Oleh :
NIM. 201204047
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus sebagai tugas praktik Program Studi Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang di RS
Soedono Madiun
NIM : 201204047
Telah di konsulkan dan di revisi sebagai laporan kasus Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang
pada :
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
NIM. 201204047
Pembimbing Ruangan
Pembimbing Akademik
( ) ( )
Laporan Pendahuluan
DHF ( Dengue haemorhagic fever )
A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)(Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)
B. Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes
aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan
vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody
seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype
lain. (Smeltzer & Suzanne, 2001)
C. Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan
uji turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi
menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)
D. WOC
Nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus yang membawa virus dengue
Menggigit manusia
Virus masuk melalui p.d Hipertermi 2-7 hari Mendekati tanda tanda syok DSS (dengue syok syndrome)
Penurunan kesadaran
Penurunan trombosit mimisan
Virus dengue family
flaviviridae Bintik merah keseluruh tubuh
Cairan tubuh menurun lemes
viremia
Muntah darah
Merangsang set poin Resti gangguan Intoleransi aktivitas
keseimbangan volume
Resti G3 nutrisi kurang
cairan
Set poin meningkat dari kebutuhan
hipertermi
E. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan
mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia
ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti
pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan
hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau sequential infection of
hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang
tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut:
F. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan
laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan
laboratories:
a. Diagnose klinis
Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik
merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva
(perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah
darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
Perdarahan pada hidung
Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
Pembesaran hati (hepatomegali)
Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan
sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b. Diagnose laboratories
Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit
hingga 100.000/mmHg
Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih
(Resti, 2014)
G. Pemeriksaan diagnostic
a. Darah lengakap
Leukpenia pada hari ke 2-3
Trombositopenia dan hemokonsentrasi
Masa pembekuan normal
Masa pedarahan memanjang
Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b. Kimia darah
Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
SGOT/SGPT meningkat
Umum meningkat
pH darah meningkat
c. Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler
(Doenges, 2000)
H. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+
4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari
I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas
hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat.
b. Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)
L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Panas
Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala,
sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan
spontan.
Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan
adanya penyakit herediter (keturunan).
c. Aktivitas
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah
normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik);
lemah/lembut/mudah hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia
dan perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak
seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki
Integritas ego
Tanda : gelisah
Eliminasi
Gejala : diare
Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan
akhir-akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan,
tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi
Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai
perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, hematuria
d. Pemeriksaan fisik
System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
System cardivaskular
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien
gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri
tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular,
pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan
dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1. Ig.G dengue positif
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
4. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
hipoproteinemia
hiponatremia dan
hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
1. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3. Waktu pendarahan memanjang
4. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik:
PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau
demam dan masa penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk
pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia , mual dan muntah.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber
informasi.
A. Intervensi dan Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Raional
frekuensi pernafasan
Tidak ada takikardi
Tidak terjadi kejang
demam Kolaborasi
Digunakan untuk mengurangi
Berikan antipiretik misalnya aspirin
demam dengan aksi sentralnya
dan asetaminofen dalam dosis yang
pada hipotalamus, meskipun
sesuai dengan berat badan anak
demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi
Pemberian antipiretik untuk
menurunkan titik set, bila anak
kedinginan berikan lebih banyak
Gunakan tindakan pendinginan
pakaian atau selimut karena
dengan memberikan kompres
kedinginan meningkatkan laju
dingin pada kulit 1 jam setelah
metabolisme tubuh
pemberian antipiretik
Penggunaan isopropyl dan
alkohol dapat menyebabkan efek
neurotoksik
Kolaborasi
Kolaborasi
a. Keluhan utama :
Badan panas, timbul bintik merah
Operasi :
Tidak ada
Alergi
- Obat :
Tidak ada
- Makanan :
Tidak ada
- Debu :
Tidak ada
- Lainnya :
Tidak ada
b. Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan bahwa An.R adalah anak kedua dari dua bersaudara,
melahirkan genap 9 bulan dan lahir normal di RS dengan BB 3kg
c. Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa An.R sudah terimunisasi lengkap, diantaranya: BCG,
DPT, Hepatitis B, dan Polio di posyandu
4. Nutrisi
a. Nafsu makan :
An.R hanya mengonsumsi susu asi
b. Pola makan :
An.R selalu diberikan asi
c. Minum :
Asi yang diberikan ibunya
5. Pertumbuhan
a. BB: 8,2 kg, TB: - cm LK: - cm LD:- cm
LILA- cm
6. Perkembangan
a. Motorik kasar
Dalam batas normal
b. Motorik halus
Dalam batas normal
d. Periode
Infant
e. Psikoseksual
Fase oral
f. Psikointelektual
Fase sensorik motorik
Kesimpulan :
Dalam batas normal
No. RM : 6815671
V. THERAPI / TINDAKAN
- Infus RL 10 tpm
- Paracetamol 4x75 cc (infus)
- Cefoxim 3x250 cc (injeksi)
Format pengkajian resiko jatuh menurut humpty dumpty
< 3 tahun 4 4
3 – 7 tahun 3
Usia
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Perempuan 1
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Penggunaan mediaksi 1
lainnya/tidak ada medikasi
-
ANALISA DATA
Nama Pasien : An. R
No RM : 6815671
Dx. Medis :DHF
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
29/3/21 Ds: Penurunan aliran Perfusi perifer tidak efektif
- arteri/vena
Do:
- Terdapat bintik
merah
- RR: 26 x/mnt
- N: 120 x/mnt
- CRT <2 dtk
- Trombosit: 66x103/µL
- Akral dingin
↓
Set poin meningkat
↓
hipertermia
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
29/3/21 D.0009 Perfusi perifer tidak efektif
29/3/21 D.0036 Setelah dilakukan tindakan Monitor panas dan kemerahan Suhu 38,90C-41,10C menunjukan proses
asuhan keperawatan penyakit infeksius akut
diharapkan pada anak Lakukan hidrasi Cairan isotonis dapat mengganti kapiler
meningkatkan keadekuatan darah yang hilang
aliran darah yang menunjang Monitor status hidrasi (frekuensi nadi, Menghidari dari dehidrasi
fungsi jaringan, dengan kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
criteria hasil: kelembaban mukosa, turgor
kulit)monitor hasil pemeriksan
1. Denyut nadi perifer
laboratorium
normal (100-160
Berikan cairan intravena Agar penggantian cairan bisa cepat
x/mnt)
mengganti kapiler yang hilang akibat
2. Turgor kulit baik
proses penyakit
3. TTV stabil
4. CRT normal (<2dtk)
Sumber Rujukan (Standar Luaran Keperawatan Indonesia & Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
IMPLEMENTASI / TINDAKAN
KEPERAWATAN
3. 30/3/21 Hipertermia S:
- Ibu An.R mengatakan panas menurun
O:
Suhu: 37 oC
Bintik merah tidak ada
Kulit sudah tidak hangat saat disentuh
RR: 25
N: 118
Tidak terjadi kejang
demam
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan Intervensi
I:
- Hentikan Intervensi
E:
- Suhu pasien dalam batas normal
normal
R:
- Pertahankan suhu normal pasien