Anda di halaman 1dari 15

Makalah Tafsir dan Hadits

Tafsir Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW tentang Subyek Pendidikan:
Anak Didik atau Murid

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Okta Amelia Pulungan 1911210151
2. Dia Permata 1911210023
3. Ulviza Anggraini 1911210190

Dosen Pengampu:
Choerul Anam, M.Pd.

FAKULTAS TADRIS DAN TARBIYAH


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Tafsir dan Hadits yang berjudul “Tafsir
Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW tentang Subyek Pendidikan: Anak Didik atau
Murid”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya,
serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

                                                                                   

            Bengkulu, April 2021

                                                                                                    

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3


A. Pengertian Peserta Didik .................................................................................. 3
B. Tafsir Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW tentang Subyek
Pendidikan: Anak Didik atau Murid ................................................................ 4

BAB III PENUTUP ...................................................................................................11


A.Kesimpulan .......................................................................................................11
B. Saran ................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju
ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia.
Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan
saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan. Pendidikan dalam
Islam merupakan realisasi dari kewajiban menuntut ilmu yang diperintahkan Allah
SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah. Menuntut ilmu dalam Islam diperbolehkan
baik secara individual maupun kelompok. Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap
muslim. Karena menuntut ilmu diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh
Rasulullah SAW maka mengamalkannya merupakan ibadah dan diberi pahala oleh
Allah SWT. Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah
membentuk insān kāmil, yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan
intelektual dan spiritual sekaligus.
Manusia termasuk makhluk peadagogik yaitu makhluk Allah SWT yang
dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Meskipun demikian,
kalau potensi itu tidak dikembangkan niscaya ia akan kurang bermakna dalam
kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari peserta didik.
2. Bagaimana Tafsir Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW tentang Subyek
Pendidikan: Anak Didik atau Murid?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari peserta didik.
2. Untuk mengetahui Tafsir Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW tentang Subyek
Pendidikan: Anak Didik atau Murid.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik


Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami
perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan dan arahan
dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu
dalam perkembangan.
Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu
menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Siswa atau peserta didik adalah salah satu
komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar,
peserta didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Di
dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita,
memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta didik itu
akan menjadi faktor “penentu”, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala
sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Itulah sebabnya peserta
didik adalah merupakan subjek belajar.1
Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 2
Artinya, disini istilah peserta didik digunakan untuk pelajar dari tingkatan terendah,
yaitu Pendidikan Anak Usia Dini hingga untuk pelajar Perguruan Tinggi. Peserta
didik secara luas adalah orang yang menjalani pendidikan dan untuk mencapai tujuan
1
M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1982), h. 33.
2
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2
pendidikan. Dapat juga diartikan dengan setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. 3 Peserta didik juga
dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi
dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga
kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.4
Dalam pandangan yang lebih modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai
objek atau sasaran dalam pendidikan melainkan juga sebagai subjek pendidikan.
Sebagai objek, peserta didik adalah orang yang berbagai aspek kepribadiannya atau
potensinya sedang dibina dan dikembangkan kearah terbentuknya manusia dewasa
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan sebagai subjek adalah peserta
didik merupakan pelaku aktif yang melakukan pendidikan atau pembelajaran. Fungsi
peserta didik dalam interaksi edukatif adalah sebagai subjek dan objek. Dikatakan
subjek karena peserta didik menentukan hasil belajar, dikatakan sebagai objek karena
peserta didiklah yang menerima pelajaran dari pendidiknya.

B. Tafsir Ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW tentang Subyek Pendidikan:
Anak Didik atau Murid
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Al-Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan
sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu:
a) Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari
akhlak yang rendah dan watak yang tercela (takhalli) dan mengisi dengan akhlak
yang tepuji (tahalli) (perhatikan QS. Al-An’am: 162, Al-Dzariyat: 56).

3
Wonadi Idris, Interaksi Antara Pendidik dan Peserta Didik dalam Pandangan Islam, Jurnal
Studi Islam, Vol. 11 No. 2, Desember 2016, h. 133.
4
Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 2.

