Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHUUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DHF DI RUANG MELATI RSUP DR. SOEDONO MADIUN

Oleh :

MOCH. NUR KHOLIS MAULANA ALHADAD, S.Kep

NIM. 201204047

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus sebagai tugas praktik Program Studi Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang di RS

Soedono Madiun

Nama : Moch. Nur Kholis Maulana Alhadad, S.Kep

NIM : 201204047

Prodi : Profesi Ners

Telah di konsulkan dan di revisi sebagai laporan kasus Profesi Ners STIKES Pemkab Jombang

pada :

Hari :

Tanggal :

Madiun, April 2021

Mahasiswa

Moch. Nur Kholis M.A, S.Kep

NIM. 201204047

Pembimbing Ruangan
Pembimbing Akademik

( ) ( )
Laporan Pendahuluan
DHF ( Dengue haemorhagic fever )

A.   Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)(Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)

B. Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes
aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan
vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody
seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype
lain. (Smeltzer & Suzanne, 2001)

C. Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1.      Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan
uji turniquet (+).
2.      Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis,  pendarahan,
3.      Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi
menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4.      Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)
D. WOC

Nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus yang membawa virus dengue

Menggigit manusia

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Virus masuk melalui p.d Hipertermi 2-7 hari Mendekati tanda tanda syok DSS (dengue syok syndrome)

Penurunan kesadaran
Penurunan trombosit mimisan
Virus dengue family
flaviviridae Bintik merah keseluruh tubuh
Cairan tubuh menurun lemes
viremia
Muntah darah
Merangsang set poin Resti gangguan Intoleransi aktivitas
keseimbangan volume
Resti G3 nutrisi kurang
cairan
Set poin meningkat dari kebutuhan

hipertermi
E.   Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan
mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia
ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti
pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan
hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau sequential infection of
hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang
tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut:

1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat


dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan
yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh
system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III yang merangsang
koagulasi intravascular.
3.   Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran
fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system
kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin pembuluh darah.
(PADILA, 2012)

F. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan
laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan
laboratories:
a.       Diagnose klinis
 Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
 Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik
merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva
(perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah
darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
 Perdarahan pada hidung
 Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
 Pembesaran hati (hepatomegali)
 Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan
sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah
 Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b.      Diagnose laboratories
 Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit
hingga 100.000/mmHg
 Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih
 (Resti, 2014)

G. Pemeriksaan diagnostic
a.      Darah lengakap
 Leukpenia pada hari ke 2-3
 Trombositopenia dan hemokonsentrasi
 Masa pembekuan normal
 Masa pedarahan memanjang
 Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b.      Kimia darah
 Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
 SGOT/SGPT meningkat
 Umum meningkat
 pH darah meningkat
c.       Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
d.      Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler
 (Doenges, 2000)

H. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+
4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.      Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a.              Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas
hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat.
b.             Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
c.              Effuse pleura
d.             Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)

J. Konsep Tumbuh Kembang Anak


Menurut Soetjiningsih (2012), pertumbuhan (growth)berkaitan dengan perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam pengertian lain dikatakan bahwa
pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh baik sebagian
maupun seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel (IDAI, 2002).
Sedangkan perkembangan(development)adalah bertambahnya kemampuan serta struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga termasuk perkembangan emosi,
intelektual dan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2012).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik (kuantitas), sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/individu yang merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi (kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting
dalam kehidupan manusia secara utuh.

1 Ciri-ciri pertumbuhan Menurut Soetjiningsih (2012), pertumbuhan mempunyai ciri-ciri:


a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini ditandai
dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada
masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya masa-
masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang terjadi pada masa prenatal, bayi
dan remaja (adolesen). Pertumbuhan berlangsunglambat pada masa pra sekolah dan masa
sekolah.
2. Ciri-ciri perkembangan menurut Depkes, (2006):
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Contoh: seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia berdiri dan ia
tidak bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi anak
terhambat. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik
dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ. Kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak juga berbeda-beda.
d. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan.Pada saat pertumbuhan
berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti. Terjadi peningkatan kemampuan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada anak, sehingga pada anak sehat seiring
bertambahnya umur maka bertambah pula tinggi dan berat badannya begitupun kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
1). Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2). Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang
ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,
misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa berdiri
K. Imunisasi Pada Anak
1. Imunisasi Wajib
 BCG
oMencegah TBC
oLokasi penyuntikan via IC (Muskulis deltoideus)
o0,05 cc
oUsia 0-11 bulan (1x)
 DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
oRacun kuman difteri dhilangkan sifat racunnya
oLokasi penyuntikan via IM
o0,5 cc
oUsia 2-11 bulan, 3x (interval 4 minggu)
 Polio
oVirus dilemahkan
oVia Oral 2 tetes
oUsia pemberian 0-11 bulan 4x (interval 4 minggu)
 Campak
oVirus yang dilemahkan
oDisuntikkan via SC (lengan kiri)
o0,5 cc
oUsia pemberian 9-11 bulan (1x)
 Hepatitis B
oLokasi penyuntikan via IM
o0,5 cc
oUsia pemberian 7 hari-2 bulan (1x)

L. Asuhan Keperawatan
1.             Pengkajian
a.       Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b.      Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
 Panas
 Riwayat kesehatan sekarang
 Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala,
sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan
spontan.
 Riwayat kesehatan dahulu
 Pernah menderita yang sama atau tidak
 Riwayat kesehatan keluarga
 Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan
adanya penyakit herediter (keturunan).
c.       Aktivitas
 Aktivitas/istirahat
 Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
 Sirkulasi
 Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah
normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik);
lemah/lembut/mudah hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia
dan perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak
seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki
 Integritas ego
 Tanda : gelisah
 Eliminasi
 Gejala : diare
 Makanan/cairan
 Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan
akhir-akhir (meningkat/turun)
 Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan,
tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
 Hygiene
 Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor
 Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi
 Perdarahan
 Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai
perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, hematuria
d.      Pemeriksaan fisik
 System pernapasan
 Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
 System cardivaskular
   Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
   Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
   Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
 System neurologi
 Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien
gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
 System perkemihan
 Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
 System pencernaan
 Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri
tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
 System integument
 Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular,
pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan
dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
e.       Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1.        Ig.G dengue positif
2.        Trombositopenia
3.        Hemoglobin meningkat
4.        Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5.        Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
   hipoproteinemia
   hiponatremia dan
   hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
1.        SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2.        Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3.        Waktu pendarahan memanjang
4.        Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik:
PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
           Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau
demam dan masa penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk
pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

2.             Diagnosa Keperawatan
a.         Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b.         Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
c.         Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d.        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia , mual dan muntah.
e.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
f.          Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g.          Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h.         Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber
informasi.
A. Intervensi dan Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Raional

1 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri


dengan peningkatan set point asuhan keperawatan
 Lakukan pemeriksaan suhu pasien  Suhu 38,90C-41,10C menunjukan
diharapkan pada anak
setiap 20-30 menit sekali, dan proses penyakit infeksius akut
mencapai suhu dalam batas
perhatikan menggigil
normal (36,50C-37,50C)
 Ajarkan orang tua untuk
dengan criteria hasil:  Dapat membantu untuk
memberikan kompres mandi hangat
mengurangi demam. Penggunaan
 Suhu normal (36,50C- setiap 20-30 menit
air es atau alcohol mungkin
37,50C)
menyebabkan kedinginan dan
 Kulit tidak kemerahan
peningkatan suhu ssecara actual
 Kulit tidak hangat jika
 Digunakan untuk mengurangi
di sentuh  Anjurkan orang tua untuk
demam umumnya > 39,50C-400C
 Tidak ada peningkatan memberikan selimut pendingin

