Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMIKIRAN FILSAFAT EMPIRISME JHONLOCKE


DAN DAVID HUME
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata KuliahFilsafat Umum
Dosen Pengampu : Rahmad Ari Wibowo

Disusun Oleh :
Deva TanaroroHisyami(2001051006)
Merlin Jhean Aura (2001051021)
Reni Amelia (2001051032)
Rosidah (2001052014)
Sevita Anggi Lestari (2001052015)

Kelompok 3
TBI A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kehadiratAlloh SWT atas segala rahmat dan karunianya. Kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah ini insyaalloh dengan baik.

Sholawat beriring salam semoga tetap Alloh SWT curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Dan mudah-mudahan kita semua sebagai umatnya yang termasuk dalam golongan
umat yang mendapat Syafaatnya kelak di yaumilqiyamah. Aamiin.

Semoga Alloh SWT memberikan Rahmat dan Hidayahnya atas bantuan dan bimbingan
yang telah diberikan kepada kelompok kami dalam menyelesaikan penulisan Makalah ini.

Dalam kesempatan ini kelompok kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


atas terselesaikannya Makalah sederhana ini yang menerangkan sedikit tentang Pemikiran
Filsafat Empirisme Jhonlocke dan David Hume.

Dalam penulisan Makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan, ini semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang kelompok kami miliki, oleh karena itu kelompok kami sangat menerima
setiap kritik dan saran untuk penulisan Makalah ini.

Metro, 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. John Locke.....................................................................................................2
B. David Hume...................................................................................................4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan
peranan akal. Istilah empirisme diambil dari kata yunani yaitu empeiria yang berarti coba-
coba atau pengalaman sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan bagi manusia, yang jelas-jelas mendahului rasio. Tanpa pengalaman, rasio tidak
memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu. Kalaupun menggambarkan
sedemikian rupa, tanpa pengalaman hanyalah khayalan belaka.banyak tokoh-tokoh
empirisme ini banyak diantaranya ada francisbacon (1210-1292 m) thomashobbes (1588-
1679 m) johnlocke (1632-11704 m) georgeberkeley (1665-1753 m) davidhume (1711-1776
m) herbertspencer (1820-1903 m).
Pada makalah ini kami dari kelompok 3 akan menyajikan materi atau pemikiran-
pemikiran para filosof diatas yakni Jhon Locke dan David Hume. Semoga isi makalah dapat
dipahami para pembaca.

B.  Rumusan masalah
1.    Bagaimanakah pemikiran-pemikiran JohnLocke?
2.    Bagaimanakah pemikiran-pemikiran David Hume ?

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui bagaimana pemikiran-pemikiran yang dimiliki John Locke.
2.    Untuk mengetahui bagaiman pemikiran-pemikiran dari David Hume.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jhon Locke
John Locke adalah filosof yang berasal dari Inggris.Beliau dilahirkan di
WringtonSomerst pada tanggal 29 Agustus 1632. Pendidikan John Locke diawali dengan ber
sekolah di Wesminstertahun 1647, kemudian tahun 1652 John Locke mendapat beasiswa
sekolah di Sekolah Gereja Kristus(Christ Church),Oxford dan mendapat gelar S2 dengan nilai
yang kurang memuaskan karena Locke kurang menyukai metode yang digunakan sekolah
nya pada waktu itu. Locke lebih cenderung menyukai sastra dan bidang medis ketika beliau
ber sekolah dulu.
Karir Locke diawali dengan menjadi dosen pada tahun 1661 di sekolah Gereja Kristus
tempatnya belajar dulu dan mengajar bahasa Yunani dan Latin. Kemudian ia menjadi petugas
sensor filsafat moral tahun 1664. Ia tetap menekuni minat nya dalam bidang medis dan
filsafat alam serta mempelajari kimia kepada Boyle dan Thomas WWillis. Di tahun 1665
bersama Sir WalterVane ia mengikuti sebuah misi diplomatik ke Elector Of Brandenburg
tetapi kemudian ia menolak tawaran kerja diplomat dan kembali ke Oxford. Di sana ia
mengonsentrasikan seluruh perhatiannya pada filsafat dan menemukan minat yang sama pada
Earl of Shaftesbury yang mengundang Locke untuk tinggal di London house-nya. Di sana
Locke mengembangkan ilmu politik dan filsafat dan juga sekaligus menjadi dokter pribadi
bangsawan Earl of Shaftesbury.
Pada tahun 1683 saat Shaftesbury terancam akan di-impeacchment karena telah
melakukan pengkhianatan, JohnLocke lari ke Belanda, di sana ia menulis esai yang berjudul
An EssayConcerning Human Understanding yang diterbitkan pada tahun 1690. Setelah
revolusi tahun 1688, Locke kembali ke Inggris.
Berikut beberapa karya yang di tulis oleh John Locke, yaitu:
1.      A letterConcerningToleration (Karangan-karangan tentang toleransi) pada tahun 1689.
2.      An EssayConcerning Human Understanding ( Karangan tentang pengertian manusiawi)
pada tahun 1690.
3.      Two Treatises of Government (Dua karangan tentang pemerintahan) pada tahun 1690
Kata Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu “Empiris” yang artinya pengalaman
inderawi. Oleh karena itu empirisme adalah paham yang memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengenalan baik pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia
maupun pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia. Empirisme menolak anggapan bahwa
manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
Ajaran-ajaran pokok dari empirisme, antara lain:
1.      Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.