3
b) Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi (QS.
Adl-Dhuha: 4). Artinya, belajar tak semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan,
tapi juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat
kemanusiaan yang tinggi, baik di hadapan manusia dan Allah SWT.
c) Bersikap tawadlu‟ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi
untuk kepentingan pendidikannya. Sekalipunia cerdas, tetapi ia bijak dalam
menggunakan kecerdasan itu pada pendidikanya, termasuk juga bijak kepada
teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.
d) Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia
terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam
belajar.
e) Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi maupun
untuk duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). Ilmu
terpuji dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, sementara ilmu tercela akan
menjauhkan dari-Nya dan mendatangkan permusuhan antar sesamanya.
f) Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah
(konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardhu’ain
menuju ilmu yang fardlu kifayah (QS. Al-Insyiqaq: 19).
g) Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya,
sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
Dalam konteks ini, spesialisasi jurusan diperlukan agar peserta didik memiliki
keahlian dan kompetensi khusus (QS. Al-Insyirah: 7).
h) Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari, sehingga
mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
i) Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk
Allah SWT, sebelum memasuki ilmu duniawi.
j) Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang
bermanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi keselamatan
hidup dunia akhirat.

4
k) Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang
sakit terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode madzab yang
diajarkan oleh pendidik-pendidik pada umumnya, serta diperkenankan bagi
peserta didik untuk mengikuti kesenian yang baik.5

Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peserta didik dengan enam macam,
yang merupakan kompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan. 6
Adapun syarat-syarat tersebut, yaitu:
1. Memiliki kecerdasan, yaitu penalaran, imajinasi, wawasan, pertimbangan
dan daya penyesuaian sebagai proses mental yang dilakukan secara cepat
dan tepat.
2. Memiliki hasrat, yaitu kemauan, gairah, dan motivasi yang tinggi dalam
mencari ilmu, serta tidak merasa puas terhadap ilmu yang diperolehnya.
3. Bersabar dan tabah serta tidak mudah putus asa dalam belajar, walaupun
banyak rintangan dan hambatan, baik hambatan ekonomi, psikologis,
sosiologis, politik, bahkan administatif. Sabar adalah menahan diri, atau
lebih tepatnya mengendalikan diri, yaitu menghindarkan seseorang dari
perasaan resah, cemas, marah, dan kekacauan terutama dalam proses
belajar. Sabar juga meliputi menghindari maksiat, melaksanakan perintah,
dan menerima cobaan dalam proses pendidikan (QS. Ali Imran: 200).

Menurut Al-Ghazali, sabar terkait dengan dua aspek, yaitu:


1. Fisik (badanî), yaitu menahan diri dari kesulitan dan kelelahan badan dalam
belajar. Dalam kesabaran ini sering kali mendatangkan rasa sakit, luka dan
memikul beban yang berat.

5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya,
2008), h. 63.
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya,
2008), h. 64.

5
2. Psikis (nafsi), yaitu menahan diri dari natur dan tuntutan hawa nafsu yang
mengarahkan seseorang meninggalkan pertimbangan rasional dalam mencari
ilmu.

Sebagai khalifah dibumi, manusia tentu membutuhkan segala pengetahuan


sehingga dapat melaksanakan mandat Allah dengan benar. Hal itu terbukti ketika
Allah Swt. mengajarkan tentang nama-nama (benda-benda) secara keseluruhan
kepada Nabi Adam a.s. dalam QS. Al-Baqarah: 31.

‫َو َعلَّ َم َء ا َد َم اُ ألَ ْس َمآ َء ُكلَّهَا‬


“Dan Dia mengajarkan kepada Adam semua nama-nama (benda-12benda”.
Ilmu sendiri merupakan peranti dasar bagi manusia dalam kehidupannya.
Personalitasnya sangat dipengaruhi kualitas dan kuantitas ilmunya. Nilai penting
ilmu diakui dalam seluruh definisi psikologis tentang intelegensi, bahkan definisi
yang menekankan pada situasi baru. Definisi psikologis memandang intelegensi
sebagai kemampuan mengatasi kesulitan dalam situasi baru yang mensyaratkan
eksistensi ilmu yang relevan.7
Manusia adalah makhluk yang efisien dalam menyampaikan gagasan-
gagasannya kepada individu lain, melalui ekspresi verbalnya. Ini pulalah yang
membedakan manusia dari makhluk lain.8 Manusia dengan bekal kecakapan
memungkinkan dirinya memberi nama terhadap segala sesuatu. Manusia juga
mempunyai kemampuan untuk merumuskan konsep dan dari rumusan konsep itulah
akan menelurkan dua faidah. Pertama ia akan memberikan fasilitas berpikir, sebab
konsep itu memungkinkan manusia melakukan analisis dan sintesis apa yang
dipikirkannya, sebagaimana halnya Allah Swt. menyuruh manusia untuk

7
Abdullah Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur’an serta
Implementasinya terj. Mutammam, (Bandung: Penerbit CV. Diponegoro, 1991), h. 110.
8
Abdullah Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur’an serta
Implementasinya terj. Mutammam, (Bandung: Penerbit CV. Diponegoro, 1991), h. 132.

6
menggunakan kemampuan berpikir tentang dirinya sendiri, tumbuh-tumbuhan, bumi,
langit, hewan dan sebagainya.
Nabi bersabda: “Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan
baik” (hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah 2/1211), tetapi Al-Albani menilainya
dha’if).9
Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan, karena ia
berada dalam keadaan tidak berdaya (hulpeoosheid). Dalam Al-Quran dijelakan:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).
Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan
sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam
keadaan lemah dan suci atau fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak
warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta didik.10
Di antara hadis yang membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai berikut:
Pertama, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Mu’awiyah
Khatiban:

‫ب‬
ٍ ‫ش هَا‬ َ ُ‫ب َع ْن يُون‬
ِ ‫س َع ْن اب ِْن‬ ٍ ‫َح َّدث نَا َس ِعي ُد ب ُْن ُعفَ ْي قَا َل َح َّدث نَا اب ُْن َو ْه‬
‫صلَّى‬
َ ‫ب‬ِ َّ‫ْت الن‬
ُ ‫اويَةَ َخ ِطيبًا ي قَو ُل َسع‬ ُ ‫ُن َسع‬
ِ ‫ْت ُم َع‬ َ َ‫قَالق‬
ِ ‫ال ُح ْي ُد ب ُْن َع ْب ِد ال َّرح‬
َ ‫ف ال ِدي ِن َوإِ َّن ا نَا‬ ُ ‫الَّلَّ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي قَو ُل َم ْن ي ُِر ْد الَّ َّل بِ ِه َخ ْي رًا ي‬
ِ ُ‫ف قِ ْهه‬
‫ال هَ ِذ ِه ْال َّمةُ قَائِ َمةً َعلَى نَ ْم ِر الَّ َّل َل يَضُرُّ هُ ْم َم ْن‬ َ ‫اسوم َوالَّ َّل ي ُع ِط َولَ ْن‬
َ ‫ت َز‬ ِ َ‫ق‬
)‫ت نَ ْمرُالَّ َّل (رواه البخارى‬
َّ ‫َخالَفَهُ ْم َح‬
Dalam redaksi (matan) hadis yang lain ditemukan: “Menceritakan kepada kami
Musaddad, berkata menceritakan kepada kami Basyir, ia berkata, menceritakan

9
M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1982), h. 35.
10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006) , h. 58.