frekuensi pernafasan
 Tidak ada takikardi
 Tidak terjadi kejang
demam Kolaborasi
 Digunakan untuk mengurangi
 Berikan antipiretik misalnya aspirin
demam dengan aksi sentralnya
dan asetaminofen dalam dosis yang
pada hipotalamus, meskipun
sesuai dengan berat badan anak
demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi
 Pemberian antipiretik untuk
menurunkan titik set, bila anak
kedinginan berikan lebih banyak
 Gunakan tindakan pendinginan
pakaian atau selimut karena
dengan memberikan kompres
kedinginan meningkatkan laju
dingin pada kulit 1 jam setelah
metabolisme tubuh
pemberian antipiretik
 Penggunaan isopropyl dan
alkohol dapat menyebabkan efek
neurotoksik

 Hindari penggunaan kompres


dengan isopropyl atau alcohol

2 Gangguan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Mandiri


kebutuhan berhubungan asuhan keperawatan
 Catat intake nutrisi seperti  Mencegah serangan akut atau
dengan peningkatan asam diharapkan kebutuhan nutrisi
makanan dan minuman, dengan eksaserbasi gejala penyakit
lambung pada anak terpenuhi, dengan
membatasi makanan tinggi serat
criteria hasil: seperti pepaya,jeruk, dan susu
tinggi laktosa
1. Nafsu makan tinggi
 Ukur berat badan anak setiap hari
2. Berat badan stabil
sebelum mandi atau sebelum  Memberikan informasi tentang
3. Tidak ada tanda-tanda
pemberian makan kebutuhan diet atau keefektifan
malnutrisi
 Ajarkan orang tua untuk membatasi terapi yang diberikan
aktivitas motorik kasar anak dan  Menurunkan kebutuhan metabolic
istirahat yang cukup selama fase untuk mencegah penurunan kalori
sakit akut dan simpanan energi

Kolaborasi

 Beri tahu anak untuk mengurangi


masukan makanan dan minuman  Istirahat usus menurunkan
peristaltic dan diare dimana
menyebabkan malabsorbsi atau
kehilangan nitrient
 Berikan tambahan diet makanan  Memungkinkan saluran usus
setengah padat (bubur) atau untuk mematikan pencernaan
makanan padat (nasi) dan susu untuk integritas jaringan
rendah laktosa
 Berikan vitamin b12
 Malabsorbsi vitamin B12 akibat
kehilangan nyata fungsi ileum
 Berikan obat asam folat  Kekurangan folat umum pada
adanya penyakit kronis
sehubungan dengan penurunan
absorbsi efek terapi obat
3 Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
volume cairan berhubungan asuhan keperawatan
 Catat input dan output setiap  Memberikan informasi tentang
dengan cairan tubuh diharapkan pada anak dapat
hari.misalnya input: makanan dan kebutuhan cairan tubuh, fungsi
menurun memenuhi kebutuhan cairan
minuman, output: urin, feses, ginjal dan mengontrol penyakit
dan elektrolit, dengan criteria
muntah jika ada usus, serta sebagai pedoman
hasil:
penggantian cairan
1. Membran mukosa  Hipotensi, takikardi, demam dapat
 Lakukan pemeriksaan TTV setiap
lembab menunjukan respon terhadap efek
jam
2. Turgor kulit baik kehilangan cairan
3. TTV stabil
4. Input dan output
 Menunjukan kehilangan cairan
seimbang
 Observasi kulit kering berlebihan, berlebihan atau dehidrasi
membran mukosa, penurunan
turgor kulit, pengisian kapiler
lambat setiap jam
 Ukur berat badan tiap hari sebelum  Indicator cairan dan status nutrisi
mandi atau sebelum pemberian
makan
 Ajarkan orang tua untuk membatasi
 Kolon diistirahatkan untuk
masukan makanan dan minuman,
penyembuhan dan untuk
membatasi aktivitas motorik kasar
menurunkan kehilangan cairan
anak
usus
 Anjurkan orang tua untuk
 Memberikan pertukaran udara
memakaikan anak pakaian yang
yang efektif pada permukaan
tipis dan dapat menyerap keringat
kulit

Kolaborasi

 Berikan cairan DG aa, RL g, RL,


 Memberikan penggantian cairan
3@, DG 1:2, RL g 1:3 sesuai
untuk memperbaiki kehilangan
indikasi
cairan
 Berikan obat anti emetik
 Untuk mengontrol mual, muntah
seperti:asetosalklorp
4 Intoleransi aktivitas  pasien akan berpartisipasi 1. Kaji respon pasien  menyebutkan parameter
sehubungan dengan dalam aktivitas yang terhadap aktivitas membantu mengkaji respon
kelemahan fisik
diinginkan 2. Instruksikan pasien tentang fisiologi terhadap stress aktivitas
 pasien akan tehnik penghematan energi (duduk dan bila ada merupakan indikator
melaporkan saat gosok gigi, atau menyisir dari kelebihan kerja yang
peningkatan toleransi rambut) dan melakukan aktivitas berkaitan dengan tingkat
aktivitas yang dapat perlahan. aktivitas.
diukur 3. Dorong untuk beraktivitas  membantu antara suplai dan
 pasien akan menuju atau melakukan perawatan diri kebutuhan O2
penurunan tanda-tanda bertahap.  kemajuan aktivitas mencegah
intoleransi fisiologi peningkatan kerja jantung
tiba-tiba.
Asuhan Keperawatan pada An.R dengan DHF

Format Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Bayi

I. IDENTITAS BAYI IDENTITAS ORANG TUA


Nama : An.R Nama Ayah : Tn. A
Tgl Lahir : 13/6/20 Nama Ibu : Ny. N
Jenis Kelamin :L Pekerjaaan Ayah/Ibu : Swasta
Tgl MRS : 27/3/21 Pendidikan Ayah/Ibu : SLTA
Alamat : Jiwaan, Madiun Alamat : Jiwan, Madiun
Diagnosa Medis : DHF Suku Bangsa : Jawa, ID
Sumber Informasi : Orang tua Agama : Islam
No. RM : 6815671

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat Keperawatan Sekarang

a. Keluhan utama :
Badan panas, timbul bintik merah

b. Riwayat penyakit saat ini :


Ibu px mengatakan An.R mengalami panas sejak 3 hari, dan timbul bintik-
bintik merah pada bagian kaki kanan. Ibu An.R mengatakan bahwa An.R
juga mengalami batuk selama 1 hari. Ibu An.R membawanya ke poli anak
RS, Soedono Madiun. Lalu dari Poli px dibawa ke R.Melati RS. Soedono
Madiun. TTV saat pengkajian didapatkan RR: 26 x/mnt, N: 120 x/mnt, S:
38oC, SPO2: 95, BB: 8,2 kg. Px mendapat terapi infus RL 10 tpm,
paracetamol 4x75 cc, cefoxim 3x250cc.

2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya

a. Riwayat kesehatan yang lalu


 Penyakit yang pernah diderita :
Tidak ada

 Operasi :
Tidak ada

 Alergi

- Obat :
Tidak ada

- Makanan :
Tidak ada

- Debu :
Tidak ada

- Lainnya :
Tidak ada

b. Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan bahwa An.R adalah anak kedua dari dua bersaudara,
melahirkan genap 9 bulan dan lahir normal di RS dengan BB 3kg

c. Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa An.R sudah terimunisasi lengkap, diantaranya: BCG,
DPT, Hepatitis B, dan Polio di posyandu

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :


Tidak ada

b. Lingkungan rumah dan komunitas:


Keluarga px tinggal didaerah perkampungan padat penduduk

c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan:


Ayah An.R memiliki kebiasaan merokok
d. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak:
Keluarga sangat cemas dan berharap agar An.R bisa sembuh dan kembali
normal dalam lingkungan keluarganya

4. Nutrisi
a. Nafsu makan :
An.R hanya mengonsumsi susu asi

b. Pola makan :
An.R selalu diberikan asi

c. Minum :
Asi yang diberikan ibunya
5. Pertumbuhan
a. BB: 8,2 kg, TB: - cm LK: - cm LD:- cm

LILA- cm

6. Perkembangan

a. Motorik kasar
Dalam batas normal

b. Motorik halus
Dalam batas normal

c. Sosialisasi dan kemandirian/personal sosial


Fase Trust vs mistrust

d. Periode
Infant

e. Psikoseksual
Fase oral

f. Psikointelektual
Fase sensorik motorik

Kesimpulan :
Dalam batas normal

II. PENGKAJIAN FISIK


Kesadaran : Compos mentis

Suhu: 38°C Nadi: 120x/menit Tensi- mmHg RR: 26x/menit


a. Kepala
Rambut : warna hitam penyebaran jarang-jarang
Kebersihan : bersih.
b. Mata
Bentuk : Simetris
Sklera : Icterus
Konjungtiva : Anemis
Penglihatan : masih belum terlalu fokus
c. Hidung
Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
d. Mulut
 Bibir
Bentuk : simetris
Mukosa bibir : kering
Kelainan bawaan :-
Refleks rooting : ada
 Lidah
Bentuk : normal
Kebersihan : ada bercak putih
 Gusi
Warna : merah muda
Lain-lain :-
 Gigi
Sudah tumbuh/belum : belum tumbuh gigi
Caries gigi : -.
e. Telinga
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Tragus pain : tidak ada
f. Leher
Bentuk : normal, simetris antara kanan dan kiri
Bendungan vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
g. Thorax/dada Inspeksi
Bentuk : simetris
Kelainan bentuk dada : tidak ada
Tarikan intercostae : ada
Palpasi
Fraktur tulang costae : tidak ada
Vokal vremitus :-
Perkusi
Suara paru : sonor
Auskultasi
Suara nafas tambahan : ronchi
h. Abdo
men/p
erut
Inspe
ksi
Bentuk : simetris
Asiteas : tidak ada
Auskultasi
Bising usus +
Perkusi
Suara : pekak
Palpasi
: Tidak ada tahanan masa pada abdomen
i. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan bentuk punggung : tidak ada
j. Genetalia
Kebersihan : bersih
Kelainan bawaan : tidak ada
k. Anus
Kebersihan : bersih
Kelainan bawaan : tidak ada
l. Ekstremitas
Kelainan jumlah jari : tidak ada
Akral : dingin
CRT : <2dtk
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Hematologi: Trombositopenia
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama Px: An. R

No. RM : 6815671

Tgl Periksa: 27/3/21

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Aman Keterangan


HEMATOLOGI
Darah Lengkap:
Hemoglobin 13.3 g/dL 12.0-16.0
Hitung Leukosit 6.24 103/µL 4.7-11.3
Trombosit 66* 103/µL 142-424
Hematokrit 39.6 % 38-42
Hitung Eritrosit 5.08 106/µL 4.0-5.0
MCV 77.9 Fl 80-93
MCH 26.1 Pg 27-31
MCHC 33.5 g/dl 32-36
Hitung Jenis Leukosit:
- Eosinofil 0.2 % 0-3
0.5 % 0-1
- Basofil 28.3 % 13-33
59.6 % 46-76
- Neutrofil 11.4* % 0-5
0.5
- Limfosit 3719
98* mm/jam 0-20
- Monosit
2.80* g/dl 3.5-5
NLR (Neutrofil Limfosit Ratio) 226* U/L 8-31
ALC (Absolut Limfosit Count) 79* U/L 6-40
Laju Endap Darah (LED)
KIMIA KLINIK
Albumin
SGOT
SGPT

V. THERAPI / TINDAKAN

- Infus RL 10 tpm
- Paracetamol 4x75 cc (infus)
- Cefoxim 3x250 cc (injeksi)
Format pengkajian resiko jatuh menurut humpty dumpty

Parameter Kriteria Nilai Skor

< 3 tahun 4 4

3 – 7 tahun 3
Usia
7 – 13 tahun 2

≥ 13 tahun 1

Jenis kelamin Laki-laki 2 2

Perempuan 1

Diagnosis Diagnosis neurologi 4 1

Perubahan oksigenasi (diagnosis 3


respiratorik, dehidrasi, anemia,
anoreksia, pusing, sinkop)

Gangguan perilaku/psikiatri 2

Diagnosis lainnya 1

Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan 3 3


dirinya

Lupa akan adanya keterbatasan 2

Orientasi baik terhadap diri 1


sendiri

Faktor lingkungan Riwayat jatuh/bayi diletakkan di 4 2


tempat tidur dewasa

Pasien menggunakan alat 3


bantu/bayi diletakkan dalam
tempat tidur bayi/perabot rumah

Pasien diletakkan di tempat idur 2

Area di luar rumah sakit 1

Respon terhadap: Dalam 24 jam 3


1. Pembedahan/sedasi/anastesi Dalam 48 jam 2 1

2. Penggunaan medikamentosa > 48 jam atau tidak menjalani 1


pembedahan/sedasi/anastesi

Penggunaan multipel: sedatif, 3


obat hipnosis, barbiturat,
fenotiazin, antidepresan,
pencahar, diuretik, narkose

Penggunaan salah satu obat di 2


atas

Penggunaan mediaksi 1
lainnya/tidak ada medikasi

Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)


a. Skor 7 – 11 : risiko rendah
b. Skor ≥ 12 : risiko tinggi

Total skor 13 ( Pasien resiko tinggi jatuh)


Lampiran 5
Format pengkajian nyeri
Kategori Skor Nilai

Tidak ada ekspresi tertentu atau senyuman 0 0

Wajah Menyeringai sekali-kali atau mengerutkan dahi, muram ogah- 1


FACE ogahan
Dagu gemetar dan rahang diketap berulang 2

Posisi normal atau santai 0 0


Ekstremitas Gelisah, resah, tegang 1
LEG
Menendang atau menarik kaki 2

Rebahan dengan tenang, posisi normal, bergerak dengan 0 0


mudah
Gerakan Menggeliat, maju, mundur, tegang 1
Activity
Menekuk/posisi tubuh meringkuk, kaku atau menyentak 2

Tidak ada tangisan (terjaga atau tertidur ) 0 0

Tangisan Mengerang/merengek, gerutuan sekali-kali 1


Cry
Menangis tersedu-sedu, menjerit terisak-isak, menggerutu 2
berulang-ulang
Senang, santai 0 1
Kemampuan Dapat ditenangkan dengan sentuhan, pelukan atau berbicara, 1
Ditenangkan dapat dialihkan
Consolability Sulit/tidak dapat ditenangkan dengan pelukan, sentuhan atau 2
distraksi
Total 1

-
ANALISA DATA
Nama Pasien : An. R
No RM : 6815671
Dx. Medis :DHF
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
29/3/21 Ds: Penurunan aliran Perfusi perifer tidak efektif
- arteri/vena

Do:
- Terdapat bintik
merah
- RR: 26 x/mnt
- N: 120 x/mnt
- CRT <2 dtk
- Trombosit: 66x103/µL
- Akral dingin

29/3/21 Ds: Nyamuk aedes aegypti Hipertermia


- Ibu An.R mengatakan dan aedes albopictus
yang membawa virus
An.R menderita panas
dengue
selama 3 hari

Do: Menggigit manusia
- S: 38oC

- Terdapat bintik Virus masuk melalui
merah p.d
- RR: 26 x/mnt ↓
- N: 120 x/mnt Merangsang set poin


Set poin meningkat


hipertermia
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
29/3/21 D.0009 Perfusi perifer tidak efektif

29/3/21 D.0130 Hipertermia

Sumber Rujukan (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)


RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. R


No RM : 6815671
Dx. Medis :DHF
NO. DX RENCANA KEPERAWATAN
TGL KEPERA SLKI INTERVENSI RASIONAL
WATAN
29/3/21 D.0130 Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pemeriksaan suhu pasien setiap  Suhu 38,90C-41,10C menunjukan proses
asuhan keperawatan 20-30 menit sekali, dan perhatikan penyakit infeksius akut
diharapkan pada anak menggigil
mencapai suhu dalam batas  Ajarkan orang tua untuk memberikan  Dapat membantu untuk mengurangi
normal (36,50C-37,50C) kompres mandi hangat setiap 20-30 demam. Penggunaan air es atau alcohol
dengan criteria hasil: menit mungkin menyebabkan kedinginan dan
peningkatan suhu secara actual
 Suhu normal (36,50C-
37,50C)
 Digunakan untuk mengurangi demam
 Kulit tidak kemerahan
 Anjurkan orang tua untuk memberikan umumnya > 39,50C-400C
 Kulit tidak hangat jika
selimut pendingin
di sentuh
 Tidak ada peningkatan Kolaborasi  Digunakan untuk mengurangi demam
frekuensi pernafasan dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
 Berikan antipiretik misalnya aspirin dan
 Tidak ada takikardi meskipun demam mungkin dapat berguna
asetaminofen dalam dosis yang sesuai
 Tidak dengan berat badan anak dalam membatasi pertumbuhan organisme
terjadi kejang demam
dan meningkatkan autodestruksi dari sel-
sel yang terinfeksi
 Pemberian antipiretik untuk menurunkan
 Gunakan tindakan pendinginan dengan titik set, bila anak kedinginan berikan
memberikan kompres dingin pada kulit 1 lebih banyak pakaian atau selimut karena
jam setelah pemberian antipiretik kedinginan meningkatkan laju
metabolisme tubuh
 Penggunaan isopropyl dan alkohol dapat
 Hindari penggunaan kompres dengan
menyebabkan efek neurotoksik
isopropyl atau alcohol

29/3/21 D.0036 Setelah dilakukan tindakan  Monitor panas dan kemerahan  Suhu 38,90C-41,10C menunjukan proses
asuhan keperawatan penyakit infeksius akut
diharapkan pada anak  Lakukan hidrasi  Cairan isotonis dapat mengganti kapiler
meningkatkan keadekuatan darah yang hilang
aliran darah yang menunjang  Monitor status hidrasi (frekuensi nadi,  Menghidari dari dehidrasi
fungsi jaringan, dengan kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
criteria hasil: kelembaban mukosa, turgor
kulit)monitor hasil pemeriksan
1. Denyut nadi perifer
laboratorium
normal (100-160
 Berikan cairan intravena  Agar penggantian cairan bisa cepat
x/mnt)
mengganti kapiler yang hilang akibat
2. Turgor kulit baik
proses penyakit
3. TTV stabil
4. CRT normal (<2dtk)

Sumber Rujukan (Standar Luaran Keperawatan Indonesia & Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
IMPLEMENTASI / TINDAKAN
KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. R


No RM : 6815671
Dx. Medis :DHF
TGL/ IMPLEMENTASI
N Dx.KEP TTD
O JAM (HASIL & RESPON)
1. Hipertermia 29/3/21  Memeriksa suhu pasien setiap 60 menit sekali,
08.00
dan perhatikan menggigil
 Mengajarkan orang tua untuk memberikan
kompres mandi hangat setiap 20-30 menit
 Memberikan antipiretik misalnya aspirin dan
asetaminofen dalam dosis yang sesuai dengan
berat badan anak
 Menggunakan tindakan pendinginan dengan
memberikan kompres dingin pada kulit 1 jam
setelah pemberian antipiretik
 Menghindari penggunaan kompres dengan
isopropyl atau alcohol

2. Perfusi 29/3/21  Melakukan pemeriksaan TTV


jaringan 08.00
setiap jam
tidak
efektif  Mengobservasi kulit kering
berlebihan, membran mukosa, penurunan
turgor kulit, pengisian kapiler lambat setiap
jam
 Mengajarkan orang tua untuk
membatasi masukan makanan dan minuman,
membatasi aktivitas motorik kasar anak
 Memberikan cairan RL 10 tpm
3. Hipertermi 30/3/21  Memeriksa suhu pasien setiap 120 menit sekali,
a 08.00
dan perhatikan menggigil
 Memberikan antipiretik dalam dosis yang
sesuai dengan berat badan anak
 Menggunakan tindakan pendinginan dengan
memberikan kompres dingin pada kulit 1 jam
setelah pemberian antipiretik
 Menghindari penggunaan kompres dengan
isopropyl atau alcohol

4. Perfusi 30/3/21  Melakukan pemeriksaan TTV setiap jam


perifer 08.00
 Mengobservasi kulit kering berlebihan,
tidak
efektif membran mukosa, penurunan turgor kulit,
pengisian kapiler lambat setiap jam
 Mengajarkan orang tua untuk membatasi
masukan makanan dan minuman, membatasi
aktivitas motorik kasar anak
 Memberikan cairan RL 10 tpm
5. Perfusi 31/3/21  Melakukan pemeriksaan TTV setiap jam
perifer 08.00
 Mengobservasi kulit kering berlebihan,
tidak
efektif membran mukosa, penurunan turgor kulit,
pengisian kapiler lambat setiap jam
 Mengajarkan orang tua untuk membatasi
masukan makanan dan minuman, membatasi
aktivitas motorik kasar anak
 Memberikan cairan RL 10 tpm
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. R


No RM : 6815671
Dx. Medis :DHF
NO TGL/JAM Dx.KEP PERKEMBANGAN
1. 29/3/21 Hipertermia S:
- Ibu An.R mengatakan panas belum
turun
O:
 Suhu: 38,1oC
 Bintik merah berkurang
 Kulit hangat saat disentuh
 RR: 25
 N: 120
 Tidak terjadi kejang
demam
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian antipiretik
I:
- Injeksi paracetamol 4x75cc
- Kompres hangat
- Observasi suhu tiap 2 jam
E:
- Suhu pasien 38,1oC
R:
- Observasi suhu tiap 2 jam

2. 29/3/21 Perfusi perifer tidak S:


efektif -
O:
 Membran mukosa kering
 S: 38,1oC
 RR: 25
 N: 120
 BB: 8,2 kg
 Trombosit: 66 x103µL
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian caitan RL 10
tpm
I:
- Infus RL 10 tpm
- Observasi TTV
- Observasi perifer (akral,crt,turgor kult)
E:
- Pengisian kapiler pasien belum normal
R:
- Teruskan pemberian infus RL 10 tpm

3. 30/3/21 Hipertermia S:
- Ibu An.R mengatakan panas menurun
O:
 Suhu: 37 oC
 Bintik merah tidak ada
 Kulit sudah tidak hangat saat disentuh
 RR: 25
 N: 118
 Tidak terjadi kejang
demam
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan Intervensi

I:
- Hentikan Intervensi
E:
- Suhu pasien dalam batas normal
normal
R:
- Pertahankan suhu normal pasien

4. 30/3/21 Perfusi perifer tidak S:


efektif -
O:
 Membran lembab
 S: 37oC
 RR: 25
 N: 118
 BB: 8,2 kg
 Trombosit: 86 x103µL
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian caitan RL 10
tpm
I:
- Infus RL 10 tpm
- Observasi TTV
- Observasi perifer (akral,crt,turgor kult)
E:
- Pengisian kapiler pasien belum normal
R:
- Teruskan pemberian infus RL 10 tpm

5. 31/3/21 Perfusi perifer tidak S:


efektif - Ibu An.R mengatakan panasnya sudah
tidak kambuh lagi
O:
 Membran lembab
 S: 36,8oC
 RR: 25
 N: 120
 BB: 8,2 kg
 Trombosit: 105 x103µL
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan Intervensi
- Px direncanakan pulang

Anda mungkin juga menyukai