Anda di halaman 1dari 18

EFEKTIVITAS ACTIVE LOWER RANGE OF MOTION DAN BRISK

WALKING TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN


DIABETES MELITUS DI PERSADIA RS PANTI WILASA CITARUM
SEMARANG

Rudita Dewi Astuti*), Medina Sianturi**), Rahayu Astuti***)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Elisabeth Semarang
***) Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan gangguan metabolik ditandai oleh naiknya kadar
glukosa dalam darah atau (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh kerusakan pada sekresi insulin
sehingga tubuh kekurangan insulin. Pada orang Diabetes, latihan fisik (olah raga) dapat
mengurangi tingkat kadar gula darah. Salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan adalah Active
Lower Range Of Motion dan Brisk Walking. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan efektivitas Active Lower Range Of Motion dan Brisk Walking terhadap penurunan
kadar Glukosa Darah pasien Diabetes Melitus. Desain penelitian ini menggunakan quasi
experimental dengan rancangan pre test-post test design dengan teknik pengambilan sample
simple random sampling, dengan 30 responden, dibagi menjadi 15 responden yang diberi
perlakuan Active Lower Range Of Motion dan 15 responden yang diberi perlakuan Brisk
Walking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Active Lower Range Of Motion terdapat
selisih mean 20.10 mg/dl, sedangkan pada responden yang diberi Brisk Walking terdapat selisih
mean 10.90 mg/dl, sehingga dapat disimpulkan bahwa selisih mean pada kelompok yang diberi
Active Lower Range Of Motion lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang diberi Brisk
Walking. Hasil uji statistik mann whitney didapatkan p-value sebesar 0,004 (<0.05) dengan
demikian Active Lower Range Of Motion lebih efektif dari pada Brisk Walking terhadap
penurunan kadar glukosa darah pasien Diabetes Melitus di Persadia RS Panti Wilasa Citarum.
Pasien Diabetes Melitus disarankan untuk menggunakan Active Lower Range Of Motion karena
terbukti lebih efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus.

Kata Kunci : Active Lower Range Of Motion, Brisk Walking, kadar glukosa darah, Diabetes
Melitus

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a set of metabolic disorders characterized by elevated levels of


glucose in the blood or (hyperglycemia) caused by damage to insulin secretion so the body lacks
of insulin. For Diabetes Patients, physical exercise can reduce blood sugar levels. One of the
physical exercises that can be done is Active Lower Range Of Motion and Brisk Walking. This
research aims to find out the difference of effectiveness of Active Lower Range Of Motion and
Brisk Walking towards the reduction of Blood Glucose level of Diabetes Mellitus patient. The
research design of this research uses quasi experimental with pre test-post test design with
sampling technique simple random sampling, there are 30 respondents, they are divided into two,
15 respondents are given Active Lower Range Of Motion treatment and the rest 15 respondents
are given Brisk Walking treatment. The result of the research show that in Active Lower Range
Of Motion, there is a difference of mean 20.10 mg/dl, while in the respondents with Brisk
Walking treatment, there is a difference of mean 10.90 mg/dl, then it can be concluded that the
difference of mean in group with Active Lower Range Of Motion treatment is higher than group
with Brisk Walking treatment. The mann whitney statistical test got that p-value 0,004 (<0.05).
therefore Active Lower Range Of Motion is more effective than Brisk Walking towards
reduction of blood glucose level of Diabetes Mellitus patients in Persadia Panti Wilasa Citarum
Hospital Semarang. Diabetes Mellitus patients are suggested to apply Active Lower Range Of
Motion because it is proved to reduce blood glucose level.

Keywords : Active Lower Range Of Motion, Brisk Walking, blood glucose level, Diabetes
Mellitus
PENDAHULUAN pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih rendah
dibanding tahun 2011(0,09%). Prevalensi
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang tertinggi adalah Kabupaten Semarang
sering membuka jalan bagi penyakit- sebesar 0,66% (Profil Kesehatan Jawa
penyakit yang lain untuk menghuni tubuh Tengah, 2012, hlm.37).
manusia, selain itu Diabetes melitus juga
sering di juluki sebagai “pembunuh diam- Diabetes Melitus secara klinis terdapat dua
diam yang jahat” (the silent killer) (Nabyl, tipe, yaitu Diabetes Melitus tipe 1 yang
2009, Hlm.11). Diabetes melitus merupakan disebabkan pankreas mengalami kerusakan
sekumpulan gangguan metabolik atau suatu dan tidak dapat menghasilkan insulin,
kelainan heterogen yang ditandai oleh sehingga kekurangan insulin secara absolut
naiknya kadar glukosa dalam darah atau akibat proses autoimun dan Diabetes
(hiperglikemia) yang diakibatkan karena Melitus tipe 2 yang disebabkan oleh
akibat kerusakan pada sekresi insulin atau berbagai faktor seperti genetik dan pengaruh
kerja insulin sehingga tubuh kekurangan lingkungan yang cukup besar dalam
insulin (Padila, 2012, hlm.1; Smeltzer& menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus
Bare, 2014, hlm.211). tipe 2, antaralain obesitas dan kurang gerak
badan. Gejala khas yang sering dialami
Prevalensi Diabetes Melitus di indonesia penderita Diabetes Melitus seperti sering
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar haus (Polidipsi), mudah lapar (Polifagi),
(Riskesdas) tahun 2013 berdasarkan sering buang air kecil pada malam hari,
wawancara adalah 2,1%, lebih tinggi turunnya berat badan, poliuri (Nabyl, 2009,
dibanding tahun 2007 (1,1%). Riskesdas hlm.20-37).
juga melaporkan bahwa dua provinsi yang
mengalami penurunan yaitu Papua Barat dan Komplikasi yang sering dialami pada pasien
Nusa Tengara Barat. (Riskesdas, 2013, Diabetes melitus antara lain katarak,
hlm.97). penyakit ginjal, penyakit jantung, hipertensi,
gangguan penglihatan, gangguan pembuluh
Data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah darah gatal seluruh badan, infeksi bakteri
(2012) Prevalensi Diabetes Mellitus kulit, stroke, rasa kesemutan pada tungkai
tergantung insulin di Provinsi JawaTengah serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak
dengan pengobatan lazim (Padila, 2012, merupakan efek yang menetap atau
hlm.4).Diabetes Melitus dapat memberikan berlangsung lama, oleh karena itu olahraga
dampak terhadap kualitas sumber daya harus dilakukan secara rutin (Mardani &
manusia, maka perlu dilakukan program Sitompul, 2013, hlm.75).
pengendalian Diabetes Melitus. Pengelolaan
Diabetes Melitus meliputi 5 prinsip yaitu, Salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan
penyuluhan, perencanaan diet, latihan fisik adalah Active Lower Range of Motion
(Olah Raga), terapi farmakologis dan (ROM Aktif). Active Lower Range of
pemantauan glukosa darah (Hasdianah, Motion merupakan latihan pergerakan sendi
2012,hlm.40-44). oleh individu secara aktif dan mandiri yang
dilakukan semaksimal mugkin tanpa
Gaya hidup kurang bergerak dikaitkan menimbulkan nyeri (Widyawati, 2015,
dengan peningkatan resiko untuk gula darah hlm.44). Active Lower Range of Motion
tinggi dan Diabetes. Pada orang Diabetes, dapat menurunkan kadar glukosa darah pada
Latihan fisik (Olah Raga) mengurangi pasien Diabetes Melitus dan telah ada
tingkat gula darah (Hasdianah, 2012. penelitian tentang hal tersebut seperti
hlm.54). Olah Raga merupakan hal yang penelitian yang dilakukan oleh Lukita,
penting dilakukan oleh pasien Diabetes (2016); Someita, Adiatmika & Sumarni,
Melitus dalam menangani peningkatan kadar (2013).
glukosa dalam darah. Olah raga pada
Diabetes Melitus tipe 2 berperan utama Penelitian yang dilakukan oleh Lukita,
dalam pengaturan kadar glukosa darah. (2016) dengan judul “Pengaruh Range Of
Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin Motion (ROM) Aktif kaki terhadap resiko
(insulin-like effect). Permeabilitas membran terjadinya ulkus kaki diabetik pada pasien
terhadap glukosa meningkat pada otot yang Diabetes Melitus tipe 2” dan penelitian yang
berkontraksi. Pada saat berolahraga dilakukan oleh Someita, Adiatmika
resistensi insulin berkurang, sebaliknya &Sumarni, (2013) dengan judul “Pengaruh
sensitivitas insulin meningkat, hal ini Active Assistive Range of motion terhadap
menyebabkan kebutuhan insulin pada kadar gula darah 2 jam post prandial pada
diabetisi tipe 2 akan berkurang. Respon ini pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2”
dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata Terapi Brisk Walking sangat mudah
ROM Aktif kaki dapat memberikan dilakukan bagi orang yang tidak memiliki
beberapa manfaat seperti dapat melancarkan banyak waktu karena Brisk Walking tidak
sirkulasi darah pada kaki terhadap resiko memerlukan latihan yang khusus. Brisk
ulkus kaki diabetik pada klien Diabetes Walking merupakan kegiatan yang sangat
Mellitus tipe 2 dan dapat menurunkan kadar sederhana karena tidak memerlukan
gula darah 2 jam post prandial pada pasien perlengkapan yang mahal selain itu
Diabetes Melitus tipe 2.Selain itu, salah satu berapapun usia dapat melakukan kegiatan
senam yang dapat dilakukan adalah Brisk ini. Brisk walking dapat dilakukan pada pagi
Walking. hari atau pun sore hari tergantung waktu
yang dimiliki (Maulana, 2012,¶2).
Brisk Walking adalah jalan cepat, yaitu
berjalan lebih cepat daripada kecepatan
berjalan normal dengan waktu yang sudah Berjalan cepat akan memicu timbulnya
ditentukan serta dalam jarak tertentu. hormon endofrin yang akan memberikan
Terdapat beberapa manfaat kesehatan yang efek senang dan bahagia. Hal ini akan
dapat di dapatkan ketika melakukan mampu melepaskan stress dan ketegangan
kegiatan ini salah satunya yaitu dapat mental (depresi). Berjalan cepat juga bisa
mengurangi resiko diabetes (Maulana, membuat kita terhindar dari penyakit dan
2012,¶1). dapat mengontrol gula darah pada penderita
Diabetes. Kadar gula akan bekerja di setiap
Penelitian yang dilakukan oleh Indah, Fenny jaringan sel tubuh, dan tidak terkonsentrasi
&Rosa (2013) yang berjudul “Pengaruh dalam darah. Aktivitas gerak akan
olahraga jalan cepat 30 menit terhadap memperlancar system peredaran darah
penurunan kadar glukosa darah pada (Yana, 2015, ¶9).
penderita Diabetes Melitus tipe 2”bahwa
Brisk Walking dapat memberikan manfaat Sedangkan pada gerakan Active Lower
kesehatan seperti dapat menurunkan kadar Range Of Motion pasien hanya
glukosa darah pada penderita Diabetes menggunakan tungkai untuk menggerakkan
Melitus tipe 2. setiap sendi pada ekstremitas yang akan
meningkatkan gerakan aktif pada tubuh
(Berman, Snyder & Kozier, 2009, hal.299). Panti Wilasa Citarum Semarang. Dalam
Sehingga gerakan ini lebih menghemat penelitian ini teknik sampling yang
energy yang di butuhkan di bandingkan digunakan adalah sampling jenuh yaitu
dengan gerakan Brisk Walking yang seluruh angota persadia sebanyak 30 pasien
memerlukan banyak energi karena seluruh yang menderita Diabetes Melitus.
angota tubuh ikut bergerak.
Penelitian ini dilaksanakan di Persadia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
mengetahui EfektifitasActive Lower Range Semarang pada tanggal 18 April 2017
Of Motion dan Brisk Walking terhadap sampai dengan 27 April 2017. Jumlah
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes sampel yang diperoleh pada penelitian ini
Melitus di Persadia Rumah Sakit Panti sebanyak 30 responden.
Wilasa Citarum Semarang.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN berupa Glucometer dan lembar observasi
penilaian kadar glukosa darah. Glucometer
Desain penelitian ini menggunakan Quasi digunakan untuk mengukur kadar glukosa
experimen dengan rancangan pretest-post darah, sedangkan lembar observasi penilaian
test design menurut Riyanto (2011, hlm.60) kadar glukosa darah berisi (nama inisial,
merupakan penelitian yang menguji coba Usia, jenis kelamin, pekerjaan) dan hasil
suatu intervensi pada sekelompok subyek kadar glukosa darah pre-test dan post-test
dengan atau tanpa kelompok pembanding hari ke 3.
namun tidak dilakukan randomisasi untuk
memasukan subyek kedalam kelompok Analisis univariat pada penelitian ini yaitu
perlakuan atau kontrol. Perbedaan hasil post jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan
test pada kedua kelompok disebut sebagai pekerjaan data dalam bentuk kategorik.
pengaruh perlakuan lebih dari satu Sedangkan hasil pengukuran kadar glukosa
kelompok yang berbeda. darah sebelum dilakukan dan sesudah
dilakukan Active Lower Range Of Motion
Populasi dalam penelitian adalah 30 pasien dan Brisk Walking termasuk dalam data
Diabetes Melitus di Persadia Rumah Sakit numerik.
normal maka menggunakan uji unpaired t-
Analisis bivariat digunakan untuk test. Untuk mengetahui perbedaan
membuktikan hipotesa penelitian Active efektivitas Active Lower Range Of Motion
Lower Range Of Motion lebih efektif dan Brisk Walking dilakukan uji normalitas
terhadap penurunan kadar glukosa darah terlebih dahulu karna data berdistribusi tidak
dibandingkanBrisk Walking. Sebelum uji normal maka menggunakan uji mann
statistic dilakukan, peneliti melakukan uji whitney.
normalitas. Uji normalitas yang digunakan
adalah uji Shapiro wilk karena jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN
responden sebanyak 30 responden. Pada 1. Distribusi frekuensi responden
kelompok Active Lower Range Of Motion berdasarkan jenis kelamin, usia,
data berdistribusi tidak normal maka pendidikan dan pekerjaan dapat
menggunakan uji Wilcoxon. Sedangkan pada dilihat di tabel 1.
kelompok Brisk Walking data berdistribusi
Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik responden pada pasien Diabetes Melitus di Persadia
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum pada bulam April 2017
(n=30)

Intervensi Active
Lower Range Of Intervensi Brisk Walking
Karakteristik Responden
Motion
f % F %
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 1 6.7 2 13.3
2. Perempuan 14 93.3 13 86.7
Jumlah 15 100.0 15 100.0
Usia
1. 46-55 4 26.7 3 20.0
2. 56-65 4 26.7 5 33.3
3. ≥66 7 46.7 7 46.7
Jumlah 15 100.0 15 100.0
Pendidikan
1. SD 4 26.7 1 6.7
2. SMP 3 20.0 2 13.3
3. SMA 6 40.0 8 53.3
4. Perguruan Tinggi 2 13.3 4 26.7
Jumlah 15 100.0 15 100.0
Pekerjaan
1. Pelajar
2. Buruh Tani
3. PNS 1 6.7 1 6.7
4. Swasta 1 6.7 1 6.7
5. Wirausaha 1 6.7 1 6.7
6. TNI/Polri
7. Pensiunan/Tidak
bekerja 12 80.0 12 80.0
Jumlah 15 100.0 15 100.0
metabolism glukosa darah dalam
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui tubuh menjadi terganggu (setiadi,
hasil distribusi frekuensi berdasarkan et al., 2014, hlm.1422).
karakteristik responden yang b. Distribusi frekuensi berdasarkan
meliputi jenis kelamin, usia, usia hasil menunjukkan bahwa
pendidikan dan pekerjaan adalah pada kelompok yang diberikan
sebagai berikut: intervensi Active Lower Range
a. Distribusi frekuensi berdasarkan Of Motion maupun yang diberi
jenis kelaminhasil menunjukkan intervensi Brisk Walking,
sebagian besar responden sebagian besar responden berusia
berjenis kelamin perempuan. ≥65 tahun. Pada kelompok Active
Untuk intervensi Active Lower Lower Range Of Motion, yang
Range Of Motion, yang berjenis berusia ≥ 65 tahun berjumlah 7
kelamin perempuan berjumlah 14 responden (46.7%) dan pada
responden (93.3%) sedangkan kelompok Brisk Walking, yang
untuk intervensi Brisk Walking, berusia ≥ 65 tahun berjumlah 7
yang berjenis kelamin responden (46.7%).
perempuan berjumlah 13 Semakin bertambahnya usia
responden (86.7%). semakin rentan seseorang
Perempuan lebih beresiko menderita Diabetes melitus.
mengalami peningkatan kadar Penderita Diabetes melitus
glukosa darah. Perempuan yang terbanyak pada usia lebih dari 40
berusia lanjut terjadi gangguan tahun keatas, karena pada usia
toleransi glukosa akibat tersebut seseorang mengalami
menurunnya sekresi insulin oleh penurunan fungsi metabolisme
sel beta pancreas. Karena tubuh yang berhubungan dengan
menurunnya sensitivitas reseptor metabolism glukosa yang
insulin menyebabkan proses disebabkan karena resistensi
insulin. Resistensi insulin dengan pendidikan akhir SMA
mengakibatkan penurunan reaksi yaitu 8 responden (53.3).
metabolise intra sel. Hal tersebut d. Distribusi frekuensi responden
mengakibatkan sel beta tidak berdasarkan pekerjaan dapat
dapat menjaga keseimbangan diketahui pada kelompok yang
insulin sehingga kadar glukosa diberi perlakuan Active Lower
darah meningkat. Peningkatan ini Range Of Motion, sebagian besar
berlanjut karena hati tidak dapat responden dengan status
menyimpan glukosa sebagi pekerjaan pensiun/tidak bekerja
glikogen tanpa kadar insulin berjumlah 12 responden (80.0).
yang cukup. Penurunanreaksi sedangkan pada kelompok yang
metabolisme sel sehingga sel diberikan intervensi Brisk
beta tidak dapat menjaga Walking, responden yang
keseimbangan insulin sehingga merupakan pension/tidak bekerja
mengakibatkan meningkatnya berjumlah 12 responden (80.0).
kadar glukosa darah.
c. Distribusi frekuensi responden 2. Kadar Glukosa Darah
berdasarkan pendidikan dapat a. Kadar Glukosa Darah sebelum
diketahui pada kelompok yang dan sesudah dilakukan Active
diberi intervensi Active Lower Lower Range Of Motion.
Range Of Motion, responden Distribusi frekuensi kadar
dengan pendidikan akhir SMA glukosa darah sebelum dan
memiliki jumlah yang lebih besar sesudah dilakukan Active Lower
yaitu 6 responden (40.0). Range Of Motion digambarkan
Sedangkan pada kelompok yang dalam tabel berikut:
diberi intervensi Brisk Walking,
sebagian besar adalah responden
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi kadar glukosa darah sebelum dan sesudah dilakukan Active
Lower Range Of Motion pada pasien Diabetes Melitus di Persadia RS Panti
Wilasa Citarum
pada bulan April 2017
(n=30)
mean Median SD
Pre Active Lower Range Of 201.00 191.00 46.927
Motion
Post Active Lower Range Of 157.00 157.00 37.009
Motion
Berdasarkan data pada table 4.2 dapat Motion, nilai mean167.00 median
diketahui bahwa pada kelompok yang 157.00 dengan standar deviasi 37.009.
diberikan perlakuan Active Lower
Range Of Motion, sebelum dilakukan b. Kadar Glukosa Darah Sebelum dan
Active Lower Range Of Motion, nilai Sesudah dilakukan Brisk Walking
mean 201.00, median 191.00 dengan Distribusi frekuensi kadar glukosa darah
standar deviasi 46.927. Setelah sebelum dan sesudah dilakukan Brisk
dilakukan Active Lower Range Of Walking digambarkan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi kadar glukosa darah sebelum dan sesudah dilakukan Brisk
Walking pada pasien Diabetes Melitus
di Persadia RS Panti Wilasa Citarum
pada bulan April 2017
(n=30)

Mean median SD
Pre Brisk Walking 217.40 213.00 41.305
Post Brisk Walking 197.87 193.00 41.710
Berdasarkan data pada table 4.3 dapat mg/dl, median 193.00 dengan standar
diketahui bahwa pada kelompok yang deviasi 41.710.
diberikan perlakuan Brisk Walking,
sebelum dilakukan Brisk Walking, nilai c. Rerata penurunan kadar glukosa darah
Mean sebesar 217.00 mg/dl, median pada kelompok yang diberi intervensi
213.00 dengan standar deviasi 41.305. Active Lower Range Of Motion dan
Setelah dilakukan Active Lower Range kelompok Brisk Walking digambarkan
Of Motion, nilai Mean sebesar 197.87 dalam tabel berikut:
Tabel 4.4
Rerata penurunan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus
di Persadia RS Panti Wilasa Citarum pada bulan April 2017
(n=30)
Variabel Mean Median SD
Active Lower Range Of 33.86 33.00 13.527
Motion
Brisk Walking 19.53 19.00 10.218
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui Intervensi Active Lower Range Of
bahwa selisih meankadar glukosa darah Motion
pada kelompok yang mendapat Sebelum mengetahui hasil analisis data
perlakuan Active Lower Range Of untuk memperoleh gambaran kadar
Motion adalah 33.86 dengan median glukosa darah sebelum dan sesudah
33.00 danstandar deviasi diberikan Active Lower Range Of
13.527.Berdasarkan tabel diatas juga Motion, terlebih dahulu dilakukan uji
diperoleh hasil bahwa selisih mean normalitas data menggunakan uji
kadar glukosa darah pada kelompok Shapiro wilk, hasil menunjukkan bahwa
yang mendapat perlakuan Brisk data berdistribusi tidak normal dimana
Walking adalah 19.53 dengan median p-value ≤ 0,05. Karena data berdistribusi
19.00 dan standar deviasi 10.218. tidak normal maka mengunakan uji
Wilcoxon, seperti yang tergambar pada
3. Perbedaan Kadar Glukosa Darah tabel dibawah ini:
Sebelum dan Sesudah diberikan
Tabel 4.6
Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah diberikan Active Lower Range
Of Motion pada pasien Diabetes Melitus Persadia
RS Panti Wilasa Citarum pada bulan April 2017
(n=30)

Sebelum Setelah Positif Negative


Intervensi Ties p-value
Mean Mean ranks ranks
Active Lower
Range Of 201.00 167.13 0 15 0 0,001
Motion

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui sebesar 167.13 mg/dl. Positif ranks
bahwa sebelum dilakukan Active didapatkan hasil 0 hal ini menunjukkan
Lower Range Of Motion, nilai mean bahwa tidak ada responden yang
sebesar 201.00 mg/dl, sedangkan mengalami peningkatan kadar glukosa
setelah dilakukan Active Lower Range darah setelah dilakukan intervensi.
Of Motion, terjadi penurunan kadar Sedangkan pada Negative ranks
glukosa darah dimana nilai mean didapatkan hasil 15 hal ini
menunjukkan bahwa responden yang kebutuhan terhadap glukosa menjadi
mengalami penurunan kadar glukosa meningkat dan saat otot berkontraksi
darah sebanyak 15 responden atau akan terjadi peningkatan penyerapan
dengan kata lain semua responden glukosa didalam otot yang akan
mengalami penurunan kadar glukosa berdampak pada penurunan kadar
darah. Ties bernilai 0 hal ini berarti glukosa dalam darah (Ilyas, 2013,
semua responden mengalami penurunan hlm.33).
kadar glukosa darah.
4. Perbedaan Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan uji Wilcoxon, didapatkan Sebelum dan Sesudah diberikan
Z score sebesar -3.409 dan p-value Intervensi Brisk Walking
sebesar 0.001 (<0.05) ini menunjukan Sebelum mengetahui hasil analisis data
ada perbedaan secara bermakna untuk memperoleh gambaran kadar
penurunan kadar glukosa darah sebelum glukosa darah sebelum dan sesudah
dan sesudah dilakukan Active Lower diberikan Brisk Walking, terlebih
Range Of Motion. dahulu dilakukan uji normalitas data
menggunakan uji Shapiro wilk, hasil
Saat melakukan gerakan Active Lower menunjukkan bahwa data berdistribusi
Range Of Motion otot berkontraksi normal dimanap-value> 0,05. p-value
sehingga akan menyebabkan sebelum dilakukan Brisk Walking yaitu
peningkatan aliran darah yang 0.224 dan nilai p-value setelah
menyebabkan jala-jala kapiler terbuka dilakukan Brisk Walking yaitu 0.215,
sehingga lebih banyak reseptor insulin Karena data berdistribusi normal maka
yang aktif (Ernawati, 2013, hlm.50). dilakukan uji paired t-test disajikan
Saat reseptor insulin aktif kebutuhan dalam tabel dibawah ini:
energy menjadi meningkat sehingga
Tabel 4.6
Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah diberikan Brisk Walking pada
pasien Diabetes Melitus Persadia RS Panti Wilasa
Citarum pada bulan April 2017
(n=30)

Sebelum Sesudah
Intervensi p-value
X ±SD X ±SD
Brisk Walking 217.40±41.305 197.87±41.710 0.000
cepat dan lambat, jalan cepat
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diselingi jalan lambat. Latihan yang
diketahui bahwa berdasarkan hasil berirama seperti jalan cepat dapat
penelitian menunjukkan bahwa membuat otot-otot berkontraksi dan
rerata kadar glukosa pada kelompok relaksasi secara teratur. Pada otot
Brisk Walking sebelum dilakukan yang bekerja, lebih sensitif terhadap
intervensi adalah 217.40 mg/dl, kerja insulin sehingga penyerapan
setelah dilakukan intervensi rerata glukosa menjadi lebih banyak (Atun,
kadar glukosa mengalami penurunan 2010, hlm 51-52).
menjadi 197.87 mg/dl. Berdasarkan
hasil paired t-test didapatkan p- 5. Perbedaan Efektifitas Active Lower
value0.000 (<0.05) sehingga dapat Range Of Motion danBrisk Walking
disimpulkan bahwa ada perbedaan Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
yang signifikan penurunan kadar Darah
glukosa darah sebelum dan sesudah Uji beda dua kelompok independent
diberikan Brisk Walking pada pasien yang digunakan dalam penelitian ini
Diabetes Melitus di Persadia Rumah adalah uji mann whitney testdengan
Sakit Panti Wilasa Citarum. tujuan untuk mengetahui perbedaan
Latihan fisik seperti berjalan dan penurunan kadar glukosa darah
jalan cepat dapat menurunkan berat antara kelompok Active Lower
badan dan memperbaiki sensitivitas Range Of Motion danBrisk Walking.
insulin, sehingga memperbaiki Oleh karena data berdistribusi tidak
kendali glukosa darah. Hal ini normal maka digunakan uji mann
sebaiknya disesuaikan dengan umur whitneyuntuk mengetahui efektivitas
dan status kesegaran jasmani. Prinsip Active Lower Range Of Motion
latihan jasmani yang dilakukan danBrisk Walking terhadap
sebaiknya yang berkesinambungan, penurunan kadar glukosa darah pada
misalnya jalan cepat 30 menit, maka pasien Diabetes Melitus di Persadia
pasien harus melakukannya selama Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum,
30 menit dengan interval latihan dapat dilihat pada tabel berikut:
dilakukan selang-seling antara gerak
Tabel 4.7
Efektivitas Active Lower Range Of Motion danBrisk Walking terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus
di Persadia RS Panti Wilasa Citarum pada bulan April 2017
(n=30)

