Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

“ANALISIS PEMANFAATAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA


PENANGANAN GENANGAN AIR PADA KAWASAN PEMUKIMAN KELURAHAN
OEBUFU KOTA KUPANG”.

OLEH

GRASIO SENLAU DASM


1501110027

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
KATA PENGATAR

Puji sykuru kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Semester melalui penulisan
Proposal Penelitian dengan berjudul “Analisis Pemanfaatan Sumur Resapan Sebagai
Upaya Penanganan Genangan Air Pada Kawasan Pemukiman Kelurahan Oebufu Kota
Kupang“ yang merupakan pernyataan untuk menyelesaikan tugas akhir di Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa
Cendana.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan proposal ini berkat dari
kedua orang tua, teman-teman, dan juga bapak ibu dosen maupun para pihak yang telah
membantu dan memotivasi saya untuk terus berusaha dan maju sampai selesai.

Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai, melindungi, dan memberikan rahmat
dan berkatNya kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
2. Bapak Dr. Jakobis J. Messakh, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan Universitas Nusa Cendana.
3. Bapak Dr. Jakobis J. Messakh, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Paul
Gabriel Tamelan, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyusun proposal ini.
4. Teristimewah buat kedua Orang Tua, Saudarah dan Keluarga yang telah mendukung
dalam doa, moral, dan materi dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Teman-teman PTB angkatan 2015 sekalian.

Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis diterima sebagai berkat dan
semoga mendapat balasan yang melimpah dari Tuhan. Penulis menyadari segala keterbatasan
sebagai kekurangan kajian dalam penulisan ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik dari berbagai pihak.

Akhirnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis selalu berdoa dan mohon berkat
serta rahmat Nya atas segala budi baik semua yang tersebut di atas yang telah diberikan
kepada saya, Amin.

Kupang, 13 Mei 2021


Penulis

Grasio Senlau Dasm


DAFTAR ISI

Halaman
COVER................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah.................................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah.......................................................................................... 4
1.4. Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.5. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
1.6. Manfaat Penelitian....................................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6


1.1. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 6
1.2. Dasar Teori.................................................................................................. 9
1.3. Penelitian Yang Relevan............................................................................. 25
1.4. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 28

BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 29


1.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian...................................................... 29
1.2. Alat dan Bahan Penelitian........................................................................... 30
1.3. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................... 30
1.4. Teknik Pengambilan Sampel....................................................................... 31
1.5. Teknik Analisis Data................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 39

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banjir merupakan suatu masalah yang sampai saat ini masih perlu adanya
penanganan khusus dari berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Banjir bukan masalah yang ringan. Banjir dapat terjadi akibat naiknya
permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu,
tanggul/ bendungan yang bobol, intensitas hujan yang besar terjadi di titik-titik
tertentu saja, terhambatnya aliran air di tempat lain (Ligal, 2008).

Sedikitnya ada lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia yaitu faktor
hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan
perencanaan pembangunan alur sungai, factor pendangkalan sungai dan faktor
kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan prasarana (Agus Mayono
2005)

Banjir menyebabkan berbagai macam resiko, di antaranya yaitu: rumah warga


menjadi kotor, adanya korban jiwa, korban materi, warga terserang berbagai
macam penyakit (penyakit kulit, diare, dll), rusaknya bangunan, macetnya kegiatan 
ekonomi warga, jalan berlubang, bahkan hingga trauma yang dialam oleh warga
masyarakat, dll.

Bencana banjir dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap


pemukiman, perekonomian dan lingkungan, bahkan kehilangan jiwa manusia ( Di
Baldassarre, 2012).

Hampir setiap tahun beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah


perkotaan dilaporkan mengalami bencana banjir. Sebagian besar kasus kejadian
banjir tersebut terjadi akibat luapan sungai yang tidak mampu menampung aliran
banjir. Hal ini membutuhkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah untuk
mengatasi permasalahan banjir, jika tidak ingin kerugian yang lebih besar dimasa
mendatang.

Adapun dampak negatif dari banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan


hidup berupa yakni rusaknya area pemukaan penduduk, sulitnya mendapat air
bersih, rusaknya sarana penduduk, menghambat proses belajar mengajar,

3
timbulnya penyakit-penyakit, menghambat transportasi darat. Dampak banjir dapat
terlihat pada melimpahnya aliran permukaan di musim hujan yang mengakibatkan
ketidak mampuan kapasitas drainase sebagai wadah untuk mengalirkan air.
Banjir hampir terjadi di setiap musim penghujan tiba dan datang tanpa
mengenal tempat dan siapa yang menghuni tempat tersebut. Banjir bisa terjadi di
wilayah pemukiman, persawahan, jalan, ladang, tambak, bahkan di perkotaan.
Bencana banjir tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalisir dampaknya
dengan penaggulangan terhadap banjir.
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2006), ada 5 macam strategi untuk mengurangi
dampak banjir pada individu dan masyarakat, yaitu : (1) Informasi dan pendidikan,
(2) Asuransi banjir, (3) Penyesuaian - penyesuaian pajak, (4) Tindakan-tindakan
darurat untuk banjir, (5) Pemulihan pasca banjir.
Untuk itu dalam terjadi genangan air yang lebih ± 3 jam, arus lalu lintas macet,
terjadi kecelakaan, yang menganggu aktifitas masyarakat. Untuk perlu diteliti
penanganan air genangan dimaksud debit air berbagai cara atau metode
penanganan. Dalam penilitian ini untuk wilayah penanganan air genangan
diperlukan daerah resapan berpotensial terjadi resapan yang terjadi
Selain strategi untuk mengurangi dampak banjir pada individu dan masyarakat,
ada pula strategi untuk mengurangi banjir yang dikemukakan oleh Kodoatie
dan Sjarief (2006), yaitu: (1) Bendungan dan waduk, (2) Tanggul (levee) dan
penahan banjir (Floodwall), (3) Peningkatan kapasitas saluran drainase atau
sungai, (4) Tindakan-tindakan perbaikan lahan, (5) Penahanan di suatu lokasi (on-
site detention)
Adapun penanganan serta penanggulangan banjir seperti buang sampah pada
tempatnya, mananam pohan dan rumput di halaman rumah, rajin membersihkan
selokan, penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan, tidak
membangun pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir, tidak membuang
sampah kedalam sungai, dan program penghijauhan didaerah hulu.
Menurut Kepala BLHD Kota Kupang, Eben Ndapamerang, kepada NTT yang
dikutib dari Onlinenow.com di Balai Kota Kupang, Kamis (27/10/2016),
ketersediaan air tanah di Kota Kupang sudah semakin menipis. Hal ini bisa dilihat
dari besarnya banjir setiap musim penghujan karena tidak adanya penahan air,
sehingga air terbuang percuma kelaut. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya

3
lapisan tanah yang sudah tertutup dengan paving blok, maupu semenisasi
permukaan tanah oleh pemukiman penduduk dan fasilitas umum, sehingga air
hujan yang turun tidak merasap kedalam tanah, melainkan terbuang percuma ke
laut.
Seperti yang telah terjadi daerah kawasan banjir yang baru seperti kawasan
oebufu dan Tuak Daun Merah (TDM) pada Jalan Bundaran Perumahan Umum
yang semakin luas dan mulai mencemaskan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
lahan peresapan alami semakin menyempit dan kondisi DAS mulai berubah.
Salah satu langkah yang digunakan untuk mengelolah limpasan tersebut yaitu
sumur resapan. Sumur resapan adalah sitem resapan buatan yang berfungsi sebagai
penampung air hujan, dapat berupa sumur, parit, atau peresapan. Kegiatan ini pemb
angunan sumur resapan merupakan salah satu kegiatan konservasi air sebagai
upaya untuk meningkatkan volume air tanah didaerah lereng dan upaya
penanggulangan dampak bencana alam dari kekeringan. Menurut (Kusnaedi,
1995), Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan
sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah.

Pada dasarnya pemerintah telah mewajibkan pembuatan sumur resapan air


hujan di setiap pekarangan rumah. Akan tetapi, masih banyak dari masyarakat
yang belum mengetahui standar sumur resapan yang baik dan benar. Berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-2453-2002, dapat diketahui bahwa
persyaratan umum yang harus dipenuhi untuk sebuah sumur resapan pada lahan
pekarangan rumah tinggal.

Untuk mengurangi resiko terjadinya genangan dan banjir maka diperlukan


adanya daerah resapan. Oleh karena itu dilakukan kajian untuk mengetahui besar
debit  limpasan  air  hujan  sebelum  dan  sesudah  menggunakan  sumur  resapan. 
Pembuatan  sumur  resapan  sebagai  salah  satu  upaya  untuk  meningkatkan  
kemampuan  tanah dalam menyaring air hujan.
Berdasarkan kenyataan dari fenomena yang terjadi, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut berkenaan dengan “Analisis Pemanfaatan Sumur
Resapan Sebagai Upaya Penanganan Genangan Air Pada Kawasan
Pemukiman Kelurahan Oebufu Kota Kupang ”.

3
1.2 Identifikasi Masalah
Bardasarkan deskripsi masalah diatas penulis mengidentifikasikan sebagai berikut:
1. Terdapat titik-titik genangan air pada kawasan pemukiman dan area pertokoan Jalan
Bundaran Perumahan Umum. Kelurahan Oebufu TDM II dan TDM III.
2. Tidak ada ketersediaan peresapan air di titik titik genangan air.
3. Terjadi penutupan lahan dengan paving, cor lantai semen, sehingga tidak ada area
resapan air.
4. Curah hujan yang relatif tinggi, membuat air tertampung pada titik-titik genangan
sehingga mengakibatkan kemacetan lalu-lintas.
5. Sejumlah warga atau pemukiman membendung aliran air dengan menumpukan
gundukan pasir.

1.3 Batasan Masalah


1. Potensi curah hujan yang menyebabkan genangan air
2. Jumlah debit air yang tergenang pada kawasan pemukiman dan area pertokoan.
3. Desaian sumur resapan untuk mengendalikan limpasan air hujan.

1.4 Rumusan Masalah


1. Berapa besar potensi curah hujan yang menyebabkan genangan air di kawasan
pemukiman dan area pertokoan di Jalan Bundaran Perumahan Umum. Kelurahan
Oebufu TDM II dan TDM III.
2. Berapa luas dan tinggi genangan air yang biasa terjadi di kawasan pemukiman dan
area pertokoan di Jalan Bundaran Perumahan Umum. Kelurahan Oebufu TDM II
dan TDM III.
3. Bagaimana desaian sumur resapan untuk mengendalikan limpasan air hujan pada
musim penghujan pada kawasan pemukiman dan area pertokoan di Jalan Bundaran
Perumahan Umum. Kelurahan Oebufu TDM II dan TDM III.

3
1.5 Tujuan Penilitian

Tujuan yang dilakukan dari penilitian ini adalah


1. Untuk mengetahui besarnya potensi curah hujan yang menyebabkan genangan air di
kawasan pemukiman dan area pertokoan di Jalan Bundaran Perumahan Umum.
Kelurahan Oebufu TDM II dan TDM III.
2. Mengetahui luas dan tinggi genangan air yang biasa terjadi di kawasan pemukiman
dan area pertokoan di Jalan Bundaran Perumahan Umum. Kelurahan Oebufu TDM II
dan TDM III.
3. Merencanakan sumur resapan untuk mengendalikan genangan dan limpasan air hujan
pada musim penghujan pada kawasan pemukiman dan area pertokoan di Jalan
Bundaran Perumahan Umum. Kelurahan Oebufu TDM II dan TDM III.

1.6 Manfaat Penilitian


Manfaat yang dilakukan penilitian ini adalah sebagai bahan pelajaran tentang
perencanaan sumur peresapan sebagai alternative untuk limpasan yang berlebihan dan
terjadinya genangan air.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Siklus hidrologi adalah suatu rangkaian proses yang terjadi dengan air yang
terdiri dari penguapan, presipitasi, infiltrasi dan pengaliran keluar (outflow). Air
menguap keudara dari permukaan tanah dan laut. Penguapan dari daratan terdiri dari
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi merupakan proses menguapnya air dari
permukaan tanah, sedangkan transpirasi adalah proses menguapnya air dari tanaman.
Uap yang dihasilkan mengalami kondensasi dan dipadatkan membentuk awan-awan
yang nantinya dapat kembali menjadi air dan turun sebagai presipitasi. Sebelum tiba
di permukaan bumi presipitasi tersebut sebagian langsung menguap ke udara,
sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan sebagian lagi mencapai
permukaan tanah. Presipitasi yang tertahan oleh tumbuh-tumbuhan sebagian
diuapkan dan sebagian lagi mengalir melalui dahan (stem flow) atau jatuh dari daun
(trough fall) dan akhirnya sampai ke permukaan tanah. Air yang sampai ke
permukaan tanah sebagian berinfiltrasi dan sebagian lagi mengisi lekuk-lekuk
permukaan tanah kemudian mengalir ketempat yang lebih rendah (runoff), masuk ke
sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanannya menuju ke laut sebagian
mengalami penguapan. Air yang masuk ke dalam tanah sebagian keluar lagi menuju
sungai yang disebut dengan aliran intra (interflow). Sebagian  lagi  akan  terus  turun
dan masuk ke
dalam air tanah yang keluar sedikit demi  sedikit dan  masuk ke  dalam sungai sebaga
i aliran  bawah tanah (groundwater  flow), dan begitu seterusnya (Soemarto, 1987).

Drainase yang berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage yang mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik
sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak
terganggu. Drainase adalah istilah yang dipergunakan untuk sistem penangan air
berlebihan. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas
3
air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya
air permukaan tapi juga air tanah. Secara umum, system drainase dapat didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Tiga tugas pokok drainase yaitu hujan permukiman,
drainase lahan, dan drainase jalan raya. Seringkali dianggap sebagai masalah kecil
bagi insiyur hidrolika dan acap direncanakan seolah olah bukan pekerjaan yang
penting (Suripin, 2004).

Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infra struktur perkotaan
yang sangat penting bahkan dalam suatu perumahan. Kualitas manajemen dari
suatu perumahan dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem
drainase yang baik dapat membebaskan perumahan dari suatu genangan dan
terjadinya limpasan air permukaan yang berlebihan. Genangan air menyebabkan
lingkungan menjadi kotor dan jorok. Sedangkan bila terjadi limpasan air hujan yang
berlebihan dapat menurunkan muka air tanah, sehingga dapat menurunkan kualitas
lingkungan, dan kesehatan masyarakat (Suripin, 2004).

Analisis hidrologi diperlukan untuk perencanaan drainase, culvert,


maupun jembatan yang melintasi sungai atau saluran (Suripin, 2004). Dalam
merencanakan drainase dan pengelolaan air hujan, sangat penting untuk
mengetahui debit air hujan yang dikelola. Analisis hidrologi diperlukan untuk
menentukan laju aliran, kemampuan limpasan (run off) dan debit (discharge).
Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan banjir antara lain.

Faktor topografi dan iklim, yang sedang berkaitan dengan pengaruh


penyebab banjir. Selain itu karakteristik saluran drainase, perembesan (infiltrasi)
juga mempengaruhi limpasan banjir yang terjadi. Limpasan permukaan dan bawah tanah
dikumpulkan dan dibuang lewat saluran. Kondisi alami atau kondisi buatan dari saluran
ini secara materi dapat mempengaruhi volume dan laju limpasan dan karena itu, kondisi
ini harus dipertimbangkan dalam analisis hidrologi.

Metode rasional merupakan metode yang paling luas digunakan untuk


menganalisis respon limpasan dari daerah tangkapan yang kecil ( luas sampai dengan
500 ha ). Metode ini terutama diaplikasikan dalam desain drainase perkotaan dan
struktur drainase dalam skala kecil. Kepopuleran metode rasional adalah
3
kesederhanaannya, walaupun demikian perhatian yang masuk akal perlu diberikan
dalam penggunaan metode ini secara benar.

Hidrograf satuan adalah besarnya direct run off dari suatu daerah tangkapan air
akibat hujan setinggi 1 mm yang turun selama 1 jam secara merata dan teres menerus
pada daerah tangkapan air. Jadi, hidrograf satuan yakni sebuah cara untuk memperoleh
hidrograf limpasan permukaan dari curah hujan lebih. Cara hidrograf satuan ini beserta
grafik distribusi adalah cara sangat berguna dan terbaik untuk perhitungan debit banjir
(Hindarko, 2002).

Pembangunan sumur resapan adalah salah satu upaya untuk pelestarian sumber
daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan, untuk menambah jumlah air yang masuk
ke dalam tanah sehingga dapat menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah dan
mempertinggi muka air tanah, mengurangi limpasan permukaan (run off ) dan erosi
tanah (Drs. Robertus Haryoto Indriatmoko dan Heru Dwi Wahjono,B.Eng ).

Sumur resapan merupakan suatu upaya untuk menyaring air hujan dalam rangka
menambah cadangan air tanah. Hal ini mengingat persediaan air di negara ini sudah
sangat menipis, ditambah lagi dengan masalah air lainnya seperti kelebihan air di saat
musim hujan yang mengakibatkan masalah banjir dan musim kemarau yang sering
kekurangan air, sehingga seluruh masyarakat harus segera mungkin menyadari dan
menyelamatkan air. Sumur resapan dapat berfungsi untuk mencegah penurunan tanah,
mengurangi genangan banjir dan aliran air di permukaan tanah, mengurangi meluasnya
penyusupan/ instrusi laut ke arah daratan, menambah potensi air tanah. Sumur resapan
merupakan sistem resapan buatan, yang dapat menampung air hujan akibat dari adanya
penutupan tanah oleh bangunan berupa lantai bangunan maupun dari halaman yang di-
plester. Selain itu, sumur resapan berfungsi untuk menampung, menyimpan dan
menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan air hujan ke saluran
pembuangan dan badan air lainnya sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau
dan sekaligus mengurangi timbulnya banjir.

Konsep dasar sumur resapan adalah memberikan kesempatan dan jalan pada air
hujan yang jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan
jalan menampung air tersebut pada suatu sistem resapan. Sumur resapan merupakan

3
sumur kosong dalam tanah dengan kapasitas tampung yang cukup besar sebelum air
meresap ke dalam tanah (Suripin, 2004).

(sumber : http://klastik.wordpress.com/2008/02/04/cegahbanjir-dengan-
sumur- resapan)

POTONGAN SALURAN LINGKUNGAN

Gambar 2.1 Sumur Resapan Dan Potongan Saluran Lingkungan


(sumber : Nanda Hafiz Pratama Lubis Beny O.Y. Marpaung digilib
mercubuana.ac.id/manager/ artikel)

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Debit Hujan


Perhitungan debit hujan untuk saluran drainase di daerah perkotaan dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus rasional atau hidrograf satuan. Dalam

3
perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan,
baik periode ulang dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur
saluran, dan lain-lain.

Tabel 2.1 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan

Luas DAS Periode Ulang


(Ha) (Tahun) Metode Perhitungan Debit Hujan

< 10 2 Rasiona
10 - 100 2-5 Rasiona
l
101 - 500 5 - 20 Rasiona
l
>500 10 - 25 l satuan
Hidrograf
(Sumber: Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi,
Yogyakarta)

2.2.2. Analisis Hujan Rata - Rata Daerah Aliran Sungai

Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada suatu tempat atau titik saja (point rainfall). Adanya perubah
an stasiun pengamatan, perggantian alat penakaran serta perggantian orang (pe
ngamat) dapat  menyebabkan data  hujan  tidak  konsisten. Untuk  mengetahui h
al  tersebut perlu dilakukan uji konsistensi data pengamatan dari stasiun yang b
ersangkutan. Pada dasarnya metode pengujian tersebut merupakan pembanding
data stasiun yang  bersangkutan dengan data stasiun lain  disekitarnya.  Untuk
suatu kawasan yang luas satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan
hujan daerah tersebut, oleh karena itu diperlukan hujan kawasan yang
diperoleh dari jumlah rata-rata curah hujan dibeberapa stasiun pengamatan
hujan yang ada di dalam dan/ atau di sekitar kawasan tersebut. Ada tiga
macam metode yang umum digunakan untuk menghitung hujan rata-rata
kawasan. Salah satunya adalah metode Poligon Thiessen (Suripin, 2004).

Cara Poligon Thiessen dapat dipakai di daerah dataran atau daerah


pegunungan (dataran tinggi). Diasumsikan bahwa variasi hujan antara
stasiun hujan yang satu dengan yang lainnya adalah linier dan stasiun hujan
yang secara acak dianggap dapat mewakili kawasan tersebut. Hujan rata-rata
DAS dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

3
P 1+ P 2+ P 3+…+ Pn
P= (2.1)
n

Di mana P1, P2, … ,Pn adalah curah hujan yang tercatat di stasiun hujan
1, 2,.....,n. A1, A2, … ,An adalah luas areal poligon 1, 2, … ,n dan n adalah
banyaknya stasiun penangkaran curah hujan.

Gambar 2.2 Metode Poligon Thiessen

Pemilihan metode Poligon Thiessen ini di dasarkan pada beberapa


faktor, faktor tersebut antara lain :

Tabel 2.2 Jaring ± jaring pos hujan.


Metode Isohyet, Thissen atau rata ± rata
Jumlah stasiun hujan cukup
aljabar dapat dipakai
Jumlah pos stasiun hujan terbatas Metode rata ± rata aljabar atau Thiessen
Pos stasiun hujan tunggal Metode hujan titik

Tabel 2.3 Luas DAS.


2 Metode Isohyet
DAS besar (> 5000 km )
2 Metode Thiessen
DAS sedang ( 500 s/d 5000 km )
2 Metode aljabar
DAS kecil ( < 500 km )

Tabel 2.4 Topografi DAS.


Pegunungan Metode rata - rata aljabar

Dataran Metode Thiessen

Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohyet

2.2.3. Analisis Frekuensi dan Probabilitas.

Sistem hidrologi kadang dipengaruhi oleh peristiwa yang luar biasa


(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Tujuan analisis
frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-
peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui
penerapan distribusi. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak terikat

3
(independent), terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik (peluang).
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai
atau dilampaui.

Perhitungan analisis frekuensi merupakan pengulangan suatu kejadian


untuk meramalkan atau menentukan periode ulang berikut nilai probabilitas.
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan
panjang data. Adapun distribusi yang dipakai dapat ditentukan setelah
mengetahui karakteristik data yang ada, yaitu data curah hujan rata-rata
maksimum. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan
yang terjadi. Menurut Soemarto (1987), dalam ilmu statistik dikenal ada empat
jenis istribusi frekuensi yang paling lazim digunakan dalam analisis hidrologi,
yaitu :

2.2.3.1. Distribusi Normal.

Distribusi normal disebut pula distribusi Gauss. Secara sederhana,


persamaan distribusi normal dapat ditulis sebagai berikut ( Suripin, 2004) :
XT = X́ + KT . Sd (2.2)
Di mana :

X T −X T ❑
KT =
S
XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan,

X́ = nilai rata ± rata data (mm),

Sd = Deviasi standart,
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.
2.2.3.2. Distribusi Log Normal.

