Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkatmya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Gagne” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen pada
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Teori Gagne bagi para pembaca terkhususnya bagi para
mahasiswa dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dosen, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan banyak orang.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang kami buat adalah:
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan
sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap
meskipun hanya sementara.
Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar sebab perubahan tingkah laku yang
terjadi dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu sendiri. Dengan demikian
belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar sedangkan
kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku.
Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh
karena itu, teori belajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar.
Teori hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang
faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk
menemukan teori pembelajaran yang efektif.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus,
dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne
juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar,
fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan informasi, Gagne
mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itu
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa (yang belajar)
atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa.
Dalam gambar 2.2 menunjukkan satu Tindakan belajar menurut Gagne. Setiap fase diberi
nama dan dan di bawah masing-masing fase terlihat satu kotak yang menunjukkan proses
internal utama, yaitu kejadian belajar yang berlangsung selama fase itu.
Gambar 2.2: Fase-Fase Belajar Menurut Gagne
Fase motivasi adalah pemberian harapan kepada peserta didik bahwa dengan
belajar mereka akan mendapat “hadiah”. Hadiah disini adalah bahwa pelajaran yang
dipelajari dapat memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan.
Pemberian motivasi memungkinkan peserta didik berusaha mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pemberian motivasi ini dapat dilakukan secara instrinsik/ekstrinsik.
Motivasi instrinsik dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Misalnya seorang
siswa belajar karena ingin mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, ia
akan melakukan aktivitas belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh tanpa harus
ditugaskan dan didorong oleh guru. Motivasi ekstrinsik dapat
mempengaruhi/membangkitkan semangat belajar yang timbul dari luar diri siswa.
Misalnya pemberian motivasi, pengajar menarik perhatian siswa dengan menceritakan
kegunaan materi ajar yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Jika pengajar
mampu menarik perhatian siswa, maka hal itu merupakan pertanda bahwa dalam diri
siswa timbul motivasi atau rasa ingin tahu untuk mempelajari suatu materi pelajaran
yang disajikan oleh pengajar.
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek (short
term memory) ke memori jangka panjang (long term memory). Ini dapat terjadi
melalui pengulangan kembali, praktik, elaborasi, atau lain-lainnya.
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar
konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada
situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer ini dapat ditolong
dengan menyuruh siswa menggunakan informasi yang telah didapat ke dalam situasi
yang berbeda dengan situasi waktu informasi itu didapat. Jadi dalam fase generalisasi
ini peserta didik dapat belajar untuk memanfaatkan informasi yang telah didapat ke
dalam permasalahan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui
penampilan yang tampak. Misalnya setelah mempelajari operasi bentuk aljabar, para
siswa dapat menjumlahkan atau mengurangkan suku-suku sejenis dalam aljabar.
Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Umpan balik ini dapat memberikan reinforcement (penguatan) pada mereka untuk
penampilan yang berhasil.
Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif,
satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima
kategori kapabilitas sebagai berikut :
1. Informasi verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk
mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi
verbal diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya. Informasi ini dapat
diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama generalisasi. Contoh, siswa dapat
menyebutkan dalil Phytagoras yang berbunyi, “pada segitiga siku-siku berlaku
kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi siku-sikunya.
2. Keterampilan Intelektual
Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat
memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Kemampuan-
kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual
menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu, belajar isyarat, belajar
stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar
memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, dan
belajar pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang
paling sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling kompleks belajar
pemecahan masalah.
3. Strategi Kognitif
Kapalilitas Strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan
serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan
sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan
perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingkah laku akibat
kapabilitas strategi kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah
matematika.
4. Sikap Kapabilitas
Sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus
atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada
penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau
tidak. Contoh, seseorang memasuki toko buku yang didalamnya tersedia berbagai
macam jenis buku, bila orang tersebut memiliki sikap positif terhadap matematika,
tentunya sikap terhadap matematika yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut
dalam memilih buku matematika atau buku yang lain selain buku matematika.
5. Keterampilan Motorik
Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita
dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otototot,
serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam
mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah
laku kapabilitas ini. Contoh lain yang lebih sederhana misalnya kemampuan
menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat tadi
untuk membagi sama panjang suatu garis lurus.
Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori Gagne
dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menerapkan teroi Gagne dalam pembelajaran:
1. Mengarahkan Perhatian,
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada
siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting.
Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan
disajikan.
2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran
Dalam hal ini guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan
tujuan pembelajaran. Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran
yang dipelajarinya. Ini sangat penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk
bisa mencapai tujuan pembelajaran.
3. Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan
dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
4. Menyajikan stimulus
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi
pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
5. Memberikan bimbingan kepada siswa,
Pada konsep ini guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya.
Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya.
6. Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk
menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
7. Memberikan balikan
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid
apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
8. Menilai hasil belajar
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk
mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan
beberapa soal.
9. Mengusahakan transfer
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk
menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya
dalam situasi-situasi lain.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut
bersifat menetap meskipun hanya sementara. Komponen- komponen dalam proses
belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S-R. S adalah situasi yang
memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu. Gagne memiliki pandangan
bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu
hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Menurut Gagne, ada tiga
elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang
melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi.
2. Menurut Gagne, belajar melalui delapan fase yaitu: Fase motivasi (Motivation phase),
Fase pengenalan (Apprehending phase), Fase perolehan (Acquisition phase), Fase
retensi (Retention phase), Fase pemanggilan (Recall phase), Fase generalisasi
(Generalization phase), Fase penampilan (Performance phase), Fase umpan balik
(Feedback phase)
3. Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar, yaitu: belajar isyarat (signal
learning), belajar stimulus – respons ( stimulus respons learning), belajar rangkaian
(chaining), asosiasi verbal (verbal assosiation), belajar diskriminasi (discrimination
learning), belajar konsep (concept learning), belajar aturan (rule learning), dan belajar
pemecahan masalah ( problem solving learning).
4. Menurut Gagne, ada lima jenis kapabilitas belajar/hasil belajar. Kelima kategori hasil
belajar tersebut adalah Informasi verbal (Verbal information), Strategi Kognitif
(cognitive strategies), sikap kapabilitas, Keterampilan Motorik (motor skill).
5. Implikasi atau penerapan teori Gagne dapat diterapkan diberbagai bidang
pembelajaran, namun untuk menerapkan teori Gagne harus memenuhi Sembilan
Kondisi Intruksional Gagne yang telah dibahas sebelumnya. Jika ada satu diantara
Sembilan Kondisi Instruksional Gagne yang tidak diterapkan maka teori Gagne gagal
dalam penerapannya.
6. Teori belajar menurut Gagne memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan teori
Gagne yaitu mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran, memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan, cocok untuk melatih
anakanak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, serta dapat
dikendalikan. Sedangkan kekurangan teori belajar menurut Gagne adalah
pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), komunikasi
berlangsung satu arah, hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur, serta
murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
3.2 SARAN
Dari materi yang telah dibahas secara rinci tersebut, kiranya diharapkan agar pemerintah,
masyarakat serta lainnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan lebih mengerti dan
memahami bagaimana terciptanya pendidikan yang baik, yaitu salah satunya dengan
menerapkan teori belajar Gagne agar peserta didik dapat menambah pemahaman mengenai
materi-materi yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA