Anda di halaman 1dari 2

Rafael Erlangga Bagas / 28 / X-MIPA-C

TUGAS AGAMA

1. Bagaimana tanggapan manusia terhadap proses penciptaan ?


2. Bagaimana menanggapi bahwa kehidupan manusia saling berbeda?
3. Apa maksud ungkapan “seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya” ? (Kej 11 :1)

1. Proses penciptaan berlangsung selama 6 hari. Tuhan beristirahat pada hari


ke-7 dan hari itu disebut sebagai “Hari Sabat”. Kitab Kejadian menjelaskan bahwa pada
hari pertama, Allah menciptakan langit dan bumi. Pada hari kedua, Allah menciptakan
cakrawala. Pada hari ketiga, Allah menciptakan daratan dan lautan serta
tumbuh-tumbuhan. Pada hari keempat, Allah menciptakan semua bintang dan benda-
benda langit. Pada hari kelima, Allah menciptakan binatang di lautan dan burung di
udara. Dan pada hari keenam, Allah menciptakan binatang di bumi, ternak dan binatang
melata, serta Manusia pertama (Adam dan Hawa).
Allah sungguh baik. Allah telah menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya
menurut rencana, kebijksanaan, dan kasih-Nya yang begitu besar. Oleh karena itu, kita
sebagai manusia harus bisa menanggapi apa yang telah Allah perbuat dengan bijaksana.
Kita patut bersyukur karena Allah telah menciptakan kita, manusia sesuai gambar dan
rupa-Nya. Selain itu, kita juga diciptakan menjadi ciptaan yang paling sempurna di antara
ciptaan Tuhan yang lain. Tuhan telah menganugerahi kita akal budi, hati nurani,
kehendak bebas, dan roh yang bersemayam dalam diri kita. Dengan akal budi dan hati
nurani, kita dapat membedakan mana hal yang baik dan benar serta hal yang buruk dan
salah. Sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kita wajib menjaga dan memelihara
alam semesta.
Oleh karena itu, cara yang dapat dilakukan untuk menanggapi keagungan Allah
adalah dengan menggunakan apa yang telah Allah berikan kepada kita dengan bijaksana
dan sesuai dengan kehendak-Nya. Pertama, dengan selalu melakukan suatu tindakan yang
baik dan benar yang didasarkan pada prinsip “kasih”. Kedua, mau menghargai manusia
lain yang sama-sama merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Ketiga, mau
memanfaatkan dan melestarikan segala ciptaan Tuhan yang lain (hewan, tumbuhan,
dan lain-lain) sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.

2. Kehidupan manusia memang saling berbeda. Tuhan meciptakan manusia unik dan
berbeda. Dengan demikian, manusia pun memiliki kehidupan yang berbeda-beda pula.
Tujuannya adalah agar manusia yang berbeda-beda itu dapat saling melengkapi satu sama
lain. Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menanggapi perbedaan dalam kehidupan
manusia.
Pertama, kita harus meyakini bahwa perbedaan bukan merupakan sarana untuk
menimbulkan perpecahan, melainkan perbedaan adalah rahmat dari Allah. Kedua, kita
harus mejadikan perbedaan yang ada menjadi kekuatan bagi kita untuk bersatu. Ketiga,
dalam menanggapi perbedaan yang ada, kita harus selalu bijaksana dan bersifat terbuka.
Artinya, kita mau menghargai dan menerima sesama kita yang latar kehidupannya
berbeda-beda. Selain itu, kita harus menjadi pribadi yang bersifat “komplementer” atau
saling melengkapi. Setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena
itu, dengan saling melengkapi satu sama lain, hidup manusia akan menjadi lebih
berwarna dan berjalan seturut kehendak Allah.

3. Dari Kejadian 11 : 1, kita bisa menyimpulkan bahwa sesungguhnya Allah telah


menjadikan seluruh bumi dan seluruh manusia itu satu tanpa ada perbedaan. Namun,
karena dosa & kesombongan manusia, maka Allah menciptakan perbedaan diantara
manusia. Namun, sesungguhnya perbedaan bukanlah akibat dari dosa. Perbedaan juga
bukan merupakan  sarana untuk menimbulkan permusuhan satu sama lain. Perbedaan
atau kebhinekaan merupakan rahmat dan berkat dari Allah.

Sebagai berkat dari Allah, perbedaan-perbedaan itu merupakan kekayaan


bersama, sekaligus mencerminkan kekayaan Allah yang diberikan kepada umat manusia.
Setiap bangsa mempunyai kekayaan yang bisa disumbangkan untuk kekayaan bersama
sebagai umat manusia. Tidak ada bangsa yang sudah sedemikian kaya sehingga tidak bisa
diperkaya oleh bangsa lain. Demikian juga tidak ada bangsa yang sedemikian miskin
sehingga tidak bisa memberikan sumbangan kepada kebersamaan. Kekhasan masing-
masing tidak digunakan sebagai alat pembeda dalam hal kehormatan atau perlakuan.
Kebhinnekaan dilihat sebagai kekayaan bersama yang mencerminkan kekayaan Allah,
Sang Pencipta.

Anda mungkin juga menyukai