Jika fariabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X


dikatakan mengikuti distribusi log normal. Persamaan distribusi log normal
sebagai berikut (Suripin, 2004) :
XT = X́ + KT . Sd (2.3)

Y = log X
3
Di mana :

XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T- tahunan,


X́ = nilai rata ± rata data,
Sd = deviasi standart,

KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.

2.2.3.3. Distribusi Log-Pearson Tipe III.

Jika X adalah data curah hujan maka berikut adalah langkah -


langkah penggunaan distribusi Log-Pearson Tipe III ( Suripin, 2004) :

a. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X,

b. Hitung nilai rata - rata,

log X́ =
∑ log X (2.4)
n

c. Hitung harga simpangan baku,

´ 3
S X = (log Xi−log X ) ( 2.5)
√ n−1

d. Hitungan koefisien kemencengan ( Coefficient of Skewness )


n
n ∑ (log Xi− log´ X )3
i =1
CS= (2.6)
´ X)3
(n−1)(n−2)( S log

e. Hitungan logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T


dengan rumus :

log Rt = log´ X + Gt ( S log


´ X¿ (2.7)

Di mana K adalah variabel standar (standarized variable) untuk X yang

besarnya tergantung koefisien kemencengan CS. Nilai K seperti dalam tabel

nilai koefisien K untuk Log-Pearson (tabel terlampir). Apabila nilai CS = 0,

maka distribusi log pearson tipe III identik dengan distribusi log normal,

sehingga distribusi komulatif merupakan garis lurus pada grafik.

2.2.3.4. Distribusi Gumbel.

3
Persamaan distribusi Gumbel adalah sebagai berikut ( Suripin, 2004) :
n



∑ ( Xi− Xr)2 (2.8)
i=1
SX=
n−1

Yt −Yn
K= (2.9)
Sn
Di mana :
= nilai rata ± rata sampel,
SX = deviasi standart sampel,
K = faktor probabilitas,
Yn= reduced mean yang tergantung jumlah sampel n tersedia dalam bentuk
tabel,
Sn = reduced standart deviation yang tergantung jumlah sampel n
tersedia dalam bentuk tabel,
Yt = reduced variate, telah ditabelkan.
Dengan menggunakan salah satu metode di atas kita dapat
menghitung tinggi hujan rencana yang akan digunakan sebagai dasar
untuk menentukan dimensi suatu bangunan air.
Analisis frekuensi dengan cara statistik berdasarkan data dari pencatatan
berkala pada stasiun hujan. Analisis frekuensi didasarkan pada sifat - sifat
statistik data yang tersedia untuk memperoleh kemungkinan besaran hujan
pada periode ulang tertentu. Sifat - sifat data yang tersedia sangat
menentukan jenis analisis yang akan digunakan. Parameter statistik yang
perlu diperhatikan antara lain :
a. Nilai rata ± rata (Mean).

∑ Xi
(2.10)
N
b. Nilai Deviasi Standart (Standart Deviation).
∑( Xi−μ)²

c.
σ=
√N−1
(2.11)

Koefisien Variasi (Coefficient of Variation).


S
CV =
X ( ) (2.12)

d. Koefisien Kemencengan ( Coefficient of Skewness )

3
3
∑ ( X − X́ ) . N ²
CS = (2.13)
( N −1 ) ( N −2 ) ( N−3 ) S ⁴
e. Koefisien Ketajaman (Coefficient of Kurtosis).

∑ ( X− X́ ) . N ²
CK = (2.14)
( N −1 ) ( N −2 ) ( N−3 ) S ⁴
Dimana :
X́ = Cuarah huja rata ± rata daerah (mm)
N = Jumlah data pengamatan
Xi = Curah hujan di stasiun i (mm)
Sd = Standar deviasi (mm)
CV = Koefisien variasi (Coefficient of Variation)
CS = Koefisien kemencengan (Coefficient of Skewness)
CK = Koefisien ketajaman (Coefficient of Kurtosis)
Untuk menentukan distribusi yang akan dipakai berdasarkan pada hasil
uji kesesuaiannya terhadap ciri - ciri statistik masing - masing. Kesalahan
dalam pemilihan jenis distribusi akan menyebabkan terjadinya kesalahan
perkiraan, baik over estimate ataupun under estimate dimana keduanya sangat
tidak diharapkan dalam suatu perhitungan. Karakteristik distribusi frekuensi
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.5. Karakteristik Distribusi Frekuensi.

Jenis Distribusi Frekuensi Syarat Distribusi


1. Distribusi normal CS = 0 dan Ck = 3
2. Distribusi Log - Normal CS > 0 dan Ck > 3
3. Distribusi Gumbel CS = 1,139 dan Ck = 5,402
4. Distribusi Log - Pearson Tipe III CS antara 0 s/d 0,9
( Sumber : Soewarno, 1995. Hidrologi Jilid 1. Nova, Bandung )

Langkah - langkah analisis frekuensi adalah sebagai berikut :


a. Hitung besaran statistik data hidrologi yang dianalisis (Mean,
Standart Deviation, Coefficient of Variation, Coefficient of Skewness,
Coefficient of Kurtosis).
b. Perkirakan jenis distribusi frekuensi yang sesuai dengan data yang ada
berdasarkan besaran statistik tersebut.
c. Urutkan data dari kecil ke besar atau sebaliknya.
d. Melakukan distribusi frekuensi menurut karakteristik data yang ada.

3
e. Melakukan uji distribusi (dengan uji Chi Square atau Smirnov-
Kolmogorov).

2.2.4. Limpasan (runoff)

Limpsan merupakan gabungan antara aliran permukaan, aliran - aliran


yang tertunda pada cekungan - cekungan, dan aliran bawah permukaan
(subsurface flow). Adapum faktor - faktor yang mempengaruhi limpasan
terutama adalah karakteristik hujan, meliputi :
- Intensitas hujan
Pengaruh intensitas hujan terhadap limpasan permukaan sangat tergantung
pada laju infiltrasi. Jika intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan
terjadi limpasan permukaan sejalan dengan peningkatan intensitas curah hujan.
Namun demikian, peningkatan limpasan permukaan tidak selalu sebanding
dengan peningkatan intensitas hujan karena adanya penggenangan di
permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh pada debit maupun volume
limpasan.
- Durasi hujan
Total limpasan dari suatu hujan berkaitan langsung dengan durasi hujan
dengan intensitas tertentu. Setiap DAS mempunyai satu lama hujan kritis. Jika
hujan yang terjadi lamanya kurang dari hujan kritis, maka lamanya limpasan
akan sama dan tidak tergantung pada intensitas hujan.

- Distribusi curah hujan

Laju dan volume limpasan dipengaruhi oleh distribusi dan intensitas


hujan di seluruh DAS. Secara umum, laju dan volume limpasan maksimum
akan terjadi jika seluruh DAS telah memberi konstribusi aliran. Namun
demikian, hujan dengan intensitas tinggi pada sebagian DAS dapat
menghasilkan limpasan yang lebih besar dibandingkan dengan hujan biasa
yang meliputi seluruh DAS.

2.2.5. Laju Aliran Puncak.

Di dalam suatu analisis hidrologi hasil akhir yang didapat salah satunya
berupa perkiraan laju aliran puncak (debit banjir rencana). Perkiraan debit
banjir dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dan di
3
tentukan berdasarkan pertimbangan teknis (engineering judgement). Metode
yang umum dipakai untuk DAS kecil adalah metode Rasional.

2.2.5.1. Metode Rasional.

Metode yang umum dipakai untuk memperkirakan laju aliran permukaan


adalah metode Rasional USSCS (1973) (Pustaka : Suripin. 2004.
Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi, Yogyakarta)
Persamaan matematik metode Rasional dinyatakan dalam bentuk :

Qp = 0,002778 . C . I . A (2.15)

Di mana :

C = Koefisien limpasan permukaan (0 ” C ” 1),

I = Intensitas hujan (mm/jam),

A = Luas DAS (hektar).

Metode Rasional sangat diperlukan oleh besarnya koefisien pengaliran,


intensitas hujan dan luasan daerah aliran sungai. Karena sangat pentingnya tiga
faktor diatas maka berikut adalah penjelasan mengenai masing ± masing
faktor yang terkait dengan metode Rasional.

2.2.5.1.1. Koefisien Aliran Permukaan (C).

Salah satu konsep penting dalam upaya mengendalikan banjir adalah


koefisien aliran permukaan (runoff) yang biasa dilambangkan dengan C.
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran
permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi
nilai C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah, bangunan
gedung, aspal, dan intensitas hujan. (Arsyad S., 2006. Konservasi Tanah dan
Air. IPB Press, Bogor).

Suripin (2004) mengemukakan faktor utama yang mempengaruhi nilai


C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan
lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas hujan. Koefisien ini juga
tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi turun pada hujan yang

3
terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi kejenuhan air sebelumnya.
Faktor lain yang juga mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajat kepadatan
tanah, porositas tanah, penutup lahan, dan tata guana lahan.

Tabel 2.7. Koefisien Limpasan Untuk Metode Rasional.

Diskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien aliran, C

Business

Perkotaan 0,70 - 0,95

Penggiran 0,50 - 0,70

Perumahan

Rumah tinggal 0,30 - 0,50

Multiunit terpisah 0,40 - 0,60

Multiunit tergabung 0,60 - 0,75

Perkanpungan 0,25 - 0,40

Apartemen 0,50 - 0,70

Industri

Ringan 0,50 - 0,80

Berat 0,60 - 0,90

Perkerasan

Aspal dan beton 0,70 - 0,95

Btu bata, pavin 0,50 - 0,70

Atap 0,75 - 0,95

Halaman tanah berpasir 0,05 - 0,10

Rata - rata, 2 - 7% 0,10 - 0,15

Curam, 7% 0,25 - 0,20

Halaman tanah berat

Datar, 2% 0,13 - 0,17

Rata - rata, 2 - 7% 0,18 - 0,22

Curam, 7% 0,25 - 0,35


3
Halaman kereta api 0,10 - 0,35

Taman tempat bermain 0,20 - 0,35

Taman perkuburan 0,10 - 0,35

Hutan

Datar, 0 - 5% 0,10 - 0,40

Bergelombang, 5 - 10% 0,25 - 0,50

Berbukit, 10 - 30% 0,30 - 0,60

( Sumber : MCGuen, 1986 dalam Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan


YangBerkelanjutan. Andi, Yogyakarta)

Untuk penggunaan lahan yang berbeda nilai C dapat kita hitung


dengan menggunakan persamaan:
n
CDAS = ∑ Ci∗Ai
Ai
(2.16)
i=1

Di mana :

Ai = luas lahan dengan jenis penutup tanah i.


Ci = koefisien aliran permukaan jenis tanah penutup tanah i.
n = jumlah jenis penutup tanah.

2.2.5.1.2. Waktu Konsentarasi (tc).

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk
mengalir dari titik terjauh didalam daerah tangkapan sampai titik yang ditinjau.
Waktu konsentrasi tergantung pada karakteristik daerah tangkapan, tataguna
lahan. Perlu diperhatikan juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
besarnya waktu yang diperlukan dari titik masuk sampai titik keluar (t0), antara
lain :

o Intensitas hujan,
o Jarak aliran,
o Kemiringan medan,
o Kapasitas infiltrasi,
o Kekasaran medan.
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini :
3
0,385
Tc = ( 0,87∗L² ) (2.17)
1000∗S
Di mana :
Tc = waktu konsentrasi (jam)
S = kemiringan rata-rata medan lintasan air,
L = panjang lintasan air dari titik terjau sampai ke titik yang ditinjau (km)

2.2.5.1.3. Intetsitas Hujan (I).

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan
waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung,
intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin
tinggi pula intensitasnya. Seandainya data hujan yang diketahui hanya hujan
harian, maka oleh Mononobe (Pustaka : Suripin. 2004. Sistem Drainase
Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi, Yogyakarta) dirumuskan sebagai
berikut :

R ₂₄ 24 ⅔
I= ( ) (2.18)
24 t

Di mana :

I = intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan (jam)

R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

2.2.7. Sumur Resapan

Pada dasarnya sumur resapan berupa lubang - lubang galian yang dibuat di
pekarangan atau diperkebunan, dan persawahan sebagai penampungan air
hujan:
Ukuran dan dimensi sumur resapan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Karakteristik hujan, yaitu intensitas hujan, durasi hujan, selang waktu
hujan. Intensitas hujan dengan durasi yang panjang akan menyebabkan
semakin banyaknya sumur resapan yang diperlukan, sedangkan jika
selang waktu hujan semakin panjang menyebabkan sumur resapan
yang diperlukan semakin sedikit.

3
b. Luas permukaan penutup. Luasan ini adalah luasan lahan di mana air
hujan yang jatuh di permukaannya akan ditampung oleh sumur resapan,
meliputi luas atap, lapangan parkir, ataupun perkerasan - perkersan yang
lain.
c. Tinggi muka air tanah, jika muka air tanah dalam maka akan diperlukan
banyak sumur resapan untuk memperbaiki muka air tanah yang ada.
Sedangkan untuk muka air tanah yang dangkal sumur resapan kurang
efektif seperti pada daerah pantai ataupun rawa.

d. Koefisien permeabilitas tanah, semakin tinggi nilai koefisien


permeabilitas tanah maka semakin cepat kecepatan air untuk meresap.
Untuk menentukan dimensi sumur resapan berdasarkan faktor yang diuraikan
di atas, beberapa metode perhitungan telah dikembangkan. Metode tersebut
antara lain :
a. Metode Sunjoto (1988)
( Pustaka : Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang
Berkelanjutan. Andi, Yogyakarta ). Secara teoritis, volume dan efisiensi
sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke
dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah (Sunjoto, 1988).
Perumusannya dapat ditulis sebagai berikut :
Q = 5,5 FKH (2.19)

Q −FKT
H= (1−e ¿ ¿ )¿ (2.20)
F .K π R2
Di mana :

Q = debit air masuk (m3/detik)


H = kedalaman sumur (m)
F = faktor geometrik (m)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/detik)
T = waktu pengaliran (detik)
R = jari-jari sumur (m)
Apabila dasar sumur berada di bawah muka air tanah maka ke
dalaman efektif sumur resapan dihitung dari tinggi muka air tanah, dan jika
muka air tanah berada di bawah dasar sumur maka kedalaman efektif
sumur merupakan kedalaman sumur yang ada.

3
b. Metode PU
Metode PU pada dasarnya memiliki kesamaan dengan metode
Sunjoto, yaitu sangat dipengaruhi oleh curah hujan maksimum,
permeabilitas tanah dan luas bidang tanah. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum (1990) (Pustaka
: Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi,
Yogyakarta) telah menyusun standar tata cara perencanaan sumur resapan air
hujan untuk lahan pekarangan yang dituangkan dalam SK SNI T-06-1990 F.
Persamaan yang digunakan :

A t IT − A S KT
H= (2.21)
A S + PKT

Di mana :
H = Kedalaman Sumur/ tinggi air sumur (m)
T = Durasi Hujan (m)
I = intensitas hujan (m/jam)
At = Luas Tadahan hujan (m2), dapat berupa atap rumah dan permukaan
tanah yang diperkeras (m2)
K = Koefisien Permeabilitas Tanah (m/jam)
P = Keliling Penampang Sumur (m)
As = luas penampang sumur (m2)
Jumlah sumur resapan yang direncanakan :

N= (2.22)

Di mana :
N = jumlah sumur resapan
Vm = Volume masing - masing sumur resapan (m3)

Vt = Volume air yang harus ditampung (m3)

2.3. Penelitian Yang Relavan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2017) yang berjudul


“Teknik konservasi air sumur resapan sesuai untuk diterapkan di desa
Sumakanah” menghasilkan pemanfaatan air sumur resapan yang sesuai,
3
sehingga jumlahnya perlu diperbanyak untuk lebih meningkatkan efisiensi
peresapan dan lebih efektif mengurangi limpasan air permukaan. Dalam kajian
mengunakan analisa observasi, dan eksperimen dengan teknik pengumpulan data
yang dikaji dari data sekunder berupa data curah hujan harian yang dibutuhkan
dalam analisa simulasi SWAT.

