PEMERIKSAAN EKSTRAORAL
Dua tujuan utama dari pemeriksaan klinis ortodontik adalah untuk mengevaluasi dan
mendokumentasikan kesehatan rongga mulut, fungsi rahang, proporsi wajah dan karakteristik
Dalam menentukan kesimetrisan, tipe dan profil muka, pasien terlebih dahulu diposisikan
dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan yaitu dengan menginstruksikan pasien untuk duduk
tegak dan menatap satu titik yang jauh sejajar mata pada dinding atau kaca didepannya.
(FHP) merupakan bidang yang melewati batas inferior dari titik orbita (orbital) dan batas
superior lubang telinga atau sejajar dengan meatus auditori eksternal (porion). Garis FHP
Kesimetrisan Wajah
Kesimetrisan wajah pasien harus diperiksa untuk menentukan disproporsi wajah dalam
bidang transversal dan vertikal. Pada beberapa pasien, sisi kanan dan sisi kiri wajahnya tidak
Pemeriksaan bidang transversal dilakukan dengan menarik dua buah garis. Garis pertama
ditarik dari titik terluar pupil mata kanan dan kiri. Garis kedua ditarik dari titik terluar bibir.
Pemeriksaan bidang vertikal dilakukan dengan cara menarik garis dari titik glabela/nasion,
subnasion, dan pogonion. Kemudian, lakukan analisis dengan cara membandingkan wajah
bagian kanan dan kiri. Wajah dikatakan simetris apabila wajah terbagi menjadi 2 sisi kanan
dan kiri yang sama lebar, serta secara anatomis juga sama baik pada sisi kanan maupun kiri.
Wajah dikatakan asimetris apabila terdapat perbedaan lebar dan anatomis pada sisi kanan
dan kiri.
Gambar 3. Pemeriksaan Kesimetrisan Wajah
Proporsi Wajah
Trichion
Glabela
Subnasal
Menton
Indeks Kepala
Klasifikasi:
- Dolicocephalic = <75,9
- Mesocephalic = 76,0 – 80,9
- Hyperbrachycephalic = >85,5
Indeks Wajah
Morfologitinggi wajah(nasion−gnation)
IndeksWajah= x 100 %
Lebar bizygomatic( jarak antara zygoma point )
Klasifikasi:
- Hypereuryprosop = <78,9
- Hyperleptoprosop = >93,0
Gambar 6. Titik Nation, Gnation, dan Zygomaticus.
Profil muka ditentukan dengan melihat inklinasi antara dua garis. Menurut Proffit, titik
acuan untuk menentukan profil muka yaitu glabela, subnasion, dan pogonion. Sedangkan
menurut Thomas Rakosi, garis pertama yaitu antara glabela dan ujung terluar bibir atas dan
garis kedua yaitu antara ujung terluar bibir atas dengan pogonion.
a) Cembung (convex), dimana garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut
b) Datar (straight) atau orthognatik, dimana kedua garis membentuk suatu garis lurus.
c) Cekung (concave), dimana garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut
a) Hipertonus: dapat terjadi pada beberapa kasus maloklusi, seperti maloklusi Angle kelas
II divisi 1, dimana dapat dilihat adanya protrusi gigi anterior rahang atas disertai overjet
yang besar dan terdapat kerutan/lipatan pada daerah dagu. Kondisi otot hipertonus
biasanya menyebabkan tekanan pada gigi ke arah lingual. Pada maloklusi Angle kelas II
sedangkan pada maloklusi Angle kelas II divisi 2, bibir hipertonus akan menyebabkan
b) Hipotonus: ditunjukkan dengan otot yang terasa lunak dan kendur saat dilakukan
palpasi. Selain itu, otot yang hipotonus biasanya disertai dengan flaring dari gigi.
Pemeriksaan meliputi posisi dan keadaan tonus otot. Normalnya bibir akan berkontak ringan
a) Competent lips: terdapat kontak ringan dari bibir ketika otot dalam keadaan
istirahat/rileks.
b) Incompetent lips: secara anatomi bibir pendek sehingga bibir atas dan bawah tidak dapat
5. Evaluasi TMJ
diperhatikan adalah gigi, sendi rahang, otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah
pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti
menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Perhatikan pergerakan mulut pasien saat
b) Palpasi: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri dilakukan pada sendi dan
otot pada wajah dan daerah kepala. Tanyakan kepada pasien apakah terdapat rasa
c) Auskultasi: Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitasi. Clicking adalah bunyi
singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut atau bahkan keduanya.
Krepitasi bersifat difus, biasanya berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada saat
membuka atau menutup mulut, atau bahkan keduanya. Krepitasi menandakan perubahan
dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. Clicking dapat terjadi pada awal,
pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi click yang terjadi pada akhir
membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ yang clicking
sulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan
stetoskop.
Relasi Kaninus
Relasi kaninus kelas 1 yaitu ketika puncak cusp gigi kaninus rahang atas terletak pada titik
kontak gigi kaninus dan premolar pertama rahang bawah. Relasi kaninus kelas 2 yaitu ketika
puncak cusp gigi kaninus lebih ke anterior dan kelas 3 yaitu ketika puncak cusp gigi kaninus
lebih ke posterior dari titik kontak.
Garis Median
Pengukuran garis median dengan menggunakan penggaris dan ditarik garis dari glabella,
nasion, dan pogonion. Kemudian, ukur pergeseran yang terjadi antara midline rahang atas dan
rahang bawah.
ANALISIS MODEL
1. Analisis Bolton
Untuk mencapai hubungan gigi antar rahang yang optimal, jumlah lebar mesiodistal gigi-
geligi rahang atas harus mendekati rasio yang diharapkan jika dibandingkan dengan jumlah
lebar mesiodistal gigi-geligi rahang bawah. Analisis Bolton membantu untuk menentukan
ketidakproporsionalan antara ukuran gigi-geligi rahang atas dan bawah. Rasio yang
diperoleh dapat membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang
mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi posterior
dan hubungan insisivus, serta oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Analisis Bolton terbagi menjadi dua, yaitu rasio anterior (6 gigi anterior) dan rasio total (12
Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah
dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Jika rasio keseluruhan sebesar
91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton dan akan menghasilkan hubungan overbite dan
overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi
rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang atas.
Rasio anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah
dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas lalu dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan
menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kemiringan gigi insisivus baik
dan bila ketebalan bagian labiolingual tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih
dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi rahang bawah. Jika kurang dari 77,2 maka
Tabel 1. Tabel Bolton untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi anterior dan kedua belas gigi pada
Tabel Bolton memperlihatkan gambaran hubungan ukuran gigi rahang atas dan rahang
bawah yang ideal. Ukuran gigi pasien dikurangi dengan ukuran gigi yang seharusnya pada
tabel Bolton. Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan yang diharapkan