Anda di halaman 1dari 16

NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

LI. 1 Konsep keluarga


LO.1.1 Definisi
Definisi Keluarga dalam UU 52 Tahun 2009 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami-istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan
anaknya (janda).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersamadengan keterikatan
aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing– masing yang merupakan bagian
dari keluarga (Friedman, 1998).
Sumber:
Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2017). Keluarga Sehat Wujudkan Indonesia Sehat. Warta Kesmas. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
LO.1.2 Fungsi
Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain (Wirdhana et al., 2013):
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal, menanamankan dan
menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga bisa menjadi insan-insan
yang agamis, berakhlak baik dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh anggota keluarganya dalam
mengembangkan kekayaan sosial budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan suami dengan
istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar
generasi sehingga keluarga menjadi tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh cinta
kasih lahir dan batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam menumbuhkan rasa aman dan
tentram serta kehangatan bagi setiap anggota keluarganya.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunannya yang sudah menjadi
fitrah manusia sehingga dapat menunjang kesejahteraan umat manusia secara universal.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada keluarganya dalam mendidik
keturunannya sehingga dapat menyesuaikan kehidupannya di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota keluarganya sehingga
dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan aturan dan daya
dukung alam dan lingkungan yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.

Sementara menurut WHO fungsi keluarga terdiri dari (Ratnasari, 2014):


a. Fungsi Biologis meliputi: fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, memelihara dan merawat anggota keluarga, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi Psikologi meliputi: fungsi dalam memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga,serta memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi meliputi: fungsi dalam membina sosialisasi pada anak, meneruskan nilai-nilai
keluarga, dan membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
d. Fungsi Ekonomi meliputi: fungsi dalam mencari sumber-sumber penghasilan, mengatur dalam
pengunaan penghasilan keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, serta
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masamendatang.
e. Fungsi Pendidikan meliputi: fungsi dalam mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya, menyekolahkan anak agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, serta
mempersiapkan anak dalam mememuhi peranannya sebagai orang dewasa untuk kehidupan
dewasa di masa yang akan datang.

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran
formal dan peran informal.
a. Peran Formal
Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang
kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para
anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya
pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara
hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari
pasangan), dan peran sosial.
b. Peran Informal kelurga
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.
Pembagian peran informal dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Pendorong
Memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, dan menerima
kontribusi dari orang lain.
2) Pengharmonisan
Keluarga juga berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota,
penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3) Inisiator-kontributor
Keluarga menjadi sarana untuk mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-
cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
4) Pendamai
Jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan
musyawarah atau damai.
5) Pencari nafkah
Peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun
non material anggota keluarganya.
6) Penghubung
Keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori komunikasi dalam
keluarga.
7) Poinir keluarga
Peran ini berupa membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing mendapat pengalaman
baru.
8) Sahabat, penghibur, dan koordinator
Hal ini berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang
berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan.
9) Pengikut dan sanksi
Sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

Pengukuran Fungsi Keluarga


Pengukuran fungsi keluarga dapat diukur dengan menggunakan:
1. APGAR family (Adaptation, Partnership, Growth, Affection,Resolve)
Diciptakan oleh Smilkstein untuk mengetahuifungsi keluarga secara cepat. Merupakan
instrumen skrening untuk disfungsi keluarga dan mempunyai reliabilitas dan validitas yang
adekuat untuk mengukur tingkat kepuasan mengenai hubungan keluarga secara individual,
juga beratnya disfungsi keluarga.Bila pertanyaan dijawab sering / selalu nilai 2, kadang-kadang
nilai 1, jarang / tidak nilai 0. Bila hasil penjumlahan kelima nilai diatas adalah antara
a. 7-10 : fungsi keluarga baik
b. 4-6 : fungsi keluarga kurang baik
c. 0-3 : fungsi keluarga tidak baik
2. SCREEM (Social Cultural Religion Economic Education Medical)
Jika APGAR family untuk melihat fungsi keluarga secara fisiologis, maka SCREEM adalah
untuk melihat fungsi keluarga secara patologis.
a. Apakah antara anggota keluarga saling memberi perhatian, saling membantu kalau ada
kerepotan masing-masing.
b. Apakah interaksi dengan tetangga sekitarnya juga berjalan baik dan tidak ada masalah
( Social).
c. Apakah keluarga puas terhadap budaya yang berlaku di daerah itu (Culture).
d. Apakah keluarga taat dalam beragama (Religion).
e. Apakah status ekonomi keluarga cukup (Economic)
f. Apakah pendidikan tergolong cukup (Education)
g. Apakah dalam mencari pelayanan kesehatan mudah dan ada alat transportasi (Medical)
(Lao, L.F.,et al., 2003)

Sumber:
Mubarak, W, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.
Ratnasari. (2014). Hubungan dukungan keluarga dan motivasi dengan prestasi belajar
mahasiswa tingkat II Prodi DIII Kebidanan Stikes Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2014. Naskah
Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Wirdhana, L., Muin, Edi, Windrawati, W., Hendardi, A., Nuranti,A., Trihantoro, D., Angkawijaya,
A., Isyanah, A., Suparyati, R., Marifah, Susilo, P., (2013). Buku Pegangan Kader BKRTetang
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

Delapan Fungsi Keluarga. Jakarta : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional.

LO.1.3 Bentuk
Terdapat beberapa tipe atau bentuk keluarga diantaranya (Fatimah, 2010):
a. Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunan atau adopsi maupun keduanya.
b. Keluarga besar (ekstended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudaranya,
misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi, saudara sepupu, dan lain sebagainya.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family), yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family), yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
baik pria maupun wanita dengan anak-anaknya akibat dari perceraian atau ditinggal oleh
pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
f. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone).
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting
family) atau keluarga kabitas (cohabition).
h. Keluarga berkomposisi (composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.

Friedman (1986) dalam Ali (2009) membagi tipe keluarga menjadi beberapa bagian berikut ini:
a. Nuclear family (keluarga inti): terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari keluaga yang lainnya.
b. Extended family (keluarga besar): keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang
tinggal dalam satu rumah dan mendukung satu sama lain.
c. Single parent family: keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama
anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed: keluarga yang terdiri dari suami istri yang tinggal dalam satu rumah dan tidak
memiliki anak.
e. Blended family: keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing
pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

f. Three generation family: keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak,
ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
g. Single adult living alone: keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa dan tinggal sendiri
dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple: keluarga yang terdiri dari suami istri paruh baya.

Menurut Suprajitno (2004) tipe-tipe keluarga adalah sebagai berikut:


a. Dyadic family (keluarga bentukan kembali): yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah berpisah dengan pasangan yang sebelumnya.
b. Single parent family (orang tua tunggal): yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
c. The unmarried teenage mother: yaitu keluarga yang terdiri dari ibu yang mempunyai anak
tanpa melakukan pernikahan.
d. The single adult living: yaitu keluarga yang terdiri dari laki-laki atau perempuan dewasa yang
tinggal sendiri dan belum pernah menikah.
e. The nonmarital heterosexual cohabiting family: yaitu keluarga yang sudah memiliki anak tanpa
melakukan pernikahan sebelumnya.
f. Gay and lesbian family: yaitu keluarga yang dibentuk dengan jenis kelamin yang sama.
Sumber:
Ali, Z. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Fatimah, E. (2010). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka
Setia.
Suprajitno. ( 2004 ). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta: EGC.

LO.1.4 Dinamika keluarga


Dalam proses perjalananya sebuah keluarga akan mengalami sebuah dinamika untuk
menemukan bentuk pendewasaanya. Dinamika yang dimaksudkan yaitu segala hal yang
berkaitan dengan fenomena, gejala, permasalahan dan perubahan-perubahan terkait fungsi dan
peran anggota keluarga dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang memberikan pengaruh
tertentu terhadap seorang individu. Terkait dinamika dalam sebuah keluarga, menurut Suryanto
(2013) menyatakan bahwa dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan
fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya dan melakukan
respon terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Dari keterangan tersebut dapat
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

ditarik kesimpulan, dinamika kehidupan keluarga adalah proses perubahan kehidupan dari satu
kondisi kepada kondisi lain yang menghasilkan efek positif maupun negatif.
Adanya interaksi atau hubungan antara individu dengan lingkungan sehingga tersebut
dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun kelompok sosial
yang sama.
Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan pasien dengan anggota keluarganya dan
juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan sekitarnya. Keluarga diharapkan
mampu memberikan dukungan dalam upaya kesembuhan pasien. Ada empat aspek yang selalu
muncul dalam dinamika keluarga
 Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiriyang biasa
dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
 Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapatdan pikiran
mereka yang dikenal dengan komunikasi.
 Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimanamereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai sistemnilai keluarga.

Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan
institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.
Sumber: Rhomadioni Enggar. 2016. Dinamika Kehidupan Keluarga Sebagai Inspirasi Penciptaan
Lukisan Surrealistik Tugas Akhir Karya Seni (TAKS). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

LO.1.5 Siklus hidup keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah:
a. Tahap 1: Keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuahkeluarga baru, keluarga
yang menikah atau prokreasi dan perpindahan darikeluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.
b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30 bulan.
Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anakpertama mereka, tapi agak takut
juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanyaberkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan
bayi tersebut mulai mengenal.Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran
mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena
perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
c. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertamaberusia 2,5 tahun
dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluargamungkin terdiri tiga hingga lima
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan –
saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima darisiklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7tahun, meskipun tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkankeluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hinggabrumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anakpertama meninggalkan
rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat singkat atau agakpanjang, tergantung pada berapa banyak anak yang
ada dalam rumah atauberapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
g. Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahandari bagi
oarngtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah danberakhir pada saat pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tahap inibiasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia
45-55 tahun dan berakhirpada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun
kemudian.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satuatau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal,
dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Sumber: Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

LI.2 Diagnostik holistik


LO.2.1 Definisi
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab
masalah kesehatan, penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang diperoleh dari alasan
kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

penunjang, penilaian risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta
keluarganya.

LO.2.2 Aspek-aspek (personal, klinis, risiko internal, eksternal, fungsional)


Setiap kejadian penyakit dikemukakan dari multi aspek:
a. Aspek personal
 Keluhan utama
 Harapan
 Kekhawatiran
 Persepsi
b. Aspek klinis
Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan diagnosis kerja dan diagnosis
banding.
c. Aspek risiko internal
 Pengaruh genetik
 Gaya hidup
 Kepribadian
 Usia
 Gender
d. Aspek risiko eksternal dan psikososial
 Berasal dari lingkungan (keluarga, tempat kerja, tetangga, budaya)
e. Derajat fungsional
 Kualitas hidup pasien
 Penilaian dengan skor 1-5, berdasarkan disabilitas dari pasien

Aktivitas menjalankan fungsi sosial Score Keterangan


dalam kehidupan

Mampu melakukan pekerjaan seperti 1 Mandiri dalam perawatan


sebelum sakit diri, bekerja di dalam dan
luar rumah
Mampu melakukan pekerjaan ringan 2 Mulai mengurangi aktivitas kerja kantor
sehari-hari di dalam dan luar rumah
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

Mampu melakukan perawatan diri, 3 Mandiri dalam perawatan diri, tidak mampu
tapi tidak mampu melakukan bekerja ringan
pekerjaan ringan.

Dalam keadaan tertentu masih 4 Tidak melakukan aktivitas kerja, tergantung pada
mampu merawat diri, tapi sebagian keluarga
besar aktivitas hanya duduk dan
berbaring

Perawatan diri oleh orang lain, hanya 5 Tergantung pada pelaku rawat
berbaring pasif

LO.2.3 Cara menganalisis diagnostik holistik


a. Aspek personal: batuk berulang, keluhan timbull terutama saat malam hari dan musim hujan.
b. Aspek klinis: asma bronkial.
c. Aspek resiko internal:merokok 1 bungkus per hari, riwayat keluarga.
d. Aspek resiko eksternal dan psikososial: menggunakan motor sebagai sarana trasportasi
(polusi), tinggal di kawasan padat penduduk, kondisi rumah kurang pencahayaan dan ventilasi.
e. Derajat fungsional: skala 2

LI.3 Keluarga dalam Pandangan Islam


LO.3.1 Fungsi keluarga
Untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam kehidupan anggota keluarga maka fungsi
keluarga harus terpenuhi meliputi fungsi biologis, psikologis, dan sosiologis. Adapun fungsi
keluarga sakinah antara lain:
a. Fungsi Individual
1) Meningkatkan derajat kemanusiaan dan ibadah. Keluarga berfungsi sebagai sarana untuk
meningkatkan derajat kemanusiaan dan untuk memelihara diri dari perbuatan keji dan
munkar. Keluarga sebagai wadah untuk beribadah kepada Allah dan sebagai pemeliharaan
fitrah manusia.
2) Memperoleh ketenangan dan ketenteraman jiwa. Keluarga bertugas sebagai lembaga
interaksi dalam ikatan batin yang kuat antar anggotanya. Ikatan batin yang kuat dapat
dirasakan oleh anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Kasih sayang antar anggota
keluarga akan mewujudkan keluarga yang selalu dalam situasi yang rukun dan bahagia.
3) Meneruskan keturunan
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

Fungsi keluarga salah satunya adalah untuk melanjutkan keturunan. Keturunan yang
diperoleh di dalam kehidupan keluarga merupakan modal bagi kelangsungan spesies
manusia. Memperoleh keturunan yang baik adalah faktor penting bagi kehidupan
bermasyarakatdan dalam upaya meningkatkan eksistensi manusia sebagai makhluk yang
sempurna.
b. Fungsi Sosial
Keluarga berfungsi sebagai benteng oral bangsa. Bangsa yang sejahtera tercermin dari
keluarga-keluarga harmonis yang hidup pada masyarakat tersebut.
c. Fungsi Pendidikan
Keluarga sebagai lembaga pendidikan berhubungan erat dengan masalah tanggung jawab
orang tua sebagai pendidik pertama dari anak-anaknya. Keluarga berfungsi untuk
menanamkan (internalisasi) nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan anak. Keluarga
mempunyai kewajiban untuk memperkenalkan dan melakukan bimbingan pada anak dan
anggota keluarga yang lain tentang ketaatan beribadah dan ketakwaan pada Allah SWT.
Sebagaimana sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an, surat An-Nissa ayat 9:
۟ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ْليَقُول‬
‫وا قَوْ اًل َس ِديدًا‬ ۟ ُ‫وا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّق‬
۟ ُ‫ض ٰ َعفًا خَاف‬ ۟ ‫ش ٱلَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُك‬
ِ ً‫وا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anakyang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan
mereka. Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Ayat tersebut sebagai peringatan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak-
anaknya dalam keadaan lemah. Keadaan lemah yang dimaksudkan adalah lemah di dalam
keimanannya, ketakwaannya, pengetahuannya dan termasuk lemah di dalam
kesejahteraannya.
Sumber:
LO.3.2 Hak dan kewajiban merawat keluarga yang sakit
Ada dua hak orang sakit yang harus dipenuhi oleh anggota masyarakat atau keluarganya.
Hak orang sakit yang pertama dan utama adalah bebas dari segala tanggung jawab social yang
normal. Artinya orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan
sehari-hari yang biasa dia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah selalu mutlak,
tergantung tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut. Apabila tingkat
keparahan sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak perlu menuntut haknya. Dan
seandainya menuntut haknya harus tidak secara penuh. Maksudnya, ia tetap dalam posisinya
tetapi perannya dikurangi, dalam arti volume dan frekuensi kerjanya dikurangi.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut harus dituntutnya, misalnya
menderita penyakit menular. Hak tersebut haruslah dituntut karena bila tidak akan dapat
menimbulkan konsekuensi ganda, yaitu disamping produktivitas kerja menurun atau bahkan
dapat menambah beratnya penyakit.
Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan kepada orang lain.
Didalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posisi yang lemah, lebih-lebih bila sakitnya
berada dalam derajat keparahan yang tinggi. Anggota keluarga dan anggota masyarakat
berkewajiban untuk membantu dan merawatnya. Oleh karena tugas penyembuhan dan
perawatan memerlukan keahlian tertentu, maka tugas ini didelegasikan kelpada lembaga-
lembaga masyarakat atau individu tertentui seperti dokter, perawat, bidan dan petugas lainnya.

Kewajiban keluarga merawat orang sakit :


1. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga mempunyai peranan yang amat
penting dalam mengembangkan, mengenal, dan menemukan masalah kesehatan dalam
keluarga sebagai antisipasi menjaga kesehatan dalam keluarganya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Keluarga merupakan pusat
pengambilan keputusan terpenting, termasuk membuat keputusan tentang masalah
kesehatan keluarga. Keluarga dalam tugasnya mengambil keputusan bagi anggota keluarga
disebut sebagai pelayanan rujukan kesehatan primer
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan, yang
menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada

Kewajiban-Kewajiban Orang yang Sakit dalam Islam:


1) Orang yang sakit memiliki kewajiban untuk senantiasa ridha terhadap qadha Allah Subhanahu
wa Ta’ala, bersabar atas taqdir-Nya serta berbaik sangka kepada Rabbnya. Itu yang lebih baik
baginya.
2) Seyogyanya orang yang sedang sakit memiliki perasaan antara rasa takut dan harap, yaitu
takut akan siksa Allah ‘Azza wa Jalla atas dosa-dosanya dan berharap akan rahmat Allah ‘Azza
wa Jalla kepadanya. Sikap ini didasarkan pada hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu
yang mengatakan:
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

ُ‫ُول هَّللا ِ أَنِّي أَرْ جُو هَّللا َ َوإِنِّي أَخَاف‬


َ ‫ال َك ْيفَ تَ ِج ُدكَ قَا َل َوهَّللا ِ يَا َرس‬ ِ ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َدخَ َل َعلَى َشابٍّ َوه َُو فِي ْال َمو‬
َ َ‫ت فَق‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫أَ َّن النَّب‬
ُ‫ب َع ْب ٍد فِي ِم ْث ِل هَ َذا ْال َموْ ِط ِن ِإاَّل أَ ْعطَاهُ هَّللا ُ َما يَرْ جُو َوآ َمنَهُ ِم َّما يَخَاف‬ِ ‫ان فِي قَ ْل‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل يَجْ تَ ِم َع‬
َ ِ ‫ُذنُوبِي فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

3) Seberat apapun sakit yang diderita, tidak boleh baginya untuk berangan-angan ingin mati. Hal
ini karena ada hadits Ummul Fadhl Radhiyallahu’anha, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
Sallam pernah datang kepada mereka tatkala ‘Abbas Radhiyallahu’anhu (paman Rasulullah)
menderita sakit, hingga ‘Abbas berangan-angan ingin mati.
4) Jika ia masih memiliki tanggungan atas hak-hak orang lain, hendaklah ia tunaikan kepada yang
berhak apabila hal itu mudah baginya. Jika tidak mudah, hendaklah ia berwasiat (kepada
keluarganya). Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam berkata:

‫ض ِه أَوْ ماله فليؤ ّده اليه قَ ْب َل أَ ْن يَأتي يوم القيامة ال يقبل فيه ِدينَا ٌر َوال ِدرْ هَ ٌم إِ ْن َكانَ لَهُ َع َم ٌل‬ ْ ‫َت عنده َم‬
ِ ْ‫ظلَ َمةٌ الَ ِخي ِه ِم ْن ِعر‬ ْ ‫َم ْن كَان‬
‫احبِ ِه فَ ُح ِملَت َعلَ ْي ِه‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫صالِ ٌح أُ ِخ َذ ِم ْنهُ وأعطي صاحبه َوإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ عمل صالح أُ ِخ َذ ِم ْن َسيِّئَا‬
َ ‫ت‬ َ
“Barang siapa pernah mendhalimi hak saudaranya dalam hal harga diri atau hartanya,
hendaklah ia selesaikan sebelum datang hari kiamat, hari yang tidak diterima dinar tidak pula
dirham. Jika ia punya amalan shalih maka diambil darinya lalu diberikan kepada orang yang
punya hak. Jika ia tidak punya amalan shalih, maka diambil dosa-dosa orang yang
bersangkutan lalu dibebankan kepadanya.”
5) Orang yang sakit hendaknya bersegera untuk menyiapkan wasiat karena ada sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:

ُ‫صيَّتُهُ َم ْكتُوبَةٌ ِع ْن َده‬ ِ ‫َي ٌء ي ُِري ُد أَ ْن ي‬


ِ ‫ُوص َي فِي ِه إِال َو َو‬ ْ ‫يت لَ ْيلَتَ ْي ِن و لَهُ ش‬
ُ ِ‫ئ ُم ْسلِ ٍم يَب‬ ُّ ‫َما َح‬
ٍ ‫ق ا ْم ِر‬
“Tidak benar bagi seorang muslim yang bermalam dua malam sedangkan ia punya sesuatu
yang ingin diwasiatkannya kecuali semestinya wasiat itu telah ditulis di sisinya.”
Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma berkata: “Tidaklah berlalu satu malam sejak aku mendengar
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam mengatakan itu kecuali sudah kutulis wasiatku.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim juga Ashabus Sunan maupun yang lain.
6) Wajib baginya untuk memberikan wasiat kepada sanak kerabatnya yang tidak menerima
warisan darinya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

‫صيَّةُ لِ ْل َوالِ َد ْي ِن‬


ِ ‫ت إِ ْن تَرَكَ خَ ْيرًا ْال َو‬ ُ ْ‫ض َر أَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َح‬
َ ِ‫ُكت‬
َ‫ُوف َحقًّا َعلَى ْال ُمتَّقِين‬ ِ ‫َواأْل َ ْق َربِينَ بِ ْال َم ْعر‬
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) kematian,
jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 180)
7) Boleh baginya untuk berwasiat dengan sepertiga hartanya, tidak boleh lebih.
8) Hendaklah dalam berwasiat ini disaksikan oleh dua orang yang jujur yang muslim. Jika tidak
ada maka bisa dengan dua orang (yang jujur) non muslim dengan diminta agar keduanya
bersumpah untuk bisa dipercaya apabila ragu akan persaksiannya.
9) Adapun berwasiat agar hartanya diberikan kepada kedua orang tua dan sanak kerabat yang
berhak menerima warisan dari orang yang meninggalkan warisan itu, maka ini tidak boleh
dilakukan. Karena hal ini sudah dimansukh dengan ayat tentang warisan. Dan telah dijelaskan
pula oleh RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam dengan penjelasan yang paling sempurna,
ketika beliau berkhutbah pada haji Wada’. Kata beliau:

‫ث‬ ِ ‫صيَّةَ لِ َو‬


ٍ ‫ار‬ ٍّ ‫إِ َّن هَّللا َ أَ ْعطَى ُك َّل ِذي َح‬
ِ ‫ق َحقَّهُ َوال َو‬
“Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada setiap yang punya hak, dan tidak ada
wasiat bagi ahli waris.”
10) Diharamkan membuat wasiat yang mendatangkan mudharat (kerugian) bagi orang lain,
seperti berwasiat agar sebagian ahli waris jangan diberikan hak warisnya atau berwasiat agar
melebihkan sebagian ahli waris atas sebagian yang lain. Hal ini disebabkan adanya firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ َ‫َان َواأْل َ ْق َربُونَ ِم َّما قَ َّل ِم ْنهُ أَوْ َكثُ َر ن‬


