Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada keluarganya dalam mendidik
keturunannya sehingga dapat menyesuaikan kehidupannya di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota keluarganya sehingga
dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan aturan dan daya
dukung alam dan lingkungan yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.
Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran
formal dan peran informal.
a. Peran Formal
Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang
kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para
anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya
pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL
tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara
hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari
pasangan), dan peran sosial.
b. Peran Informal kelurga
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.
Pembagian peran informal dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Pendorong
Memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, dan menerima
kontribusi dari orang lain.
2) Pengharmonisan
Keluarga juga berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota,
penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3) Inisiator-kontributor
Keluarga menjadi sarana untuk mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-
cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
4) Pendamai
Jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan
musyawarah atau damai.
5) Pencari nafkah
Peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun
non material anggota keluarganya.
6) Penghubung
Keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori komunikasi dalam
keluarga.
7) Poinir keluarga
Peran ini berupa membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing mendapat pengalaman
baru.
8) Sahabat, penghibur, dan koordinator
Hal ini berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang
berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan.
9) Pengikut dan sanksi
Sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL
Sumber:
Mubarak, W, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.
Ratnasari. (2014). Hubungan dukungan keluarga dan motivasi dengan prestasi belajar
mahasiswa tingkat II Prodi DIII Kebidanan Stikes Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2014. Naskah
Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Wirdhana, L., Muin, Edi, Windrawati, W., Hendardi, A., Nuranti,A., Trihantoro, D., Angkawijaya,
A., Isyanah, A., Suparyati, R., Marifah, Susilo, P., (2013). Buku Pegangan Kader BKRTetang
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL
LO.1.3 Bentuk
Terdapat beberapa tipe atau bentuk keluarga diantaranya (Fatimah, 2010):
a. Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunan atau adopsi maupun keduanya.
b. Keluarga besar (ekstended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudaranya,
misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi, saudara sepupu, dan lain sebagainya.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family), yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family), yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
baik pria maupun wanita dengan anak-anaknya akibat dari perceraian atau ditinggal oleh
pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
f. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone).
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting
family) atau keluarga kabitas (cohabition).
h. Keluarga berkomposisi (composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
Friedman (1986) dalam Ali (2009) membagi tipe keluarga menjadi beberapa bagian berikut ini:
a. Nuclear family (keluarga inti): terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari keluaga yang lainnya.
b. Extended family (keluarga besar): keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang
tinggal dalam satu rumah dan mendukung satu sama lain.
c. Single parent family: keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama
anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed: keluarga yang terdiri dari suami istri yang tinggal dalam satu rumah dan tidak
memiliki anak.
e. Blended family: keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing
pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL
f. Three generation family: keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak,
ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
g. Single adult living alone: keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa dan tinggal sendiri
dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple: keluarga yang terdiri dari suami istri paruh baya.
ditarik kesimpulan, dinamika kehidupan keluarga adalah proses perubahan kehidupan dari satu
kondisi kepada kondisi lain yang menghasilkan efek positif maupun negatif.
Adanya interaksi atau hubungan antara individu dengan lingkungan sehingga tersebut
dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun kelompok sosial
yang sama.
Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan pasien dengan anggota keluarganya dan
juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan sekitarnya. Keluarga diharapkan
mampu memberikan dukungan dalam upaya kesembuhan pasien. Ada empat aspek yang selalu
muncul dalam dinamika keluarga
Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiriyang biasa
dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapatdan pikiran
mereka yang dikenal dengan komunikasi.
Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimanamereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai sistemnilai keluarga.
Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan
institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.
Sumber: Rhomadioni Enggar. 2016. Dinamika Kehidupan Keluarga Sebagai Inspirasi Penciptaan
Lukisan Surrealistik Tugas Akhir Karya Seni (TAKS). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan –
saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima darisiklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7tahun, meskipun tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkankeluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hinggabrumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anakpertama meninggalkan
rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat singkat atau agakpanjang, tergantung pada berapa banyak anak yang
ada dalam rumah atauberapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
g. Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahandari bagi
oarngtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah danberakhir pada saat pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tahap inibiasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia
45-55 tahun dan berakhirpada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun
kemudian.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satuatau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal,
dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Sumber: Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
penunjang, penilaian risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta
keluarganya.
Mampu melakukan perawatan diri, 3 Mandiri dalam perawatan diri, tidak mampu
tapi tidak mampu melakukan bekerja ringan
pekerjaan ringan.
Dalam keadaan tertentu masih 4 Tidak melakukan aktivitas kerja, tergantung pada
mampu merawat diri, tapi sebagian keluarga
besar aktivitas hanya duduk dan
berbaring
Perawatan diri oleh orang lain, hanya 5 Tergantung pada pelaku rawat
berbaring pasif
Fungsi keluarga salah satunya adalah untuk melanjutkan keturunan. Keturunan yang
diperoleh di dalam kehidupan keluarga merupakan modal bagi kelangsungan spesies
manusia. Memperoleh keturunan yang baik adalah faktor penting bagi kehidupan
bermasyarakatdan dalam upaya meningkatkan eksistensi manusia sebagai makhluk yang
sempurna.
b. Fungsi Sosial
Keluarga berfungsi sebagai benteng oral bangsa. Bangsa yang sejahtera tercermin dari
keluarga-keluarga harmonis yang hidup pada masyarakat tersebut.
c. Fungsi Pendidikan
Keluarga sebagai lembaga pendidikan berhubungan erat dengan masalah tanggung jawab
orang tua sebagai pendidik pertama dari anak-anaknya. Keluarga berfungsi untuk
menanamkan (internalisasi) nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan anak. Keluarga
mempunyai kewajiban untuk memperkenalkan dan melakukan bimbingan pada anak dan
anggota keluarga yang lain tentang ketaatan beribadah dan ketakwaan pada Allah SWT.
