Anda di halaman 1dari 17

GAMBARAN ALT DAN AST PADA PASIEN

PENDERITA COVID-19 DI RSUD BENDAN KOTA


PEKALONGAN PADA KURUN WAKTU BULAN
SEPTEMBER, OKTOBER, NOVEMBER, DESEMBER
TAHUN 2020

Karya Tulis Ilmiah


Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Diploma III
Ahli Teknologi Laboratorium Medik

SITI NUR HIDAYAH


A1819084

AKADEMI ANALIS KESEHATAN


PEKALONGAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dewasa ini dunia digemparkan oleh adanya berita tentang penyakit


virus yang menyerang sistem pernafasan, beberapa media menampilkan
kengerian efek dari infeksi virus tersebut. Virus yang pertama kali
ditemukan di Wuhan pada bulan Desember 2019 itu pada akhirnya terus
menyebar hingga luas. Pada 11 Februari 2020 WHO mengumumkan nama
penyakitnya sebagai Coronavirus Disease (COVID-19), dari yang semula
bernama 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), penyakit ini disebabkan
oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2).(1)
Sejak pertama kali dilaporkannya COVID-19 di Indonesia pada
tanggal 2 Maret 2020, data laporan yang semula hanya sejumlah dua kasus
terus mengalami peningkatan. Pada tanggal 31 Maret 2020 data
menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 dengan 136 kasus
kematian. Tingkat kematian COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka
tersebut menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.(1)
Secara umum, menurut penelitian Coronavirus adalah virus yang
memiliki RNA untai tunggal dengan ukuran 80–120 nm.(2) Mekanisme
virus ini dalam menginvasi sel inangnya yaitu, pertama-tama SARS-CoV-
2 dengan bantuan enzim transmembrane protease serine 2 (TMPRSS2)
memasuki sel inang, dimulai dengan perlekatan glikoprotein spike pada
reseptor ACE2 (angiotensin-converting enzyme), yang dilanjutkan dengan
fusi membran. RNA virus dilepaskan ke dalam sitoplasma sel inang dan
terjadilah replikasi material genetik. Setelah replika material genetik
selesai, selanjutnya protein E dan N bersama RNA yang sudah
diperbanyak membentuk vesikel yang mengandung virion, menembus
membran dan akhirnya keluar dari sel inang yang selanjutnya menginfeksi
sel lain dan mengulangi siklus replikasi yang sama.(3) Analisis model
struktur menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor
ACE2 dengan daya ikat lebih dari 10 kali lipat daripada SARS-CoV, pada
tingkat di atas ambang batas yang diperlukan untuk infeksi virus. (2) Virus
ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah unta dan
kelelawar. Sebelum mewabah seperti saat ini, awalnya COVID-19 hanya
memiliki 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43,
betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus
(SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV).(1) Munculnya hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari
kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia dikarenakan
Sekuens SARSCoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus yang
diisolasi pada kelelawar.(1)
Pada kasus ini penderitaan pasien Covid-19 tidak hanya pada saluran
pernapasan saja, melainkan juga anggota tubuh lainnya, terutama yang
memiliki reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) dapat
terinfeksi virus SARS-CoV-2. Seperti yang telah diketahui, ACE2
diekspresikan pada berbagai lokasi antara lain adalah pada hati, ginjal,
otak, sumsum tulang, limpa, mukosa oral dan nasal nasofaring, paru
lambung, usus halus, limfe, usus besar, timus, sel epitel (paru, alveolar
paru, usus halus), selotot polos, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri
vena, dan kulit.(2)
Perlu diketahui bahwa Hepar merupakan salah satu organ yang
sangat penting karena memiliki beberapa fungsi yaitu detoksifikasi zat
sisa, pengolahan metabolic, ekskresi kolesterol, penghasil empedu, sintesis
protein plasma, tempat penyimpanan, pengaktifan vitamin D, pengeluaran
bakteri dan sel darah merah.(4) Pada Pasien penderita COVID-19 sendiri
kesehatannya selalu dipantau secara khusus oleh medis, reaksi tubuh
sampai perubahan sekecil apapun semuanya diperhatikan, hal itu demi
untuk memonitoring kesembuhan dari pasien. Pengobatan yang dijalani
pasien COVID-19 diantaranya ialah dengan mengonsumsi obat dosis
tertentu, pada dasarnya obat-obatan yang masuk kedalam tubuh pasien
akan diproses oleh organ hati. Sebagian besar penelitian melaporkan
penggunaan berbagai obat seperti antibiotik, antivirus (kombinasi
lopinavir/ritonavir, arbidol, oseltamivir, favipiravir, remdesvir,
hydroxychloroquine), dan steroid dapat berkontribusi terhadap terjadinya
disfungsi hati setelah dirawat di rumah sakit. (5) Selain itu, iskemia dan
cedera yang disebabkan dari akibat badai sitokin dapat menyebabkan
disfungsi hati pada pasien dengan penyakit COVID yang parah. SARS-
CoV-2 masuk ke dalam sel termasuk sel epitel alveolar tipe 2 di paru-paru
melalui reseptor ACE-2.(5) Chai dkk. menganalisis ekspresi reseptor ACE-
2 di jaringan hati dan menemukan bahwa ekspresi mereka pada kolangiosit
(59,7%) jauh lebih kuat daripada pada hepatosit (2,6%). Juga telah diamati
bahwa ekspresi ACE-2 meningkat pada hepatosit, pada kasus kerusakan
hati. Setidaknya, satu laporan menunjukkan bahwa RNA virus dapat
dideteksi di jaringan hati meningkatkan kemungkinan cedera hati yang
dimediasi oleh virus.(5)
Walaupun AST dan ALT bukan satu-satunya petanda fungsi hati,
namun enzim ini sering digunakan sebagai parameter dasar untuk
diagnosis terhadap gangguan fungsi hati. ALT paling banyak ditemukan di
hati, sehingga digunakan sebagai parameter penyakit hati, ALT dianggap
lebih spesifik daripada AST. Sementara itu kenaikan AST bisa bermakna
kelainan non hepatik, hal ini terjadi karena AST berada dalam sitosol dan
mitokondria. Selain di hati, AST terdapat juga di jantung, otot rangka, otak
dan ginjal.(6)
Peningkatan AST dan ALT merupakan akibat dari adanya kerusakan
jaringan sehingga terjadi pelepasan ke dalam serum. Pada kerusakan hati
yang disebabkan oleh keracunan atau infeksi, kenaikan aktivitas AST dan
ALT dapat mencapai 20-100x harga batas normal tertinggi. Umumnya
pada kerusakan hati yang menonjol ialah kenaikan aktivitas ALT.(6)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan
penelitian “Gambaran ALT dan AST pada pasien Covid-19 di RSUD
Bendan pada bulan September, Oktober, November, Desember tahun
2020”