Intervensi N Mean Z p-value


Active Lower Range Of 15 20.10 -2.866 0.004
Motion
Brisk Walking 15 10.90
Lower Range Of Motion dan Brisk
Berdasarkan tabel 4.7 dapat Walking.
diketahui bahwa hasil penelitian Gaya hidup kurang bergerak
menunjukkan bahwa selisih mean dikaitkan dengan resiko peningkatan
pada kelompok Active Lower Range kadar glukosa darah. Olahraga
Of Motionyaitu 20.10 mg/dl, memiliki peran penting dalam
sedangkan kelompok Brisk Walking pengaturan kadar glukosa darah.
mendapat selisih mean 10.90 mg/dl, Salah satunya adalah aktivitas fisik
sehingga dapat disimpilkan bahwa dalam bentuk senam. Active Lower
selisih mean pada kelompok yang Range Of Motionmampu
diberi Active Lower Range Of memperbaiki sirkulasi darah dan
Motion lebih tinggi dibandingkan merangsang sirkulasi darah sehingga
kelompok yang diberiBrisk Walking. nutrisi ke jaringan menjadi lebih
Hasil uji statistik pemberian kedua lancar (Suratun, et al., 2008,
intervensi terhadap penurunan kadar hlm.172).
glukosa darah pada pasien Diabetes Saat melakukan aktivitas fisik terjadi
Melitus di Persadia Rumah Sakit peningkatan sensitivitas insulin hal
Panti Wilasa Citarum dengan ini terjadi karena pada saat
menggunakan uji mann berolahraga Blood Flow (BF)
whitneydidapatkan p-value sebesar meningkat,yang menyebabkan jala-
0.004 (<0.05) dengan nilai Z score jala kapiler terbuka menyebabkan
sebesar 2.866, dengan demikian ada banyak reseptor insulin menjadi
perbedaan antara efektivitas Active aktif. Saat kerja otot menjadi
meningkat, maka mampu
menghasilkan energy panas sehingga (217.40 mg/dl) dengan, dengan nilai
metabolism tubuh meningkat dalam mean kadar glukosa darah setelah
proses pembakaran lemak dan dilakukan Brisk Walking, terjadi
penghantaran glukosa dalam sel penurunan kadar glukosa darah
menjadi lancar sehingga kadar gula dimana nilai mean sebesar (197.87
darah dapat menurun (Ilyas, mg/dl) dengan. Berdasarkan uji
2013,hlm.33-34). paired t-test, di dapatkan p-value
sebesar 0.00 (<0.05) makadapat
KESIMPULAN disimpulkan bahwa ada perbedaan
1. Ada perbedaan gula darah yang secara bermakna penurunan kadar
bermakna nilai mean kadar glukosa glukosa darah sebelum dan sesudah
darah sebelum dilakukan Active dilakukan Brisk Walking.
Lower Range Of Motionyaitu 3. Ada perbedaan yang bermakna nilai
(201.00 mg/dl), dengan nilai mean mean antara kelompok Active Lower
kadar glukosa darah setelah Range Of Motionyaitu (20.10 mg/dl)
dilakukan Active Lower Range Of dengan kelompokBrisk Walking
Motion terjadi penurunan kadar yaitu(10.90 mg/dl), sehingga dapat
glukosa darah dimana nilai mean disimpulkan bahwa selisih mean
sebesar (167.13 mg/dl) dengan pada kelompok Active Lower Range
selisih. Berdasarkan hasil uji Of Motion lebih tinggi dibandingkan
wilcoxon didapatkan p-value sebesar kelompok Brisk Walking. Hasil uji
0.001 (<0.05) sehingga dapat statistik menggunakan uji mann
disimpulkan ada perbedaan yang whitney didapatkan p-value sebesar
signifikan penurunan kadar glukosa 0.004 (<0.05) dengan nilai Z score -
darah sebelum dan sesudah diberikan 2.866, dengan demikian ada
Active Lower Range Of Motion pada perbedaan efektivitas Active Lower
pasien Diabetes Melitus di Persadia Range Of Motion dan Brisk Walking
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. terhadap penurunan kadar glukosa
2. ada perbedaan yang bermakna nilai darah, dimana Active Lower Range
mean kadar glukosa darah sebelum Of Motion lebih efektif dibandingkan
dilakukan Brisk Walking yaitu dengan Brisk Walking untuk
menurunkan kadar glukosa darah
pada pasien Diabetes Melitus di
Persadia Rumah Sakit Panti Wilasa 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Citarum. Peneliti selanjutnya diharapkan
menambahkan waktu intervensi
SARAN sehingga memperoleh pengaruh yang
Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti lebih besar dan menambah jumlah
menyarankan: sampel penelitian. Selain itu, peneliti
1. Bagi Unit Pelayanan Kesehatan selanjutnya lebih memperhatikan
Active Lower Range Of Motion dapat faktor-faktor perancu seperti
diaplikasikan dalam praktek memperhatikan frekuensi setiap
keperawatan dengan melakukan responden sehingga hasilnya menjadi
latihan secara rutin 3 kali seminggu, tidak berbeda sehingga dapat
dengan frekuensi waktu 30 menit diketahui apakah penurunan kadar
tiap latihan, dengan demikian dapat glukosa darah pada responden terjadi
memberikan hasil yang maksimal karena intervensi yang diberikan atau
untuk menurunkan kadar glukosa karena faktor perancu.
darah. Selain itu dapat dilakukan
secara mandiri di rumah. DAFTAR PUSTAKA
2. Bagi Instansi Pendidikan Atun, M. (2010). Diabetes Melitus
Memahami, Mencegah, dan
Bagi calon tenaga kesehatan
Merawat Penderita Penyakit Gula.
diharapkan diiberi bekal yang cukup Yogyakarta: Kreasi Wacana.
dan berkesinambungan mengenai
Berman, A., Snyder, S., Kozier, B & Erb, G.
aktivitas fisik serta penatalaksanaan (2009). Buku Ajar Praktik
non medis bagi pasien Diabetes Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
Melitus seperti Active Lower Range
Ernawati. (2013). Penatalaksanaan
Of Motion dan Brisk Walking tetapi Keperawatan Diabetes Mellitus
lebih di sarankan untuk yang Active Terpadu dengan Penerapan Teori
Keperawatan Self Care Orem.
Lower Range Of Motion lebih efektif Jakarta: Mitra Wacana Media
sehingga dapat diaplikasikan di unit
Hasdianah, H.R. (2012). Mengenal Diabetes
pelayanan kesehatan. Mellitus Pada Orang Dewasa dan
Anak-anak Dengan Solusi Herbal. Nabyl, RA. (2009). Cara Mudah Mencegah
Yogyakarta: Nuha Medika. dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta: Aulia Publishing
Ilyas, E.I. (2013). Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu: Panduan Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha
Bagi Dokter dan Edukator. Cetakan Medika.
kesembilan. Edisi kedua, Jakarta:
Badan Penerbit FKUI. Profil kesehatan jawa tengah. 2012. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Indah, F.R,. (2013).Pengaruh olahraga http://www.depkes.go.id/
jalan cepat 30 menit terhadap resources/download/profil/PROFIL_
penurunan kadar glukosa darah KES_PROVINSI_2012/13_Profil_K
pada penderita Diabetes Mellitus es.Prov.JawaTengah_2012.pdf
tipe 2. diperoleh pada tanggal 11 maret
http://eprints.ums.ac.id/25583/1/3._H 2016
ALAMAN_JUDUL.pdf diperoleh
tanggal 6 Desember 2016 Riskesdas.(2013). Riset Kesehatan
Dasar.http://www.depkes.go.id/reso
Lukita, Y.I. (2016). Pengaruh Range Of urces/
Motion (ROM) Aktif kaki terhadap download/general/Hasil%20Riskesda
resiko terjadinya ulkus kaki diabetik s%202013.pdfdiperoleh tanggal 6
pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 Desember 2016
di desa kaliwining kecamatan
rambipuji kabupaten jember. Riyanto, R. (2011). Aplikasi Metodologi
http://repository.unej.ac.id/bitstream/ Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
handle/123456789/76381/Yulfa%20I Nuha Medika
ntan%20Lukita%20-
%20122310101034%20-
1.pdf?sequence=1 diperoleh tanggal Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
6 Desember 2016 Penulisan Riset Keperawatan.
Edisi.2. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mardani, R.A, & Sitompul, Y. (2013).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Smeltzer, C.S. (2014). Keperawatan
Terpadu. Edisi 2.Jakarta: Badan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
Penerbit FKUI
12. Jakarta: EGC
Maulana, R.(2012). Manfaat dari Brisk Someita, M, Adiatmika, P.G,&Sumarni, M.
Walking. (2013). Pengaruh Active Assistive
http://indotopinfo.com/manfaat-dari- Range of motion terhadap kadar
brisk-walkingwalking.htmdiperoleh gula darah 2 jam post prandial pada
tanggal 16 Desember 2016 pasien dengan Diabetes Melitus tipe
2 di RSUD Sanjiwani.
http://ojs.unud.ac.id/
index.php/coping/article/view/10835 Yana, Y. (2015). 15 Manfaat jalan cepat
diperoleh tanggal 6 Desember 2016 untuk diet bagi kesehatan.
Manfaat.co.id.
Suratun, Heryati, Manurung & Raenah. http://manfaat.co.id/15-manfaat-
(2008). Seri Asuhan Keperawatan jalan-cepat-untuk-diet-bagi-
Klien Gangguan Sistem kesehatan di akses pada tanggal 31
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC januari 2017

Widyawati, I.Y.(2015). Praktikum Sistem


Endokrin Metabolik II. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai