BIOGRAFI
DISUSUN OLEH:
Kelas : X-MIA2
B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai
presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan
7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai presiden), B. J.
Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
B. J. Habibie merupakan presiden Indonesia pertama yang terlahir di luar Jawa dan berasal
dari etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan ayahnya yang berasal
dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya yang berasal dari Yogyakarta.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menginisiasi dibangunnya Monumen B.J.
Habibie di depan pintu gerbang utama Bandar Udara Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain
itu, masyarakat Provinsi Gorontalo pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai
nama universitas negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih
digunakan.
Pernikahan B. J. Habibie
Pada awalnya, kisah cinta antara Habibie dan Ainun bermula sejak masih remaja, ketika
keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Namun, keduanya baru saling
memperhatikan ketika sama-sama bersekolah di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa
Barat. Komunikasi mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah dan bekerja
di Jerman Barat, sementara Ainun tetap di Indonesia dan berkuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962 di Rangga Malela,
Bandung. Akad nikah Habibie dan Ainun digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi
pernikahan digelar keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Hotel Preanger. Ketika
menikah dengan Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan, memilih untuk tetap bekerja di
rumah sakit anak-anak di Hamburg atau berperan serta berkarya di belakang layar sebagai istri dan
ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih opsi yang kedua.
Dari pernikahan keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar
Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
Pendidikan B. J. Habibie
B. J. Habibie pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago. Habibie kemudian
belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965, Habibie
melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH
Aachen, Jerman Barat. Menerima gelar diploma insinyur pada 1960 dan gelar doktor insinyur pada
1965 dengan predikat summa cum laude.
Masa Kepresidenan
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada
masa Orde Baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh
wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan, Presiden Habibie segera membentuk
sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana
Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia
juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan
kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat, ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi
Indonesia. Pada eranya, dilahirkan UU Anti-Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU
Partai Politik, dan yang paling penting adalah UU Otonomi Daerah. Melalui penerapan UU Otonomi
Daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya
dituntaskan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanpa adanya UU Otonomi Daerah, bisa
dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi
masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah
konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila
Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia
diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Sedangkan pihak yang kontra menganggap
bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan
ketentuan Pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "Sebelum presiden memangku jabatan,
maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".
Kebijakan Politik
Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah:[33][34]
Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi, yaitu:
1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum
2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang
Pancasila Sebagai Asas Tunggal
3. Tap MPR No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang
Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan kebijakan di luar batas
perundang-undangan
4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden maksimal hanya dua kali periode.
12 Ketetapan MPR antara lain:
1. Tap MPR No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka
penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme
3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia
4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi
6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No.
I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
8. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
9. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
10. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
11. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada
Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan
nasional sebagai pengamalan Pancasila
12. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4)
Kebijakan Ekonomi
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara
Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah
pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar
AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga
memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
Setelah ia tidak menjabat lagi sebagai presiden, Habibie sempat tinggal dan menetap di Jerman.
Tetapi, ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasihat
presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center dan akhirnya menetap dan berdomisili di Indonesia.
Kontribusi besar Habibie bagi bangsa ini pun tetap tercurahkan ketika masa kepemimpinan
Presiden Joko Widodo. Habibie aktif memberikan masukan dan gagasan pembangunan bagi
pengembangan sumber daya manusia di Indonesia.[37] Kesibukan lain dari B. J. Habibie adalah
mengurusi industri pesawat terbang yang sedang dikembangkannya di Batam. Habibie menjabat
sebagai Komisaris Utama dari PT. Regio Aviasi Industri, sebuah perusahaan perancang pesawat
terbang R-80 dan kemudian menyerahkan pucuk pimpinan perusahaan tersebut kepada anaknya,
Ilham Habibie.
Kematian B. J. Habibie
Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 11 September 2019 pukul 18.05
WIB karena gagal jantung. Sebelumnya, Habibie telah menjalani perawatan intensif sejak 1
September 2019.[2] Sehari sebelum dimakamkan, Jenazah B.J. Habibie dibawa dari RSPAD menuju
ke kediaman Habibie-Ainun di Jalan Patra Kuningan XIII Blok L15/7 No.5, kawasan Patra Kuningan
untuk disemayamkan. Ia kemudian dimakamkan di samping istrinya yaitu Hasri Ainun
Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120 pada tanggal 12 September 2019 pukul 14.00
WIB. Upacara pemakaman dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebagai
inspektur upacara.
