Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BAHASA INDONESIA

BIOGRAFI
DISUSUN OLEH:

Nama : Musfa R. Lestaluhu

Kelas : X-MIA2

Sekolah : SMA NEGERI 5 MALUKU TENGAH


B. J. Habibie

Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25


Juni 1936 – meninggal di Jakarta, 11 September 2019 pada umur 83 tahun], yang akrab disapa B. J.
Habibie atau hanya Habibie) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Sebelumnya, B.J.
Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B.
J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21
Mei 1998. Sebelum memasuki dunia politik, Habibie dikenal luas sebagai seorang profesor dan
ilmuwan dalam teknologi aviasi internasional dan satu-satunya presiden Indonesia
berlatarbelakang teknokrat.

B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai
presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan
7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai presiden), B. J.
Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
B. J. Habibie merupakan presiden Indonesia pertama yang terlahir di luar Jawa dan berasal
dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan ayahnya yang berasal
dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya yang berasal dari Yogyakarta.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menginisiasi dibangunnya Monumen B.J.
Habibie di depan pintu gerbang utama Bandar Udara Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain
itu, masyarakat Provinsi Gorontalo pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai
nama universitas negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih
digunakan.

Habibie dan Keluarga


B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian yang
berasal dari etnis Gorontalo, sedangkan ibunya dari etnis Jawa.
Alwi Abdul Jalil Habibie (ayah dari B.J. Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli
dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo. Sementara itu, R.A. Tuti
Marini Puspowardojo (ibu dari B.J. Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata
di Yogyakarta, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
Marga Habibie dicatat secara historis berasal dari wilayah Kabila, sebuah daerah di Kabupaten
Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Dari silsilah keluarga, kakek dari B.J. Habibie merupakan
seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama, serta salah satu pemangku adat
Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar Habibie di Gorontalo terkenal gemar
beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah yang banyak, serta memiliki perkebunan kopi. Sewaktu
kecil, Habibie pernah berkunjung ke Gorontalo untuk mengikuti proses khitanan dan upacara adat
yang dilakukan sesuai syariat Islam dan adat istiadat Gorontalo.

Pernikahan B. J. Habibie

Pada awalnya, kisah cinta antara Habibie dan Ainun bermula sejak masih remaja, ketika
keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Namun, keduanya baru saling
memperhatikan ketika sama-sama bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa
Barat. Komunikasi mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah dan bekerja
di Jerman Barat, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962 di Rangga Malela,
Bandung. Akad nikah Habibie dan Ainun digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi
pernikahan digelar keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Hotel Preanger. Ketika
menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan, memilih untuk tetap bekerja di
rumah sakit anak-anak di Hamburg atau berperan serta berkarya di belakang layar sebagai istri dan
ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih opsi yang kedua.
Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar
Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Pendidikan B. J. Habibie
B. J. Habibie pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago. Habibie kemudian
belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965, Habibie
melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH
Aachen, Jerman Barat. Menerima gelar diploma insinyur pada 1960 dan gelar doktor insinyur pada
1965 dengan predikat summa cum laude.

Pekerjaan dan Karier


Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang
berpusat di Hamburg, Jerman Barat. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan
Presiden Soeharto.
Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sejak tahun
1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan
keinginannya untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-lompatan
Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri
strategis yang dikelola oleh PT IPTN, PT Pindad, dan PT PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara
agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Sementara itu, ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi
Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990.
Puncak karier Habibie terjadi pada tahun 1998, di mana saat itu ia diangkat sebagai Presiden
Republik Indonesia (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil
Presiden ke-7 (menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan
VII di bawah Presiden Soeharto.
Riwayat Pekerjaan

 Direktur Utama PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad);


 Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT);
 Ketua Dewan Pembina Industri Strategis (BPIS);
 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS);
 Ketua Dewan Riset Nasional (1999);
 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam;
 Anggota Dewan Komisaris PT Pertamina;
 Asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Kontruksi Ringan Rheinsich Westfaelische
Technische Hochshule, Aachen, Jerman Barat (1960–1965));
 Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisis Struktur, Hamburg, Jerman Barat
(1966–1969);
 Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersial/ Pesawat Militer Messerschmitt-
Bölkow-Blohm (MBB) GmbH, Hamburg, Jerman Barat (1969–1973);
 Wakil Presiden/ Direktur Teknologi Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), Hamburg, Jerman
Barat (1974–1978);
 Penasihat Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (1974–1978);
 Direktur Utama PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Bandung (1976);
 Direktur Utama PT Pelayaran Armada Laut (PAL), Surabaya (1978);
 Profesor Kehormatan/ Guru Besar dalam bidang Konstruksi Pesawat Terbang Institut
Teknologi Bandung (ITB), Bandung (1977).
Riwayat Karier Pemerintahan

 Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan III (1978–1983);


 Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan IV (1983–1988);
 Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan V (1988–1993);
 Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan VI (1993–1998);
 Ketua Tim Keputusan Presiden (Keppres) 35;
 Wakil Presiden RI (1998);
 Presiden RI (1998–1999).

Masa Kepresidenan
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada
masa Orde Baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh
wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan, Presiden Habibie segera membentuk
sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana
Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia
juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan
kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat, ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi
Indonesia. Pada eranya, dilahirkan UU Anti-Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU
Partai Politik, dan yang paling penting adalah UU Otonomi Daerah. Melalui penerapan UU Otonomi
Daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya
dituntaskan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanpa adanya UU Otonomi Daerah, bisa
dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi
masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah
konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila
Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia
diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Sedangkan pihak yang kontra menganggap
bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan
ketentuan Pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "Sebelum presiden memangku jabatan,
maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".

Kebijakan Politik
Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah:[33][34]

 Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak


bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
 Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota
DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar
Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan
di Medan tahun 1994)
 Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
 Membentuk tiga undang-undang yang demokratis, yaitu:

1. UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik


2. UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu
3. UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan MPR/ DPR

 Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi, yaitu:

1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum
2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang
Pancasila Sebagai Asas Tunggal
3. Tap MPR No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang
Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan kebijakan di luar batas
perundang-undangan
4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden maksimal hanya dua kali periode.
12 Ketetapan MPR antara lain:
1. Tap MPR No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka
penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme
3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia
4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No.
I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada
Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan
nasional sebagai pengamalan Pancasila
12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4)

Kebijakan Ekonomi
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara
Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah
pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar
AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga
memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :

 Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit


Pengelola Aset Negara
 Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
 Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
 Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
 Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
 Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
yang Tidak Sehat
 Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Akhir Jabatan Presiden


Menurut pihak oposisi, salah satu kesalahan terbesar yang ia lakukan saat menjabat sebagai
Presiden ialah memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor
Leste). Ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak
pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari
Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie
semakin giat menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya berhasil saat Sidang Umum 1999, ia memutuskan
untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif,
tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah
satu pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat dalam bukunya Reformasi
Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.

Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan agenda reformasi memang


“ tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan
pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala
membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap
Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat
dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi
pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan
perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip
demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan
ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun,
Habibie melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus
egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya
kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa. Untuk mengatasi persoalan
ekonomi, misalnya, ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu
sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu
kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya
pada masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya
mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam
pemberitaan.
Pasca Kepresidenan

Setelah ia tidak menjabat lagi sebagai presiden, Habibie sempat tinggal dan menetap di Jerman.
Tetapi, ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasihat
presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center dan akhirnya menetap dan berdomisili di Indonesia.
Kontribusi besar Habibie bagi bangsa ini pun tetap tercurahkan ketika masa kepemimpinan
Presiden Joko Widodo. Habibie aktif memberikan masukan dan gagasan pembangunan bagi
pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.[37] Kesibukan lain dari B. J. Habibie adalah
mengurusi industri pesawat terbang yang sedang dikembangkannya di Batam. Habibie menjabat
sebagai Komisaris Utama dari PT. Regio Aviasi Industri, sebuah perusahaan perancang pesawat
terbang R-80 dan kemudian menyerahkan pucuk pimpinan perusahaan tersebut kepada anaknya,
Ilham Habibie.
Kematian B. J. Habibie
Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 11 September 2019 pukul 18.05
WIB karena gagal jantung. Sebelumnya, Habibie telah menjalani perawatan intensif sejak 1
September 2019.[2] Sehari sebelum dimakamkan, Jenazah B.J. Habibie dibawa dari RSPAD menuju
ke kediaman Habibie-Ainun di Jalan Patra Kuningan XIII Blok L15/7 No.5, kawasan Patra Kuningan
untuk disemayamkan. Ia kemudian dimakamkan di samping istrinya yaitu Hasri Ainun
Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120 pada tanggal 12 September 2019 pukul 14.00
WIB. Upacara pemakaman dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebagai
inspektur upacara.
B. J. Habibie merupakan presiden Indonesia pertama yang dikebumikan di taman makam
pahlawan di ibukota Jakarta, sementara presiden Sukarno dan Abdurrahman Wahid dimakamkan di
Jawa Timur sedangkan presiden Suharto dimakamkan di Karanganyar, Jawa Tengah.
Penghargaan Internasional

 Anggota Kehormatan Persatuan Insinyur Malaysia (IEM), Malaysia


 Anggota Kehormatan Japanese Academy of Engineering, Jepang
 Anggota Kehormatan The Fellowship of engineering of United Kingdom, Britania Raya
 Anggota Kehormatan The National Academy of Engineering, AS
 Anggota Kehormatan Academie Nationale de l'Air et de l'Espace, Perancis
 Anggota Kehormatan The Royal Aeronautical Society, Britania Raya
 Anggota Kehormatan The Royal Swedish Academy of engineering Science, Swedia
 Anggota Kehormatan Gesselschaft Fuer Luft und Raumfarht (Lembaga Penerbangan &
Ruang Angkasa), Jerman
 Anggota Kehormatan American Institute of Aeronautics and Astronautics, AS
 Anggota Kehormatan Masyarakat Aeronautika Kerajaan Inggris (1983)
 Anggota Kehormatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa, Jerman (1983)
 Anggota Kehormatan Akademi Aeronautika Perancis (1985)

Tanda Kehormatan Kenegaraan

Sebagai wakil presiden, dan kemudian presiden Indonesia, Habibie secara otomatis menerima
semua Tanda Kehormatan Bintang (sipil maupun militer) dengan kelas tertinggi, yaitu:[39]

 Bintang Republik Indonesia Adipurna


 Bintang Republik Indonesia Adipradana
 Bintang Mahaputera Adipurna
 Bintang Mahaputera Adipradana
 Bintang Jasa Utama
 Bintang Budaya Parama Dharma
 Bintang Bhayangkara Utama
 Bintang Yudha Dharma Utama
 Bintang Kartika Eka Paksi Utama
 Bintang Jalasena Utama
 Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama

Apresiasi Pemerintahan Daerah


Tanah Leluhur dan Kampung Halaman
Gorontalo merupakan daerah asal dari keluarga besar B.J. Habibie di Sulawesi. Daerah ini begitu
erat kaitannya dengan jejak historis Habibie sewaktu kecil. Adapun beberapa bentuk apresiasi
pemerintah daerah di Gorontalo atas jasa dan pengabdian Habibie bagi bangsa dan negara selama
ini, diantaranya adalah:

 Pemberian Gelar Adat Pulanga (sebuah gelar adat tertinggi) dari Dewan Adat dan
Pemangku Adat 5 Kerajaan di Gorontalo (Limo lo Pohala'a)
 Pembangunan Monumen B.J. Habibie di wilayah Isimu, Gorontalo
 Pembangunan dan Peresmian Rumah Sakit Provinsi dr. Ainun Habibie di Limboto
 Usulan penggunaan nama Universitas B.J. Habibie, menggantikan nama Universitas Negeri
Gorontalo
 Usulan penggunaan nama Bandar Udara B.J. Habibie, menggantikan nama Bandar Udara
Djalaluddin Gorontalo
 Usulan Pembangunan Museum Habibie yang berlokasi di Rumah Keluarga Besar Habibie,
Gorontalo
 Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Gorontalo
Tanah Kelahiran
B.J. Habibie dilahirkan di salah satu kota tua di Sulawesi Selatan, yaitu Kota Parepare. Kota
Parepare merupakan tempat tinggal Habibie sewaktu kecil bersama kedua orang tuanya. Karena
kenangannya kecil berada di kota tersebut, maka pemerintah daerah pun begitu tinggi
mengapresiasi sosok Habibie sebagai tokoh kebanggaan Parepare yang diwujudkan dalam
beberapa kebijakan pemerintah, diantaranya:

 Pembangunan Monumen Cinta Ainun Habibie di Kota Parepare


 Pembangunan Rumah Sakit Daerah Ainun Habibie di Kota Parepare
 Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Kota Parepare
 Usulan Pendirian Institut Teknologi Habibie di Pare Pare
 Filmografo

 Dalam film Habibie & Ainun dan Rudy Habibie, Habibie diperankan oleh Reza Rahadian,


sementara Bima Azriel berperan sebagai Habibie kecil dan Esa Sigit juga berperan sebagai
Habibie remaja dalam film Rudy Habibie.
 Dalam film Di Balik 98, Habibie diperankan oleh Agus Kuncoro.
 Dalam film Habibie & Ainun 3, Habibie muda diperankan kembali oleh Reza Rahadian.

Martha Chirstina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu (lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 – meninggal di Laut


Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun) adalah seorang gadis dari Desa Abubu
di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah
Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri
Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam Perang
Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.
Martha Christina Tiahahu tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu
seorang putri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial
Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di
kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekuen terhadap cita-cita
perjuangannya.
Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan
rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia
tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau
Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia
bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-
negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan
menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.
Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath jasirah tenggara Pulau Saparua yang
tampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun
akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan, para
tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada
yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha Christina
Tiahahu berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, tetapi ia tidak berdaya dan
meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.
Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan
penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Untuk
menghargai jasa dan pengorbanannya, Martha Christina Tiahahu dikukuhkan sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Perjuangan
Martha Christina Tiahahu dilahirkan di Abubu Nusalaut pada tangga 4 Januari 1800 merupakan
anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu dan masih berusia 17 tahun ketika mengikuti jejak
ayahnya memimpin perlawanan di Pulau Nusalaut. Pada waktu yang sama Kapitan Pattimura
sedang mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda di Saparua. Perlawanan di Saparua
menjalar ke Nusalaut dan daerah sekitarnya.
Sejak kecil, perempuan yang akrab disapa Martha Christina ini sering mengikuti ayahnya dalam
rapat pembentukan kubu-kubu pertahanan hingga pada akhirnya di usia yang ketujuh belas tahun ia
turut andil dalam pertempuran melawan Belanda di desa Ouw, Ullath, pulau Saparua. Dalam
pertempuran itu, ia memimpin pasukan perang wanita dan mengobarkan semangat juang pada
pasukan agar terus ikut mendampingi pasukan laki-laki dalam perebutan wilayah Maluku dari
penjajah hanya berbekal bambu runcing dengan ikat kepala melingkar di kepala.
Bersama dengan para pejuang tanah Maluku yang lain, Martha Christina cukup membuat
kerepotan Belanda. Saat itu, pimpinan Belanda, Richemont, tewas tertembak dalam pertempuran
membuat Belanda semakin sengit dalam melancarkan aksinya. Dengan persenjataan lengkap,
pasukan Indonesia berhasil dipukul mundur dan beberapa pentolan pasukan ditangkap untuk
dijatuhi hukuman mati termasuk ayah Martha Christina, Kapitan Paulus Tiahahu.
Mendengar kabar eksekusi yang akan dilakukan Belanda terhadap ayahnya, Martha Christina
berusaha untuk membebaskan ayahnya dari hukuman yang dijatuhkan. Namun usahanya sia-sia,
ayah Martha Christina meninggal dalam eksekusi yang dilakukan Belanda terhadap beberapa
pejuang Indonesia di tanah Maluku yang berhasil ditangkap. Sepeninggal ayahnya, Martha Christina
digiring bersama pejuang lainnya yang tertangkap untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan
kopi yang ada di pulau Jawa.
Namun, dalam perjalanan menuju pulau Jawa, tepatnya di kapal Eversten, Martha Christina
melanjutkan aksi pemberontakannya terhadap Belanda dengan aksi mogok makan dan mogok
pengobatan. Dalam aksinya tersebut, akhirnya Martha Christina meninggal di perjalanan menuju
pulau Jawa pada tanggal 2 Januari 1818. Jasadnya kemudian dibuang di laut Banda dan namanya
ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1969. Berkat pengorbanannya tersebut,
pemerintah Maluku membuat monumen untuk mengenang jasa Martha Christina.
Pada waktu itu, sebagian pasukan rakyat bersama para raja dan patih bergerak ke Saparua
untuk membantu perjuangan Kapitan Pattimura sehingga tindakan Belanda yang akan mengambil
alih Benteng Beverwijk luput dari perhatian. Guru Soselissa yang memihak Belanda melakukan
kontak dengan musuh mengatas-namakan rakyat menyatakan menyerah kepada Belanda.
Tanggal 10 Oktober 1817 Benteng Beverwijk jatuh ke tangan Belanda tanpa perlawanan.
Sementara itu, di Saparua pertempuran demi pertempuran terus berkobar. Karena semakin
berkurangnya persediaan peluru dan mesiu pasukan rakyat mundur ke pegunungan Ulath-Ouw. Di
antara pasukan itu terdapat pula Martha Christina Tiahahu beserta para raja dan patih dari Nusalaut.
Tanggal 11 Oktober 1817 pasukan Belanda di bawah pimpinan Richemont bergerak ke Ulath,
tetapi berhasil dipukul mundur oleh pasukan rakyat. Dengan kekuatan 100 orang prajurit, Meyer
beserta Richemont kembali ke Ulath. Pertempuran berkobar kembali, korban berjatuhan di kedua
belah pihak.
Dalam pertempuran ini Richemont tertembak mati. Meyer dan pasukannya bertahan di tanjakan
negeri Ouw. Dari segala penjuru pasukan rakyat mengepung, sorak sorai pasukan bercakalele. Di
tengah keganasan pertempuran itu muncul seorang gadis remaja bercakalele menantang peluru
musuh. Dia adalah putri Nusahalawano, Martha Christina Tiahahu, srikandi berambut panjang
terurai ke belakang dengan sehelai kain berang (kain merah) terikat di kepala.
Dengan mendampingi sang ayah dan memberikan kobaran semangat kepada pasukan Nusalaut
untuk menghancurkan musuh, Marta Christina telah memberi semangat kepada kaum perempuan
dari Ulath dan Ouw untuk turut mendampingi kaum laki-laki di medan pertempuran. Baru di medan
ini Belanda berhadapan dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur. Pertempuran
semakin sengit katika sebuah peluru pasukan rakyat mengenai leher Meyer, Vermeulen Kringer
mengambil alih komando setelah Meyer diangkat ke atas kapal Eversten.
Tanggal 12 Oktober 1817 Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan
rakyat, ketika pasukan rakyat membalas serangan yang begitu hebat ini dengan lemparan batu,
para opsir Belanda menyadari bahwa persediaan peluru pasukan rakyat telah habis. Vermeulen
Kringer memberi komando untuk keluar dari kubu-kubu dan kembali melancarkan serangan dengan
sangkur terhunus. Pasukan rakyat mundur dan bertahan di hutan, seluruh negeri Ulath dan Ouw
diratakan dengan tanah, semua yang ada dibakar dan dirampok habis-habisan.
Martha Christina dan sang ayah serta beberapa tokoh pejuang lainnya tertangkap dan dibawa ke
dalam kapal Eversten. Di dalam kapal ini para tawanan dari Jasirah Tenggara bertemu dengan
Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya. Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan dijatuhi hukuman.
Karena masih sangat muda, Buyskes membebaskan Martha Christina Tiahahu dari hukuman, tetapi
sang ayah, Kapitan Paulus Tiahahu tetap dijatuhi hukuman mati. Mendengar keputusan tersebut,
Martha Christina Tiahahu memandang sekitar pasukan Belanda dengan tatapan sayu namun kuat
yang menandakan keharuan mendalam terhadap sang ayah. Tiba-tiba Martha Christina Tiahahu
merebahkan diri di depan Buyskes memohonkan ampun bagi sang ayah yang sudah tua, tetapi
semua itu sia-sia.
Tanggal 16 Oktober 1817 Martha Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan
ditahan di benteng Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya. Martha
Christina Tiahahu mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi, kemudian
Martha Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan tinggal bersama guru
Soselissa.
Sepeninggal ayahnya, Martha Christina Tiahahu masuk ke dalam hutan dan berkeliaran seperti
orang kehilangan akal. Hal ini membuat kesehatannya terganggu.
Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu
beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk
dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi.
Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia
menolak makan dan pengobatan. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang,
Martha Christina Tiahahu menghembuskan napas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu
disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969,
tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional.
Albert Einstein

Albert Einstein lahir di Ulm, Wuttemberg, Jerman tanggal 14 Maret 1879, sang ayah bernama
Hermann Einstein sedangkan sang ibu bernama Pauline. Ayah Einstein adalah seorang Yahudi dia
sempat bekerja sebagai penjaja ranjam bulu, tetapi beralih menjadi ahli elektrokimia. Keluarga
Einstein sangat fokus pada pendidikan anaknya terutama dibidang Sains dan Musik.

Pendidikan Awal Albert Einstein


Pendidikan Einstein dimulai dari Sekolah katolik, hal pertama yang mengenalkannya dengan
sains adalah ketika Einstein berumur 5 tahun. Dia ditunjukkan sebuah kompas dari sang ayah,
didalam sebuah kompas terdapat jarum yang dapat bergerak sesuai arah yang dituju, Einstein
sangat tertarik dan menggali semua itu dengan mempelajari secara mendalam.

Di sekolahan Katolik itulah yang mengenalkan Einstein dengan musik, apalagi sang ibu juga
sering mengajarinya di rumah. Mereka berdua sering menghabiskan waktunya dengan bermain
Mozart dan Bethoveen. Sikap diam dan cenderung menghindari teman – temannya, membuat
Einstein menggali dan belajar tentang dunia sains.

Dibangku sekolah Einstein dikenal sangat lambat dalam mata pelajaran Sains dan Matematika.
Selain itu kepribadiannya yang cenderung pendiam dan pemalu. Hal ini dapat terjawab ketika
penelitian struktur otaknya setelah Einstein meninggal dunia. Pada penelitian tersebut menyatakan
bahwa struktur otak Einstein berbeda dengan orang pada umumnya, sehingga mengakibatkan dia
lebih banyak berfikir sendiri dan melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya, hal inilah yang
mengakibatkan Einstein lamban dalam menangkap pelajaran, dikarenkan Einstein harus berfikir
sesuai dengan kehendak sang guru.

Pada tahun 1884 tepat Einstein berumur 15 tahun keadaan ekonomi keluarganya yang sedang
tidak baik dikarenakan sang ayah mengalami kerugian di usahanya yaitu elektrokimia,maka
mengakibatkan keluarganya berpindah ke Pavia, Milan, Italia. Tetapi Einstein memilih untuk
menyelesaikan studynya selama satu semester sebelum bergabung dengan keluarganya di Pavia.

Masih teringat dengan kekejaman Nazi di kala itu? Dimana semua warga Jerman yang
beragama Yahudi akan dibunuh dan diasingkan dari Jerman. Hal itulah yang menyebabkan Einstein
memutuskan untuk melepas warga kenegaraan Jerman, dan peristiwa itu terjadi pada tahun 1896
dimana Einstein sudah lulus dari sekolah menengahnya dari Swiss.

Sebelum Einstein mengeyam pendidikan di Eidgenossische Technische Hochschule (Institut


Teknologi Swiss Federal, di Zurich) Einstein beberapa kali mengalami kegagalan pada tes masuk.
Di Universitas inilah yang mempertemukan Einstein dengan seorang wanita. Wanita itu bernama
Mileva Maric teman satu kelas Einstein yang pintar dibidang matematika.
Pada tahun 1901 Einstein beserta teman – teman dekatnya termasuk Mileva Maric berdiskusi
tentang sains. Dan sampai akhirnya Einstein jatuh cinta dengan Mileva Maric wanita berkebangsaan
serbia.

Mereka menjalin asmara sampai Mileva melahirkan seorang anak bernama Lieseri yang lahir di
bulan Januari 1902. Tetapi sang putra dimata negara dianggap tidak sah dikarenkan sang orang tua
tidak menikah. Sehingga pada tanggal 6 Januari 1903 mereka menikah dan kembali dikaruniai
seorang putra bernama Hans Albert Einstein yang lahir pada tanggal 14 Mei 1904.

Lulus Kuliah
Setelah lulus dari Eidgenossische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di
Zurich) Einstein mulai mencari pekerjaan. Dia melamar sebagai pengajar atau peneliti di
almamaternya, tetapi selalu ditolak dikarenakan Einstein mempunyai sikap cenderung tergesa –
gesa sehingga hal tersebut membuat Profesor Pembimbingnya marah.

Pada tahun 1902 ayah dari teman satu kelasnya menawari Einstein bekerja di kantornya yaitu
sebuah kantor paten di Swiss, dan Einstein mendapatkan posisi sebagai asisten teknik pemeriksa.
Tugasnya adalah meneliti alat yang akan di patenkan dengan pengaplikasiannya secara langsung,
hal ini sangat lebih penting bila dibandingkan dengan uraian teori secara membelit.

Einstein juga membetulkan alat yang akan mereka patenkan jika terjadi suatu kesalahan.
Mengevaluasi dan mengajukan kepada sang pemilik untuk memperbaiki alatnya. Hal itu berguna
nantinya alat tersebut sudah jadi, bisa digunakan secara efektif dan efisien. Einsten ditempatkan
sebagai asisten teknik pemeriksa yang berkaitan dengan bidang fisika.

Karya Albert Einstein


Kerja keras Einsten di perusahaan Paten Swiss membuahkan hasil, tepat pada tahun 1904
beliau diangkat menjadi tenaga tetap. Selain itu Einsten juga mendapatkan gelar doktor dengan
menyelesaikan thesisnya di Universitas Zurich pada tahun 1905.

Bersamaan saat itu juga Einsten menulis empat buah artikel yang didalamnya berisi tentang
dasar fisika modern penjelasan dari  tesisnya. Teori yang terdapat pada tesis itu diantaranya adalah
efek fotolisis dan teori relativitas.

Karena artikel inilah Einsten mendapat penghargaan Nobel. Banyak para ilmuan memuji hasil
kerjanya, dikarenakan einsten dapat mengaplikasikan teori secara langsung melalui alat
eksperimental. Dan langkah itu sangat memudahkan para ilmuan untuk mempelajari dan
mengaplikasikannya. Kemudian Einstein menyerahkan thesisnya ke “Annalen der Physik”
(organisasi persatuan fisika murni dan aplikasi).

Teori Brownian adalah salah satu materi yang ditulisnya pada artikel pertama. Artikel itu berjudul
“On the Montion – Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat – of Small Particles Suspended
in a Stationary Liquid”. Pada artikel tersebut membahas penelitian tentang gerakan Brownian yang
mana menggunakan teori kinetik cairan yang saat itu dianggap kontroversial.

Selama beberapa dekade Einsten berusaha menemukan permasalahan ini dengan mengamati
secara mendalam, hasilnya adalah berupa bukti empirik pada atom.

Sebelum adanya tesis ini, atom dianggap sebagai konsep yang berguna. Tetapi perdebatan atom
ini dialami oleh para fisikawan dan kimiawan, meraka berdebat apakah atom ini merupakan benda
yang benar – benar nyata.

Tetapi dengan penjelasan Einstein secara eksperimental bahwa kita bisa menghitung atom
dengan melalui mikroskop biasa dan perdebatan itu bisa dipatahkan. Sehingga seorang pimpinan
sekolah anti atom menyuruh Arnold Sommerfeld mengkonversi teori Einstein ini.
Sedangkan untuk Teori Relativitas memiliki arti jika suatu benda yang bermassam diberi
kecepatan cahaya pangkat dua maka akan menghasilkan energi yang begitu besar.

Tak tanggung Einsten selalu memberikan penjabaran dengan eksperimentalnya yaitu jika 1 gram
massa dapat menghasilkan energi untuk memasok kebutuhan listrik sebesar 2.700.000 watt selama
setahun penuh. Rumus ini sangat terkenal di bidang keilmuan sain dan teknologi.

Rumus tersebut adalah E=mc2, dimana E adalah Potensi energi yang dihasilkan, m adalah


massa suatu benda, dan c adalah kecepatan cahaya di ruang hampa (c> 300 ribu meter per
detik). Karena teori inilah Einsten sangat dikenal para ilmuawan sampai sekarang.
Pada tahun 1995 “Annalen der Physik” mempublikasikan paper Einsten dari tahun 1905 (100 tahun
karya Einsten) sehingga pada tahun 1995 ditetapkan sebagai tahun fisika. Rumus ini mengingatkan
penulis ketika masih duduk di bangku kuliah, tepatnya pada mata kuliah Kimia Fisika didalam
materinya terdapat penggabungan rumus relativitas dengan rumus yang lainnya. Dimana kita harus
mencari nilai dari Potensi energi yang dihasilkan guna menghitung rumus selanjutnya. Hal ini
membuktikan bahwa teori Einstein merupakan teori awal untuk menghitung rumus yang belum
terpecahkan. Berkat teori ini rumus tersebut bisa dicari dengan mudah.

Albert Einsten Meninggal Dunia


Pada tanggal 17 April 1955 Einsten mengalami pendarahan di aneurisma aorta perut, yang
sebelumnya sudah dilakukan pembedahan oleh Dr. Rudolph Nissen pada tahun 1948. Einsten
meninggal dunia pada usia 78 tahun di Rumah Sakit Princeton.
Selama dilakukan autopsi dari ahli patologi Rumah Sakit Princeton, Thomas Stoltz
Harvey menghapus otak Einstein untuk penelitian di bidang ilmu saraf mengapa seorang Einsten
begitu cerdas dan jenius. Sesuai dengan ajaran Yahudi jasat einsten dikramasi dan abunya dibuang
ditempat yang dirahasiakan oleh keluarganya.
Ali Bin Abi Thalib

‘Alī bin Abī Thālib (Arab: ‫علي بن أﺑﻲ طالب‬, Persia: ‫( )علی پسر ابو طالب‬lahir sekitar 13 Rajab 23
SH/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi) adalah khalifah keempat yang
berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk golongan pemeluk Islam pertama dan salah
satu sahabat utama Nabi. Secara silsilah, 'Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali
dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad.
Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, 'Ali telah terlibat dalam berbagai peran besar sejak
masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat utama Nabi yang lain. 'Ali
mengikuti semua perang, kecuali Perang Tabuk, pengusung panji, juga berperan sebagai sekretaris
dan pembawa pesan Nabi. 'Ali juga ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang Khaibar.
Sepeninggal Nabi Muhammad, 'Ali diangkat sebagai khalifah atau pemimpin umat Islam setelah
Abu Bakar, 'Umar, dan 'Utsman. Dalam sudut pandang Sunni, 'Ali bersama tiga pendahulunya
digolongkan sebagai Khulafaur Rasyidin.[4] Di sisi lain, kelompok Syi'ah memandang bahwa 'Ali yang
harusnya mewarisi kepemimpinan umat Islam begitu mangkatnya Nabi Muhammad atas tafsiran
mereka dalam peristiwa Ghadir Khum, membuat kepemimpinan tiga khalifah sebelumnya dipandang
tidak sah. Masa kekuasaan 'Ali merupakan salah satu periode tersulit dalam sejarah Islam karena
saat itulah terjadi perang saudara pertama dalam tubuh umat Muslim yang berawal dari terbunuhnya
'Utsman bin 'Affan, khalifah ketiga
Perbedaan Pandangan mengenai Ali Bin Abi Thalib
“Ahlussunnah (Sunni)”
Ahlussunnah memandang Ali bin Abi Thalib sebagai salah seorang sahabat Nabi yang
terpandang. Hubungan kekerabatan Ali dan Rasulullah sangat dekat sehingga ia merupakan
seorang ahlul bait dari Nabi ‫ﷺ‬. Ahlussunnah juga mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai
salah seorang Khulafaur Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk).
Sunni menambahkan nama Ali di belakang dengan Radhiyallahu Anhu atau semoga Allah ridha
padanya. Tambahan ini sama sebagaimana yang juga diberikan kepada sahabat Nabi yang lain dan
pa
“Sufi”
Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah atau semoga Allah
memuliakan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik, berdasarkan riwayat bahwa dia tidak suka
menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan
sekalipun. Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa dia tidak suka memandang ke bawah bila
sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain menyebutkan dalam banyak
pertempuran, bila pakaian musuh terbuka bagian bawah terkena sobekan pedang dia, maka Ali
enggan meneruskan duel hingga musuhnya lebih dahulu memperbaiki pakaiannya.
Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu al-hikmah (divine wisdom)
dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari dia bermunculan cabang-cabang tarekat (thoriqoh)
atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan dia sesuai dengan
catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadiriyah dengan pendirinya Syekh
Abdul Qadir Jaelani, yang merupakan keturunan langsung dari Ali melalui anaknya Hasan bin
Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani (karya Syekh Ja'far
Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.
Riwayat Hidup
Kelahiran & Kehidupan Keluarga
Kelahiran
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali
dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi
atau 600 (perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap
Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun,
ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Dia bernama asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari
Muhammad ‫ﷺ‬. Assad yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk
mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara
kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir diberi nama Assad, Ayahnya memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah).
Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak
dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi ‫ ﷺ‬karena dia tidak punya
anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi ‫ﷺ‬
bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus
untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa,
sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi
Harun kepada Nabi Musa.
Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu
Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2
yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini, Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi ‫ ﷺ‬karena
sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga dia
menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-
pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka
menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi
khusus kepada dia tetapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun
kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya,
sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas
masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zahir (eksterior)
atau syariah dan batin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang
sangat cerdas, berani dan bijak.
Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan
hijrah Nabi. Dia tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi
mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh yang telah
meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Kehidupan di Madinah
Pernikahan
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali menikah dengan Fatimah az-Zahra, putri Nabi
Muhammad. Ali tidak menikah dengan wanita lain ketika Fatimah masih hidup. Tertulis
dalam Tarikh Ibnu Atsir, setelah itu Ali menikah dengan Ummu Banin binti Haram, Laila binti
Mas'ud, Asma binti Umais, Sahba binti Rabia, Umamah binti Abil Ash, Haulah binti Ja'far, Ummu
Said binti Urwah, dan Mahabba binti Imru'ul Qais.[5]
Julukan
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya
tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan
membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab yang
berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai
oleh Ali.
Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi
Perang Badar
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di
sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi.
Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tetapi semua
sepakat dia menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin
Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah
menjadi dua bagian.
Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan
Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan
Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kukuh, biasa disebut dengan perang
Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi ‫ﷺ‬
bersabda:
"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia
akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya.
Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun,
tenyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng
Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu
menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Jendral Sudirman

Jenderal Besar Sudirman ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916.
Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem.

Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo yang
merupakan seorang camat setelah diadopsi.

Ayah dan Ibu Sudirman merelakan anaknya diadopsi oleh pamannya karena kondisi keuangan
pamannya lebih baik daripada orang tua Sudirman sehingga mereka ingin yang terbaik buat
anaknya.

MASA KECIL
Di usia tujuh tahun, Sudirman masuk di HIS (hollandsch inlandsche school) atau sekolah
pribumi. ia kemudian pindah ke sekolah milik Taman Siswa pada tahun ketujuhnya bersekolah.
Tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah Wirotomo disebabkan sekolah milik taman siswa
dianggap sebagai sekolah liar oleh pemerintah Belanda.

Sudirman diketahui sangat taat dalam beragama. ia mempelajari keislaman dibawah


bimbingan Raden Muhammad Kholil. Teman-teman Sudirman bahkan menjulukinya sebagai
‘Haji’. Ia sering berceramah dan rajin dalam belajar.

Di tahun 1934, pamannya Cokrosunaryo wafat. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Sudirman. Ia
dan keluarganya jatuh miskin. Meskipun begitu ia diperbolehkan tetap bersekolah tanpa
membayar uang sekolah hingga ia tamat menurut Biografi Jenderal Sudirman yang ditulis oleh
Sardiman (2008).

Di Wirotomo pula, Sudirman ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan milik
Muhammadiyah. Beliau juga menjadi pemimpin organisasi tersebut pada cabang Cilacap
setelah lulus dari Wirotomo.

Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia
dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara
sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun
ia sudah menjadi seorang jenderal.

Setelah lulus, ia kembali belajar di Kweekschool, sekolah khusus calon guru milik Muhammadiyah
pada zaman Hindia Belanda. namun berhenti karena kekurangan biaya.
Sudirman kembali ke Cilacap dan mulai mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah. Disini pula
ia bertemu dengan Alfiah, temannya sewaktu sekolah yang kemudian mereka menikah.

Di Cilacap, Sudirman tinggal di rumah mertuanya yang bernama Raden Sostroatmodjo seorang
pengusaha batik kaya. Selama mengajar di sekolah tersebut, beliau juga aktif dalam
perkumpulan organisasi pemuda Muhammadiayah.

Setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada tahun 1942. Perubahan kekuasaan mulai
terlihat. Jepang menutup sekoalh tempat Sudirman mengajar dan mengalihfungsikannya
menjadi pos militer.

Meskipun begitu Sudirman melakukan negosiasi dengan Militer Jepang. Ia kemudian diizinkan
kembali mengajar walapun kala itu perlengkapannya sangat dibatasi.

Di tahun 1944, Sudirman menjabat perwakilan di dewan karesidenan yang dibentuk oleh
Jepang. Dan tak lama kemudian Sudirman diminta untuk bergabung dalam tentara PETA
(Pembela Tanah Air) oleh Jepang.
MASUK DI MILITER
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu
tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia (Panglima TNI).

Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya
sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai
Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Setelah bom atiom di Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan, kekuatan militer Jepang di Indonesia
mulai melemah. Sudirman yang ketika itu ditahan di Bogor mulai memimpin kawan-kawannya
untuk melakukan pelarian.

Sudirman sendiri pergi ke Jakarta dan bertemu dengan Soekarno dan Mohammad Hatta. Kedua


proklamator tersebut meminta Sudirman memimpin pasukan melawan Jepang di Jakarta.
Namun ditolak oleh Sudirman. Ia memilih memimpin pasukannya di Kroya pada tahun 19
agustus 1945.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pemerintah mendirikan BKR (Badan Keamanan


Rakyat) dan melebur PETA kedalamnya. Sudirman bersama tentaranya kemudian mendirikan
cabang BKR di Banyumas. Ia memimpin masyarakat disana dalam melucuti persenjataan
tentara Jepang.

Presiden Soekarno kemudian membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Dimana


personilnya berasal dari mantan KNIL, PETA dan Heiho. Ketika itu Soekarno
menunjuk Supriyadi sebagai panglima TKR. Namun ia tidak muncul. Inggris yang ketika itu
mendarat di Indonesia bersama dengan NICA mulai mempersenjatai tentara Belanda dan
mendirikan pangkalan di Magelang.
Sudirman yang kala itu menjabat sebagai kolonel mengirim pasukan untuk mengusir Inggris
serta tentara Belanda di Ambarawa. Oleh Urip Sumoharjo, Sudirman ditunjuk sebagai kepala
divisi V.
DIANGKAT SEBAGAI PANGLIMA TKR
Pada tanggal 12 November 1945, Sudirman yang kala itu berumur 29 tahun terpilih sebagai
pemimpin TKR. Sudirman kemudian dipromosikan sebagai seorang Jenderal. Ia juga menunjuk
Urip Sumoharjo sebagai kepala staf TKR. Walaupun begitu ia ketika itu belum secara resmi
dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala TKR.

AGRESI MILITER BELANDA


Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang,
ternyata tentara Belanda ikut dibonceng.
Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada
Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan
tentara Inggris di Ambarawa.

Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap
semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa
pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan
Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta
sebelumnya sudah dikuasai.

Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah
akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung
Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan
itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal
dalam kota untuk melakukan perawatan.
Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan
perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

MELAKUKAN PERANG GERILYA


Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya.
Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain,
dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-
hampir tidak ada.

Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak
merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi
memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

JENDERAL SUDIRMAN WAFAT


Penyakit TBC yang menggerogoti Jenderal Sudirman kala itu kian parah. Beliau rajin
memeriksakan diri di rumah sakit Panti Rapih. Disaat itu juga, Indonesia sedang dalam
negoasiasi dengan Belanda menuntuk pengakuan kedaulatan Indonesia.

Jenderal Sudirman kala itu jarang tampil karena sedang dirawat di Sanatorium diwilayah Pakem
dan kemudian pindah ke Magelang pada bulan desember 1949.

Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 desember 1949 melalui
Republik Indonesia Serikat. Jenderal Sudirman saat itu juga diangkat sebagai Panglima Besar
TNI.
Menurut biografi jenderal Sudirman, Diketahui setelah berjuang keras melawan penyakitnya,
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar Sudirman wafat di Magelang. Pemakamannya ke
Yogyakarta diiringi oleh konvoi empat tank serta 80 kendaraan bermotor.

Masyarakat kala itu tumpah ruah ke jalan memberikan -penghormatan terakhir ke Panglima
Sudirman. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Pemakamannya dilakukan dengan prosesi militer. Beliau dimakamkan disamping makam
jenderal urip  Sumoharjo. Jenderal Sudirman kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela
Kemerdekaan.

Jabatan di Militer:
 Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal Besar Bintang Lima

 Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel

 Komandan Batalyon di Kroya

Anda mungkin juga menyukai