2
2.      Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau
rasio.
3.      Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4.      Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari
data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5.      Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan
pada pengalaman inderawi dan penggunaan pancaindera kita. Akal budi mendapat tugas
untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6.      Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan.
Salah seorang peletak dasar empirisme, dengan julukan inilah John Lock dikenal. Ia
terpengaruh oleh pandangan keilmiahan Newton dan filsafat Descartes. Setelah membaca
tulisan Descartes,ia tertarik pada filsafat, namun justru mengambil jalan yang berbeda dengan
mengkritik pandangan rasionalisme Descartes.
John Locke menolak gagasan Descartes mengenai ide dan pengetahuan bawaan.
Dengan menyatakan,segala sesuatu yang ada pada pikiran kita, menurut John Lock,berasal
dari pengalaman inderawi (Teori Tabularasa). Bahwa manusia dilahirkan seperti kertas
putih,dan pengalaman inderawilah yang mengisi otak (pikiran) itu (Raiper,2000).
 Semua ide menurut John Lock, berasal dari pengalaman sendiri dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1.      Ide-ide yang berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (externalsentation)
contohnya : penglihatan, pendengaran, sentuhan atau rabaan, penciuman,atau rasa yang
masuk ke otak melalui rangsangan pengamatan dunia external. Menurut John Lock, proses
pengamatan,akal budi kita bersifat pasif,dan hanya menerima rangsangan dunia luar apa
adanya .
2.      Ide yang berasal dari pengalaman batin atau internal (internal sense atau reflexion); bila
pengalaman lahir memberi informasi tentang dunia eksternal,maka pengalaman batin
memberi informasi tentang dunia dalam (jiwa). Informasi yang dihasilkan adalah hasil
aktivitas pemikiran (refleksi) atas ide-ide kompleks.
John Locke berpendapat bahwa isi otak manusia terdiri dari ide-ide. Ide-ide tersebut
terdiri dari ‘simpleideas dan complex  ideas’.Simpleideas diartikan sebagai gagasan
sederhana atau pengalaman langsung,sedangkancomplexideas  diartikan sebagai hubungan-
hubungan dari ide-ide tunggal /gagasan-gagasan simpel itu.Gagasan kompleks itu, misalnya
‘sebab,relasi dan syarat.
Menurut pernyataan Locke semua ide datang dari sensasi dan refleks, maka dapat
ditafsirkan bahwa suatu ide hanya merupakan suatu pengertian yang di tarik dari pengalaman.
Maksudnya, yang kita dapat melalui sensasi adalah ide, bukan bendanya. Sensasi berarti
memersepsi melalui indra sedangkan refleksi muncul mengikuti sensasi.

3
Locke menyatakan bahwa tanpa mata tidak akan ada warna, tanpa telinga tidak akan
ada suara, tanpa hidung tidak akan ada bau. Jadi, sifat-sifat  yang kita tangkap harus di
satukan di dalam substansi material (objek), karena itu materi harus ada.
Pada Locke di mungkinkan untuk mengetahui “diri” melalui observasi. Kita
menangkap ide tapi bukan bendanya. Akibat ilmu pengetahuan pada akhirnya ternyata di
dasarkan pada  keyakinan atau dugaan. Dengan demikian, kebenaran ilmu pengetahuan
didasarkan pada persepsi yang saling bersinggungan. Jadi, persepsi diandaikan sama pada
setiap orang dan tidak menipu kita sebagai mana yang dikemukakan Plato dan Descartes.
Locke percaya akan adanya tiga macam pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1.      Pengetahuan intuitif  ,yang kita peroleh melalui tentang pengetahuan diri kita sendiri.
2.      Pengetahuan demonstratif ,yang melaluinya diperoleh pengetahuan tentang Allah.
3.      Pengetahuan indrawi,yang diperoleh melalui pengetahuan tentang dunia luar.
Menurut John Locke hanya pengetahuan intuitiflah yang bersifat pasti secara absolut.
Yang kedua (pengetahuan demonstratif) bersifat pasti. Sedangkan pengetahuan indrawi
bersifat problematik. Namun, pengetahuan indrawi memadai untuk keperluan hidup sehari-
hari.

B. David Hume
David Hume lahir di Edinburg, Skotlandia, pada 26 April 1711 sebagai anak kedua dari
seorang tuan tanah di daerah utara Skotlandia. Ayahnya meninggal ketika ia masih bayi,
mewariskan pada keluarga sebuah perkebunan kecil. Hume adalah murid yang sukses,
keluarganya berharap kelak Hume menjadi seorang ahli hukum, namun ketertarikan Hume
hanya pada filsafat dan pengetahuan.
Sejak muda Hume meyakini bahwa ia akan menemukan cara berpikir baru (suatu
pemikiran universal yang baru), ia menyadari bahwa kerap kali cara berpikir dapat
bertentangan dengan kehidupan sehari-hari yang lebih praktis. Setelah beberapa waktu
bergulat dengan pemikirannya, ia kemudian berhenti dan melanjutkan pekerjaannya sebagai
saudagar. Hume pergi ke Bristol dan bekerja di dunia bisnis selama beberapa bulan.
Bagaimana pun, pekerjaan ini tidak disukainya. Maka, pada  usia 23 tahun, Hume menerima
uang dari keluarganya dan pergi ke Perancis untuk belajar dan menulis. Ia tinggal di sana
hingga tahun 1737 dan menulis A Treatise of Human Nature.
Hume memiliki harapan yang tinggi pada karya ini, tetapi penerbitan karya ini tidak
banyak mendapat perhatian. Meskipun patah semangat, karena buruknya penerimaan
terhadap Treatise, Hume terus menulis.
Tahun 1741-1742 saat di Skotlandia, ia menerbitkan Essays, Moral and Political. Karya
ini mendapatkan kesuksesan membuat Hume bersemangat untuk merevisi Treatise.
Sementara itu, ia melamar kedudukan profesor filsafat di Universitas Edinburg, tetapi
reputasinya sebagai seorang yang skeptis dan atheis telah merintangi pengangkatan tersebut.

4
Hume sempat mengalami gangguan kesehatan jiwa berupa murung yang menyebabkan
ia sedih tanpa alasan, ia kemudian pindah ke Prancis dan tetap melanjutkan aktifitas
menulisnya. David Hume meninggal dunia sesudah menderita sakit pada 25 Agustus 1776.
Pada tahun 1751, revisi terakhir bagian pertama dan ketiga karya Treatise diterbitkan
masing-masing dengan judul An EnquiryConcerning Human Understanding dan An
EnquiryConcerning The Principles of Morals. Kira-kira pada saat yang sama, Hume menulis
karya yang berjudul DialogueConcerning Natural Religion. Dialogue menjelaskan sikap
Hume tentang eksistensi Tuhan dan sifat agama.Namun atas saran teman yang memiliki
perhatian terhadap sifat pandangannya yang radikal, Hume tidak jadi menerbitkan Dialogue.
Dengan ketetapan dari kehendak Hume, karya itu diterbitkan setelah Hume meninggal di
tahun 1779. Antara tahun 1752-1757, Hume mengabdi sebagai petugas perpustakaan di
Faculty of Advocates di Edinburg.Setelah mendapatkan sumber-sumber dari perpustakaan
ini, Hume menulis tentang sejarah Inggris.Karya ini tidak hanya panjang, tetapi juga
kontroversial.Bagaimanapun, sebagai akibatnya, semua tulisan Hume menjadi lebih dikenal
dan karya-karya itu mendapat pujian luas dari beberapa kalangan. Pujian tersebut terutama
datang dari kalangan intelektual Perancis dan ketika Hume pergi ke sana pada tahun 1763
sebagai sekretaris Duta Besar Inggris, ia menerima sambutan hangat. Ia kembali ke London
di tahun 1766 bersama Rousseau, meskipun hubungan antara keduanya segera menegang.
Setelah mengabdi selama tiga tahun di Undersecretary of State, Hume pensiun di Edinburg
dan meninggal di sana tahun 1776.
David hume (1711-1776) adalah tokoh empirisme terkemuka. pemikirannya disebut
sebagai puncak empirisme modern. Dia lahir dekat Eidinburg, scotlandia. Hume belajar
hukum, sastra dan filsafat dan bekerja sebagai diplomat di inggris, prancis Australia, dan
italia. Saat hume tinggal di paris ia bertemu dengan jeanjacques Rousseau. Hume seorang
yang berupaya keras untuk terkenal melalui pemikiran dan tulisannya.
Bukunya, treatise of human nature, sedikit dibaca dan dipahami di masanya. Karena itu,
Hume menyatakan,”buku ini sudah mati sejak masih dipercatakan” (Lavin,2002;
139,roninson Dave dan Bill Mayblin, 2004: 60-111).
Tulisan-tulisannya yang terpenting:
(1) A Treatise On Human Nature (karangan tentang kodrat manusia) (1738-1740).
(2) An InquiryConcerning Human Understanding (pemeriksaan tentang pengertian manusia)
(1748).
(3) An Inquiry In to The Principles Of Morals (pemeriksaan tentang dasar-dasar moral)
(1753) (hamersma, 1983: 22).
Hume mengemukakan pandangannya salah satunya melalui buku treatiseon human
nature, yang ditulis saat ia berusia 26 tahun. Buku ini terdiri dari tiga
bagian. Pertama, membahas problem epistemology. Kedua, membahas masalah
emosi. Ketiga, membahas prinsip-prinsip moral.
Hume sudah mempertanyakan yang menjadi perhatian kaum empiris sebelumya.
Masalah utama yang dia pertanyakan adalah, sebagai berikut:
(1) bagaimana kita (anda)tahu?

5
(2) apa yang menjadi sumber atau asal ilmu pengetahuan?
Untuk menolak tentang sumber pengetahuan yang telah di bicarakan oleh kaum empiris
dan rasionalis, Hume menyatakan bahwa sumber pengetahuan hanya satu, yaitu: persepsi
pancaindra. Hume berusaha untuk meruntuhkan filsafat lama yang berpendapat bahwa ada
dua sumber pengetahuan. Dua sumber pengetahuan itu dapat dijelaskan seperti ini.
Plato dan Descartes menganggap bahwa rasio adalah  sebagai sumber
pengetahuan  tingkat tinggi yang dalam istilah plato  sebut episteme.episteme.(pengetahuan
yang tidak berubah) bersumber dari rasio atau penalaran deduktif sebagai dasarnya untuk
memperoleh pengetahuan yang pasti mengenai dunia idea. Bagi plato pengetahuan yang
bersumber dari empiri adalah pengetahuan yang renda (opini), sementara bagi decorates
pengetahuan yang membingungkan.
Bagi decrates pengetahuan yang  pasti harus bersumber dari gagasan yang jelas dan
terpilah. Bagi decorates kejelasan dan kejelasaidea menjadi criteria kepastian  dan kebenaran
ilmu pengetahuan (lavine, 2002: 140). Jadi bagi keduanya, ada dua jenis
pengetahuan: pertama, pengetahuan biasa( tingkat rendah) yang bersumber dari pengalaman
pancaindra; kedua, pengetahuan rasional yang  mengatasi pengetahuan tingkat pertama
( pengetahuan yang abadi dan sempurna). Inilah dua sumber yang dimaksudkan tadi.
Hume menolak keduanya dengan mengemukakan, pengetahuan yang dicapai melalui
rasio tentang dunia idea (metafisika) seperti yang dikemukakan plato adalah ilusi,
kebohongan (anti metafisika) metafisika yang diakui oleh plato, Decrates, atau Thomas
Aquinas, bagi hume adalah suatu “kesombongan yang gegabah” dari orang-orang yang
meyakininya. Hume mengemukakan bahwa kita tidak akan pernah tahu alam realitas yang
sebenarnya. Gagasan-gagasan yang kita peroleh adalah, menurut hume, gambaran kesan-
kesan pengalaman indrawi, yang tinggal dalam penalaran, pemikiran, dan pengingatan kita.
Ketika kita berada di dalam ruangan atau kamar tidur umpamanya, maka yang kiya lihat
adalah sensasi tentang ukuran (panjang, lebar, tinggi, volume, berat) dari: meja, buku, lampu,
dan lain-lain. Kita disini memperoleh pesan-pesan mengenai kamar tidur. Hume
mengemukakan: “ ketika aku menutup mataku dan memikirkan kamarku, gagasan yang
kubentuk merupakan representasi kesan yang kurasakan; dan tidak ada sesuatupun yang tidak
berkaitan……gagasan dan kesan selalu berkaitan satu sama lain.
Hume membedakan antara dua macam persepsi: impression (kesan-kesan) dan idea.
Kesan-kesan adalah persepsi indrawi yang masuk ke akal budi, kesan ini bersifat kuat dan
hidup. Sementara idea merupakan gambaran yang kabur dari kesan-kesan pemikiran kita.
Jadi, ada kaitan antara kesan-kesan dengan idea-ideakita.selanjutnya, hume membedakan
antara: kesan-ksan tunggal dengan kesan-kesan majemuk serta ide tunggal dengan idea
majemuk. Kesan tunggal adalah kesan tentang objek tunggal sedangkan kesan-kesan
majemuk terdiri dari kumpulan dan objek. Setiap persepsi menghasilkan kesan, dan kesan itu
menghasilkan ide-ide. Idea tunggal itu mempresentasikan  kesan (tentang objek) dengan
tepat.
Hume membedakan kesan atas kesan-kesan sensasi (bersifat material) dan kesan-kesan
refleksi/ ide-ide (bersifat rohani). Meja kita ketahui tidak secara langsung, akan tetapi melalui
tentang meja. Di sini dibedakan antara: 1) objek yang diketahui (meja); 2) subyek yang
mengetahui, dan 3) sensasi yang darinya objek kita simpulkan. (pandangan ini adalah

6
realisme kritis yang tidak menerima begitu saja kesamaan, kesejajaran antara objek(reality)
yang diketahui dengan penampakannya melalui indera kita)
Pemikiran hume merupakan penantangan terhadap rasionalisme, terutama tentang
gagasan ide-ide bawaan  yang selalu dijadikan landasan ontologism bagi kaum rasionalis
dalam memahami dunia sebagai satu kesatuan yang berinterrelasi. Hume juga menolak
empirisme  dengan mengakui dengan adanya keterbatasan metode empiris itu. Hume
mengemukakan bahwa seluruh ilmu pengetahuan berkaitan denga hakikat manusia.bahkan, ia
menganggap pengengetahuan tentang manusia merupakan pusat seluruh ilmu pengetahuan.
Meskipun demikian, ia beranggapan bahwa metode-metode ilmu-ilmua alam/ eksperimen
adalah metode yang paling tepat untuk ilmu pengetahuan tentang manusia, karna metode ini
telah dibuktikan keberhasilannya oleh ilmu-ilmu alam (Copleston, 1959)
Hume mencoret ‘subjek’ atau ‘ aku’ sebagai pusat pengalaman, pusat kesadaran,
pemikiran,perasaan dengan menyatakan  bahwa itu semua hanya rangkaian ‘kesan-kasan’
saja. Impresi atau kesan-kesan itu juga merupakan bahan dasar dimana isi ilmu
pengetahuan  kita susu (konstruksi). pikiran-pikiran kita hanya sisa-sisa pengalaman indrawi
yang menghasilkan kesan-kesan. Dari kesan-kesan itu, disusun connexion dan associations
oleh keaktifan kehendak kita. Jadi, ilmu pengetahuan itu, ia hanyalah gagasan yang kita
kaitkan melalui hukum penggabungan gagasan.
Bila pengetahuan kita adalah penggabungan gagasan, bagaimana dengan hukum
kausalitas, misalnya gravitasi, hukum mekanik? Bagi Hume, hukum kausalitas juga bukan
hukum fenomena yang kita tarik dari pengalaman kita secara langsung. Jika kita
melemparkan batu ke kaca dan kaca pecah, maka yang terjadi sesungguhnya, menurut Hume,
adalah rangkaian peristiwa:
1)      Batu kita ambil,
2)      Kita lemparkan,
3)      Batu melayang lalu kaca pecah.
Jika setelah berpuluh tahun kita melihat matahari terbi dari timur dan tenggelam di barat,
maka itu buka gejala kausalitas, tetapi, dalam pandangan hume rangkaian peristiwa yang
memeng sudah semestinya berjalan begitu.
Jadi menurut Hume, apa yang kita sebut kausalitas itu bukanlah sebab akibat yang
sesungguhnya, karena yang kita sebut sebab-akibat juga adalah rangkaian peristiwa saja, dan
buka kausalitas. Kita tidak akan pernah tahu alam atau realitas yang sebenarnya, kita tidak
akan pernah tahu apa yang menyebabkan pengindraan kita, kita tidak pernah tahu sifat sejati
benda-benda dan mengapa benda tersebut seperti itu. rasio tidak akan pernah mampu
menyingkapkan rahasia alam, tujuan atau rencana dunia, karena itu berada di luar jangkauan
pengamatan kita.

Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan


logika atau kemestian sebab-akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja
dan secara konstan terjadi seperti, api membuat api mendidih. Padahal dalam api tidak dapat
diamati adanya daya aktif yang mendidihkan air. Jadi daya aktif yang disebut hukum
kausalitas itu bukanlah yang dapat diamati, bukan hal yang dapat dilihat dengan mata sebagai

7
benda yang berada dalam air yang direbus. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan
untuk menetapkan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa yang terdahulu.
Menurut Hume, pengalamanlah yang memberi informasi yang langsung dan pasti terhadap
objek yang diamati sesuai waktu dan tempat. Roti yang telah saya makan, kata Hume,
mengenyangkan saya, artinya bahwa tubuh dengan bahan ini dan pada waktu itu memiliki
rahasia kekuatan untuk mengenyangkan. Namun, roti tersebut belum tentu bisa menjadi
jaminan yang pasti pada waktu yang akan datang karena roti itu unsurnya telah berubah
karena tercemar dan kena polusi dan situasipun tidak sama lagi dengan makan roti yang
pertama. Jadi, pengalaman adalah sumber informasi bahwa roti itu mengenyangkan, untuk
selanjutnya hanya kemungkinan belaka bukan kepastian.
Teori hume tentang eksistensi tuhan. Hume mengkritik keras ketiga bukti keberadaan
Tuhan yang disampaikan Descartes.Dua bukti pertama Descartes mengenai keberadaan
Tuhan adalah bukti sebab-akibat.Keduanya membuktikan bahwa Tuhan ada sebagai satu-
satunya sebab munculnya gagasanku mengenai Dia dan munculnya gagasan mengenai
keberadaanku sebagai benda yang berpikir.Namun kita tidak mempunyai kesan indera
mengenai Tuhan sebagai suatu sebab, kita juga tidak mempunyai kesan apapun mengenai
benda berpikir sebagai akibat. Apalagi, pada kedua bukti sebab-akibat mengenai keberadaan
Tuhan ini, Descartes mendasarkan diri pada kejelasan dan kejernihan pemikiran bahwa sebab
harus sama nyatanya dengan akibatnya. Bagi Descartes gagasan ini sangat jelas sehingga
tidak ada pikiran rasional apapun yang bisa meragukannya, namun bagi Hume gagasan ini
sangatlah tidak berarti.Gagasan tersebut tidak memunculkan baik landasan rasional maupun
empiris untuk kausalitas.Adapun bukti ketiga mengenai keberadaan Tuhan, yang
dimunculkan pada buku “MeditationDescartes” menggunakan bukti ontologis yang
dikemukakan Saint Anselm di abad XI.Bukti itu mengemukakan ide bawaan mengenai Tuhan
yang memiliki segala kesempurnaan, dan oleh karena itu pasti memiliki kesempunaan pada
wujud-Nya.Bukti ini sampai pula pada kesimpulan bahwa Tuhan itu memang ada.Hume
meruntuhkan bukti ini dengan pertama-tama mengingatkan kita bahwa filsuf empirisme
seperti John Locke telah menunjukan tidak ada yang namanya ide bawaan, kita hanya
memiliki gagasan yang muncul dari pengalaman kesan. Bukti ontologis Saint Anselm
mengenai keberadaan Tuhan menyatakan bahwa ide ketuhanan itu dengan sendirinya terbukti
dalam akal pikiran: Tuhan mempunyai segala kesempurnaan, Dia Maha Tahu, Maha Kuasa,
dan Maha Baik. Oleh karena itu, Dia tak mungkin kurang sempurna dalam keberadaan-Nya.
Hume menjawabnya dengan uji empiris atas gagasan: jika tidak ada kesan dalam
pengalaman, gagasan itu tidaklah bermakna, tak berarti. Namun kita tidak bisa mempunyai
kesan indera atas zat supranatural, dengan demikian ide ketuhanan tidak
lulusdalamujiimpiris.
Hume menyangkal dalam bukunya “DialoguesConcerning Natural Religion”, dia
menggunakan bentuk dialog Plato untuk menjatuhkan Deisme. Tiga karakter memerankan
masing-masing sebagai seorang penganut Kristen yang alim, dan sangat ortodok; seorang
pengikut Deisme yang mendukung agama yang alami, rasional dan memiliki keterkaitan

8
dengan sains; serta seorang penganut skeptisme yang meremehkan keduanya.Suara Hume
tertuang dalam Philo yang skeptis, yang suka mempermainkan orang, khususnya penganut
Deisme yang menyatakan memiliki agama yang alami dan rasional. Kesan dari indera kita,
kata Philo si skeptis, menjadi landasan bagi pengetahuan ilmiah kita, dan kesan ini tidak
memberikan bukti bagi pernyataan bahwa alam semesta ini secara sempurna teratur dan
harmonis, juga tidak menjamin bahwa keteraturan semacam itu akan berlanjut selamanya.
Hume berkata, perhatikan dengan seksama dunia ini dan lihat apakah ini merupakan karya
arsitek yang Maha Kuasa dan Maha Bisa. Jika seorang arsitek menunjukan pada anda
“sebuah rumah atau istana dimana tidak ada satu ruangpun yang layak, dimana jendela, pintu,
tungku, gang, tangga dan keseluruhan bangunan ekonominya merupakan sumber keributan,
kebingungan, kelelahan, kegelapan, dan ekstremnya panas dan dingin, anda tentu akan
menyalahkan alatnya, anda akan mengemukakan pembelaan yakni jika saja arsiteknya
memiliki keahlian dan maksud yang baik, mungkin dia telah membetulkan semua atau
sebagian besar ketidaklayakan ini”. Dalam alam manusia, tambah Hume, apakah anda
menemukan bukti bahwa dunia ini dirancang dengan baik oleh perancang yang baik dan
penyayang?Lalu bagaimana anda menjelaskan kesedihan, rasa sakit, dan kejahatan dalam
kehidupan manusia?Perhatikan sekeliling alam ini, perhatikan lebih dekat makhluk hidup ini
betapa mereka saling menjahati dan merusak, betapa terkutuk dan jahatnya bagi yang melihat
alam yang buta, menyembul dari pengakuan tanpa ada perhatian dan kepedulian, anaknya
yang terluka dan buruk. Dengan ungkapan Hume ini, maka dia sebenarnya telah meragukan
eksistensi akan keberadaan Tuhan itu sendiri karena menurut Hume, eksistensi Tuhan itu
tidak dapat ditangkap lewat kesan pengalaman, sehingga eksistensi tidak dapat diragukannya.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari penjelasan empirisme diatas dapat disimpulkan bahwa empirisme menurut John
Locke dengan teorinya tabula rasa. Bahwa manusia dilahirkan seperti kertas putih,dan
pengalaman inderawilah yang mengisi otak (pikiran) itu( Raiper,2000). Semua
ide,menurutLocke ,berasal dari pengalaman,dan itu itu sendiri dibagi menjadi dua macam,
yaitu:Ide-ide yang berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (externalsentation),
seperti : penglihatan,pendengaran,sentuhan atau rabaan,penciuman,atau rasa yang masuk ke
otak melalui rangsangan pengamatan dunia external.Dalam proses pengamatan,akal budi kita
menurut Locke bersifat pasif,dan hanya menerima rangsangan dunia luar apa adanya .Ide
yang berasal dari pengalaman batin atau internal (internal sense atau reflexion); bila
pengalaman lahir memberi informasi tentang dunia eksternal,maka pengalaman batin
memberi informasi tentang dunia dalam (jiwa).Informasi yang dihasilkan adalah hasil
aktivitas pemikiran (refleksi) atas ide-ide kompleks.
Sedangkan pemikiran hume merupakan penantangan terhadap rasionalisme, terutama
tentang gagasan ide-ide bawaan  yang selalu dijadikan landasan ontologism bagi kaum
rasionalis dalam memahami dunia sebagai satu kesatuan yang berinterrelasi. Hume juga

10
menolak empirisme  dengan mengakui dengan adanya keterbatasan metode empiris itu.
Hume mengemukakan bahwa seluruh ilmu pengetahuan berkaitan denga hakikat
manusia.bahkan, ia menganggap pengengetahuan tentang manusia merupakan pusat seluruh
ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, ia beranggapan bahwa metode-metode ilmu-ilmua
alam/ eksperimen adalah metode yang paling tepat untuk ilmu pengetahuan tentang manusia,
karna metode ini telah dibuktikan keberhasilannya oleh ilmu-ilmu alam (Copleston, 1959)

B.     Saran
Setelah terselesaikannya makalah ini demi menjalankan tugas tentang empirisme dan
juga tidak lupa untuk menambahkan pengetahuan serta memperluas wawasan keilmuan.
Mungkin itu penutup dari makalah yang telah kami buat. Jika ada kesalahan itulah
kekurangan yang kita miliki. Tak lupa kami sampaikan mohon maaf untuk segala
kekurangan. Terimakasih. .Sekian.

DAFTAR PUSTAKA
Hakim,Athang Abdul, Filsafat Umum.(Bandung.Pustaka Setia:2008)268
http://sangperaihimpian.blogspot.com/2012/02/empirisme-thomas-hobbes.html
Lubis,AkhyarYusuf,Filsafat Ilmu: Klasik hinnga Kontemporer.(Jakarta:Kharisma Putra
Utama Offset,2014)118
https://aminulbahri.wordpress.com/2010/10/17/empirisme.david.hume

11

Anda mungkin juga menyukai