B. J. Habibie merupakan presiden Indonesia pertama yang dikebumikan di taman makam
pahlawan di ibukota Jakarta, sementara presiden Sukarno dan Abdurrahman Wahid dimakamkan di
Jawa Timur sedangkan presiden Suharto dimakamkan di Karanganyar, Jawa Tengah.
Penghargaan Internasional
Sebagai wakil presiden, dan kemudian presiden Indonesia, Habibie secara otomatis menerima
semua Tanda Kehormatan Bintang (sipil maupun militer) dengan kelas tertinggi, yaitu:[39]
Pemberian Gelar Adat Pulanga (sebuah gelar adat tertinggi) dari Dewan Adat dan
Pemangku Adat 5 Kerajaan di Gorontalo (Limo lo Pohala'a)
Pembangunan Monumen B.J. Habibie di wilayah Isimu, Gorontalo
Pembangunan dan Peresmian Rumah Sakit Provinsi dr. Ainun Habibie di Limboto
Usulan penggunaan nama Universitas B.J. Habibie, menggantikan nama Universitas Negeri
Gorontalo
Usulan penggunaan nama Bandar Udara B.J. Habibie, menggantikan nama Bandar Udara
Djalaluddin Gorontalo
Usulan Pembangunan Museum Habibie yang berlokasi di Rumah Keluarga Besar Habibie,
Gorontalo
Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Gorontalo
Tanah Kelahiran
B.J. Habibie dilahirkan di salah satu kota tua di Sulawesi Selatan, yaitu Kota Parepare. Kota
Parepare merupakan tempat tinggal Habibie sewaktu kecil bersama kedua orang tuanya. Karena
kenangannya kecil berada di kota tersebut, maka pemerintah daerah pun begitu tinggi
mengapresiasi sosok Habibie sebagai tokoh kebanggaan Parepare yang diwujudkan dalam
beberapa kebijakan pemerintah, diantaranya:
Albert Einstein lahir di Ulm, Wuttemberg, Jerman tanggal 14 Maret 1879, sang ayah bernama
Hermann Einstein sedangkan sang ibu bernama Pauline. Ayah Einstein adalah seorang Yahudi dia
sempat bekerja sebagai penjaja ranjam bulu, tetapi beralih menjadi ahli elektrokimia. Keluarga
Einstein sangat fokus pada pendidikan anaknya terutama dibidang Sains dan Musik.
Di sekolahan Katolik itulah yang mengenalkan Einstein dengan musik, apalagi sang ibu juga
sering mengajarinya di rumah. Mereka berdua sering menghabiskan waktunya dengan bermain
Mozart dan Bethoveen. Sikap diam dan cenderung menghindari teman – temannya, membuat
Einstein menggali dan belajar tentang dunia sains.
Dibangku sekolah Einstein dikenal sangat lambat dalam mata pelajaran Sains dan Matematika.
Selain itu kepribadiannya yang cenderung pendiam dan pemalu. Hal ini dapat terjawab ketika
penelitian struktur otaknya setelah Einstein meninggal dunia. Pada penelitian tersebut menyatakan
bahwa struktur otak Einstein berbeda dengan orang pada umumnya, sehingga mengakibatkan dia
lebih banyak berfikir sendiri dan melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya, hal inilah yang
mengakibatkan Einstein lamban dalam menangkap pelajaran, dikarenkan Einstein harus berfikir
sesuai dengan kehendak sang guru.
Pada tahun 1884 tepat Einstein berumur 15 tahun keadaan ekonomi keluarganya yang sedang
tidak baik dikarenakan sang ayah mengalami kerugian di usahanya yaitu elektrokimia,maka
mengakibatkan keluarganya berpindah ke Pavia, Milan, Italia. Tetapi Einstein memilih untuk
menyelesaikan studynya selama satu semester sebelum bergabung dengan keluarganya di Pavia.
Masih teringat dengan kekejaman Nazi di kala itu? Dimana semua warga Jerman yang
beragama Yahudi akan dibunuh dan diasingkan dari Jerman. Hal itulah yang menyebabkan Einstein
memutuskan untuk melepas warga kenegaraan Jerman, dan peristiwa itu terjadi pada tahun 1896
dimana Einstein sudah lulus dari sekolah menengahnya dari Swiss.
Mereka menjalin asmara sampai Mileva melahirkan seorang anak bernama Lieseri yang lahir di
bulan Januari 1902. Tetapi sang putra dimata negara dianggap tidak sah dikarenkan sang orang tua
tidak menikah. Sehingga pada tanggal 6 Januari 1903 mereka menikah dan kembali dikaruniai
seorang putra bernama Hans Albert Einstein yang lahir pada tanggal 14 Mei 1904.
Lulus Kuliah
Setelah lulus dari Eidgenossische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di
Zurich) Einstein mulai mencari pekerjaan. Dia melamar sebagai pengajar atau peneliti di
almamaternya, tetapi selalu ditolak dikarenakan Einstein mempunyai sikap cenderung tergesa –
gesa sehingga hal tersebut membuat Profesor Pembimbingnya marah.
Pada tahun 1902 ayah dari teman satu kelasnya menawari Einstein bekerja di kantornya yaitu
sebuah kantor paten di Swiss, dan Einstein mendapatkan posisi sebagai asisten teknik pemeriksa.
Tugasnya adalah meneliti alat yang akan di patenkan dengan pengaplikasiannya secara langsung,
hal ini sangat lebih penting bila dibandingkan dengan uraian teori secara membelit.
Einstein juga membetulkan alat yang akan mereka patenkan jika terjadi suatu kesalahan.
Mengevaluasi dan mengajukan kepada sang pemilik untuk memperbaiki alatnya. Hal itu berguna
nantinya alat tersebut sudah jadi, bisa digunakan secara efektif dan efisien. Einsten ditempatkan
sebagai asisten teknik pemeriksa yang berkaitan dengan bidang fisika.
Bersamaan saat itu juga Einsten menulis empat buah artikel yang didalamnya berisi tentang
dasar fisika modern penjelasan dari tesisnya. Teori yang terdapat pada tesis itu diantaranya adalah
efek fotolisis dan teori relativitas.
Karena artikel inilah Einsten mendapat penghargaan Nobel. Banyak para ilmuan memuji hasil
kerjanya, dikarenakan einsten dapat mengaplikasikan teori secara langsung melalui alat
eksperimental. Dan langkah itu sangat memudahkan para ilmuan untuk mempelajari dan
mengaplikasikannya. Kemudian Einstein menyerahkan thesisnya ke “Annalen der Physik”
(organisasi persatuan fisika murni dan aplikasi).
Teori Brownian adalah salah satu materi yang ditulisnya pada artikel pertama. Artikel itu berjudul
“On the Montion – Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat – of Small Particles Suspended
in a Stationary Liquid”. Pada artikel tersebut membahas penelitian tentang gerakan Brownian yang
mana menggunakan teori kinetik cairan yang saat itu dianggap kontroversial.
Selama beberapa dekade Einsten berusaha menemukan permasalahan ini dengan mengamati
secara mendalam, hasilnya adalah berupa bukti empirik pada atom.
Sebelum adanya tesis ini, atom dianggap sebagai konsep yang berguna. Tetapi perdebatan atom
ini dialami oleh para fisikawan dan kimiawan, meraka berdebat apakah atom ini merupakan benda
yang benar – benar nyata.
Tetapi dengan penjelasan Einstein secara eksperimental bahwa kita bisa menghitung atom
dengan melalui mikroskop biasa dan perdebatan itu bisa dipatahkan. Sehingga seorang pimpinan
sekolah anti atom menyuruh Arnold Sommerfeld mengkonversi teori Einstein ini.
Sedangkan untuk Teori Relativitas memiliki arti jika suatu benda yang bermassam diberi
kecepatan cahaya pangkat dua maka akan menghasilkan energi yang begitu besar.
Tak tanggung Einsten selalu memberikan penjabaran dengan eksperimentalnya yaitu jika 1 gram
massa dapat menghasilkan energi untuk memasok kebutuhan listrik sebesar 2.700.000 watt selama
setahun penuh. Rumus ini sangat terkenal di bidang keilmuan sain dan teknologi.
‘Alī bin Abī Thālib (Arab: علي بن أﺑﻲ طالب, Persia: ( )علی پسر ابو طالبlahir sekitar 13 Rajab 23
SH/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi) adalah khalifah keempat yang
berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk golongan pemeluk Islam pertama dan salah
satu sahabat utama Nabi. Secara silsilah, 'Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali
dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad.
Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, 'Ali telah terlibat dalam berbagai peran besar sejak
masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat utama Nabi yang lain. 'Ali
mengikuti semua perang, kecuali Perang Tabuk, pengusung panji, juga berperan sebagai sekretaris
dan pembawa pesan Nabi. 'Ali juga ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang Khaibar.
Sepeninggal Nabi Muhammad, 'Ali diangkat sebagai khalifah atau pemimpin umat Islam setelah
Abu Bakar, 'Umar, dan 'Utsman. Dalam sudut pandang Sunni, 'Ali bersama tiga pendahulunya
digolongkan sebagai Khulafaur Rasyidin.[4] Di sisi lain, kelompok Syi'ah memandang bahwa 'Ali yang
harusnya mewarisi kepemimpinan umat Islam begitu mangkatnya Nabi Muhammad atas tafsiran
mereka dalam peristiwa Ghadir Khum, membuat kepemimpinan tiga khalifah sebelumnya dipandang
tidak sah. Masa kekuasaan 'Ali merupakan salah satu periode tersulit dalam sejarah Islam karena
saat itulah terjadi perang saudara pertama dalam tubuh umat Muslim yang berawal dari terbunuhnya
'Utsman bin 'Affan, khalifah ketiga
Perbedaan Pandangan mengenai Ali Bin Abi Thalib
“Ahlussunnah (Sunni)”
Ahlussunnah memandang Ali bin Abi Thalib sebagai salah seorang sahabat Nabi yang
terpandang. Hubungan kekerabatan Ali dan Rasulullah sangat dekat sehingga ia merupakan
seorang ahlul bait dari Nabi ﷺ. Ahlussunnah juga mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai
salah seorang Khulafaur Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk).
Sunni menambahkan nama Ali di belakang dengan Radhiyallahu Anhu atau semoga Allah ridha
padanya. Tambahan ini sama sebagaimana yang juga diberikan kepada sahabat Nabi yang lain dan
pa
“Sufi”
Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah atau semoga Allah
memuliakan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik, berdasarkan riwayat bahwa dia tidak suka
menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan
sekalipun. Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa dia tidak suka memandang ke bawah bila
sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain menyebutkan dalam banyak
pertempuran, bila pakaian musuh terbuka bagian bawah terkena sobekan pedang dia, maka Ali
enggan meneruskan duel hingga musuhnya lebih dahulu memperbaiki pakaiannya.
Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu al-hikmah (divine wisdom)
dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari dia bermunculan cabang-cabang tarekat (thoriqoh)
atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan dia sesuai dengan
catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadiriyah dengan pendirinya Syekh
Abdul Qadir Jaelani, yang merupakan keturunan langsung dari Ali melalui anaknya Hasan bin
Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani (karya Syekh Ja'far
Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.
Riwayat Hidup
Kelahiran & Kehidupan Keluarga
Kelahiran
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali
dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi
atau 600 (perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap
Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun,
ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Dia bernama asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari
Muhammad ﷺ. Assad yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk
mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara
kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir diberi nama Assad, Ayahnya memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah).
Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak
dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi ﷺkarena dia tidak punya
anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi ﷺ
bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus
untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa,
sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi
Harun kepada Nabi Musa.
Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad ﷺmenerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu
Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2
yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini, Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi ﷺkarena
sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga dia
menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-
pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka
menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi
khusus kepada dia tetapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun
kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya,
sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas
masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zahir (eksterior)
atau syariah dan batin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang
sangat cerdas, berani dan bijak.
Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan
hijrah Nabi. Dia tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi
mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh yang telah
meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Kehidupan di Madinah
Pernikahan
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali menikah dengan Fatimah az-Zahra, putri Nabi
Muhammad. Ali tidak menikah dengan wanita lain ketika Fatimah masih hidup. Tertulis
dalam Tarikh Ibnu Atsir, setelah itu Ali menikah dengan Ummu Banin binti Haram, Laila binti
Mas'ud, Asma binti Umais, Sahba binti Rabia, Umamah binti Abil Ash, Haulah binti Ja'far, Ummu
Said binti Urwah, dan Mahabba binti Imru'ul Qais.[5]
Julukan
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya
tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan
membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab yang
berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai
oleh Ali.
Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi
Perang Badar
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di
sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi.
Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tetapi semua
sepakat dia menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin
Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah
menjadi dua bagian.
Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan
Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan
Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kukuh, biasa disebut dengan perang
Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi ﷺ
bersabda:
"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia
akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya.
Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun,
tenyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng
Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu
menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Jendral Sudirman
Jenderal Besar Sudirman ini lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916.
Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem.
Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo yang
merupakan seorang camat setelah diadopsi.
Ayah dan Ibu Sudirman merelakan anaknya diadopsi oleh pamannya karena kondisi keuangan
pamannya lebih baik daripada orang tua Sudirman sehingga mereka ingin yang terbaik buat
anaknya.
MASA KECIL
Di usia tujuh tahun, Sudirman masuk di HIS (hollandsch inlandsche school) atau sekolah
pribumi. ia kemudian pindah ke sekolah milik Taman Siswa pada tahun ketujuhnya bersekolah.
Tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah Wirotomo disebabkan sekolah milik taman siswa
dianggap sebagai sekolah liar oleh pemerintah Belanda.
Di tahun 1934, pamannya Cokrosunaryo wafat. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Sudirman. Ia
dan keluarganya jatuh miskin. Meskipun begitu ia diperbolehkan tetap bersekolah tanpa
membayar uang sekolah hingga ia tamat menurut Biografi Jenderal Sudirman yang ditulis oleh
Sardiman (2008).
Di Wirotomo pula, Sudirman ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan milik
Muhammadiyah. Beliau juga menjadi pemimpin organisasi tersebut pada cabang Cilacap
setelah lulus dari Wirotomo.
Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia
dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara
sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun
ia sudah menjadi seorang jenderal.
Setelah lulus, ia kembali belajar di Kweekschool, sekolah khusus calon guru milik Muhammadiyah
pada zaman Hindia Belanda. namun berhenti karena kekurangan biaya.
Sudirman kembali ke Cilacap dan mulai mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah. Disini pula
ia bertemu dengan Alfiah, temannya sewaktu sekolah yang kemudian mereka menikah.
Di Cilacap, Sudirman tinggal di rumah mertuanya yang bernama Raden Sostroatmodjo seorang
pengusaha batik kaya. Selama mengajar di sekolah tersebut, beliau juga aktif dalam
perkumpulan organisasi pemuda Muhammadiayah.
Setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada tahun 1942. Perubahan kekuasaan mulai
terlihat. Jepang menutup sekoalh tempat Sudirman mengajar dan mengalihfungsikannya
menjadi pos militer.
Meskipun begitu Sudirman melakukan negosiasi dengan Militer Jepang. Ia kemudian diizinkan
kembali mengajar walapun kala itu perlengkapannya sangat dibatasi.
Di tahun 1944, Sudirman menjabat perwakilan di dewan karesidenan yang dibentuk oleh
Jepang. Dan tak lama kemudian Sudirman diminta untuk bergabung dalam tentara PETA
(Pembela Tanah Air) oleh Jepang.
MASUK DI MILITER
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu
tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia (Panglima TNI).
Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya
sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai
Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Setelah bom atiom di Hiroshima dan Nagasaki dijatuhkan, kekuatan militer Jepang di Indonesia
mulai melemah. Sudirman yang ketika itu ditahan di Bogor mulai memimpin kawan-kawannya
untuk melakukan pelarian.
Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap
semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa
pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan
Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta
sebelumnya sudah dikuasai.
Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah
akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung
Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan
itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal
dalam kota untuk melakukan perawatan.
Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan
perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak
merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi
memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Jenderal Sudirman kala itu jarang tampil karena sedang dirawat di Sanatorium diwilayah Pakem
dan kemudian pindah ke Magelang pada bulan desember 1949.
Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 desember 1949 melalui
Republik Indonesia Serikat. Jenderal Sudirman saat itu juga diangkat sebagai Panglima Besar
TNI.
Menurut biografi jenderal Sudirman, Diketahui setelah berjuang keras melawan penyakitnya,
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar Sudirman wafat di Magelang. Pemakamannya ke
Yogyakarta diiringi oleh konvoi empat tank serta 80 kendaraan bermotor.
Masyarakat kala itu tumpah ruah ke jalan memberikan -penghormatan terakhir ke Panglima
Sudirman. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Pemakamannya dilakukan dengan prosesi militer. Beliau dimakamkan disamping makam
jenderal urip Sumoharjo. Jenderal Sudirman kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela
Kemerdekaan.
Jabatan di Militer:
Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal Besar Bintang Lima