Anda di halaman 1dari 8

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PATHOLOGY


OBSERVASI KAPASITAS PARU PEROKOK DAN TIDAK PEROKOK

A. PENDAHULUAN
I. Pemeriksaan Spirometri
Uji fungsi paru adalah alat untuk mengevaluasi sistem pernapasan,
kelainan yang terkait riwayat penyakit pasien, penelitian berbagai pencitraan
paru dan uji invasif seperti bronkoskopi dan biopsi terbuka paru. Perbandingan
antara nilai yang diukur pada pasien dengan nilai normal yang berasal dari
penelitian populasi dapat digunakan untuk mengetahui patofisiologi penyakit
yang mendasari.
Spirometri paling sering digunakan untuk menilai fungsi paru. Spirometer
adalah alat yang mengukur volume udara yang dihirup dan dihembuskan.
Berikut adalah gambar volume paru-paru saat inspirasi dan ekspirasi:

Dari gambar diatas, terdapat nilai normal volume dan kapasitas paru:
o Volume alun napas (tidal volume/TV)
Volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali bernapas.
Nilai rerata pada kondisi istirahat = 500 ml.
o Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV)
Volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas
volume alun napas istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal
diafragma, otot interkostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai
rerata = 3000 ml.
o Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC)
Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi
tenang normal (IC = IRV + TV). Nilai rerata = 3500 ml
o Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume/ERV)
Volume udara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan dengan
mengontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara
yang secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volume alun
napas istirahat. Nilai rerata = 1000 ml.
o Volume residual (residual volume/RV)
Volume udara minimal yang tertinggal di paru bahkan setelah ekspirasi
maksimal. Nilai rerata = 1200 ml. Volume residual tidak dapat diukur
secara langsung dengan spirometer, karena volume udara ini tidak
keluar dan masuk paru. Namun, volume ini dapat ditentukan secara tak
langsung melalui teknik pengenceran gas yang melibatkan inspirasi
sejumlah tertentu gas penjejak tak berbahaya misalnya helium.
o Kapasitas residual fungsional (FRC)
Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (FRC = ERV +
RV). Nilai rerata = 2200 ml.
o Kapasitas vital (VC)
Volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali
bernapas setelah inspirasi maksimal. Subyek pertama-tama melakukan
inspirasi maksimal lalu ekspirasi maksimal (VC= IRV + TV + ERV). VC
mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat terjadi pada
paru. Hal ini jarang digunakan karena kontraksi otot maksimal yang
terlibat melelahkan, tetapi berguna untuk memastikan kapasitas
fungsional paru. Nilai rerata = 4500 ml.
o Kapasitas paru total (TLC)
Volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru (TLC = VC +
RV). Nilai rerata 5700 ml.
o Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume in
one second/FEV1)
Volume udara yang dapat dihembuskan selama detik pertama ekspirasi
dalam suatu penentuan VC. Biasanya FEV1 adalah sekitar 80% dari VC;
yaitu dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dihembuskan
secara paksa dari paru yang telah mengembang maksimal dapat
dihembuskan dalam satu detik. Pengukuran ini menunjukkan laju
aliran udara paru maksimal yang dapat dicapai.
Salah satu contoh keadaan pathology yang membutuhkan pemeriksaan
spirometri adalah gangguan ventilasi. Gangguan ventilasi terbagi dalam
beberapa klasifikasi:
1. Restriksi (gerak terbatas): gangguan pengembangan paru, contoh: efusi
pleura, pneumothorak, tumor rongga dada, kelemahan otot-otot. Pada
keadaan ini akan menimbulkan, serta FEV1, FVC menurun.
2. Obstruksi (penyempitan): perlambatan aliran udara, contohnya: asma
bronchiale, bronkitis kronis, empisema, PPOK. Keadaan ini menjadikan
terjadinya asidosis respiratori, pada pemeriksaan analisa gas
darah/BGA dengan pH, PaO2 menurun dan PaCO2 meningkat, hipoksia,
hiperkapnea.
Berikut adalah gambaran perbedaan gangguan ventilasi obstruksi dan
restriksi:

Gangguan ventilasi, dibagi dalam beberapa klsifikasi, berdasarkan


volume dari pemeriksaan spirometri. Berikut adalah daftar klasifikasi dan
grafik yang menggambarkan abnormalitas ventilasi:

II. Pemeriksaan Auskultasi Paru


Pemeriksaan lain yang digunakan untuk mengetahui keadaan pathology,
adalah pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi paru. Dalam
praktikum ini, mahasiswa akan belajar mendengarkan suara nafas atau
pemeriksaan auskultasi paru.
Jenis suara paru normal:

Jenis suara paru abnormal:


B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami penggunaan spirometer
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi perbedaan kapasitas paru perokok dan
tidak merokok.
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan auskultasi
C. ALAT DAN BAHAN
Pemeriksaan Spirometri
1. Spirometer (2)
2. Mouthpiece (sesuai kebutuhan)
3. Penjepit hidung
4. Probandus (2)
Probandus I: Mahasiswa perokok
Probandus II: Mahasiswa bukan perokok
5. Alat tulis
Pemeriksaan Auskultasi Paru
1. Stetoscope
2. Probandus (2)
Probandus I: Mahasiswa perokok
Probandus II: Mahasiswa bukan perokok
D. CARA KERJA
Pemeriksaan Spirometri
1. Mahasiswa mancari probandus tidak perokok dan perokok yang bersedia
untuk dilakukan tes dengan spirometer
2. Siapkan probandus dalam posisi yang nyaman serta baju yang longgar
3. Pasang penjepit hidung
4. Meminta probandus menarik nafas/inspirasi secara maksimal
5. Masukan mouthpiece dan rapatkan kedua bibir
6. Hembuskan secepat dan sekuat mungkin (minimal 6 detik) pada alat
spirometer
7. Ulangi 3 kali untuk mendapatkan hasil yang aktual
8. Mencatat hasil pada laporan sementara
9. Mengidentifikasi perbedaan kapasitas paru probandus perokok dan tidak
merokok
Pemeriksaan Auskultasi Paru
1. Siapkan probandus yang digunakan dalam pemeriksaan spirometri
2. Auskultasi suara napas saat inspirasi dan ekspirasi dengan menggunakan
stetoscope
3. Tentukan suara napas
4. Jika terdapat suara napas abnormal, pastikan letak stetoscope bagian dada
mana, sesuai dengan konsep suara napas abnormal.
5. Mencatat hasil pada laporan sementara

REFERENSI

Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia; dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC


FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TEORI: (gangguan ventilasi pada sistem pernapasan dapat ditambahkan dengan
daftar pustaka yang berkaitan)
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
.........................................................................
ALAT DAN BAHAN:
..................................................................................................................................................................
...........................................................................
CARA:
HASIL:
PEMBAHASAN:
(mengidentifiksi perbandingan kapasitas paru perokok dan tidak perokok, menganalisa faktor
penyebab dan pengaruh rokok terhadap fungsi paru)
..................................................................................................................................................................
...........................................................................
KESIMPULAN:
..................................................................................................................................................................
...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA:
..................................................................................................................................................................
...........................................................................

Anda mungkin juga menyukai