Anda di halaman 1dari 2

AJI Jakarta Kecam Aksi Bully Terhadap Jurnalis yang Beritakan Kasus Papua

Jurnalis - Puteranegara Batubara

JAKARTA - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengecam tindakan intimidasi terhadap jurnalis
Febriana Firdaus dari media Aljazeera sekaligus anggota AJI lantaran diduga dengan pemberitaannya
soal jumlah korban dalam kerusuhan di Papua.

Ketua AJI Jakarta, Asnil Bambani menjelaskan, bentuk intimidasi yang dirasakan oleh Febriana adalah
perundungan di media sosial (medsos). Selain itu juga mendapatkan ancaman-ancaman melalui pesan
tertulis.

Yang parahnya lagi selain di Bully, pewarta itu juga menerima perlakuan doxing. Doxing adalah
pelacakan dan pembongkaran identitas jurnalis yang menulis tidak sesuai aspirasi politik pelaku, lalu
menyebarkannya ke media sosial untuk tujuan negatif.

"Akun Facebook, Twitter dan Instagram @maklambeturah menyebarkan akun pribadi Febriana terkait
pemberitaan korban kerusuhan di Papua. Pemilik akun tersebut menyangsikan jumlah korban yang
ditulis Febriana karena berbeda dengan versi pemerintah. Sementara penulis telah mengonfirmasi
kepada bupati dan pihak gereja setempat," kata Asnil dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/9/2019).

Kondisi di Papua usai kerusuhan (Foto : Okezone)

Setelah akunnya disebar, Febriana banyak menerima pesan bernada ancaman di media sosial. Salah
satunya dari pemilik akun Twitter @ilhamAziz31. Pesan itu memperingatkan bahwa intelijen telah
mengawasi aktivitas Febriana dan meminta bangun narasi konstruktif.
"Usai teror itu, ruang gerak Febriana terbatas. Dia merasa gerak-geriknya diawasi. Kerja-kerja
jurnalistiknya pun terganggu. Sejumlah materi pemberitaan terkait Papua telah dia kantongi. Namun
karena pertimbangan keselamatan diri, Febriana menunda laporan jurnalistiknya," tutur Asnil.

Dalam hal ini, AJI Jakarta menilai informasi yang disebarkan @maklambeturah berupaya memojokkan
dan memicu intimidasi terhadap Febriana Firdaus.

"Kami menilai apa yang dikerjakan Febriana melalui medianya adalah hal standar yang dilakukan jurnalis
sebagaimana diamanatkan Kode Etik Jurnalistik. Febriana berusaha menyampaikan informasi seobyektif
mungkin dan menerbitkannya setelah melalui proses verifikasi," papar Asnil.Terkait perlakuan ini, AJI
Jakarta mengingatkan kepada semua pihak bahwa jurnalis dalam menjalankan profesinya dilindungi
secara hukum.

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers telah diatur mekanisme hak jawab, hak
koreksi atau pengaduan kepada Dewan Pers apabila ada pihak yang ingin memberikan tanggapan atau
sanggahan terhadap pemberitaan yang merugikan nama baiknya.

"Undang-undang tersebut juga mengamanatkan pers untuk ikut menegakkan nilai-nilai demokrasi,
mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan hak asasi manusia, serta menghormati kebinekaan,"
kata dia.

"Dalam pemberitaan terkait isu Papua, AJI Jakarta juga mengingatkan kepada para jurnalis untuk tetap
bersikap independen serta tidak memihak kedua kubu, baik kelompok pro-kemerdekaan Papua maupun
pro-pemerintah. Jurnalis harus melakukan verifikasi atas semua informasi, baik itu informasi dari
pemerintah maupun informasi dari kelompok warga di Papua," tutup Asnil.

Anda mungkin juga menyukai