OLEH
YASIN SEPIAN
NIM. 471 417 032
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT karena atas
hidayah dan rahmat-Nya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Kuliah
Kerja lapangan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu guna memenuhi persyaratan
telah menyelesaikan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan. Selain itu, pembuatan Laporan
ini adalah sebagai bukti dari hasil praktikum lapangan yang telah dilakukan
sebelumnya
Pada kesempatan kali ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam melancarkan pengerjaan laporan ini. Kepada selurah dosen
program stuidi teknik geologi yang telah menemani dan memberi ilmu selama kegiatan
ini berlangsung, , kepada kakak kakak asisten yang telah mendampingi selama di
lapangan. Tak lupa ucapan terima kasih kepada teman-teman Teknik Geologi 2017
seperjuangan yang telah menemani dan membantu selama perkuliahan hingga kegiatan
lapangan.
Saya menyadari laporan ini masih jauh dari dari sempurna. Oleh karenanya saran
dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan. Segala
kekhilafan yang saya lakukan selama penulisan laporan ini agar kiranya dapat
dimaklumi. Yang terakhir saya berharap kedepannya semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Amiin.
Yasin Septian
NIM. 471 417 032
ii
Daftar Isi
Halaman sampul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi .................................................................................................................. iii
DaftarGamba ................................................................................................................ iv
Daftar Tabel ................................................................................................................. v
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................... 3
1.4 Alat dan Bahan ............................................................................................. 3
Bab II Geologi Regional .............................................................................................. 4
Bab III Metode ............................................................................................................ 8
3.1 Metode Pelaksanaan ..................................................................................... 8
3.2 Tahapan Pelaksanaan .................................................................................... 8
Bab IV Hasil Dan Pembahasan .................................................................................. 12
4.1 Hasil Pengamatan Lapangan....................................................................... 12
1. Geomorfologi ........................................................................................... 12
2. Stratigrafi ................................................................................................. 17
3. Struktur Geologi....................................................................................... 24
4.2 Sejarah Geologi .......................................................................................... 25
Bab V Kesimpulan ..................................................................................................... 30
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 32
Lampiran .................................................................................................................... 33
Lampiran 1 Catatan Lapangan ................................................................................... 33
Lampiran 2 Peta Lintasan........................................................................................... 34
Lampiran 3 Peta Gemorfologi .................................................................................... 35
Lampiran 4 Peta Geologi ........................................................................................... 36
Lampiran 5 Kolom Stratigrafi .................................................................................... 37
iii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Daerah Penelitian ................................................. 6
Gambar 2.2 Model Deformasi Pulau Sulawesi Saat ini (Present Time) (Beaudouin,
2003 dalam Bellier dkk, 2006) ................................................................... 7
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian ............................................................. 11
Gambar 4.1 Peta Pola Pengaliran ................................................................................ 12
Gambar 4.2 Kenampakan Sungai V ............................................................................ 13
Gambar 4.3 Kenampakan Sungai U ............................................................................ 14
Gambar 4.4 Sample Batuan Andesit ........................................................................... 18
Gambar 4.5 Sample Batuan Granodiorit ..................................................................... 19
Gambar 4.6 Sampel Batuan Andesit Porfiri ................................................................ 20
Gambar 4.7 Sample Batuan Breksi Vulkanik ............................................................. 21
Gambar 4.8 Sampel Batuan Tuf .................................................................................. 22
Gambar 4.9 Hasil Pengolahan Struktur ....................................................................... 24
Gambar 4.10 Sketsa Perkembangan Sejarah Geologi Daerah Penelitian ................... 25
Gambar 4.11 Sketsa Perkembangan Satuan Andesit Molintogupo ............................ 26
Gambar 4.12 Sketsa Perkembangan Satuan Granodiorit ............................................ 27
Gambar 4.13 Sketsa Perkembangan Satuan Lava porfiri Andesit .............................. 28
Gambar 4.14 V Sketsa Perkembangan Satuan Erupsi GunungApi Pinogu ................ 29
Gambar 4.15 Sketsa Daerah Penelitian Pada Masa Sekarang..................................... 29
Daftar Tabel
iv
Tabel 4.1 Pemerian Satuan Geomorfik Daerah Penelitian ......................................... 15
Tabel 4.2 Kolom Stratigrafi Tidak terukur Daerah Penelitan ..................................... 17
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tujuan akhir dari Kuliah Kerja Lapangan Geologi ini adalah untuk menciptakan
kepekaan dan intuisi terhadap objek geologi yang ada di lapangan. Tujuan yang lain
adalah melatih untuk melakukan penelitian dengan bekerja langsung di lapangan baik
secara mandiri maupun berkelompok sehingga menjadi terampil dalam aplikasinya
pada dunia pertambangan, energi, maupun lingkungan.
Melihat lokasi Indonesia yang begitu strategis, yaitu berada dalam lingkungan
tumbukan 3 lempeng tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan
Lempeng Pasifik, dan juga dilalui oleh jalur cincin gunungapi di dunia, yang
mengakibatkan Indonesia kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam,
panas bumi, batubara, dan mineral-mineral logam ekonomis seperti emas, perak,
tembaga, nikel, timah, dan sebagainya. Jadi, dengan kondisi wilayah yang seperti itu
tentu sangat membutuhkan kemampuan para ahli geologi yang memang berkompeten
di bidang tersebut. Maka, kegiatan Kuliah Kerja Lapangan Geologi ini menjadi sangat
penting diadakan sebagai suatu ajang meningkatkan kompetensi calon-calon ahli
geologi di masa mendatang.
2
• Mampu merekonstruksi sejarah geologi daerah penelitian dan menjelaskan secara
jelas peristiwa geologi yang terjadi hingga menghasilkan morfologi saat ini.
• Mampu memahami perbedaan fisiografi, urutan stratigrafi, dan pola struktur geologi
regional pada beberapa daerah yang berbeda
• Memahami perbedaan kondisi geologi regional pada daerah-daerah dengan tatanan
tektonik yang berbeda untuk menentukan sejarah geologi serta potensi sumber daya
geologi positif dan negatif di wilayah tersebut.
3
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1 Geomorfologi Regional
Terdapat tiga zona fisiografis utama yang ada di Gorontalo. Zona
fisiografis yaitu pembagian bentangalam berdasarkan batuan dan struktur geologi. Tiga
zona fisiografis tersebut menurut Brahmantyo, 2009 yaitu Zona Pegunungan Utara
Telongkabila-Boliohuto, Zona Dataran Interior Paguyaman-Limboto dan Zona
Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-Modello.
Zona Pegunungan Utara Tilongkabila – Boliohito yaitu zona yang umumnya
terdiri dari formasi-formasi batuan gunung api berumurMiosen – Pliosen (kira-kira 23
juta hingga 2 juta tahun yang lalu). Batuan yang terdapat pada zona ini umumnya
terdiridari batuan beku intermedier hingga asam dan batuan sedimenter yang
bersumber dari gunungapi.
Batuan beku intermedier hingga asam merupakan batuan-batuan intrusif yang
terdiri dari diorit, granodiorit, dan beberapa granit. Sedangkan batuan sedimenter yang
bersumber dari gunung api terdiri dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.
Zona Dataran Interior Paguyaman-Limboto yang merupakan zona kedua adalah
cekungan di tengah-tengah Provinsi Gorontalo. Dataran Interior Paguyaman-Limboto
merupakan dataran yang cukup luas yang terbentang dari Lombongo sebelah timur
Kota Gorontalo, menerus ke Danau Limboto, hingga Paguyaman, dan Botulantio di
sebelah barat. Zona Dataran Interior Paguyaman-Limbototerletak antara pegunungan
utara dan selatan sehingga terlihat dengan jelas sebagai pembagi antara kedua zona
pegunungan tersebut. Dataran Interior Paguyaman – Limboto merupakan cekungan
yang diduga dikontrol oleh struktur patahan normal.
Zona ketiga adalah zona Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-Modello.
Formasi batuan penyusun zona Pegunungan Selatan Bone – Tilamuta –
Modelloumumnya terdiri dari formasi-formasi batuan sedimenter gunungapiberumur
Eosen – Oligosen (sekitar 50 juta hingga 30juta tahun yang lalu) dan intrusi-intrusi
diorit, granodiorit, dan granit berumur Pliosen. Batuan gunungapi tua di Gorontalo
4
umumnya terdiri dari lava basalt,lava andesit, breksi,batu pasir dan batu lanau,
beberapa mengandung batu gamping yang termetamorfosis (Brahmantyo, 2009).
5
Endapan Pantai (QPL) tersusun atas material sedimen berupa pasir, lempung,
lumpur, kerikil, dan kerakal berumur Holosen.
Gambar 2.1 Peta geologi regional daerah penelitian (Apandi dan Bachri, 1997).
6
Subduksi Laut Sulawesi di bawah Lengan Utara Sulawesi membentuk prisma
akresi sepanjang palung Sulawesi Utara dan beberapa struktur pada Lengan Utara
Sulawesi termasuk perkembangan zona sesar mendatar Gorontalo. Berdasarkan
analisis citra radar dan citra SPOT yang dilakukan oleh Surmont dkk 1994), morfologi
Bagian Tengah Lengan Utara Sulawesi dikontrol oleh struktur geologi yang kompleks
dengan adanya zona sesar-sesar mendatar utama yang telah diidentifikasi.
Gambar 2.2 Model deformasi Pulau Sulawesi saat ini (present time)
(Beaudouin, 2003 dalam Bellier dkk, 2006).
7
BAB III
METODE
8
sistem penamaan litostratigrafi tidak resmi. Sedangkan pengambilan sampel litologi
yang representatif dimaksudkan untuk keperluan analisis petrologi,
3. Pengukuran unsur - unsur struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian berupa
bidang perlapisan batuan sebanyak 11 data, bidang aliran lava yang membentuk kekar
berlembar sebanyak 37 data, kekar gerus (shear fracture) sebanyak 76 data. Data
kekar berlembar dan kekar gerus tersebut, kemudian dianalisis dengan metode
proyeksi stereografi dan dihubungkan dengan kondisi pola struktur regional untuk
membantu menginterpretasi mekanisme pembentukan struktur di daerah penelitian.
3.2.3 Tahap Analisis dan Pengolahan Data
Tahap analisis dan pengolahan data dilakukan di laboratorium dan studio.
Tahap ini didukung dengan studi pustaka dan diskusi dengan dosen pembimbing.
Analisis laboratorium yang dilakukan adalah:
1. Analisis Petrologi
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui komposisi mineral dan jenis batuan
serta karakteristik batuan secara megaskopis. Daerah penelitian dikuasai oleh batuan
vulkanik dan piroklastik, sehingga untuk batuan vulkanik berupa lava bertekstur
porfiritik digunakan klasifikasi Tavis (1955), sedangkan endapan batuan piroklastik
digunakan klasifikasi dari Fisher (1966) dan Schmid (1981).
2. Analisis Struktur Geologi
Berdasarkan pendekatan geometri, analisis ini meliputi analisis deskriptif,
kinematika dan dinamika (Sapiie dan Harsolumakso, 2006). Klasifikasi sesar yang
digunakan yaitu berdasarkan hubungan antara jenis sesar dan pola tegasan (stress)
bekerja menurut Anderson (1905). Kemudian diinterpretasi mekanisme
pembentukan struktur dengan pendekatan melalui mekanisme simple shear yang
dimodifikasi dari Wilcox dkk (1973) dalam Wallace (1985) dan dihubungkan
dengan kondisi pola struktur regional.
Tahap pengolahan data dilakukan di studio, tahap ini meliputi pembuatan
peta lintasan, peta geomorfologi, peta geologi dan struktur geologi daerah
penelitian skala 1 : 25000. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan komputer
yang dibantu perangkat lunak geosains berupa streonet, , dan ArcGIS 10.4.
9
3.2.4 Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini memuat hasil analisis dan pengolahan data lapangan, dan
studio. Selain itu, dimuat juga luaran berupa peta lintasan, peta geomorfologi, peta
geologi dan struktur geologi 1 : 25000. Selanjutnya hasil di atas ditulis dalam
laporan
10
Tahap
Persiapan Persiapan Alat Lapangan dan Bahan
Tahap
Pendahuluan
Observasi dan
Lapangan
Penelitian
Laporan
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai
yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar
(patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola
dari struktur kekar dan patahan.
Pola pengaliran dendrtik adalah suatu pola aliran yang terbentuk oleh lereng yang
curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran
sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang
sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng
dengan kemiringan lereng yang seragam.
2.Stadia Sungai
Berdasarkan pengamatan di lapangan, stadia sungai pada daerah penelitian dapat
digolongkan menjadi sungai berstadia muda hingga dewasa. Sungai berstadia muda
dicirikan dengan kemampuan mengkikis alurnya secara vertikal dengan penampang
sungai berbentuk ‘V’, aliran deras, tubuh sungai sempit dan tidak dijumpai adanya
dataran banjir serta mempunyai kelerengan yang cukup terjal
13
Sungai stadia dewasa dicirikan oleh adanya endapan-endapan tengah sungai,
tubuh sungai lebar, penampang sungai berbentuk ‘U’ yang mengindikasikan erosi
lateral lebih berperan dari erosi vertikal dan membentuk morfologi dataran yang cukup
luas sehingga dataran banjir sudah mulai terbentuk di sekitar tubuh sungai ini
14
dan Bandono (2006) beserta dengan karakteristik morfografi, morfometri dan
morfogenetik dari setiap satuan geomorfik.
Satuan ini dapat dijumpai pada bagian timur laut dan barat daya daerah
penelitian, luas satuan menempati 30 % dari luas wilayah daerah penelitian. Pemerian
nama satuan ini salah satunya berdasarkan morfografi sebagian besar berada pada
perbukitan dengan pola kontur menyerupai aliran lava. Pola lereng secara umum
mengarah relatif barat laut – tenggara dengan relief curam, dengan kontur tertinggi
hampir mencapai 400 m dari permukaan laut. Pada satuan ini dijumpai pola aliran
dendritik dan lembah berbentuk V.
2. Satuan Perbukitan Intrusi
Satuan dapat dijumpai pada bagian selatan daerah penelitian. Luas satuan ini
menempati 10 persen dari luas wilayah daerah penelitian. Satuan ini dicirikan dengan
kontur perbukitan berbentuk melingkar serta kontur terjal dengan ketinggian mencapai
hampir 300 mdpl. Pada satuan ini dijumpai morfostruktur pasif berupa intrusi magma
yang membantuk batuan beku intrusif
15
3. Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik
Satuan ini dapat dijumpai pada bagian selatan daerah penelitian, luas satuan ini
mencakupi, 15 % dari luas wilayah daerah penelitian. Pemerian nama satuan ini salah
satunya berdasarkan morfografi sebagian besar perbukitan memanjang dengan pola
kontur menyebar, pola lereng mengarah ke barat laut – tenggara dengan ketinggian
mencapai hampir mencapai 200 m dari permukaan laut, sedangkan untuk relief
berlereng curam dan lembah berbentuk V – U. Pada satuan ini dijumpai morfostruktur
pasif berupa aliran material gunungapi, sedangkan tingkat untuk pelapukan dan erosi
menunjukan level sedang.
4. Dataran Aliran Piroklastik
Satuan ini dicirikan dengan pola kontr renggang dan memiliki relief berupa
dataran hingga berlereng agak miring membentuk dataran rendah. Litologi satuan ini
didominasi oleh batuan piroklastik berupa tuf dan tuf lapilli.
Pola aliran sungai pada satuan ini tidak menunjukkan suatu pola. Sungai- sungai
pada satuan ini memiliki lembah berbentuk “U” pada umumnya dengan pola saluran
yang hampir sejajar dan berkelok mencirikan kontrol litologi kurang resisten. Proses
endogen yang mempengaruhi pembentukan satuan ini adalah proses pembentukan
dataran gunungapi masa lalu. Proses eksogen yang mempengaruhi satuan ini berupa
pelapukan, erosi lateral, dan erosi vertikal jarang dijumpai.
5. Dataran Aluvial
Satuan ini dicirikan oleh pola kontur yang relatif renggang dan agak
bergelombang. Litologi penyusun satuan ini yaitu endapan aluvial, setempat sudah
mulai terkonsolidasi tetapi umumnya berupa material lepas berukuran pasir hingga
kerakal yang diendapkan pada channel bar dan point bar, dataran banjir sudah mulai
nampak. Pola aliran sungai pada satuan ini tidak menunjukkan suatu pola. Sungai-
sungai pada satuan ini memiliki lembah berbentuk “U” dengan aliran sungai berkelok
namun belum memperlihatkan perkembangan hingga menjadi meander, hal ini
mengindikasikan kontrol litologi tidak resisten membentuk satuan ini sehingga gejala
proses endogen tidak terlihat. Proses eksogen yang mempengaruhi satuan ini berupa
pelapukan, erosi secara lateral dan sedimentasi hingga pengendapan sekarang
16
4.1.2 Stratigrafi
Penamaan satuan stratigrafi pada daerah penelitian mengacu pada Sandi
Stratigrafi Indonesia (1996) dengan sistem penamaan litostratigrafi tidak resmi, yaitu
penentuan satuan batuan (unit litologi) yang didasarkan pada ciri-ciri litologi yang
dapat diamati di lapangan dengan melihat jenis litologi, kombinasi jenis batuan,
keseragaman batuan dan gejala-gejala lain pada tubuh batuan di lapangan, serta pada
umumnya sesuai dengan Hukum Superposisi dan Potong Memotong.
Berdasarkan hal tersebut di atas, terutama dengan melihat serta mempelajari
hubungan antar satuan yang berlainan ciri litologinya kemudian dijadikan dasar
sebagai pembeda satuan, maka stratigrafi daerah penelitian jika diurutkan dari tua ke
muda yaitu: satuan andesit molintogupo, satuan granodiorite,satuan lava porfiri
andesit, satuan breksi vulkanik, satuan tuf, dan satuan endapan aluvial.
17
1 Satuan Andesit Milintogupo
Satuan ini menempati 15 % dari daerah penelitian. Satuan ini
tersebar di bagian barat daya daerah penelitian. Berdasarakan pengamatan megaskopis
batuan penyusun pada satuan ini memiliki ciri berwarna abu abu gelap , tekstur afanitik,
equigranular, holohialin , massif, dan beberapa tempat dijumpai vein kalsit.
Berdasarkan hasil pengamatan singkapan dan analisis petrologi satuan ini
merupakan produk dari gunungapi bilungala. Penentuan umur satuan ini mengacu pada
peta geologi regional lembar kotambagu oleh apandi & bachri, yang dimana
berdasrakan satuan ini terbentuk akibat aktivitas GunungApi Bilungala yang berumur
miosen tengah sampai pliosen awal, sehingga satuan ini dapat dikesebandingkan
dengan formasi Batuan GunungApi Bilungala (Tmbv)
18
.2 Satuan Granodiorit
Satuan ini menempati sekitar 5% dari luas daerah penelitian. Satuan ini
tersebar di bagian selatan daerah penelitian. Berdasarkan pengamatan megaskopis
batuan ini memiliki ciri berwarna putih kecoklatan, fanerik, massif , iquigranular,
holokristalin , subhedral – anhedral, mineral penyusun berupa plagioklas, kuarsa,
orthoklas, biotit. Setempat dijumpai vein kalsti.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis petrologi satuan ini
terbentuk akibat magma yang menerobos batuan sekitarnya. Penentuan umur satuan ini
mengacu pada peta geologi regional lembar kotambagu oleh apandi & bachri, yang
dimana satuan ini disetarakan dengan formasi batuan Diorit Bone (Tmb) yang dimana
formasi ini menerobos formasi Batuan GunungApi Bilungala (Tmbv) dan diperkirakan
formasi ini berumur plistosen.
19
2. Satuan Lava Porfiri Andesit
Satuan ini menempati sekitar 30% dari luas daerah penelitian. Satuan ini tersebar
di bagian utara dari daerah penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan batuan penyusun
satuan ini memiliki ciri berwarna abu – abu dengan bitnik hitam atau putih , massif ,
porfiritik, inequigranular, hipokristalin, mineral penyusun plagioklas, piroksen,
hornblend, biotit
Berdasarkan ciri singkapan dan hasil pengamatan megaskopis diketahui bahwa
satuan lava porfiri andesit ini merupakan produk erupsi efusif Gunungapi Pinogu.
