dan lingkungannya.
c) Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia
dengan tiga bagian. Yaitu:
1) Aspek Das es yaitu aspek biologis, merupakan sistem yang orisinal dalam
kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang
subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
2) Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme
untuk hubungan baik dengan dunia nyata.
3) Aspek das uber ich, aspek sosiologis yang mewakili nilai-nilai tradisional
serta cita-cita masyarakat.

C. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama


Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya
manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut secara singkat dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali
dijelaskan dalam ajaran Islam, yakni agama adalah kebutuhan fitrah manusia.
Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru di masa akhir-akhir
ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah
keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya
manusia pada agama.[7] Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang
menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang sejalan dengan
fitrahnya itu.
Firman Allah Swt dalam QS.Ar-Rum:30

6
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak
ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui,

2.Kelemahan dan Kekurangan Manusia


Faktor lainnya yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah
karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki
kekurangan.[8] Dengan kekurangan dan kelemahan yang terdapat di dalam dirinya
sehingga manusia dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan kebutuhan
kepada Tuhan agar menolongnya, menjaga dan memeliharanya dan memberinya
taufik.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia telah diciptakan-
Nya dengan batas-batas tertentu dan dalam keadaan lemah. Firman ALLAH SWT,
dalam QS.Al-Qomar:49,

Artinya: “Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran


batas tertentu”.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dirinya dan keluar dari kegagalan-
kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan jalan wahyu akan agama.[9]

3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena
manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik

7
yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa
dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.
Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang
dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari
Tuhan.
Sebagaimana firman Allah Swt Dalam surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi:

Artinya:”Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka


untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke
dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan”.
Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yanag didalamnya
mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Orang-orang kafir dengan
sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang
mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obat terlarang
dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu, upaya mengatasi dan
membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan
agama. Godaan dan tantangan hidup yang demikian saat ini semakin meningkat,
sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.

D. Urgensi Agama bagi Manusia


Manusia sejak di atas bumi ini dengan diturunkannya Adam, bapak manusia
yang petama, dan Hawa, Ibu manusia, dari surga negeri keselamatan, dia sangat
membutuhkan hukum-hukum yang pasti yang bisa menyeimbangkan
keimanannya, mengatur perilakunya, membatasi kecenderungannya dan
mengantarkan kepada kesempurnaan yang diciptakan dan disediakan untuknya
pada kedua kehidupannya. Pertama kehidupan yang dilalui manusia di atas bumi

8
ini, kedua adalah kehidupan yang terjadi pada alam yang lain dari bumi yang
rendah ini, yaitu alam kesucian dan kebersihan pada kerajaan tertinggi,
sebagaimana diberitakan oleh Allah memalui kitab-kitab-Nya yang diturunkan
kepada nabi-nabi-Nya yang diutus.
Agama menjadi sangat penting bagi manusia, dengan aturannya yang khusus
dia makan dan minum, mengatasi panas dan dingin, dia wajib bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, maka dengan sunnah-sunnah yang telah
ditetapkan oleh Tuhannya, dia mengusahakan makanan dan minuman, pakaian,
dan obat-obatan serta tempat tinggal dan kendaraannya. Kondisi seperti ini
menuntut saling menolong dari setiap individu manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan mempertahankan keberlangsungan sampai ajalnya tiba.
Manusia dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan kebutuhannya
kapada Tuhan agar menolongnya, menjaga, memeliharanya, dan memberinya
taufik. Karena itu dia berusaha mengenal Tuhannya dengan amalan-amalan yang
wajib, yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya dan menunaikan macam-
macam ketaatan dan ibadah.
Manusia dengan kemampuan, pikiran, perasaan dan inderanya, selalu berusaha
untuk mencapai derajat tertinggi. Sehingga manusia tidak ingin berhenti pada satu
batas tertentu. Maka dalam tiga keadaan yang kita sebutkan, manusia
membutuhkan syariat agama dari Tuhan, yang sesuai dengan fitrahnya dan
mengatur hubungannya dengan sesamanya, karena manusia akan selalu butuh
untuk saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjaga
keberadaannya di alam ini, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal,
dan kendaraan.
Berdasarkan paparan di atas, maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan
yang benar lebih besar daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk
menjaga hidupnya seperti air, makanan dan udara.[10]
Dan tidak terdapat yang mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini
kecuali pembangkang yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan tidak
perlu didengar alasan-alasannya.[11]
Apabila manusia yang berakal dan mendapat petunjuk dalam mencari satu
agama Tuhan yang benar dan murni, maka manusia pasti mendapatkannya dalam

9
Islam, agama semua manusia, yang terkandung dalam kitab-Nya, Al-Qur’an yang
mulia, yang tidak berkurang satu huruf pun darinya sejak diturunkannya dan tidak
pula terdapat tambahan satu huruf pun padanya. Dan tidak diganti satu kata pun
dari tempatnya dalam Al-Qur’an. Dan tidak ada ungkapan yang keluar dari apa
yang ditunjukkannya, walaupun telah berlalu seribu empat ratus lebih.[12] Manusia
beragama karena mereka memerlukan sesuatu dari agama itu, yaitu memerlukan
petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaanya di dunia dan akhirat.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu
dapat menjadi lebih bermakna. Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan
yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi
kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Namun, secara naluri manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar
dirinya. Dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan
berbagai bencana. Manusia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu
yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaannya. Naluriah
membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Terdapat tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama
yaitu, fitrah manusia, kelemahan dan kekurangan manusia, dan tantangan
manusia. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kebutuhan manusia akan
agama Tuhan yang benar lebih besar daripada kebutuhannya akan unsur-unsur
pertama untuk menjaga hidupnya seperti air, makanan dan udara. Dan tidak ada
yang mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini kecuali pembangkang
yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan tidak perlu didengar alasan-
alasannya. Manusia beragama karena memerlukan sesuatu dari agama yaitu
memerlukan petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat didalamnya, baik dari segi penulisan, susunan kata, bahan referensi, dan
lainnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dari pihak pembaca
sebagai pengetahuan untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Demikianlah makalah yang sederhana ini kami susun semoga dapat bermanfaat
bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya kami
merasa kerendahan hati sebagai manusia yang mempunyai banyak sekali
kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran–bahkan yang tidak membangun

11
sekalipun- kami tunggu demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga niat
baik kita diridhai oleh Allah SWT. Aamiin.

12
DAFTAR PUSTAKA

[1]
Dr. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), Hlm. 12
[2]
H. Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia), Hlm. 19
[3]
A. Hafidh Al-Kaf, dalam makalah “Manusia dan Agama” hlm. 3
[4]
Drs. M. Yatimin, M.A, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), Hlm.
37
[5]
Quraisy syihab, Membumikan Alquran Fungsi dan peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), Hlm. 210
[6]
Drs. Yatimin, ibid, Hlm. 39-42.
[7]
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), cet. X, hlm. 16.
[8]
Ibid, hlm. 23.
[9]
http://dinulislami.blogspot.com/kebutuhan-manusia-terhadap-agama.26-10-14

[10]
http://googlepenelusuran.blogspot.com/2011/10/manusia-kebutuhan-dan-
doktrin-agama.html-06-11-2014
[11]
Abu Bakar A-l Jazairi, op.cit Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aqidah
Mukmin, (Madinah: Maktabah Al-Ulum wal Hikam, 1995), cet. I, hlm., hlm. 24-
25.
[12]
A. Ubaidillah, Pendidikan kewargaan Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), cet.1. hlm. 122

13

Anda mungkin juga menyukai