Sebagaimana sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an, surat An-Nissa ayat 9:
۟ ُوا ٱهَّلل َ َو ْليَقُول
وا قَوْ اًل َس ِديدًا ۟ ُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّق
۟ ُض ٰ َعفًا خَاف ۟ ش ٱلَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُك
ِ ًوا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة َ َو ْليَ ْخ
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anakyang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Ayat tersebut sebagai peringatan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak-
anaknya dalam keadaan lemah. Keadaan lemah yang dimaksudkan adalah lemah di dalam
keimanannya, ketakwaannya, pengetahuannya dan termasuk lemah di dalam
kesejahteraannya.
Sumber:
LO.3.2 Hak dan kewajiban merawat keluarga yang sakit
Ada dua hak orang sakit yang harus dipenuhi oleh anggota masyarakat atau keluarganya.
Hak orang sakit yang pertama dan utama adalah bebas dari segala tanggung jawab social yang
normal. Artinya orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan
sehari-hari yang biasa dia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah selalu mutlak,
tergantung tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut. Apabila tingkat
keparahan sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak perlu menuntut haknya. Dan
seandainya menuntut haknya harus tidak secara penuh. Maksudnya, ia tetap dalam posisinya
tetapi perannya dikurangi, dalam arti volume dan frekuensi kerjanya dikurangi.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL
Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut harus dituntutnya, misalnya
menderita penyakit menular. Hak tersebut haruslah dituntut karena bila tidak akan dapat
menimbulkan konsekuensi ganda, yaitu disamping produktivitas kerja menurun atau bahkan
dapat menambah beratnya penyakit.
Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan kepada orang lain.
Didalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posisi yang lemah, lebih-lebih bila sakitnya
berada dalam derajat keparahan yang tinggi. Anggota keluarga dan anggota masyarakat
berkewajiban untuk membantu dan merawatnya. Oleh karena tugas penyembuhan dan
perawatan memerlukan keahlian tertentu, maka tugas ini didelegasikan kelpada lembaga-
lembaga masyarakat atau individu tertentui seperti dokter, perawat, bidan dan petugas lainnya.
3) Seberat apapun sakit yang diderita, tidak boleh baginya untuk berangan-angan ingin mati. Hal
ini karena ada hadits Ummul Fadhl Radhiyallahu’anha, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
Sallam pernah datang kepada mereka tatkala ‘Abbas Radhiyallahu’anhu (paman Rasulullah)
menderita sakit, hingga ‘Abbas berangan-angan ingin mati.
4) Jika ia masih memiliki tanggungan atas hak-hak orang lain, hendaklah ia tunaikan kepada yang
berhak apabila hal itu mudah baginya. Jika tidak mudah, hendaklah ia berwasiat (kepada
keluarganya). Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam berkata:
ض ِه أَوْ ماله فليؤ ّده اليه قَ ْب َل أَ ْن يَأتي يوم القيامة ال يقبل فيه ِدينَا ٌر َوال ِدرْ هَ ٌم إِ ْن َكانَ لَهُ َع َم ٌل ْ َت عنده َم
ِ ْظلَ َمةٌ الَ ِخي ِه ِم ْن ِعر ْ َم ْن كَان
احبِ ِه فَ ُح ِملَت َعلَ ْي ِه
ِ ص ِ صالِ ٌح أُ ِخ َذ ِم ْنهُ وأعطي صاحبه َوإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ عمل صالح أُ ِخ َذ ِم ْن َسيِّئَا
َ ت َ
“Barang siapa pernah mendhalimi hak saudaranya dalam hal harga diri atau hartanya,
hendaklah ia selesaikan sebelum datang hari kiamat, hari yang tidak diterima dinar tidak pula
dirham. Jika ia punya amalan shalih maka diambil darinya lalu diberikan kepada orang yang
punya hak. Jika ia tidak punya amalan shalih, maka diambil dosa-dosa orang yang
bersangkutan lalu dibebankan kepadanya.”
5) Orang yang sakit hendaknya bersegera untuk menyiapkan wasiat karena ada sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) kematian,
jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 180)
7) Boleh baginya untuk berwasiat dengan sepertiga hartanya, tidak boleh lebih.
8) Hendaklah dalam berwasiat ini disaksikan oleh dua orang yang jujur yang muslim. Jika tidak
ada maka bisa dengan dua orang (yang jujur) non muslim dengan diminta agar keduanya
bersumpah untuk bisa dipercaya apabila ragu akan persaksiannya.
9) Adapun berwasiat agar hartanya diberikan kepada kedua orang tua dan sanak kerabat yang
berhak menerima warisan dari orang yang meninggalkan warisan itu, maka ini tidak boleh
dilakukan. Karena hal ini sudah dimansukh dengan ayat tentang warisan. Dan telah dijelaskan
pula oleh RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam dengan penjelasan yang paling sempurna,
ketika beliau berkhutbah pada haji Wada’. Kata beliau:
Menjenguk orang yang terbaring sakit. Sebagian ulama telah menetapkan menjenguk
orang sakit ini sebagai fardhu kifayah, seperti halnya memberi makan orang yang kelaparan dan
membebaskan tawanan. Jumhur ulama berpendapat bahwa menjenguk ini pada dasarnya
hukumnya sunnah. Namun pada perkembangannya ia menjadi wajib di beberapa kalangan
tertentu.
Perintah menjenguk orang sakit mengandung hikmah, dapat meringankan beban mental
keluarganya, sebagai ungkapan kasih sayang, mengingatkan manusia akan mati, memberikan
dorongan kejiwaan dan menghibur, dan lain-lain.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL