Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I.................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.........................................................................................1
BAB II.............................................................................................2
KRITERIA PERENCANAAN.....................................................2
2.1. Kriteria Penentuan Pembagian Daerah Layanan .......................................(Sub.
Catchment area)............................................................................................................2
2.2 Kriteria Pengukuran Topografi......................................................................3
2.2.1 Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta...................................................3
2.2.2 Pengukuran Water Pass/Levelling........................................................3
2.2.3 Cross Section..............................................................................................3
2.2.4 Pemasangan Bench Mark (BM)...............................................................3
2.2.5 Titik Referensi...........................................................................................4
2.3 Kriteria Hidrologi.............................................................................................4
2.3.1 Data Curah Hujan.....................................................................................4
2.3.2 Analisa Curah Hujan................................................................................4
2.3.3 Hubungan Antara Intensitas, Durasi, dan Frekuensi.........................8
2.3.4 Periode Ulang............................................................................................8
2.3.5 Metode Analisa Curah Hujan.................................................................9
2.3.6 Debit Aliran.............................................................................................10
2.4 Kriteria Hidrolika Saluran dan Bangunan..................................................14
2.4.1 Hidrolika Saluran...................................................................................14
2.4.2 Hidrolika Bangunan...............................................................................16
2.4.3 Bangunan Terjun.....................................................................................17
2.4.4 Pemasukan (Inlet)...................................................................................18
2.4.5 Out Fall.....................................................................................................18
2.4.6 Bak Kontrol (Manhole)...........................................................................19
2.5. Struktur............................................................................................................20
2.5.1 Rencana Beban (Design Load)..............................................................20
2.5.2 Material Konstruksi................................................................................21
2.5.3 Stabilitas...................................................................................................22
i
Drainase Perkotaan
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas Drainase Perkotaaan ini dapat kami selesaikan dengan
baik.
Tugas Drainase Perkotaan ini merupakan realisasi dari kuliah yang
diprogramkan sebelumnya. Tugas ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu teknik sipil, khususnya mata kuliah
Drainase Perkotaan.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan tugas semacam ini dimasa yang akan dating.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas Drainase Perkotaaan ini. Harapan kami semoga tugas Drainase
Perkotaaan ini dapat bermanfaat demi peningkatan kemampuan kita semua terutama
bagi mahasiswa teknik sipil.
(Anshar Priwarsani)
BAB I
PENDAHULUAN
Maksud : Tugas ini merupakan bagian dari mata kuliah Drainase Perkotaan
dan merupakan prasyarat untuk mengikuti ujian.
Tujuan : Tujuan dari tugas Drainase Perkotaan ini adalah sebagai berikut :
Analisa data curah hujan dari stasiun wilayah yang
direncanakan.
Menghitung intensitas curah hujan.
Menghitung debit rencana.
Mendimensi saluran drainase.
Membuat gambar rencana.
BAB II
1
Drainase Perkotaan
KRITERIA PERENCANAAN
1. Analisa Frekuensi
Analisa Frekuensi adalah analisa kejadian yang diharapkan
terjadi rata-rata sekali N tahun atau dengan kata lain periode
berulangnya sekian tahun.
Metode analisa frekuensi yang diterapkan pada perencanaan
sistem drainase adalah dengan cara “Eksterm Value” dari E. G.
Gumbel, yakni suatu metode distribusi frekuensi yang mendasarkan
pada karakteristik dari penyebaran dengan menggunakan suatu
koreksi yang veriabel dan menggunakan distribusi dari harga-harga
maksimum. Rumus umum untuk menghitung analisa frekuensi adalah
:
Xtr = x + k.Sd
Drainase Perkotaan
Ytr Yn
k =
Sn
Tr
Ytr = - (0,834 + 2,303 log.log )
Tr 1
dimana :
Xtr = besar aliran/curah hujan untuk periode ulang tr tahun
x = curah hujan maksimum rata-rata selama pengamtan
Sd = Standar Deviasi
k = faktor frekuensi
Sn & Tn merupakan fungsi dari besarnya data
Ytr = Reduced Variate
Keterangan : Untuk setiap perhitungan yang mempergunakan Tabel 2-1 dapat pula
dipakai rumus
dimana :
Pi = presipitasi/intensitas curah hujan t menit dengan periode
ulang T tahun
P60 (T) = perkiraan curah hujan jangka waktu 60 menit dengan
periode ulang T tahun
a. Formula Talbot
a
I =
t b
dimana :
(i )(it ) N (i 2t )
b =
N (i 2 ) (i )(i )
b. Formula Sherman
a
I =
tn
dimana :
c. Formula Ishiguro
Drainase Perkotaan
a
I =
t b
dimana :
(i t )(i 2 ) (i t )(i )
a =
N (i 2 ) (i )(i )
(i )(i t ) N (i 2t )
b =
N (i 2 ) (i )(i )
dimana :
I = intensitas curah hujna (mm/jam)
t = waktu hujan atau durasi (menit)
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
1. Metode Gumbel
Rumus :
Xt = X + K.Sx
Yt Yn
K =
Sn
X 2 X . X
Sx =
n 1
dimana :
Xt = Besaran yang diahrapkan terjadi dalam t tahun
X = Harga pengamatan rata-rata
t = Periode ulang
K = Faktor frekuensi
Yt = Reduced Variate
Yn = Reduced Mean
Sn = Reduced standard deviasi
Sx = Standard deviasi
LogXi
Log X =
n
1
( LogXi Log X ) 2 2
s
Log X =
n 1
n. ( LogXi Log X )3
g
Log X =
( n 1)(n 2)( sLog X )3
dimana :
3. Metode Normal
4. Metode Log Normal
Drainase Perkotaan
1. Debit Puncak
Untuk menghitung debit puncak rencana digunakan Rasional
Method (RM) dimana data hidrologi memberikan kurva intensitas
durasi frekuensi (IDF) yang seragam dengan debit puncak dari curah
hujan rata-rata sesuai wahtu konsentrasi.
dimana :
Q = Debit puncak rencana (m3/detik)
I = Intensitas (mm/jam) diperoleh dari IDF curve berdasarkan
waktu konsentrasi
A = Luas catchment area (Ha)
Cs = Storage Cofficient
tc = to + td
dimana :
tc = waktu konsentrasi (menit)
to = waktu pengaliran air pada permukaan tanah dapat dianalisa
dengan gambar
td = waktu pengaliran pada saluran, besarnya dapat dianalisa
dengan rumus
td = Ls/v
dimana :
Ls = jarak aliran dari tempat masuknya air sampai ke tempat yang di
tuju (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
4. Koefisien Penampungan
Makin besar Catchment Area, maka perlu adanya gelombang
banjir harus diperhitungkan, untuk itu pengaruh tampungan saluran
di saat mengalami puncak pengaliran debit dihitung dengan
menggunakan Rasional Method dengan mengalikan suatu koefisien
daya tampung daerah tangkapan hujan, sehingga bentuk perhitungan
menggunakan Metode Rasional Modifikasi (MRM), besar koefisien
tersebut :
2.tc
Cs =
2.tc td
dimana :
tc = waktu pengumpulan total (waktu konsentrasi)
td = waktu pengaliran pada saluran sampai titik yang ditinjau
Keterangan :
Rumus Rasional Method sesuai digunakan untuk daerah pengaliran yang
kecil dengan batasan 20 sampai 300 Ha, sedangkan untuk Rasional
Modifikasi dapat digunakan untuk daerah pengaliran sampai 1300 Ha.
Sedangkan untuk daerah pengaliran yang lebih besar dari itu maka
digunakan Snyder Synthetic Unit Hydrograph Method.
Drainase Perkotaan
0,02081. A.Q
Qp = Tp
dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m3/detik)
A = Luas daerah tangkapan (Ha)
Tp = Waktu puncak hydrograph aliran (jam)
D/2 + log Time atau 0,70 Tc
D = Lamanya terjadi hujan
Q = Aliran permukaan/limpasan langsung (Direct Run Off)
( P I A )2
Q =
( P LA ) S
1000
S =
CN
25400
N =
254 / S
dimana :
IA = Abstraksi awal (IA = 2,5 mm untuk DAS Indonesia)
= 0,2 S
P = Hujan harian maksimum
CN = Curva Number (Lihat Tabel)
S = Daya Tampung Maksimum (cm)
Tp = D/2 + log Time atau 0,70 x Tc
D = Lamanya hujan
1. Kapasitas Saluran
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah pengaliran
dalam saluran adalah Rumus Manning :
2 1
Q = A.R 3 .S 2
n
Dengan asumsi aliran dalam tampang saluran adalah Aliran Seragam.
4. Kemiringan Talud
Besarnya kemiringan talud disesuaikan dengan ruang yang
tersedia (lebar tanah) dan juga kestabilan tanahnya. Untuk kemiringan
talud direncanakan 0,33 – 0,25 untuk saluran lining (pasangan) dan
1,00 – 0,33 untuk saluran tanah. Untuk kondisi-kondisi tertentu talud
tegak dapat diterapkan.
fb C f .h
dimana :
fb = Free Board (m)
h = tinggi muka air rencana (m)
Cf = koefisien variasi 1,5 untuk debit 60 m3/detik dan 2,5 untuk
debit 85 m3/detik
6. Bentuk Saluran
Tipikal saluran yang digunakan dalam merencanakan saluran
drainase adalah trapesium dan empat persegi.
7. Radius of Curvatura
Jari-jari lengkung minimum diambil dari As saluran
Saluran kecil R minimum = 3 x lebar muka air
Saluran besar R minimum = 7 x lebar muka air
8. Tanggul Inspeksi
Apabila pada suatu daerah tertentu rencana saluran berada
terlalu rendah, maka tanggul harus dibuat dengan timbunan dan
klasifikasi sbb :
Jenis Saluran Lebar Tanggul
Saluran primer 2,00 m
Saluran seekunder 1,00 – 1,50 m
Saluran tersier 1,00 m
Drainase Perkotaan
9. Bentuk Saluran
Tipikal saluran yang digunakan dalam merencanakan saluran
drainase adalah trapesium dan empat persegi.
Q2
Q = AC R.iw atau iw = dan
A2 .C 2 .R
h
L=
ib bw
dimana :
Q = debit (m3/detik)
A = luas penampang basah (m2)
C = koefisien Chezy
R = jari-jari hidrolis (m)
iw = kemiringan muka air
ib = kemiringan invert
h = perubahan tinggi muka air (m)
L = panjang ruas saluran yang tinggi airnya berubah (m)
1. Gorong-gorong
a. Tipe Submerged
Tipe ini dipakai di tempat-tempat datar, dimana elevasi muka air
di saluran drainase terlalu tinggi, maka gorong-gorong dipasang
pada elevasi yang agak rendah untuk mendapatkan t minimum.
b. Tipe Unsubmerged
Tipe ini dipakai apabila tinggi elevasi muka air saluran drainase
relatif rendah terhadap elevasi jalan yaitu setinggi t minimum
sehingga mudah tercapai.
a. Akibat Pemasukan
2 2
(V2 V1 )
he = 0,1 x
2g
dimana :
he = kehilangan tinggi akibat gesekan (m)
19,6.n 2
f =
R.V3
n = koefisien kekasaran Manning untuk gorong-gorong
R = jari-jari hidrolis (m)
P = kecepatan air di dalam gorong-gorong (m/detik)
g = 9,81 m/detik2
b. Akibat Pengeluaran
2 2
(V2 V1 )
ho = 0,2 x
2g
dimana :
ho = kehilangan tinggi akibat pengeluaran (m)
V2 = kecepatan di dalam gorong-gorong (m/detik)
V3 = kecepatan air di hilir (m/detik)
g = 9,81 m/detik2
V
Fr = g .h
dimana :
V = kecepatan air saat mulai terjadi loncatan (m/detik)
g = percepatan gaya gravitasi (m/detik2)
h = kedalaman air pada loncatan pertama (m)
Drainase Perkotaan
h2 =
h1
2
1 8Fr 1
2
Dari kedalaman air ada h2 daapt diperhitungkan Tail Water (TW) yang
terjadi di sepanjang kolam olakan.
Dengan menambahkan 5% pada kedalaman h2, maka dalam
Tail Water yang terjadi pada loncatan hidrolik yang kedua adalah :
TW = 1,05.h2
dimana :
h1 = tinggi air saat loncatan hidrolik pertama (m)
h2 = tinggi air saat loncatan hidrolik kedua (m)
X = tinggi Trap ujung lantai olakan
L = panjang kolam olakan (m)
2.5. Struktur
1. Beban Sendiri
Beban/berat sendiri adalah beban mati yang berasal dari
konstruksi itu sendiri. Biasanya setiap bahan mempunyai unit weight
(berat/volume) yang berbeda, dan ini bisa dilihat pada tabel 2.5.1.
Unit Weight
Bahan
(kg/m3)
Air 1000
Beton biasa 2200 – 2300
Beton bertulang 2400
Aspal beton 2000
Pasangan batu 2200
Bangunan besi 7850
Besi tuang 7250
Kayu 1000
Lapisan bata 1700
Tanah biasa 1750
Tanah urug padat 1900
Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards
2. Beban Luar
a. Tekanan Air.
Semua sturktur permanen ataupun tidak permanen yang
terendam harus direncanakan untuk tekanan hidrostatis sebesar
1000 kg.m2 per meter kedalaman.
c. Tekanan Tanah
Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan rumus
Rankine. Diagram tekanan diasumsikan sebagai segitiga, sama
dengan tekanan air, dengan gaya resultante bekerja 1/3 h diatas
atas diagram.
2. Pasangan Batu
Pasangan batu untuk saluran dipakai 1 semen : 4 pasir.
Pasangan batu untuk gorong-gorong yaitu 1 semen : 3 pasir.
2.5.3 Stabilitas
V
Fs = > (1,25 – 1,50)
H
dimana :
Fs = Faktor keamanan terhadap gelincir
V = Jumlah gaya – gaya vertikal
H = Jumlah gaya – gaya horizontal
MR
Fs =
Mo
dimana :
Fs = Faktor keamanan terhadap guling
MR = Momen yang menahan guling (tm)
Mo = Momen yang menyebabkan guling (tm)