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran ALT dan AST pada pasien Covid-19 di
RSUD Bendan Kota Pekalongan pada bulan September, Oktober,
November, Desember tahun 2020?

C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran ALT dan AST pasien Covid-19
RSUD Bendan Kota Pekalongan pada bulan September, Oktober,
November, Desember tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
Karya tulis ini disusun dengan manfaat antara lain:
a. Bagi Penulis
Menerapkan keilmuan dibidang Kimia Klinik terutama dalam
pemeriksaan kadar ALT dan AST, serta mengetahui dan mempelajari
tentang apa itu covid-19.

b. Bagi Akademik
Untuk menambah khasanah perpustakaan di akademik.

c. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat tentang apa itu covid-19 serta
memberitahukan tentang hubungannya dengan kadar ALT dan AST.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Covid-19

1.1.1 Pengertian Covid-19

Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang menginfeksi saluran


pernafasan dan disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2. Hasil
pengamatan mikrograf elektron partikel dengan rantai negatif SARS-CoV-
2 menunjukkan bahwa virus biasanya berbentuk bola dengan beberapa
pleomorfisme. Diameternya berkisar dari 60 hingga 140 nm, dan partikel
virus memiliki protein spike yang cukup khas dengan ukuran 9-12 nm
mirip korona matahari.(7) Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan,
Provinsi Hubei. Meski belum bisa dipastikan sumber penularannya terkait
dengan pasar ikan Wuhan. Dengan laporan pertama kasus Covid-19 di
Wuhan, jumlah kasus yang sama terus meningkat hingga ke sejumlah
provinsi lain yang berada di China.(1) Tidak berhenti sampai di situ, setelah
melumpuhkan China, infeksi virus ini terus menyebar menyerang hampir
semua negara di dunia, termasuk Indonesia, dan jumlah kasus serta
kematian di seluruh dunia terus meningkat.(2)

Covid-19 merupakan penyakit yang terutama menyerang saluran


pernafasan. Namun, infeksi SARS-CoV-2 tidak terbatas pada saluran
pernapasan, tetapi juga mencakup organ lain. Dipercaya bahwa
keterlibatan sistemik yang terjadi pada pasien Covid-19 disebabkan oleh
ACE2 yang menjadi reseptor masuknya Virus di dalam sel yang terdapat
diberbagai organ, tidak hanya di saluran nafas saja.(2)

Seperti yg sudah diketahui, ACE2 diekspresikan dalam berbagai


macam lokasi diantaranya ialah pada hati, ginjal, otak, sumsum tulang,
limpa, mukosa oral dan nasal nasofaring, paru lambung, usus halus, limfe,
usus besar, timus, sel epitel (paru, alveolar paru, usus halus), selotot polos,
sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan kulit. ACE2 sendiri
merupakan homolog dari angiotensin-converting enzyme (ACE) yang
berfungsi menyeimbangkan fungsi ACE. Rasio ACE atau ACE2 pada
jaringan berperan mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosterone
(RAAS) yang mengatur jalur keseimbangan antara proinflammatory dan
pro-fibrotic, dan anti-inflammatory dan anti-fibrotic pada proses
peradangan dan kerusakan jaringan.(3)

SARS-CoV-2 memiliki kemampuan rekombinasi yang sangat


cepat, yaitu mengandung bahan genetik ss-RNA, yang terdiri dari
envelope (E), spike (S), membran (M) dan nukleokapsid (N).(3) Virus ini
memiliki RNA rantai tunggal dan rantai positif, masuk kedalam keluarga
coronaviridae yang dibagi menjadi subfamily menurut serotip dan genotip
karakteristik yang meliputi a, β, γ dan δ.(8) Alfa & beta-coronavirus
terutama menginfeksi mamalia, sedangkan gamma menginfeksi mamalia,
sedangkan gamma dan delta-coronavirus lebih cenderung menginfeksi
burung.(9) Penelitian lebih lanjut oleh Xu dkk pada tahun 2020 dilakukan
untuk mengetahui asal dari Covid-19 & hubungan genetiknya
menggunakan virus Corona lain dengan memakai analisis filogenetik.
Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa Covid-19 termasuk pada genus
betacoronavirus.(7)

Virus ini menginfeksi saluran pernapasan dengan menggunakan sel


epitel dan mukosa saluran napas sebagai target awal dan menyebabkan
infeksi saluran pernapasan atau kerusakan organ.(8)

1.1.2 Patogenesis Covid-19


Mekanisme virus ini pada saat menginvasi sel inangnya yaitu,
pertama-tama SARS-CoV-2 dengan bantuan enzim transmembrane
protease serine 2 (TMPRSS2) memasuki sel inang, dimulai dengan
perlekatan glikoprotein spike pada reseptor ACE2 (angiotensin-converting
enzyme), yang dilanjutkan dengan fusi membran. RNA virus dilepaskan
ke dalam sitoplasma sel inang & terjadilah replikasi material genetik.
Setelah replika material genetik selesai, selanjutnya protein E & N beserta
RNA yg telah diperbanyak menciptakan vesikel yg mengandung virion,
menembus membran & akhirnya keluar dari sel inang yg selanjutnya
menginfeksi sel lain & mengulangi daur replikasi yg sama.(3)

Meski gejala utama penyakit COVID-19 adalah batuk, lemas, dan


sesak napas, ada laporan penelitian bahwa lebih dari separuh pasien
menunjukkan berbagai gangguan fungsi hati. Reseptor sel yang mengikat
SARS-CoV-2 adalah reseptor ACE2, di mana ekspresi reseptornya tinggi
tidak hanya pada sel epitel alveolar tipe II tetapi juga pada sel saluran
empedu. Ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi saluran
empedu dan menyebabkan kerusakan fungsi hati.(10)

Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike virus berikatan


dengan reseptor sel berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel,
SARS-CoV-2 mereplikasi materi genetik dan mensintesis protein yang
dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan
sel.(1)

Mirip dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2, diduga setelah


virus masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dilepaskan ke dalam
sitoplasma dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein
struktural. Selanjutnya, genom virus akan mulai bereplikasi. Glikoprotein
dalam amplop virus yang baru terbentuk memasuki retikulum endoplasma
atau sel Golgi. Terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari
genom RNA dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh
menjadi retikulum endoplasma dan sel Golgi. Pada tahap akhir, vesikel
yang mengandung partikel virus akan mengikat membran plasma untuk
melepaskan komponen virus baru.(1)

1.1.3 Penularan

Virus Corona merupakan virus zoonosis, namun pada


Covid-19 proses penularan dari hewan ke manusia belum diketahui secara
jelas. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa virus ini menyebar
dari manusia ke manusia melalui droplet dan kontak dengan virus yang
dilepaskan di droplet. Hal ini sesuai dengan penularan pada petugas
kesehatan yang merawat pasien COVID-19 dan disertai bukti lain
penularan di luar Cina dari seorang yang datang dari Kota Shanghai, Cina
ke Jerman dan diiringi penemuan hasil positif pada orang yang ditemui
dalam kantor. Pada laporan kasus ini bahkan dikatakan penularan terjadi
pada saat kasus indeks belum mengalami gejala (asimtomatik) atau masih
dalam masa inkubasi. Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan
kontak dengan virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang
terbuka.(11) Masa inkubasi COVID-19 diperkirakan 14 hari setelah
terpapar, dan kebanyakan kasus terjadi 4 hingga 5 hari setelah terpapar.(12)

1.1.4 Gejala Covid-19

Pasien COVID-19 menunjukkan berbagai gejala, sebagian besar


menunjukkan gejala ringan sampai sedang, tetapi sekitar 15% akan
berkembang menjadi pneumonia berat, dan sekitar 5% pada akhirnya akan
menjadi ARDS, syok septik dan / atau kegagalan banyak organ.(12)
Perubahan setelah pemeriksaan histologi post mortem terjadi pada paru-
paru, hati, dan jantung. Paru-paru menunjukkan deskuamasi sel paru yang
jelas dan pembentukan membran hialin, yang menunjukkan sindrom
gangguan pernapasan akut (ARDS). Jaringan paru-paru juga menunjukkan
eksudasi seperti lendir seluler dan fibrosa, pengelupasan sel paru dan
edema paru.(13) 138 pasien rawat inap pneumonia COVID-19 di Wuhan
menunjukkan gejala klinis paling umum pada awal penyakit, yaitu demam
99%, kelelahan 70%, batuk kering 59%, anoreksia 40%, mialgia 35%, dan
sesak napas. 31%, produksi dahak 27%.(12)

1.1.5 Diagnosis

Untuk memastikan diagnosis pasien Covid-19, berbagai prosedur


pemeriksaan dilakukan, antara lain:

1. Pemeriksaan laboratorium
Tes laboratorium lainnya dapat dilakukan sesuai petunjuk, seperti
hematologi rutin, hitung jenis, fungsi ginjal, fungsi hati, elektrolit,
analisis gas darah, hemostasis, asam laktat, dan prokalsitonin yang
dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.(1)
2. Pencitraan
Metode pencitraan utama yang dipilih adalah rontgen dada dan
Computed Tomography Scan (CTscan) toraks.. Hasil penelitian
menunjukkan ciri-ciri seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat,
penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis.
(1)

3. Pemeriksaan diagnostik SARS-CoV-2


a. Pemeriksaan antibodi antigen
WHO tidak merekomendasikan pemeriksaan ini sebagai dasar
diagnosis utama. Penderita seronegatif masih perlu diobservasi
dan diperiksa kembali jika dianggap memiliki faktor risiko
tertular.(1)
b. Pemeriksaan virologi
Saat ini, WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler
untuk semua pasien, termasuk suspek. Metode yang dianjurkan
untuk deteksi virus adalah amplifikasi asam nukleat dengan
real-time reversetranscription polymerase chain reaction
(rRTPCR) dan dengan sequencing. Sampel dikatakan positif
(konfirmasi SARS-CoV-2) bila rRT-PCR positif pada minimal
dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang spesifik
SARSCoV-2; ATAU rRT-PCR positif betacoronavirus,
ditunjang dengan hasil sequencing sebagian atau seluruh
genom virus yang sesuai dengan SARS-CoV-2.(1)
c. Pengambilan spesimen
WHO merekomendasikan pengambilan spesimen dari dua
lokasi, yaitu dari saluran pernapasan atas (swap nasofaring atau
orofaring) atau saluran pernapasan bawah [sputum,
bronchoalveolar lavage (BAL) atau endotracheal aspirate].
Pengambilan sampel PDP dan ODP selama 2 hari berturut-
turut, jika kondisi klinis memburuk, boleh diambil sampel
tambahan bila ada perburukan klinis. Pada kontak erat risiko
tinggi, sampel diambil pada hari 1 dan hari 14.(1)

2.1.1 Pengertian ALT

Enzim yang paling sering dikaitkan dengan kerusakan hati adalah


aminotransferase, yang mengkatalisis pemindahan revensibel satu gugus
amino antara asam amino dan asam α-keto, dan perannya adalah
membentuk asam amino yang diperlukan untuk produksi protein di hati.
Salah satunya adalah alanine aminotransferase (ALT), yang mentransfer
gugus amino antara alanine dan α-ketoglutamate.(14)

ALT (alanine aminotransferase) adalah enzim utama yang


ditemukan dalam sel hati dan efektif dalam mendiagnosis kerusakan sel
hati. Jika terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan memungkinkan sel hati
masuk ke sirkulasi darah. Tingkat ALT darah orang normal adalah 5-35
U / L. Sejumlah kecil enzim ini juga ditemukan di otot jantung, ginjal, dan
otot rangka. Dalam kasus hepatitis akut dan kerusakan hati yang
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan dan bahan kimia, kadar ALT
serum mungkin lebih tinggi daripada kelompok transferase lain
(transaminase), aspartate aminotransferase (AST) atau serum glutamate
oxyacetate aminotransferase (SGOT), setiap serum mencapai 200-400 U /
L. SGPT digunakan untuk membedakan penyebab kerusakan hati dan
ikterus hemolitik. Kadar AST serum untuk penyakit kuning yang
diturunkan dari hati lebih tinggi dari 300 unit, sedangkan kadar AST
serum yang tidak diturunkan dari hati lebih rendah dari 300 unit. Kadar
ALT serum biasanya meningkat sebelum penyakit kuning muncul.(15)

Enzim SGPT terutama ditemukan di hati, sehingga dianggap lebih


mampu mendeteksi penyakit SGPT daripada SGOT. Peningkatan kedua
enzim seluler ini disebabkan oleh pelepasan ke dalam serum saat jaringan
rusak. Peningkatan kadar enzim SGPT dalam serum disebabkan oleh sel –
sel yang banyak mengandung enzim transaminase mengalami nekrosis
atau hancur, sehingga enzim – enzim tersebut masuk dalam peredaran
darah akibatnya terjadi peningkatan kadar ALT. Untuk kerusakan hati
akibat keracunan atau infeksi, kenaikan SGOT dan ALT bisa mencapai
20-100 kali lipat dari nilai normal maksimal. Biasanya, pada kerusakan
hati ditandai dengan kenaikan SGPT secara signifikan.(16)

2.1.2 Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT

Menurut sancher ondisi yang dapat meningkatkan SGPT dibedakan menjadi


tiga.(14)

1. Peningkatan ALT> 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati


(toksisitas obat atau kimia),
2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis
aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye dan infark
miokard (AST>ALT),
3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis
Laennec dan sirosis biliaris.

2.2 Metode Pemeriksaan ALT

2.2.1 Metode Kinetik Enzimatik

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan ALT/SGPT adalah


metode kinetik enzimatik sesuai IFCC dilakukan menggunakan alat semi
automatik merek photometer 4010. Alat ini adalah salah satu alat yang
digunakan di laboratorium klinik untuk menilai kimia darah. Alat ini
dikeluarkan oleh Perusahaan Boehringer Manheim Jerman. Pemeriksaan
berdasarkan reaksi kinetik enzimatik umumnya dipengaruhi oleh pH, suhu,
waktu, dan jenis substrat.(17) Prinsip metode ini adalah Alanine
aminotransferase (ALT) mengkatalis transaminase dari L-Alanine dan 2-
oxoglutarate membentuk L-Glutamate dan pyruvate direduksi menjadi D-
Lactate oleh enzim lactic dehydrogenase (LDH) dan niconamide adenine
dinucleotide (NADH) teroksidase menjadi NAD. Banyaknya NADH yang
teroksidase berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur dengan
photometer 4010 pada panjang gelombang 340 nm, temperatur 370C,
standar 1745 U/L, pengukuran pada blanko udara dan reagen Diasys. Cara
kerja alat ini adalah 1000 µl reagen kerja dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 100 µl serum dicampur dengan baik, inkubasi selama
1 menit pada suhu 370C, diproses dan dibaca dengan alat photometer 4010
pada panjang gelombang 340 nm.(17)

2.2.2 Metode Automatik

Pemeriksaan SGPT juga bisa dilakukan menggunakan alat


automatik analyser kimia klinik merek Selecta Pro Series. Prinsip kerja
alat ini adalah pemipetan serum dan reagen dikerjakan secara otomatis dan
reaksinya berlangsung dalam rotor. Setelah itu alat secara otomatis
membaca absorban dari larutan menggunakan lampu halogen sebagai
sumber cahaya dan dibaca oleh photo diode. Nilai absorban tersebut
dikonversikan menggunakan rumus yang sudah ditentukan untuk setiap
parameternya dengan menggunakan faktor. Hasil akan ditampilkan pada
layar monitor.(18)

3.1 Pengertian AST

Aspartate aminotransferase adalah enzim yang tidak hanya ada di


hati, tetapi juga ada di otot jantung, otak, ginjal, dan otot rangka.
Kerusakan hati, otot jantung, otak, ginjal, dan tulang dapat dideteksi
dengan mengukur kadar SGOT, seperti alkoholisme, radang pankreas,
malaria, infeksi hati stadium akhir, obstruksi saluran empedu, dan
kerusakan otot jantung. Orang yang rutin minum antibiotik dan obat TBC
mengalami peningkatan kadar SGOT, bahkan sama dengan kadar SGOT
penderita hepatitis. Jika diperoleh 2-3 dari nilai normal SGOT, tingkat
SGOT dianggap tidak normal.(19)

3.2 Penyebab Meningkatnya AST

SGOT dalam darah meningkat bila terjadi hemolisis, bayi baru


lahir, infark otot jantung, hepatitis karena virus, nekrosis sel hari karena
keracunan, sirkulasi darah terganggu sehingga terjadi hipoksemia.(20)

Infarkmiokard atau nekrosis iskemik pada miokardium diakibatkan


oleh iskemia pada miokard yang berkepanjangan dan bersifat irreversibel.
Iskemia selama 15-20 menit pada sel-sel otot jantung dapat
mengakibatkan kerusakan dan saat otot miokard mati akan melepaskan
enzim-enzim.(21)

3.3 Patofisiologi AST


SGOT yang sedikit lebih tinggi dari biasanya tidak selalu
menunjukkan bahwa seseorang sakit. Peningkatan yang mungkin terjadi
bukan karena masalah hati. Kadar SGOT juga rentan terhadap fluktuasi.
Mungkin saja pada saat dilakukan pengecekan kadarnya tinggi, Tapi
setelah itu kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat dipemeriksaan
kadarnya normal, padahal biasanya justru tinggi. Oleh karena itu,
pemeriksaan pun sebenarnya tidak dapat digunakan sebagai bukti untuk
mencapai suatu kesimpulan jika hanya dilakukan sekali. (Widjaja, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

1. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Sinto R, et


al. Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus
Disease 2019 : Review of Current Literatures. 2020;7(1):45–67.

2. Ramona F, Prakoeswa S. Dasamuka Covid-19. 2020;7:231–40.

3. Ikawaty R. Dinamika Interaksi Reseptor ACE2 dan SARS-CoV-2


Terhadap Manifestasi Klinis COVID-19. 2020;1(2):70–6.

4. Avesina NA, Ramadhian MR. Madu Sebagai Hepatoprotektor Dinilai


dengan Enzim Transaminase Honey as Hepatoprotector Assessed with
Transaminase Enzyme. 2015;2:321–5.

5. kumar praveen, Shubhra Mishra , Daya Krishna Jha , Jayendra Shukla ,


Arup Choudhury , Ritin Mohindra, Harshal S. Mandavdhare, Usha Dutta
VS. Penyakit Coronavirus (COVID-19) dan hati: tinjauan sistematis dan
analisis meta yang komprehensif. 2020;711–22.

6. Puspita I. Pengaruh Paparan Gelombang Elektromagnetik Handphone


Periode Kronik Terhadap Kadar SGOT dan SGPT. 2015;2:536–40.

7. Fitriani NI. TINJAUAN PUSTAKA COVID-19: VIROLOGI,


PATOGENESIS, DAN MANIFESTASI KLINIS. 2020;4:194–201.

8. Levani Y, Prastya AD, Mawaddatunnadila S, Wuhan K, Huebei P.


Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19 ): Patogenesis , Manifestasi Klinis
dan Pilihan Terapi. 2019;17:44–57.

9. Handayani tri rina, Arradini D, Darmayanti aquartuti tri, Widiyanto A,


Atmojo tri joko. Pandemi covid-19, respon imun tubuh, dan herd
immunity. 2020;10(3):373–80.

10. Salsabila T, Waleleng BJ, Pandelaki K. Gangguan Fungsi Hati pada


Coronavirus Disease 2019. 2021;2(2):53–8.

11. Handayani D, Hadi rendra dwi, Isbaniah F, Burhan E, Agustin H.


RESPIROLOGI INDONESIA PENYAKIT VIRUS CORONA 2019.
2020;40(2):119–29.

12. Soeroto AY, Santoso P, Pranggono EH, Kulsum ID, Suryadinata H,


Ferdian F, et al. Review article khusus kompendium diagnostik dan
pengobatan covid-19 (interim) perhimpunan respirologi indonesia
(perpari ). 2020;7(1):17–59.

13. Sukmana M, Yuniarti FA. The Pathogenesis Characteristics and Symptom


of Covid-19 in the Context of Establishing a Nursing Diagnosis.
2020;3(1):21–8.

14. Sacher, Ronald, McPherson R. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Lboratorium. 11th ed. 2009;

15. Kee JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: EGC;
2007.

16. Sadikin.M. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika; 2002.

17. Sardini S. Penentuan Aktifitas EnzimGOT dan GPTdalam Serum dengan


Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC. Jakarta: BATAN; 2007.

18. Manual book selecta pro series. 2011.

19. Bastiansyah. Panduan lengkap : Membaca Hasil Tes kesehatan. Jakarta:


Penerbit Penebar plus; 2008.

20. Djojodibroto. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Pustaka Popular; 2010.

21. Tambayong. Patofisiologis untuk Keperawatan. Jakarta: penerbit PT EGC;


2008.

Anda mungkin juga menyukai