Marga (2009), tentang Kajian Terhadap Kebijakan Sumur Resapan


Untuk Mengatasi Krisis Air Tanah Di DKI Jakarta, untuk mengatasi krisis air
tanah di DKI Jakarta tidak dapat diatas dengan kebijakan yang bersifat lokal
seperti kebijakan sumur resapan, namun dibutuhkan kebijakan- kebijakan yang
bersifat regional. Sumur resapan adalah merupakan teknologi sederhana
untuk menambah cadangan air tanah. Efektifitas dari kebijakan sumur resapan
dipengaruhi oleh jumlah sumur resapan, kondisi daerah, tingkat eksploitasi
air tanah di DKI Jakarta dan faktor imbuhan air tanah dari Bopunjur dan lain-
lain. Dalam kajian mengunakan analisa deskriptif dengan teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara dan studi pustaka.

Damayanti (2011), tentang Sumur Resapan Air Hujan Sebagai Salah Satu
Usaha Pencegahan Terjadinya Limpasan Pada Perumahan Graha Sejahterah 7,
Boyolali. Dalam Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data terkait,
pengumpulan data curah hujan, data tata guna lahan maupun data kerakteristik
saluran drainase perumahan, dari data yang diperoleh, analisis dilakukan untuk
mengetahui debit yang sudah terjadi disaluran drainase perumahan graha
Sejahterah 7, Boyolali, dengan teknik pengumpulan data yang dikaji dari data
primer dari hasil pemeriksaan laboratorium, sedangkan data sekunder berupa data
dari instansi atau lembaga dan referensi terkait seperti data curah hujan harian
yang dibutuhkan dalam analisa simulasi SWAT. Penelitian ini menghasilkan
Sumur resapan pada setiap perumahan dapat mengurangi limpasan air dan
meningkatkan muka air tanah (ground water recharge), Untuk mengetahui
kemampuan optimal sumur resapan dapat dilakukan dengan variasi tinggi muka
air tanah sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap efektivitas pembuatan
sumur resapan.

Gusnisar (2012), tentang Pengaruh Sumur Resapan Terhadap Kualitas Air Ta
nah di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Menghasilkan pemahaman yang

3
jelas mengenai sumur resapan yang berada di fakultas teknik universitas
indonesia memiliki pengaruh terhadap parameter fisik dan kimia.

Air tanah disekitar sumber air yang dikarenakan perubahan material pengisi
sumur resapan sehingga air yang masuk kedalam tanah mengalami proses
penyaringan untuk mengetahui hasil perubahan kualitas air tanah. Sehingga
material pengisi sumur resapan sebaiknya mengunakan lapisan penyaring seperti
ijuk sehingga air yang masuk kedalam tanah mengalami proses penyaringan,
perlunya memiliki data awal kualitas air tanah sebagain pembanding ketika
melakukan pengukuran, dan diperlukan data seperti kondisi geologis daerah
yang akan diteliti seperti kandungan kimia pada lapisan tanah serta memiliki
peta hodrologi sehingga mengetahui aliran air tanah dikawasan tersebut,
diperlukannya pengamatan secara terus menerus untuk mengetahui hasil
perubahan terhadap kualitas air tanah sumur resapan yang berada di fakultas
teknik universitas indonesia memiliki pengaruh terhadap. Dalam kajian
mengunakan analisa observasi, dan eksperimen dengan teknik pengumpulan data
yang dikaji dari data primer dari hasil pemeriksaan laboratorium, sedangkan data
sekunder berupa data dari instansi atau lembaga dan referensi terkait seperti data
curah hujan harian yang dibutuhkan dalam analisa simulasi SWAT.

Tabel 2.8 Tabel Perbandingan Penelitian Relavan Mengenai Sumur Resapan

Metode Yang
No Nama Judul Penelitian Hasil
Digunakan

3
1 Wahyu Dwi Sumur Resapan Air Obsevasi, Sumur resapan pada setiap
Damayanti (2011) wawancara perumahan dapat mengurangi
Hujan Sebagai Salah
limpasan air dan meningkatkan
Satu Usaha Pencegahan Dan Studi
muka air tanah (Ground Water
Terjadinya Limpasan Pustaka Recharge), untuk mengetahui
kemampuan optimal sumur resapan
Pada Perumahan Graha
dapat dilakukan dengan variasi
Sejahterah 7, Boyolali tinggi muka air tanah sehingga
dapat diketahui pengaruhnya
terhadap efektivitas pembuatan
sumur resapan.
2 BENNY Kajian Terhadap Obsevasi, Sumur resapan adalah
MARGA (2009) Wawancara merupakan teknologi sederhana
Kebijakan Sumur
untuk menambah cadangan air
Resapan Untuk Dan Studi
tanah. Efektifitas dari kebijakan
Mengatasi Krisis Air Pustaka sumur resapan dipengaruhi oleh
jumlah sumur resapan, kondisi
Tanah Di DKI Jakarta
daerah, tingkat eksploitasi air
tanah di DKI Jakarta dan faktor
imbuhan air tanah dari Bopunjur
dan lain-lain.
3 Meydam Gusnisar Pengaruh Sumur Obsevasi Sumur resapan yang berada di
(2012) Resapan Terhadap Dan Studi fakultas teknik universitas
indonesia memiliki pengaruh
Kualitas Air Tanah Di Pustaka
terhadap parameter fisik dan kimia
Fakultas Teknik air tanah disekitar sumber air yang
Universitas Indonesia dikarenakan perubahan material
pengisi sumur resapan sehingga air
yang masuk kedalam tanah
mengalami proses penyaringan
untuk mengetahui hasil perubahan
kualitas air tanah
4 Tetty Roselly Analisis Pengaruh Sumur Obsevasi Teknik konservasi air sumur
Sinaga (2017) Dan Studi resapan sesuai untuk diterapkan
Resapan Terhadap Aliran
sehingga jumlahnya perlu di
Permukaan Di Das Pustaka
perbanyak untuk lebih
Mikro Cikardipa Dengan meningkatkan efisiensi peresapan
Metode Simulasi SWAT dan lebih efektif mengurangi
limpasan air permukaan.

2.4. KERANGKA PEMIKIRAN

Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis untuk

3
mencari debit rencana dan debit yang terjadi. Tahap analisis data adalah sebagai
berikut :
Pengolahan data hidrologi.
a. Menganalisis data limpasan air
b. Perbandingan debit normal dengan debit yang terjadi.
c. Perencanaan sumur resapan.
Untuk lebih memperjelas uraian di atas dapat dilihat diagram alir ini :

Masalah
1. Genangan Air.
2. Over run off.
3. Tidak ada fasilitas sumur
resapan.
Pengumpulan Data :
1. Data Topografi
2. Data Hidrologi

Analisis data hujan :


1. Analisis frekuensi hujan.
2. Uji distribusi.
3. Perhitungan Intensitas
hujan.

Analisis Limpasan Air

Perhitungan Qnormal dan Qrencana

Qr < Qn < Qf
Ya Tidak

Tidak Meluap M
eluap

Penentuan Debit Sumur Resapan

Perencanaan Sumur Resapan

Kenyaman Pengendara
Kendaraan lalu lintas di
TDM bebas dari genangan
air
Gambar 2.3 Diagram Alur Penelitian
Sumber : Desain Peniliti (2021)

3
BAB III
METODE PENILITIAN

3.1. Lokasi Penilitian dan Waktu Penilitian

3.1.1 Tempat Penilitian

Penelitian ini dilaksanakan Kota Kupang yang berada pada 2 titik


yaitu Kecamatan Oebobo, Kelurahan Tuak Daun Merah (TDM). Lokasi adala
h pada kawasan pemukiman di Jalan Bundaran Perumahan Umum. Kelurahan
Tuak Daun Merah (TDM) III dan Tuak Daun Merah (TDM) II adalah salah
satu tempat yang berada pada tengah kota kupang, dengan luas wilayah
kelurahan Tuak Daun Merah (TDM) ± 1,06 Km².