‫صيبًا َم ْفرُوضًا‬ ِ ‫َصيبٌ ِم َّما تَرَكَ ْال َوالِد‬
ِ ‫ء ن‬dِ ‫َان َواأْل َ ْق َربُونَ َولِلنِّ َسا‬
ِ ‫صيبٌ ِم َّما تَرَكَ ْال َوالِد‬
ِ َ‫ال ن‬
ِ ‫لِلرِّ َج‬
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.” (An-Nisaa’: 7)
11) Wasiat yang lalim (tidak adil) hukumnya batil lagi tertolak, karena adanya sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:

‫من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو ر ّد‬


“Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam (agama) kami ini yang tidak ada asal
darinya, maka ia tertolak.”
12) Ketika banyak terjadi kebid’ahan pada sebagian besar kaum muslimin di masa ini. Begitu
pula dalam permasalahan yang berkaitan dengan jenazah. Maka termasuk kewajiban seorang
muslim adalah untuk berwasiat agar disiapkan (urusan kematiannya) dan agar dikuburkan
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

berdasarkan Sunnah (tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam), sebagai pengamalan


terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (At-Tahrim: 6)

Menjenguk Orang Sakit dan Hukumnya


Orang sakit adalah orang yang lemah, yang memerlukan perlindungan dan sandaran.
Perlindungan (pemeliharaan, penjagaan) atau sandaran itu tidak hanya berupa materiil
sebagaimana anggapan banyak orang, melainkan dalam bentuk materiil dan spiritual sekaligus.
Karena itulah menjenguk orang sakit termasuk dalam bab tersebut. Menjenguk si
sakit ini memberi perasaan kepadanya bahwa orang di sekitarnya (yang menjenguknya)
menaruhperhatian kepadanya, cinta kepadanya, menaruh keinginan kepadanya, dan
mengharapkan agar dia segera sembuh. Faktor-faktor spiritual ini akan memberikan
kekuatan dalam jiwanya untuk melawan serangan penyakit lahiriah. Oleh sebab itu, menjenguk
orang sakit, menanyakan keadaannya, dan mendoakannya merupakan bagian dari
pengobatan menurut orang-orang yang mengert. Maka pengobatan tidak seluruhnya bersifat
materiil (kebendaan). Karena itu, hadits-hadits Nabawi menganjurkan "menjenguk orang sakit"
Dari abu musa r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw.: jenguklah orang sakit, dan berikanlah
makanan kepada orang yang lapar, dan bebaskanlah tawanan. (H.R. Bukhari)

Hak orang islam terhadap orang islam lainnya ada enam:


1) Apabila engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya.
2) Apabila ia mengundangmu penuhilah undangnnya itu.
3) Apabila ia meminta nasehat kepadamu, nasehatilah dia.
4) Apabila ia bersin, lalu memuji allah, maka doakanlah ia olehmu.
5) Apabila ia sakit, tengoklah ia, dan apabila ia meninggal dunia, maka iringkanlah dia. (H.R.
Muslim)

Menjenguk orang yang terbaring sakit. Sebagian ulama telah menetapkan menjenguk
orang sakit ini sebagai fardhu kifayah, seperti halnya memberi makan orang yang kelaparan dan
membebaskan tawanan. Jumhur ulama berpendapat bahwa menjenguk ini pada dasarnya
hukumnya sunnah. Namun pada perkembangannya ia menjadi wajib di beberapa kalangan
tertentu.
Perintah menjenguk orang sakit mengandung hikmah, dapat meringankan beban mental
keluarganya, sebagai ungkapan kasih sayang, mengingatkan manusia akan mati, memberikan
dorongan kejiwaan dan menghibur, dan lain-lain.
NABILA ASHILA FATHYA – 1102017161 (FKUB) PBL SK 2 BLOK KEDKEL

Anda mungkin juga menyukai