1588 2299 1 PB
1588 2299 1 PB
pada usia tua gangguan skizoafektif tipe berpakaian kurang rapi dan perawatan diri
depresif lebih sering sedangkan untuk usia buruk. Pasien diantar oleh keluarganya ke
muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe Rumah Sakit Jiwa (RSJ) karena gaduh gelisah.
bipolar. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif Keluhan ini dimulai sejak 2 minggu sebelum
kemungkinan menunjukkan perilaku masuk rumah sakit dan semakin memberat.
antisosial. Insidensi skizoafektif lebih besar Sebelumnya pasien pernah mengalami
pada wanita dibandingakn dengan pria. Pada keluhan serupa tahun 2005 silam dan dirawat
wanita yang menikah lebih besar insidensiny di RSJ Bandar Lampung. Sejak 2 bulan sebelum
daripada wanita yang belum menikah. masuk rumah sakit (SMRS) pasien tidak
Meskipun prevalensi pada wanita lebih tinggi pernah kontrol ataupun minum obat. Riwayat
dibandingkan dengan pria, namun angka prenatal, masa kanak dan remaja pasien tidak
remisi pada wanita lebih baik dibandingkan didapatkan informasi. Pasien menempuh
dengan pria.1,2 pendidikan SMA dan saat ini pekerjaan pasien
Orang yang menderita skizofrenia atau adalah petani membantu orang tua. Pasien
gangguan schizoafektif mungkin sangat rentan belum menikah dan merupakan seorang yang
terhadap masalah yang terkait penilaian tertutup. Dalam keluarga pasien, adik kandung
karena beberapa alasan. Pertama, gangguan memiliki keluhan yang sama dan pernah
kognitif yang berhubungan dengan gangguan dirawat di RSJ Bandar Lampung.
skizofrenia atau schizoafektif mungkin Sejak tahun 2005, pasien mulai tampak
membuatnya sulit untuk mengontrol perilaku curiga pada orang lain, merusak barang-
mereka.4 barang di pasar, dan berbicara sendiri. Pasien
Skizoafektif terjadi penurunan fungsi kemudian menjalani pengobatan hingga
kognitif yang lebih parah dibandingkan sekarang. Pasien selama pengobatan tidak
dengan gangguan jiwa yang terkait mood pernah kambuh-kambuhan. Tetapi setalah 2
lainnya seperti gangguan jiwa bipolar. bulan akibat putus obat ini pasien mulai
Penurunan fungsi kognitif dapat meliputi muncul lagi gejala-gejala suka marah-marah
fungsi memori dan atensi lebih parah terjadi dan gelisah.
pada skizoafektif dibandingkan dengan Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
gangguan bipolar.5 hipertensi, diabetes mellitus, riwayat trauma
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya kapitis / sakit berat / penurunan kesadaran /
dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya kejang. Pasien memiliki kebiasaan merokok
skizofrenia dan gangguan afektif bersama- namun tidak pernah mengkonsumsi narkoba,
sama menonjol pada saat yang bersamaan, minuman keras dan sebagainya.
atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, Pasien merupakan anak keenam dari
dalam episode yang sama. Sebagian diantara sembilan bersaudara. Sejak lahir tinggal
pasien gangguan skizoafektif mengalami bersama orangtua dan saudaranya di
episode skizoafektif berulang, baik yang tipe Pringsewu. Sejak lahir hingga dewasa pasien
manik, depresif atau campuran keduanya.6 tidak sulit dalam hal pendidikan, bersosialisasi
Pengobatan pada skizoafektif terdiri dari maupun beragama. Ia hidup dalam keluarga
pengobatan secara psikofarmaka dan yang memiliki status ekonomi yang kurang,
psikoterapi. Farmakoterapi yang digunakan kedua orang tuanya bekerja sebagai petani.
adalah risperidon 2 x 4 mg, fluoxetin 1 x 10 Saat ini ayah pasien sudah meninggal. Dia
mg. Pengobatan harus sesuai dengan tipe atau hidup berdua dengan ibu pasien yang sudah
episode skizoafektif yang terjadi. Karena tua. Saudara pasien sudah menikah semua
episode skizoafektif sangat membedakan dan punya anak. Saudara tinggal satu daerah
pemberian obat yang akan diberikan. Pada dan sering mengunjungi pasien dan ibu
keadaan manik akan obat antimanik dan pada pasien. Adik kandung pasien mengalami
saat depresif akan diberikan antidepresif, keluhan yang sama dengan pasein dan pernah
tetapi terapi skizofrenia pun tetap harus dirawat di RS. Data genetik menyatakan
diberikan.7,8 bahwa sanak saudara derajat pertama dari
penderita gangguan depresi berat
Kasus kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar
Pasien Zn, 34 tahun, petani, daripada sanak saudara derajat pertama
berpenampilan sesuai dengan usianya, cara subyek kontrol untuk penderita gangguan.
Pada pasien tidak diketahui secara jelas (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya riwayat gangguan suasana perasaan anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada
yang pernah dialami oleh keluarga pasien. 9 pemeriksaan status mental pasien didapatkan
Pemeriksaan status mental pasien gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
didapatkan kesadaran compos mentis, sikap dan visual. Sedangkan, pada anamnesis
pasien kooperatif selama wawancara, akatisia mengenai riwayat penyakit pasien, didapatkan
ditemukan. Kontak mata dengan pemeriksa gangguan isi pikir berupa waham-waham yang
baik. Pasien berbicara spontan, lancar, mendukung. Keluhan pasien ini sudah
intonasi sedang, volume kurang, kualitas berlangsung selama lebih dari 1 bulan dan
cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup. Mood dapat memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia
pasien hipotimik dengan afek terbatas dan (F2) berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
tidak serasi serta empati yang tidak bisa Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III. Pada
diraba rasakan. Pada persepsi pasien pemeriksaan, didapatkan halusinasi auditorik
didapatkan halusinasi auditorik dan visual. dan visual serta waham-waham yang
Bentuk pikiran tidak realistik, arus pikir menyertai.11 Pada anamnesis riyawat perjalan
asosiasi longgar, produktivitas baik, penyakit pasien, diketahui bahwa pasien
kontinuitas baik, dan tidak didapatkan memiliki riwayat gangguan psikiatri
hendaya berbahasa. Pada isi pikir terdapat sebelumnya. Pada pasien dengan faktor
waham kejar, waham kebesaran, delusion of keturunan akan menberikan dampak yang
control, delusion of influsion, thought of signifikan terhadap penyakitnya.12
insertion. Pada penilaian fungsi kognitif, daya Pasien sempat dirawat selama 2 bulan
konsentrasi baik, orientasi waktu, tempat dan di RSJ Bandar Lampung kemudian dipulangkan
orang baik, daya ingat jangka segera, pendek, dan rajin kotrol dan minum obat. Kemudian
menengah dan panjang baik. Penilaian pasien setelah 2 bulan ini pasien tidak meminum
dalam norma sosial tidak terganggu, uji daya obat karena keluarga tidak memperhatikanya
nilai terganggu. Pasien tidak merasa dirinya sehingga timbul waham, halusinasi auditorik
sakit dan secara keseluruhan pernyataan dan visual positif serta mood hipotimik dan
pasien dapat dipercaya. afek terbatas yang menonjol yang muncul
Dari pemeriksaan fisik dan laboratorium bersamaan dalam satu episode. Pada kasus
tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien ini ini, untuk masalah diagnosis masih menjadi
mendapatkan terapi yaitu farmakoterapi perdebatan,13 tetapi dilihat dari afek hipotimik
berupa Risperidon 2x2 mg per oral dan dan gejala skizofrenia yang terjadi satu
Fluoxetin 1x10 mg per oral, serta trihesifenedil episode maka bisa dibuat diagnosis
2x2 mg. Pasien juga mendapat psikoterapi skizoafektif tipe depresif (F25.1).10 Diagnosis
untuk mendapatkan faktor pencetus atau banding pasien ini adalah gangguan afektif
stressor. bipolar, episode kini depresif berat dengan
gejala psikotik(F31.5), karena pasien telihat
Pembahasan mood dan afek yang menurun.10,11
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan
terhadap pasien ini ditemukan adanya pada pasien tidak ditemukan kelainan pada
gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna masa anak-anak hingga remaja. Pasien
serta menimbulkan suatu distress sanggup sekolah hingga SMA dan tidak pernah
(penderitaan) dan disability (hendaya) dalam tinggal kelas. Kemudian tidak melanjutkan ke
pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, jenjang yang lebih tinggi karena alasan
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini ekonomi yang kurang mampu. Hal ini dapat
mengalami gangguan mental.10 menyingkirkan diagnosis retardasi mental
Berdasarkan data-data yang didapat (F.70). Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Oleh
rekam medik, tidak ditemukan riwayat karena itu dapat disimpulkan pada aksis III
demam tinggi atau kejang yang terjadi tidak ada diagnosis.10,11
sebelumnya ataupun kelainan organik.10,11 Sejak 2 bulan terakhir, pasien tidak
Hal ini dapat menjadi dasar untuk pernah kontrol ke RSJ ataupun minum obat.