Gambar 3.1 peta Lokasi Penilitian


Kelurahan Tuak Daun Merah,
Jalan Bundaran Perumahan Umum

Gambar 3.2. Peta Lokasi Penilitian


Kelurahan Tuak Daun Merah,
Jalan Bundaran Perumahan
Umum

3.1.2. Waktu Penelitian


Adapun waktu yang di pelaksanaan untuk penelitian pada bulan Mei
2020 sampai Juli 2020.
3.2. Alat dan Bahan Penilitian

Penilitian menggunakan alat dan bahan yang di pakai ialah sebagai


berikut :

1. Alat Ukur GPS (Global Positioning System),


2. Meteran,
3. Kamera
4. Kertas dan Pena
3.3. Teknik Pengumpulan Data

Penilitian ini mengunakan dua macam data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan,
sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, hasil penilitian
sebelumnya, peta ataupun data yang biasanya diambil dari instansi-instansi
terkait. Data-data tersebut sebagai berikut :
1. Data Primer, yaitu data hasil wawancara dengan penduduk deilokasi
kerentanan banjir tentang kerakteristik banjir meliputi : periode ulang,
lamanya genangan, dan kedalaman banjir. Data ini digunakan untu
memperkuat hasil analisis kuantitatif dalam penilitian ini. Pengambilan
data primer dilakukan pada saat cek lapangan, adapun dengan metode
pada ke 3 point yang telah disebutkan diatas (proses cek lapangan).
2. Data Sekunder
a. Data Curah Hujan time series anatara waktu 2010-2020
b. Peta Kemampuan Tanah Kecamatan Oebobo 1 : 25.000 tahun 2010
c. Peta Rupa Bumi Indonsia Skala 1 : 25.000, Kelurahan Oebufu, dan
Kelurahan Tuak Daun Merah
d. Skema Peta Limpasan Air Hujan yang mengalir dari kawasan
pemukiman di Kelurahan Oebufu, Jalan Bundaran Perumahan Umum dan
Kelurahan Tuak Daun Merah, Jalan Bundaran Perumahan Umum
e. SNI : 03- 2453-2002 tentang tata cara perencanaan sumur resapan air
hujan
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan
mengambil beberapa sampel yang dapat mewakili dari seluruh populasi,
metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode porposif
sampling, yaitu pengambilan jumlah sampel dengan memperhatikan jumlah
proporsi/jumlah satuan lahan pada masing - masing kelas kerentanan
genangan air.

3.5. Teknik Analisis Data


Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada
penilitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1. Analisis Data Hujan


Diagram alir analisis data curah hujan dapat dilihat pada gambar 3.3
sebagai berikut:
Data Curah Hujan
(2010 – 2021)

Hujan Harian Maksimum

Intensitas Hujan
2 /3
R 24 24
24 tc( )
Debit Hujan
Q= 0,00278 x C x l x A

Gambar 3. 3 Diagram Alir Analisis Hidrologi

1. Pengumpulan Data Curah Hujan Penelitian


Data curah hujan dikumpulkan selama 10 tahun kebelakang di
daerah penelitian yaitu dari tahun 2010-2021 data ini diambil dari
BMKG Kupang Nusa Tenggara Timur.

2. Curah Hujan Rata-Rata Penelitian


Curah hujan rata-rata daerah penelitian dihitung dengan metode
rerata aritmatik sebagaimana berikut :
P 1+ P 2+ P 3+…+ Pn
` P= ( 3.1 )
n

3. Curah Hujan Maksimum

Dalam menghitung curah hujan harian maksimum, dapat dilakukan


dengan menggunakan data curah hujan dari data BMKG Kupang NTT

4. Intensitas Hujan

Sebelum menganalisis intensitas hujan pada lokasi penelitian,


terlebih dahulu menguji distribusi data curah hujan berdasakan data
curah hujan.

- Uji Distribusi Data Curah Hujan


Perhitungan Distribusi Hujan dilakukan menggunakan Metode
Hasper- Weduwen dengan menggunakan curah hujan harian
maksimum terpilih berdasarkan syarat distribusi hujan.. berikut adalah
langkah-langkahnya:

a. Menentukan curah hujan rencana yang akan dipilih (dilihat dari


hasil hitungan Cs dan Ck yang paling mendekati persyaratan)
berdasarkan syarat distribusi hujan sebagai berikut:

Tabel 3. 6 Syarat Distribusi Hujan


No. Jenis Distribusi Sya
1 Gumbel Cs ≤ 1,1396 ratCk ≤ 5,4002
2 Log Normal Cs=3Cv+Cv2, Ck = 3
Cs ≈ 0,8325
Cs ≠ 0 Ck = 1,5 Cs + 3,
3 Log Pearson Tipe III
Ck≈3,873
Sumber: Sri Harto,1993
3
N . ∑ ( X − X́ )
CS = (3.1)
( N −1 ) ( N −2 ) ( σ X ) ³
n ² . ∑ ( Xi−X )3 . N ²
CK = (3.2)
( n−1 ) ( n−2 )( n−3 ) ( SD) ⁴

b. Perhitungan waktu konsentrasi dengan metode Kirpich


tc = 0,0195 . L0,77 . S −0,385 (3.3)
c. Perhitungan intensitas curah hujan perjam dengan metode
Mononobe.
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per
satuan waktu. Intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan
metode Mononobe.Persamaan Intensitas Hujan dengan metode ini
dapat dinyatakan dengan :
R ₂₄ 24 ⅔
I= ( ) (3.4)
24 t
4. Debit Limpasan
Perhitungan debit aliran limpasan menggunakan metode rasional.
Persamaan matematik metode rasional dinyatakan dalam bentuk :

Q = 0,00278 × C × I × A (3.5)
3.5.3 Analisis Saluran Ecodrainage
Analisis sistem ecodrainage dilakukan dengan cara melakukan
inventaris terhadap sistem ecodrainage yang berada dilokasi penelitian.
Sistem ecodrainage meliputi sumur resapan, biopori, embung, dan
drainase beralas tanah. Inventaris dilakukan untuk mempermudah
mengetahui titik koordinat lokasi yang akan digunakan untuk
pemetaan, serta melihat langsung kondisi sistem ecodrainage secara
langsung. Sistem ecodrainage akan dievaluasi efektivitasnya dalam
mengurangi genangan serta runoff yang terjadi dalam area lokasi
penelitian. Pengambilan sampling secara acak sesuai daerah yang telah
memiliki sistem ecodrainage itu sendiri. Perhitungan efektivitas
berpedoman pada Peraturan Menteri PU No. 11 Tahun 2014. Berikut
perhitungan efektifitas dari sistem ecodrainage.

a. Sumur Resapan

- Menghitung volume air yang meresap ke dalam tanah


selama hujan berlangsung pada daerah penelitian yang akan
dievaluasi:

te
V rsp =¿ A .K (3.6)
24 total rata−rata
Untuk mencari K ( koefisien permeabilitas tanah m/hari )
ditentukan dengan tabel berikut:

Tabel 3. 7 Permeabilitas Tanah

Jenis Tanah Tingkat Koefisien Permeabilitas


Permeabilitas cm/jam m3/m2/hari
Geluh kelanauan Sedang 2 - 3,6 0,48 - 0,864

Pasir halus Agak cepat 3,6 - 36 0,864 - 8,64

Pasir kasar Cepat >36 >8,64


Peraturan Menteri PU No. 11 Tahun 2014
- Menghitung efektivitas sumur resapan dalam mengurangi debit
banjir:
V rsp total n .V rsp (3.7)
V rsp . V ab n .V rsp total (3.8)

3.6. JADWAL DAN BIAYA PENELITIAN


3.6.1 Jadwal Kegiatan
Berikut ini adalah jadwal kegiatan berdasarkan alur yang
sudah digambarkan sebelumnya.
Tabel : 3.2. Jadwal Kegiatan

MEI JUNI JULI KET


No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi penjajakan
2 Proposal
3 Tempat & Lokasi
Penilitian
4 Populasi & Sampel
5 Instrumen penilitian
6 Uji Instrument
7 Pengumpulan Data
8 Analisis Data
9 Drap laporan
10 Ujian Hasi
11 Penggandaan

3.6.2 Anggaran Biaya


Berikut ini adalah jadwal kegiatan Anggaran Biaya berdasarkan alur
yang sudah digambarkan sebelumnya.

Tabel : 3.3. Jadwal Kegiatan Anggaran Biaya

MEI JUNI JULI Harga/


No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Item Pekerjaan
1 Studi penjajakan Rp. 100.000,00
2 Seminar Proposal Rp. 200.000,00
3 Tempat & Lokasi Rp. 75.000,00
Penilitian
4 Populasi & Sampel Rp. 50.000,00
5 Instrumen penilitian Rp. 50.000,00
6 Uji Instrument Rp. 50.000,00
7 Pengumpulan Data Rp. 500.000,00
8 Analisis Data Rp. 500.000,00
9 Drap laporan Rp. 200.000,00
10 Ujian Seminar Hasi Rp. 200.000,00
11 Penggandaan Rp. 400.000,00
Jumlah Rp. 2.075.000,00
DAFTAR PUSTAKA

Goest, Flay. 2016. 3 Pengertian Hidrologi Menurut Para Ahli 12, Mey 2016. Diambil
dari:https://www.Geology and Eart Science Geologinesia.com/ 3 Pengertian
Hidrologi Menurut Para Ahli / (20 Ferbuary 2018).
Hakim ; Duppa. 2017. Sumur Resapan Untuk Mengurangi Genangan Air Dan Banjir.
Jurnal Scientific Pinisi, Volume 3, Nomor 1 ; 1 April : (48-63).

Lada, Alexander. 2010. Potensi Sumur Resapan 19, Feb 2010. Diambil
dari:https://www.Potensi Sumur Resapan - Pos Kupang.com/ Potensi Sumur
Resapan - Pos Kupang / (20 Ferbuary 2018).

Damayanti, Dwi Wahyu. 2011 Sumur Resapan Air Hujan Sebagai Salah Satu Usaha
Pencegahan Terjadinya Limpasan Pada Perumahan Graha Sejahtra, 7 Boyolali,
Program D-Iii Infrastruktur Perkotaan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret.

Mauleti, Nyongki. 2016. Sumur Resapan Solusi Ketersediaan Air Tanah di Kota
Kupang 27, Oktober 2016. Diambil dari:https://www.Kupang, NTT
Onlinenow. com/ Sumur Resapan Solusi Ketersediaan Air Tanah di Kota
Kupang / (21 Ferbuary 2018).
Robin, robin. 2016. Sumur Resapan : Pengertian, Jenis dan Manfaatnya 23,
September 2016. Diambil dari:https://www. Ilmugeografi.com./ Sumur
Resapan : Pengertian, Jenis dan Manfaatnya/ (23 Ferbuary 2018).
Ansori A Mattjik.(2007). Warga Kota Bogor Mulai Membuat Lubang
Biopori,Ribuan Mahasiswa dan Pelajar Dikerahkan. Kompas, Minggu 22
April 2007. h.4.

Bappedal Propinsi Jawa Timur (2006). Sumur resapan air hujan.

Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Rancangan Pedoman


Plambing
Indonesia 1974.

Bambang Sulistiyono. Pentingnya sumur peresapan, Ceramah didepan forum


sub LPMD Pulokadang 30 Maret 2007.

(http://www.eramuslim. com/berita/bc2/7215160952-ir.-kamir-r.-brata-msc-atasi-
banjir-dengan- teknologi-lubang-serapan-biopori.htm).

Rachmat Mulyana.(2003). Solusi Mengatasi Banjir dan Menurunnya Permukaan


Air Tanah pada Kawasan Perumahan http--tumoutou_net-702_07134-
rachmat_mulyana_files image002_gif_files\rachmat_mulyana.htm.

Darcy. 1856. Kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan
sifat-sifat yang memengaruhinya.

Djatmiko, dkk. 2001. Nilai permabilitas material berpori jauh lebih besar dari
material tanah berpengaruh besar terhadap efektifitas resapan.UI, Jakarta.

Taula. L dkk. 2001. Air yang merembes di dalam tanah mengalir mengikuti
keadaan
aliran laminer. Pengaliran air dalam tanah, Air Langga, Jakarta.

Todd. 1980. Kapasitas resapan air suatu material dapat di gunakan oleh porositas
yang merupakan kemampuan volume rongga dengan volume total
batuan menurut .Kanasius. Jakarta

Triatmojo. Dkk. 2008. Kelebihan air menjadikan tanah jenuh sehingga


terbentuklah genangan air (sungai, danau,empang, dll . UI. Jakarta.

Wahyono. 1999. Dengan sumur resapan maka luapan air permukaan dapat
dikurangi dan mereduksi potensi banjir. Teknologi Konservasi Air Tanah
dengan Sumur Resapan.bppt. Jakarta.

Yamin. 2010. Banjir merupakan bagian dari siklus hidrologi yaitu pada bagian air
di permukaan bumi yang bergerak ke laut. ITS, Surabaya.

Marga, Benny. 2009 Kajian Terhadap Kebijakan Sumur Resapan Untuk Mengatasi
Krisis Air Tanah Di DKI Jakarta.

Gusnisar, Meydam. 2012 Pengaruh Sumur Resapan Terhadap Kualitas Air Tanah Di


Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Siaga, Tetty Roselly. 2017 Analisis Pengaruh terhadap Aliran Permukaan Di Das
Mikro Cikardipa Dengan Metode Simulasi SWAT.

Purnamasari, Bernadetha Chindy. 2012 Perlindungan Hukum Kawasan Resapan Air


Terhadap Pembangunan Perumahan Dan Pemukiman Di Kabupaten Sukoharjo

Ligal. 2008 Pendekatan Pencegahan dan Penanggulangan Banjir. Jurnal. Dinamika


Teknik Sipil, Volume 8 No.2. Palembang : Fakultas Teknik,

Agus Maryono, 2005. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan, Yogyakarta:


Gadjah Mada University Pers.

Di Baldassarre Receives 2012 Hydrologic Sciences Early Career Award: Citation.

Andi. Kodoatie, Robert J., dan Roestam, Sjarief. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Yogyakarta.
Kusnaedi. 1995. Sumur Resapan Untuk Pemukiman Perkotaan Dan Pedesaan.
Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

Soemarto, 1987. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria. Hidrologi Teknik, Usaha


Nasional, Surabaya. Direktur Jenderal Pengairan KP – 01. 1986.

Suripin, 1960. Sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan / Suripin. Yogyakarta :


Andi, 2004.

S. Hindarko, 2002. Manfaatkan Airtanah Tanpa Merusak Kelestariannya, Penerbit.


Esha, Jakarta.

Haryoto dan Dwi Wahjono, 1999. Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur
Resapan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai