PENDAHULUAN
Dalam beberapa ketentuan mengatur tentang fungsi kepolisian seperti Pasal 30 ayat (4)
UUD NRI Tahun 1945, Pasal 6 ayat (1) Ketetapan MPR RI No.VlI/MPR/2000, dan Pasal 5 ayat
(1) UU No.2 Tahun 2002 disebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai
alat negara yang menjalankan salah satu fungsi pemerintahan, terutama di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat melalui pemberian perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta penegakan hukum.
Secara universal tugas polisi ada dua yaitu menegakkan hukum serta memelihara ketertiban
umum.
Tugas pertama mengandung pengertian represif atau tugas terbatas yang dibatasi oleh
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
yang kedua mengandung pengertian preventif atau tugas mengayomi adalah tugas yang
luas tanpa batas, boleh melakukan apa saja asal keamanan terjaga dan tidak melanggar
hukum itu sendiri.
Pada satu sisi struktur sosial dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, dan disisi lain dihadapkan pada sruktur birokrasi dan hukum modern yang
memiliki ciri rasional. Kondisi demikian memberikan ciri khas pada pekerjaan Kepolisian,
yang harus memelihara ketertiban dengan jalan memberikan pembinaan dan pegayoman
kepada masyarakat, dan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Fungsi utama Kepolisian adalah menghentikan sesuatu yang tidak seharusnya terjadi dan
mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari sekarang. Dalam artian bahwa fungsi
menegakkan hukum pada Kepolisian harus dilakukan secara bergandengan dan beriringan
dengan fungsi perlindungan, pegayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas kepolisian dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu tugas represif dan tugas
preventif.Tugas represif ini adalah mirip dengan tugas kekuasaan eksekutif, yaitu
menjalankan peraturan apabila telah terjadi peristiwa pelanggaran hukum. Sedangkan tugas
preventif dari kepolisian ialah menjaga dan mengawasi agar peraturan hukum tidak
dilanggar oleh siapapun. Dengan ini tampak perbedaan dari tugas tentara yang terutama
menjaga pertahanan Negara yang pada hakikatnya menunjuk pada kemungkinan ada
serangan dari luar Negeri. Sementara itu, dalam Undang-Undang Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 13 dijelaskan bahwa tugas pokok kepolisian adalah:
2. Menegakkan hukum;
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Kemudian hal tersebut berubah saat Mohammad Yamin menyampaikan rumusan dasar negara
yang diajukan secara tertulis, yaitu:
Soepomo merupakan seorang ahli hukum pada generasi pertama yang sudah ada ketika
Indonesia merdeka. Soepomo adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang juga dikenal
sebagai arsitek Undang-undang Dasar 1945, bersama dengan Mohammad Yamin dan
Soekarno. Baca juga: Butir-butir Pengamalan Pancasila Usulan untuk rumusan Pancasila
diungkapkan Soepomo dalam pidatonya di sidang BPUPKI yang digelar pada 31 Mei 1945.
Soepomo memberikan lima rumusan untuk dijadikan dasar negara, yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Soekarno Presiden pertama Indonesia, Soekarno juga turut serta merumuskan Pancasila.
Dalam pidatonya di sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidato yang
berisi gagasan mengenai dasar negara yang terdiri dari lima butir gagasan. Gagasan tersebut
adalah:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme dan perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
16.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, dalam pasal 18 (5) menyatakan bahwa “Setiap orang tidak dapat dituntut
untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama atas suatu perbuatan yang telah
memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
1. Kausa Materialis dalam hal ini pancasila pada saat ini akan menjadi
sebuah ideologi dari negara yang bersumber pada bangsa Indonesia.
Sehingga dalam hal ini bangsa Indonesia akan menjadi Kausa
Materialis.
2. Kausa Formalis dalam hal ini Pancasila akan menjadi sebuah ideologi
negara yang dimana akan melakukan rujukan kepada sebagaimana
sebuah proses Pancasila itu sendiri dilakukan perumusan untuk
menjadi Pancasila Yang dimana akan termasuk ke dalam UUD 1945.
Dalam hal ini pidato Soekarno adalah kausa formalis.
3. Kausa Finalis dalam hal ini melakukan perwujudan dari Pancasila
untuk menjadi sebuah negara yang dimana sah dan juga adalah par
anggota dari BPUPKI dan panitia sembilan. Kemudian para anggota
yang berasal dari badan tersebut melakukan penentuan dan juga
tujuannya akan dilakukan perumusan ke dalam pancasila sebagai
sebuah ideologi yang dimana sah.
4. Kausa Efisien dalam hal ini menjadikan Pancasila yang berasal dari
calon ideologi negara yang menjadi sebuah ideologi negara yang sah.
PPKI dalam sebuah sidang BPUPKI akan menjadi kausa efisien dalam
pembentukan Pancasila