Penentuan umur satuan ini mengacu pada peta geologi regional lembar kotambagu oleh
apandi & bachri maka satuan ini berasal dari aktivitas Gunungapi Pinogu yang
merupakan aktivitas gunungapi paling muda di Gorontalo yaitu berumur Pliosen Akhir
hingga Pleistosen sehingga dapat disebandingkan dengan Batuan Gunungapi Pinogu
(TQpv) yang tersusun atas tuf, tuf lapili, breksi, dan lava umumnya andesit piroksen.
20
3. Satuan Breksi Vulkanik
Satuan ini menempati sekitar 5% dari luas daerah penelitian. Satuan ini tersebar
di bagian timur daerah penelitian. Berdasarkan pengamatan megaskopis Satuan breksi
piroklastik ini terutama tersusun oleh breksi piroklastik dan di beberapa lokasi
pengamatan dijumpai tuf. Breksi vulkanik berwarna abu - abu kehitaman, ukuran butir
kerikil - bongkah, menyudut hingga menyudut tanggung, pemilahan sedang, kemas
terbuka, matriks supported, kekompakkan baik, porositas buruk, fragmen polimik.
Berdasarkan pengamatan lapangan dan analisis petrologi diketahui bahwa satuan
breksi piroklastik ini merupakan piroklastik aliran hasil erupsi Gunungapi Pinogu
karena sortasinya yang relatif buruk. Penentuan umur satuan ini mengacu pada peta
geologi regional lembar kotambagu oleh apandi & bachri maka satuan ini berasal dari
aktivitas Gunungapi Pinogu yang merupakan aktivitas gunungapi paling muda di
Gorontalo yaitu berumur Pliosen Akhir hingga Pleistosen sehingga dapat
disebandingkan dengan Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv) yang tersusun atas tuf, tuf
lapili, breksi, dan lava umumnya andesit piroksen.
21
4. Satuan Tuf
Satuan ini menempati kurang lebih 30 % dari luas daerah penelitian. Satuan ini
tersebar d bagian selatan sampai barat daya daerah penelitian. Satuan ini tersusun atas
litologi tuf dan tuf lapilli. Berdasarkan pengamatan secara megaskopis tuf berwarna
putih bintik hitam dan kuning, secara umum berukuran halus hingga sedang, terdapat
fragmen kristal diantara butiran halus berupa silika, felspar dan pirit serta pecahan gelas
vulkanik berwarna hitam dengan bentuk membulat hingga membulat tanggung, semen
non karbonat, pemilahan buruk.
Berdasarkan kondisi singkapan di lapangan dan hasil pengamatan petrologi
diketahui bahwa satuan tuf ini merupakan piroklastik aliran hasil erupsi Gunungapi
Pinogu karena sortasinya yang relatif buruk dan singkapan jarang ditemui di daerah
tinggian. Penentuan umur satuan ini mengacu pada peta geologi regional lembar
kotambagu oleh apandi & bachri maka satuan ini berasal dari aktivitas Gunungapi
Pinogu yang merupakan aktivitas gunungapi paling muda di Gorontalo yaitu berumur
Pliosen Akhir hingga Pleistosen sehingga dapat disebandingkan dengan Batuan
Gunungapi Pinogu (TQpv) yang tersusun atas tuf, tuf lapili, breksi, dan lava umumnya
andesit piroksen.
22
5. Satuan Endapan Aluvial
Satuan ini menempati sekitar 15 % dari lokasi penelitian. Berdasrkan
pengamatan lapangan satuan ini tersusun dari material lepas berupa andesit,
granodiorite, granit, breksi vulkanik berukuran kerikil sampai kerakal, pasir tersusun
atas pecahan batuan, mineral mafik, kuarsa, plagioklas, ortoklas serta sebagian pasir
bersifat besian dan sedikit lempung. Satuan endapan aluvial merupakan satuan termuda
yang tersingkap di daerah penelitian. Satuan ini berumur Kuarter yang diketahui dari
proses pengendapan yang masih berlangsung hingga saat ini. Berdasarkan bentuk butir
yang membulat hingga membulat tanggung, hal ini dapat mengindikasikan bahwa
endapan ini sudah berada jauh dari sumbernya dan diendapkan pada lingkungan danau.
Satuan ini mengerosi satuan - satuan dibawahnya yang disebabkan oleh proses
pengendapan aluvial yang masih terus berlangsung hingga saat ini, sehingga hubungan
satuan batuan ini tidak selaras dengan satuan batuan yang lebih tua.
23
4.1.3 Struktr Geologi
Struktur kekar pada daerah penelitian berupa kekar gerus (shear joint),
Kenampakan kekar gerus di lapangan ditunjukan dengan adanya bidang lurus dan rata,
berpasangan, dan memperlihatkan gejala menggerus. Tujuan dari pengukuran kekar di
lapangan untuk mengetahui arah umum kekar dan mengetahui tegasan utama dari kekar
tersebut.
Hubungan antara pola tegasan dan bentuk kekar, dimana tegasan utama maximum
(σ1) membagi sudut lancip yang dibentuk oleh kedua shear joint, sedangkan tegasan
utama minimum (σ3) membagi sudut tumpul yang dibentuk oleh shear joint dan
tegasan utama menengah (σ2) berada pada pusat perpotongan shear joint. Data kekar
yang diambil dari lapangan kemudian dianalisis dengan menggunakan aplikasi dips.
Dari hasil pengolahan data struktur berupa kekar gerus dengan kedudukan umum
N150°E/78°NW dan N65°E/58°NE menghasilkan pola arah tegasan yang
mengakibatkan deformasi tektonik pada lava porfiri andesit sebagai berikut: σ1 =
10°,N260°E, σ2 = 69°,N177°E dan σ3 = 6°,N31°E, sehingga dapat diinterpretasikan
gaya yang bekerja pada struktur ini relatif barat timur.
24
4.2 Sejarah Geologi
Sejarah geologi daerah praktikum dimulai pada miosen awal. Proses tektonikn
Sulawesi menyebakan terjadi beberapa kejadian , salah satunya tersingkapnya batuan
diorite ke permukaan akibat penunjaman laut Sulawesi yang terjadi di lengan utara
Sulawesi. Peristiwa ini juga memunculkan peristiwa peristiwa gunungapi seperti
gunungapi bilungala, gunungapi pinogu dan terendapakannya beberpa material
vulkanisme dan sedimentasi.
25
Pada kala miosen terjadi aktivitas vulkanik yaitu terjadinya leutsan effusive
GunungApi Bilungala dan menghasikan satuan Andesit Molintogupo yang terbentuk
di zona proksi. Berdasrakan hasil pengamatan lapangan satuan ini merupakan satuan
tertua di daerah penelitian sehingga satuan ini diperkirakan berumur miosen tengah –
miosen akhir.
Gambar 4.11 sketsa perkembagan satuan andesit Molintogupo pada kala miosen
26
Gambar 4.12 sketsa perkembangan satuan Granodiorit pada kala pliosen
Pada kala Pliosen Akhir terjadi letusan efusif Gunungapi Pinogu dan
menghasilkan produk berupa satuan lava porfiri andesit yang terbentuk di zona proksi.
Satuan ini disetarakan dengan formasi Batuan gunungApi Pinogu sehingga
diperkirakan satuan ini berumur Pliosen Akhir
27
gambar 4.13 sketsa perkembangan satuan lava porfiri andesit pada kala pliosen
28
Gambar 4.14 Sketsa erupsi GunungApi Pinogu pada kala Plistosen
29
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, analisis-analisis yang telah
dilakukan, serta pengkajian pustaka,maka dapat diambil kesimpulan,yaitu:
1. Geomorfologi daerah Lompoto dan sekitarnya, dibagi menjadi tiga satuan, yaitu
perbukitan aliran lava ,Perbukitan Intrusi, perbukitan aliran piroklastik, Dataran Aliran
Piroklastik dan dataran aluvial. Pola pengaliran sungai yang berada di daerah penelitian
adalah Dendritik dan Rektangular. Stadia daerah penelitian termasukdalam stadia
muda menjelang dewasa yang ditunjukkan oleh ditemukannya lembah sungai
berbentuk"U" dan"V", proses erosi dan pelapukan tinggi sampai rendah
2. Stratigrafi daerah Lompoto dan sekitarnya, dibagi menjadi enaam satuan dengan sistem
penamaan litostratigrafi tidak resmi, dari tua ke muda, yaitu satuan Andesit
Molintogupo yang berumur Miosen dan disetarakan dengan formasi Batuan
GunungApi Bilungala, satuan Granidiorit yang berumur Pliosen akhir dan disetarakan
dengan formasi Diorit Bone, satuan Lava Porfiri Andesit berumur Pliosen Awal yang
dietarakan dengan formasi Batuan GunungApi Pinogu, satuan breksi vulkanik yang
berumur Plisotosen akhir – Plistosen tengah dan disetarakan dengan Batuan
GunungApi Pinogu, satuan Tuf yang berumur plistosen awal dan distarakan dengan
Batuan GunungApi Pinogu, dan satuan alluvial berumur holosen dan disetarakan
dengan formasi Endapan Danau.
3. Struktur geologi daerah Lompoto dan sekitarnya berupa kekar yang merupakan bukti
proses tektonik tumbukan busur Sulawesi dengan lempeng banggai sula dan
penunjaman laut Sulawesi di lengan utara pulau Sulawesi yang mengakibatkan
perputaran busur serarah jarum jam.
4. Sejarah geologi daerah lompoto dan sekitarnya dimulai dari kala miosen sampai
holosen. Aktivitas Vulkanisme pada kala miosen yaitu proses erupsi GunungApi
Bilungala Menyebabkan terbentuknya satuan Andesit Molintgupo. Aktivitas
magmatisme pada kala Plistosen menyebabkan magma menerobos batuan sekitar
menjadi penyebab terbentuknya satuan Granodiorit. Aktivias erupsi GunungApi
Pinogu pada kala Pliosen Akhir – plistosena awal menyebabkan terbentuknya satuan
30
Lava Porfiri Andesit, satuan Breksi Vulkanik, dan satuan Tuf. Kemudian pada masa
holosen terjadi pelapukan, erosi dan sedimentasi yang menyebabkan terbentuknya
satuan endapan alluvial.
31
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, T. dan S. Bachri. 1997. Peta geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi skala
1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung
Beaudouin, T., O. Bellier, dan M. Sébrier. 2003. Champs de contrainte et de
déformation actuels de la région de Sulawesi (Indonésie): implications
géodynamiques. Bull. Soc. Géol. Fr 174: 305-317.
Bellier, O., M. Sebrier., D. Seward., T. Beaudouin., M. Villeneuve, dan E. Putranto.
2006. Fission track and fault kinematics analyses for new insight into the Late
Cenozoic tectonic regime changes in West-Central Sulawesi (Indonesia).
Tectonophysics 413:201-220.
Brahmantyo, B. dan Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk
Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan
Ruang. Jurnal Geoaplika 1(2):071-078.
Fisher, R. V. 1961. Proposed Classification of Volcaniclastic Sediments and Rocks.
Geological Society of America Bulletin 72:1409-1414.
Sapiie, B. dan A. H. Harsolumakso. 2006. Prinsip Dasar Geologi Struktur. Institut
Teknologi Bandung Press. Bandung.
Schmid, R. 1981. Descriptive nomenclature and classification of pyroclastic deposits
and fragments: Recommendations of the IUGS Subcommission on the
Systematics of Igneous Rocks. Journal of Geological Society of America 9:41-
43.
Surmont, J., C. Laj., C. Kissal., C. Rangin., H. Bellon, dan B. Priadi. 1994. New
paleomagnetic constraints on the Cenozoic tectonic evolution of the North Arm
of Sulawesi, Indonesia. Earth and Planetary Science Letters 121:629-638.
Travis, R. B. 1955. Classification of Rocks. Colorado School of Mines. Golden
Colorad
32
LAMPIRAN
33
LAMPIRAN 2 PETA LINTASAN
34
LAMPIRAN 3 PETA GEOMORFOLOGI
35
LAMPIRAN 4 PETA GEOLOGI
36
LAMPIRAN 5 KOLOM STRATIGRAFI
37