7
kepada kami Ibn ‘Aub, dari Ibn Sirin, dari Abdurrahman ibn Abu Bakrah dari
ayahnya. Nabi SAW, bersabda “barang siapa dikehendaki baik dari Allah, maka ia
dikaruniai kepahaman agama. Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan
belajar (H.R. Bukhari).
Dari uraian hadis di atas, untuk mewujudkan peserta didik yang berkualitas
berdasarkan tinjauan hadis dapat dikemukakan bahwa Rasulullah SAW, menjelaskan
bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar. Artinya, seseorang tidak bisa hanya
bercita-cita, akan tetapi harus di iringi dengan ikhtiar. Orang-orang yang berikhtiar
untuk belajar, kelak akan dikaruniai kepahaman agama yang pada akhirnya akan
menghantarnya menuju kemuliaan dan kebaikan.
Kedua, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abdullah ibn
Mas’ud:

‫ب َخالِ ٍد َعلَى َغ ْي‬ ِ َ‫اعي ُل ب ُْن ن‬ِ ‫ال َح َّدثَ ِن إِ َس‬


َ َ‫ان ق‬ َ َ‫َح َّدث نَا ْال َم ْي ِديُّ ق‬
ُ َ‫ال َح َّدث نَا ُس ْفي‬
‫ْت َع ْب َد الَّ َّل‬
ُ ‫ال َسع‬ َ َ‫از ٍم ق‬
ِ ‫ب َح‬ ِ َ‫ْس ب َْن ن‬َ ‫قي‬ َ ‫ْت‬ ُ ‫ال َسع‬ ُّ ُ‫َما َح َّدث نَاه‬
َ َ‫الز ْه ِريُّ ق‬
‫ف ْاثنتَ َر ُو لتهَالَّ َّل‬
ِ ‫صلَّى الَّ َّل َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َل َح َس َد إِ َّل‬ ِ َّ‫ال الن‬
َ ‫ب‬ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ْبنَ َم ْسعُو ٍد ق‬
ِ َ‫ف الْ ق َو َر ُو ل ت هَ الَّ َّل ْال ْك َمةَ ف هُ َو ي ق‬
‫ض‬ ِ ‫َما ًل فَسُل طَ َعلَى هَلَ َكتِ ِه‬
)‫اِوي ُعل ُمهَا (رواه البخارى‬

“Menceritakan kepada kami Humaid, ia berkata, menceritakan kepada


kami Sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku Isma’il ibn Abu Khalid atas selain
yang kami ceritakan olehnya Al-Zuhriy, ia berkata, “aku mendengar Ibn Qais ibn
Abu Hazim, ia berkata, aku mendengar ‘Abdullah ibn Mas’ud berkata, Nabi SAW,
bersabda, ”tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi
harta oleh Allah lalu harta itu di kuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan
seorang laki-laki di beri hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan
mengajar dengannya” (H.R. Bukhari).

8
Hadis di atas memberikan pemahaman bahwa sebagai peserta didik hendaknya
bersungguh-sungguh atau tekun dalam mencari ilmu baik ilmu agama maupun ilmu
pengetahuan. Peserta didik diserukan agar menjadi ilmuwan atau orang yang pintar
sebelum ia menikah atau menjadi pemimpin. Peserta didik tidak diperbolehkan iri
hati kepada orang lain kecuali dalam dua hal yaitu ilmu dan kebaikan. Peserta didik
diserukan untuk berlomba-lomba belajar atau menuntut ilmu dalam suatu kebaikan.
Sebagai peserta didik apabila telah mendapatkan ilmu, maka hendaknya ilmu
tersebut dipergunakannya dengan baik dan diajarkannya kepada orang lain.
Ketiga, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah r.a:

‫ال َح َّدث نَا ُم َّم ُد ب ُْن إِب َرا ِهي َم ب ِْن‬ ٍ ‫ب بَ ْك ٍر نَبُو ُمصْ َع‬
َ َ‫ب ق‬ ِ َ‫َح َّدث نَا نَ ُح ُد ب ُْن ن‬
‫ي‬
َ ‫ت‬ ُ ‫ق ْل‬
ُ ‫ب هُ َريْ َرةَ قَا َل‬ ِ َ‫ب َع ْن َس ِعي ٍد ْال َم ْقبُ ي َع ْن ن‬
ٍ ‫ب ِذ ْئ‬
ِ َ‫ار َع ْن اب ِْن ن‬
ٍ َ‫ِدين‬
َ َ‫طتُهُ ق‬
‫ال‬ ْ ‫ك ف بَ َس‬ ْ ‫ال ا ْبس‬
َ ‫ُط ِر َدا َء‬ َ َ‫ك َح ِديثًا َكثِيْا نَ ْن َساهُ ق‬َ ‫َرسُو َل الَّإَّل ِ ّن نَ َس ُع ِم ْن‬
ْ‫يت َش ْي ئًا ب َع َدهُ َح َّدث نَا إِب‬ ُ ‫ض َم ْمتُهُ فَ َما نَ ِس‬َ َ‫ض َّمهُ ف‬ُ ‫ال‬ َ َ‫ف بِيَ َد ْي ِهثُق‬
َ ‫ف َغ َر‬َ
َ َ‫ْك ِذا نَ ْو ق‬
َ ‫ال َغ َر‬
‫ف بِيَ ِد ِه فِي ِه (رواه‬ ِ َ‫َرا ِهي ُم ب ُْن ْال ُم ْن ِذ ِر قَالَ َح َّدث¨ نَا اب ُْن ن‬
ٍ ‫ب فُ َدي‬
)‫البخارى‬

“Menceritakan kepada kami Ahmad ibn Abu Bakar As-Shidiq Abu Mus’ab, ia
berkata, menceritakan kepada kami Muhammad ibn Ibrahim ibn Dinar, dari Ibn Abi
Zi’bu, dari Sa’id al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, aku berkata kepada
Rasulullah SAW, “wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak mendengar hadis
dari engkau, lalu aku lupa?” Rasulullah SAW, bersabda, “hilangkan perkara yang
burukmu,” lalu aku menghilangkannya, lalu Rasulullah SAW, bersabda,
“hafalkanlah” lalu aku menhapalkannya,” setelah itu aku tidak melupakan suatu
hadis pun setelah itu,” (HR. Bukhari).
Hadis di atas memberikan pemahaman bahwa peserta didik hendaknya
menuliskan ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga. Sekiranya

9
terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan mengulangi kembali pelajaran yang
telah diberikan pendidik meskipun dalam jangka waktu yang lama. Peserta didik
hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam rida
Allah SWT, dan mempermudah baginya jalan menuju surga. Peserta didik
hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan
diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Peserta
didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan
dapat mempelajari ilmu agama. Sebaik-baik pelajar adalah yang tidak malu bertanya
atas apa yang belum dipahaminya serta tidak melanggar etika peserta didik.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang
mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan
dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses
pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental
maupun fikiran. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu
dalam perkembangan.
Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu
selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Siswa atau peserta didik adalah salah satu
komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar,
peserta didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Di
dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita,
memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta didik itu
akan menjadi faktor “penentu”, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala
sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Itulah sebabnya peserta
didik adalah merupakan subjek belajar.

B. Saran
Dengan demikian diharapkan mahasiswa/i khususnya dan masyarakat pada
umumnya menjadi paham dan mengetahui tentang Tafsir Ayat Al-Qur’an dan Hadits
Nabi SAW tentang Subyek Pendidikan: Anak Didik atau Murid. Demikianlah
makalah ini kami buat, semoga apa yang disajikan memberikan ilmu dan informasi
yang bermanfaat. Selanjutnya untuk kesempurnaan makalah ini, kami mohon saran
dan kritik guna memperbaiki kesalahan dikemudian hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Nashir Ali, M. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Mutiara.

Rahman Shalih Abdullah, Abdullah. 1991. Landasan dan Tujuan Pendidikan


Menurut Al-Qur’an serta Implementasinya terj. Mutammam. Bandung: Penerbit
CV. Diponegoro.

Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam. Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wonadi Idris, Interaksi Antara Pendidik dan Peserta Didik dalam Pandangan Islam,
Jurnal Studi Islam, Vol. 11 No. 2, Desember 2016, h. 133.

12

Anda mungkin juga menyukai