menyingkirkan diagnosis gangguan mental Pasien juga merupakan pribadi yang tertutup.
organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis
7. Cascade E, Kalali AH, Buckley P. 17. Cipriani A, et al. Sertraline versus other
Treatment of schizoaffective disorder. antidepressive agents for depression.
Psychiatry (Edgmont). 2009; 6(3):15–7. Cochrane Database Syst Rev; 2014.
8. Utama, H. Buku ajar psikiatri. Jakarta: 18. Neal MJ. Depresi . Dalam: At a glance
Fakultas Kedokteran Universitas farmakologi medis. Edisi ke-4. Jakarta:
Indonesia; 2013. Penerbit Erlangga; 2008.
9. Lubis, NL. Depresi tinjauan psikologis. 19. Susilowati S. Penyidikan efek samping
Jakarta: Kencana Prenada Media Group; haloperidol dan chlorpromazine : studi
2009. kasus pada pasien rawat inap Rumah Sakit
10. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo
rujukan ringkas DGJ-III. Jakarta: Fakultas Semarang periode 2005. Semarang:
Kedokteran Atmajaya; 2003. Fakultas Farmasi Universitas Wahid
11. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Hasyim; 2005.
psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010. 20. Jarut YM, Fatimawali, Wiyono WI.
12. Marcovic J, Plestic S, Kostic J. Concordant Tinjauan penggunaan antipsikotik pada
response to pharmacotherapy in pengobatan skizofrenia di Rumah Sakit
monozygotic twins with schizoaffective prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
disorder. European Review for Medical periode januari 2013-maret 2013. J Ilmiah
and Pharmacological Sciences. 2013;
Farmasi Universitas Sam Ratulangi. 2013;
17:3262-64.
2(3):1-4.
13. Izákova L, Andre I, Halaris A. Combination
21. Malmberg L, Fenton M, Rathbone J.
therapy or monotherapy for the
Individual psychodynamic psychotherapy
depressed type of schizoaffective
and psychoanalysis for schizophrenia and
disorder. Neuropsychiatric Disease and
severe mental illness . Cochrane Database
Treatment. 2009; 5:91–101.
Syst Rev; 2014.
14. Ranjbar F, Sadeghi-Bazargani H, Niari
22. Hawari D. Pendekatan holistik pada
Khams P, Arfaie A, Salari A, Farahbakhsh
gangguan jiwa. Jakarta : Fakultas
M. Adjunctive treatment with aripiprazole Kedokteran Universitas Indonesia; 2001.
for risperidone-induced 23. Suhendro W. Psikoterapi pada penyakit
hyperprolactinemia. Neuropsychiatric skizofrenia. Denpasar: Fakultas
Disease and Treatment. 2015; 11:549-55. Kedokteran Universitas Udayana; 2009.
24. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran
15. Ofek K, et al. Fluoxetine induces
jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga;
vasodilatation of cerebral arterioles by co-
2005. hlm. 215-34.
modulating NO/muscarinic signaling. J Cell
25. Wayne, Fenton, Mcglashan TH.
Mol Med. 2012; 16(11):2736-44.
Schizophrenia: individual. Dalam: Sadock
16. Cipriani A, et al. Fluoxetine versus other
BJ and Sadock VA (eds). Kaplan and
types of pharmacotherapy for depression . Sadock’s Comprehensive Textbook of
Cochrane Database Syst Rev; 2014. Psychiatry. Edisi Ke-7(2). Lipincott
Williams and Wilkins Publishers; 2000.