Anda di halaman 1dari 2

Trivia Februari 2021

3 February 1928, dengan hanya berdasarkan tiga gigi, paleoantropolog Davidson Black mempublikasikan
laporan tentang deskripsi fosil baru dari situs Chou K’ou Tien dan menamainya Sinanthropus pekinensis.

5 Februari 2016

Setu Wiryorejo, seorang warga Desa Manyarejo menemukan fosil Homo erectus.

8 Februari 1974

Sangiran 22 (Pithecanthropus f / Mandible F) ditemukan Pak Wagimin ketika menggali saluran irigasi di
bagian utama Kubah Sangiran, di Desa Krikilan.

13 Februari 1936

Tjokrohandojo, atau Andoyo, seorang mantri geologi dari Survey Geologis Hindia-Belanda menemukan
tengkorak balita Mojokerto di dekat Perning, sekitar 10 km timur laut Mojokerto. GHR von Koenigswald
awalnya mengidentifikasi tengkorak tersebut sebagai Pithecanthropus, tetapi kemudian menamainya
Homo modjokertensis, setelah menerima kritik dari Eugene Dubois. Tengkorak ini sempat ikut von
Koenigswald ke New York (1946), Utrecht (1948) dan Frankfurt (1968), sebelum balik ke Yogyakarta
(1976). Lalu apa bedanya dgn Pithecanthropus robustus? Franz Weidenreich mengusulkan nama
tersebut untuk Sangiran 4, karena 1) kemiripan morfologinya, 2) ditemukan di lapisan Djetis yg
seumuran dgn situs Mojokerto. Namun, von Koenigswald tetap menamai Sangiran 4 sebagai Homo
modjokertensis. Jadi, P. modjokertensis dan P. robustus hanya bagian dari sejarah penamaan. Bukan
jenis manusia purba. Jenisnya tetap erectus, hanya tinggal perdebatan tipe/grade-nya, apakah arkaik,
atau klasik/tipik. Ini ada ajangnya tersendiri

17 Februari 1950

Gambar cadas Maros-Pangkep untuk pertama kalinya diidentifikasi sekitar 70 tahun silam. Dari 17
Februari hingga 5 April 1950, HR van Heekeren melakukan ekskavasi Leang PattaE (Gua dengan banyak
Lukisan) di sekitar Leang-Leang, Kec. Turikale, Sulawesi Selatan.
Surat Andoyo kepada kantor Survey Geologi di Bandung tertanggal 19 Februari 1936, melaporkan
temuan ‘tengkorak dari orang ? monster no 173 A’, merujuk pada tengkorak Perning 1 (Mojokerto 1),
beserta peta lokasi temuan. Jadi jelas siapa penemu tengkorak Mojokerto, Tjokrohandojo. Bukan GHR
von Koenigswald, yang hanya kebagian menganalisis, menamai, dan menulis jurnal ilmiahnya. Masih
banyak jurnalis media daring kebingungan terkait peran von Koenigswald di sini.

Untuk pertama kali kata ‘evolusi’ muncul dalam karya Charles Darwin. Edisi perdana dicetak 2500, terbit
24 Februari 1871

26 February 1950, selama ekskavasi Leang PattaE, Dr G. H. M. Palm menemukan sejumlah tera tangan
pada dinding gua paling dalam berlatar warna merah.

Dua dekade lalu, tiga penelitian dipublikasikan di hari yang sama, 27 Februari 2001, tentang fosil
tengkorak Sambungmacan (Sm 3). Yang menarik dari fosil ini adalah sejarah ditemukannya. Sm 3
memulai petualangannya setelah ditemukan para penambang pasir di dasar Bengawan Solo, antara
Poloyo dan Chemeng, pada tahun 1997 (bukan 1977, tahun temuan fragmen tulang kaki Sm 2). Sm 3
dibeli sangat murah oleh tengkulak balung buto terkenal di Sragen. Sm 3 dianalisis oleh seorang
antropolog universitas ternama di Jakarta pada tahun 1998, sebelum dijual ke penadah barang antik WN
Amerika di Jakarta, yang bermasalah dengan hukum karena kasus penyelundupan benda relik dan fosil.
Sm 3 kemudian diselundupkan ke luar Indonesia awal tahun 1999. Pada Maret 1999, Sm 3 sampai di
toko benda relik dan fosil, ‘Maxilla and Mandible‘ di Manhattan milik Henry Galiano, yang kemudian
minta bantuan paleoantropolog di AMNH New York untuk mengidentifikasi. Galiano menamai Sm 3
‘Madeleine’, diambil dari nama anak perempuan salah satu paleoantropolog yang membantu
mengidentifikasi Sm 3, yang ternyata berada dalam rentang variasi Homo erectus. Mereka heran,
bagaimana bisa ada tengkorak erectus di NYC? Sm 3 sempat ditawarkan ke seluruh relasi Galiano,
termasuk beberapa museum di dunia, dengan harga US$450,000. Berita ini sampai ke Hisao Baba yang
mengenalinya karena mirip dengan Sm 1, dan segera menghubungi Prof. Teuku Jacob yang kemudian
melacak sejarah keberadaannya. Butuh diplomasi ulung untuk mengembalikan Sm 3 ke tanah air,
setelah hampir setengah setahun terdampar di NYC, Galiano berbesar hati mengembalikannya ke tanah
air melalui Prof. Teuku Jacob pada akhir Agustus 1999, dan saat ini aman tersimpan di UGM.

Anda mungkin juga menyukai