2154 2874 1 PB
2154 2874 1 PB
Abstrak
Skizofrenia adalah kelainan otak yang berjalan kronis, parah, dan melumpuhkan yang telah mempengaruhi banyak orang.
Penyebab dari skizofrenia belum dapat dipastikan, namun beberapa teori mengatakan skizofrenia disebabkan oleh faktor
genetik dan lingkungan. Laporan kasus ini menjelaskan tentang skizofrenia paranoid pada laki-laki usia 29 tahun.
Tatalaksana pada pasien ini adalah farmakoterapi dengan pemberian risperidone 2x2mg/ hari serta psikoterapi dengan
tujuan menghilangkan gejala dan mencegah kekambuhan dari penyakit.
Korespondensi : Claudia Joy Hotmaulina Hutauruk |Alamat Jl. Way Kanan no 14, Bandar Lampung |HP 081366298126
|e-mail claudiahutauruk@gmail.com
Pendahuluan
Skizofrenia adalah kelainan otak yang biasanya sulit untuk mengerti keadaan
berjalan kronis, parah, dan melumpuhkan sekitarnya dan berinteraksi sosial. Gejala
yang telah mempengaruhi banyak orang sejak mood yaitu pasien biasanya terlihat senang
dulu.1,2 Penyakit ini telah menjadi masalah atau sedih dalam keadaan yang sulit untuk
kesehatan yang penting, mempengaruhi dimengerti; mereka biasanya mengalami
hampir 1% dari populasi, biasanya dengan depresi. 5
keterlibatan masalah sosial dan ekonomi Skizofrenia dibagi menjadi tiga tipe yang
karena pasien yang menderita skizofrenia masing-masing memiliki gejala yang unik. Tipe
biasanya tidak memiliki pekerjaan dan ini temasuk; skizofrenia paranoid, skizofrenia
rumah.3 katatonik, dan skizofrenia disorganisasi.6,7
Penyebab dari skizofrenia belum dapat Pasien dengan skizofrenia paranoid umumnya
dipastikan, namun beberapa teori memerlukan perawatan di rumah sakit karena
mengatakan skizofrenia disebabkan oleh memerlukan pemantauan. Pada fase akut
faktor genetik dan lingkungan. Selain itu juga terapi bertujuan untuk mencegah pasien
diketahui bahwa adanya kelainan pada melukai dirinya atau orang lain,
anatomi otak, neurotransmiter, infeksi, dan mengendalikan perilaku yang merusak,
trauma merupakan beberapa penyebab dari mengurangi beratnya gejala psikotik dan
skizofrenia.4 Gejala skizofrenia dapat dibagi ke gejala terkait lainya.8 Laporan kasus ini
dalam empat domain : Gejala positif yaitu menjelaskan tentang skizofrenia paranoid
gejala psikotik, seperti halusinasi, biasanya pada laki-laki usia 29 tahun dan
halusinasi auditori; delusi; dan disogarnisasi tatalaksananya.
kemampuan bicara dan tingkah laku. Gejala
negatif yaitu penurunan rentang emosional, Kasus
penurunan kemampuan bicara, dan hilangnya Tn. H, 29 tahun, seorang petani datang
ketertarikan dan keinginan. Gejala kognitif dibawa oleh keluarga ke UGD RSJ Provinsi
yaitu adanya defisit neurokognitif, pasien Lampung pada tanggal 21 Mei 2018. Pasien
datang dalam keadaan terikat, gelisah, dan Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia
memberontak. Hasil autoanamnesis dari ayah yang paling sering dijumpai di negara mana
didapatkan bahwa pasien sebelumnya bekerja pun. Gambaran klinis didominasi oleh waham
di Jakarta pada tahun 2014, kemudian pasien yang secara relatif stabil, seringkali bersifat
mengalami putus cinta dan mengalami paranoid, biasanya disertai dengan halusinasi,
perubahan-perubahan hingga akhirnya pulang terutama halusinasi auditorik, dan gangguan
ke Lampung tahun 2017. Setelah itu pasien persepsi.9Halusinasi merupakan gangguaan
tampak sering melamun, berbicara dan persepsi, sedangkan waham adalah gangguan
tertawa sendiri, serta memiliki kepercayaan isi pikir yaitu kepercayaan yang salah dan
yang salah bahwa dirinya sudah menikah dan menetap, tidak sesuai fakta dan tidak bisa
memiliki anak. Keluarga sudah mencoba dikoreksi.8
pengobatan tradisional namun tidak ada Pada pasien didapatkan gejala positif
perubahan sehingga pasien dibawa ke RSJ berupa adanya riwayat halusinasi auditorik
Provinsi Lampung. yang terjadi sebelum dilakukan perawatan,
Pemeriksaan fisik didapatkan setelah waham kejar yaitu kepercayaan yang salah
pasien tenang di bangsal perawatan pada bahwa orang lain berusaha untuk
tanggal 2 Juni 2018. Saat wawancara, keadaan merugikannya, waham rujukan yaitu
umum pasien compos mentis, penampilan kepercayaan yang salah bahwa segala sesuatu
sesuai usia, pasien duduk tenang dan dapat yang terjadi tertuju padanya sehingga pasien
menjawab semua pertanyaan dengan baik, merasa seperti selalu diawasi oleh
kontak mata dengan pemeriksa baik. Pasien sekelilingnya, waham kebesaran dimana
bersikap kooperatif selama wawancara. pasien merasa bahwa dirinya memiliki
Pembicaraan spontan, lancar, volume cukup, kemampuan lebih dibanding orang-orang lain
artikulasi jelas, amplitudo sesuai, intonasi dan waham sistematik yaitu kepercayaan
baik, menjawab sesuai dengan pertanyaan, pasien akan suatu tema tertentu yang
kuantitas dan kualitas cukup. Pada pasien mengganggap dirinya sudah menikah meski
didapatkan mood disforik, afek terbatas, dan sebenarnya hal tersebut tidak benar-benar
keserasian cukup serasi. terjadi.4 Gejala lain yang ditemukan pada
Pada pasien juga ditemukan adanya pasien adalah adanya gangguan mood dan
riwayat halusinasi auditorik, waham kejar, afek, serta tilikan dan kemampuan menilai
rujukan, kebesaran dan waham sistematik. realitas yang buruk dengan tilikan satu. Pasien
Pasien memiliki tilikan satu serta Reality sudah mengalami gejala-gejala tersebut sejak
Testing of Ability ditemukan gangguan dalam kurang lebih satu tahun. Gejala klinis tersebut
kemampuan menilai realitas. Pasien mengakibatkan adanya hambatan pada
mendapatkan terapi psikofarmaka berupa kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial
risperidone 2 x 2mg, serta psikoterapi pada pasien dengan keluarga serta masyarakat
pasien dan keluarga pasien berupa edukasi sekitar. Berdasarkan hal tersebut diagnosis
mengenai penyakit dan pengobatan yang skizofrenia paranoid dapat ditegakkan.
diberikan pada pasien. Penatalaksanaan dari skizofrenia dapat
berbeda pada fase-fase penyakit.
Pembahasan Farmakoterapi serta psikoterapi diberikan
Skizofrenia memberikan gambaran pada pasien dengan tujuan menghilangkan
klinis yang bervariasi, pedoman diagnosis gejala, kekambuhan dari penyakit, dan
skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan memperbaiki kualitas hidup.6 Pada pasien
kriteria pada Pedoman Penggolongan farmakoterapi yang diberikan adalah
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III.9 Risperidone 2x 2 mg sebagai penatalaksanaan
Gangguan skizofreniaumumnya ditandai awal yang dapat diberikan sesuai dengan
distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar kompetensi dokter umum. Risperidone
dan khas, serta oleh afek yang tidak wajar merupakan senyawa benzoxazole. Efek anti
atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan psikotik-nya berhubungan dengan potensi
kemampuan intelektual biasanya dapat antagonis dopamin D2 dan memiliki afinitas
dipertahankan walaupun defisit kognitif terhadap reseptor serotogenik 5HT2C. 10
tertentu dapat berkembang kemudian. Risperidone telah dilaporkan dapat