Anda di halaman 1dari 5

BAB VI

PENGOLAHAN LIMBAH

Limbah merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah
industri pada umumnya tidak memiliki nilai jual / bernilai jual rendah sehingga dibuang ke
lingkungan. Sebelum dibuang, limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu agar tidak
mengandung komponen berbahaya yang dapat mencemari lingkungan.
Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas dan kuantitas
limbah adalah derajat keasaman (pH), COD (Chemical Oxygen Demand), BOD
(Biological Oxygen Demand), dan SS (Suspended Solid). COD merupakan jumlah oksigen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi
kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi.BOD
adalahjumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)
zat organis yang terlarut dan sebagai zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.SS
merupakan banyaknya padatan tersuspensi dalam air yangmenyebabkan kekeruhan serta
tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Limbah yang dihasilkan dari pabrik pembuatan
DME ini adalah lombah padat, limbah cair, limbah gas, dan kebisingan (noise).

6.1 Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik ini berupa limbah padat non produksi
berupa tissue, kertas, dan lainnya yang berasal dari pemakaian sehari – hari. Limbah ini
dikirim ke tempat penampungan sementara sebelum diambil oleh truk sampah dari dinas
kebersihan kota untuk diolah lebih lanjut.

6.2 Limbah Cair


Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik pembuatan DME berupa limbah produksi
dan limbah non produksi. Limbah cair produksi berasal dari produk atas distilasi kedua
yang mengandung sebagian besar metanol, dan produk bawah distilasi ketiga yang
mengandung sebagian besar air. Limbah cair non produksi berasal dari air sanitasi, air
hujan, uji laboratorium dan lainnya.

VI-1
VI-2

Limbah cair yang dibuang harus memenuhi Standar Baku Mutu Air Limbah yang
ditetapkan pemerintah berdasarkan Kep-51/MENLH/10/95. Standar baku mutu air limbah
dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Standar Baku Mutu Air Limbah


pH 6-9
Max BOD 150 ppm
Max COD 300 ppm
Max SS 400 mg/L

Pengolahan limbah cair dilakukan dengan beberapa tahapan yakni ekualisasi, penambahan
PAC, NaOH, flocculant dan anti-foam agent, primary clarifier, aeration tank, secondary
clarifier, dan slugde tank.

6.2.1 Ekualisasi
Limbah cair pabrik dikumpulkan dalam bak ekualisasi dan dihomogenkan agar
memiliki kondisi yang sama. Tujuan homogenisasi ini adalah agar proses pengolahan
limbah dapat dilakukan pada satu kondisi dan juga menjaga kualitas air limbah konstan.
Spesifikasi bak ekualisasi yang digunakan disajikan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Spesifikasi Bak Ekualisasi


Jumlah 1
Waktu Tinggal 24 jam
Kapasitas 22,5 m3
Panjang 3m
Lebar 3m
Tinggi 2,5 m

6.2.2 Penambahan PAC, NaOH, flocculant dan anti-foam agent


Keluaran bak ekualisasi dialirkan ke dalam mixer yang disusun seri. Pada mixer 1
dilakukan penambahan PAC yang bertujuan mengikat partikel – partikel yang berukuran
kecil. Pada mixer 2 ditambahkan NAOH yang berfungsi untuk menetralkan limbah
sebelum dimasukkan ke unit aerasi. Pada mixer 3 dilakukan penambahan flocculant yang
berfungsi untuk memperbesar flok yang terbentuk dalam limbah cair dan anti-foam
agentyang digunakan untuk mencegah terbentuknya busa pada permukaan air
limbah.Penghilangan busa ini dilakukan agar tidak menghambat difusi oksigen ke dalam
VI-3

air pada saat proses aerasi(biological treatment). Spesifikasi mixer yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Spesifikasi Mixer


Jenis Open tank
Jumlah 3
Waktu Tinggal 1 jam
Kapasitas 0,9 m3
Diameter 1m
Tinggi 1,15 m

6.2.3 Primary clarifier


Pada primary clarifier terjadi proses pengendapan flok – flok yang terbentuk.
Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan gaya gravitasi sehingga flok – flok akan
mengendap di bagian bawah clarifier. Bagian bawah clarifier ini akan dibersihkan
menggunakan penggaruk setiap 6 jam. Sludge yang dihasilkan dialirkan ke unit sludge
treatment. Spesifikasi primary clarifier yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4 Spesifikasi Primary Clarifier


Jumlah 1
Waktu Tinggal 24 jam
Kapasitas 21,6 m3
Panjang 3m
Lebar 3,6 m
Tinggi 2m

6.2.4 Sludge Tank


Tangki ini berfungsi sebagai tempat penampungan lumpur (sludge) sementara
sebelum dibuang ke landfill. Spesifikasisludge tank yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 6.7.Skema pengolahan limbah cair dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Tabel 6.5 Spesifikasi Sludge Tank


Jumlah 1
Waktu Tinggal 24 jam
Kapasitas 3,5 m3
Diameter 1,5 m
Tinggi 2m
VI-4

6.2.5 Sand Filter


Tangki ini berfungsi sebagai tempat penyaringan untuk memastikan tidak ada lagi
suspernded solid dalam air limbah. Spesifikasi sand filter yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 6.7.Skema pengolahan limbah cair dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Tabel 6.6 Spesifikasi Sand Filter


Jumlah 1
Waktu Tinggal 1 jam
Kapasitas 0,88 m3
Diameter 1m
Tinggi 1,4 m

6.3 Limbah Gas


Limbah gas yang dihasilkan berasal dari waste heat boiler berupa gas buang (flue
gas) yang memiliki suhu tinggi (± 550oC) dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Gas buang ini
memiliki kandungan terbesar berupa gas CO2. Gas ini dapat langsung dibuang ke
lingkungan melalui cerobong (chimney). Cerobong pembuangan gas dibuat tinggi agar gas
yang dibuang tidak mengganggu udara di lokasi pabrik maupun lingkungan sekitar.

6.4 Kebisingan (noise)


Proses produksi DME dapat menyebabkan kebisingan (noise) yang berasal dari
alat-alat proses yang beroperasi di lingkungan pabrik. Kebisingan ini ditangani dengan cara
menggunakan safety equipment berupa ear plug dan ear muff bagi para karyawan yang
bekerja di sekitar alat proses agar tidak menyebabkan gangguan pendengaran.
water

Sand Filter
Clarifier
Bak Ekualisasi Penambahan Penambahan Penambahan flocullant
PAC NaOH dan antifoam agent To river

Sludge

Sludge Tank

To Landfill

Gambar 6.1 Skema pengolahan limbah

VI-5

Anda mungkin juga menyukai