Anda di halaman 1dari 4

Cahyaningsih FR, Claudia Joy Hotmaulina Hutauruk |Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid pada Laki-Laki Usia 29 Tahun

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid pada Laki-Laki Usia 29 Tahun


Cahyaningsih FR1, Claudia Joy Hotmaulina Hutauruk2
1
Bagian Ilmu Kedokteran Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Skizofrenia adalah kelainan otak yang berjalan kronis, parah, dan melumpuhkan yang telah mempengaruhi banyak orang.
Penyebab dari skizofrenia belum dapat dipastikan, namun beberapa teori mengatakan skizofrenia disebabkan oleh faktor
genetik dan lingkungan. Laporan kasus ini menjelaskan tentang skizofrenia paranoid pada laki-laki usia 29 tahun.
Tatalaksana pada pasien ini adalah farmakoterapi dengan pemberian risperidone 2x2mg/ hari serta psikoterapi dengan
tujuan menghilangkan gejala dan mencegah kekambuhan dari penyakit.

Kata kunci: antipsikotik, skizofrenia, skizofrenia paranoid

Case Report of Paranoid Schizophrenia on 29 Years Old Male


Abstract
Schizophrenia is a chronic, severe, and disabling brain disorder that has affected a lot of people. The etiology of
schizophrenia is not yet confirmed, but many theories mention that schizophrenia is caused by genetic factors and
environment. This case report describes a 29 years old male who suffered a paranoid schizophrenia. Management provided
in this patient includes an administration of risperidone 2x2mg/ day and also psychotherapy to eliminate the symptoms and
to prevent relapse.

Keywords : antipsychotics, paranoid schizophrenia, schizophrenia

Korespondensi : Claudia Joy Hotmaulina Hutauruk |Alamat Jl. Way Kanan no 14, Bandar Lampung |HP 081366298126
|e-mail claudiahutauruk@gmail.com

Pendahuluan
Skizofrenia adalah kelainan otak yang biasanya sulit untuk mengerti keadaan
berjalan kronis, parah, dan melumpuhkan sekitarnya dan berinteraksi sosial. Gejala
yang telah mempengaruhi banyak orang sejak mood yaitu pasien biasanya terlihat senang
dulu.1,2 Penyakit ini telah menjadi masalah atau sedih dalam keadaan yang sulit untuk
kesehatan yang penting, mempengaruhi dimengerti; mereka biasanya mengalami
hampir 1% dari populasi, biasanya dengan depresi. 5
keterlibatan masalah sosial dan ekonomi Skizofrenia dibagi menjadi tiga tipe yang
karena pasien yang menderita skizofrenia masing-masing memiliki gejala yang unik. Tipe
biasanya tidak memiliki pekerjaan dan ini temasuk; skizofrenia paranoid, skizofrenia
rumah.3 katatonik, dan skizofrenia disorganisasi.6,7
Penyebab dari skizofrenia belum dapat Pasien dengan skizofrenia paranoid umumnya
dipastikan, namun beberapa teori memerlukan perawatan di rumah sakit karena
mengatakan skizofrenia disebabkan oleh memerlukan pemantauan. Pada fase akut
faktor genetik dan lingkungan. Selain itu juga terapi bertujuan untuk mencegah pasien
diketahui bahwa adanya kelainan pada melukai dirinya atau orang lain,
anatomi otak, neurotransmiter, infeksi, dan mengendalikan perilaku yang merusak,
trauma merupakan beberapa penyebab dari mengurangi beratnya gejala psikotik dan
skizofrenia.4 Gejala skizofrenia dapat dibagi ke gejala terkait lainya.8 Laporan kasus ini
dalam empat domain : Gejala positif yaitu menjelaskan tentang skizofrenia paranoid
gejala psikotik, seperti halusinasi, biasanya pada laki-laki usia 29 tahun dan
halusinasi auditori; delusi; dan disogarnisasi tatalaksananya.
kemampuan bicara dan tingkah laku. Gejala
negatif yaitu penurunan rentang emosional, Kasus
penurunan kemampuan bicara, dan hilangnya Tn. H, 29 tahun, seorang petani datang
ketertarikan dan keinginan. Gejala kognitif dibawa oleh keluarga ke UGD RSJ Provinsi
yaitu adanya defisit neurokognitif, pasien Lampung pada tanggal 21 Mei 2018. Pasien

Majority | Volume 8 | Nomor 1| Maret 2019| 51


Cahyaningsih FR, Claudia Joy Hotmaulina Hutauruk |Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid pada Laki-Laki Usia 29 Tahun

datang dalam keadaan terikat, gelisah, dan Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia
memberontak. Hasil autoanamnesis dari ayah yang paling sering dijumpai di negara mana
didapatkan bahwa pasien sebelumnya bekerja pun. Gambaran klinis didominasi oleh waham
di Jakarta pada tahun 2014, kemudian pasien yang secara relatif stabil, seringkali bersifat
mengalami putus cinta dan mengalami paranoid, biasanya disertai dengan halusinasi,
perubahan-perubahan hingga akhirnya pulang terutama halusinasi auditorik, dan gangguan
ke Lampung tahun 2017. Setelah itu pasien persepsi.9Halusinasi merupakan gangguaan
tampak sering melamun, berbicara dan persepsi, sedangkan waham adalah gangguan
tertawa sendiri, serta memiliki kepercayaan isi pikir yaitu kepercayaan yang salah dan
yang salah bahwa dirinya sudah menikah dan menetap, tidak sesuai fakta dan tidak bisa
memiliki anak. Keluarga sudah mencoba dikoreksi.8
pengobatan tradisional namun tidak ada Pada pasien didapatkan gejala positif
perubahan sehingga pasien dibawa ke RSJ berupa adanya riwayat halusinasi auditorik
Provinsi Lampung. yang terjadi sebelum dilakukan perawatan,
Pemeriksaan fisik didapatkan setelah waham kejar yaitu kepercayaan yang salah
pasien tenang di bangsal perawatan pada bahwa orang lain berusaha untuk
tanggal 2 Juni 2018. Saat wawancara, keadaan merugikannya, waham rujukan yaitu
umum pasien compos mentis, penampilan kepercayaan yang salah bahwa segala sesuatu
sesuai usia, pasien duduk tenang dan dapat yang terjadi tertuju padanya sehingga pasien
menjawab semua pertanyaan dengan baik, merasa seperti selalu diawasi oleh
kontak mata dengan pemeriksa baik. Pasien sekelilingnya, waham kebesaran dimana
bersikap kooperatif selama wawancara. pasien merasa bahwa dirinya memiliki
Pembicaraan spontan, lancar, volume cukup, kemampuan lebih dibanding orang-orang lain
artikulasi jelas, amplitudo sesuai, intonasi dan waham sistematik yaitu kepercayaan
baik, menjawab sesuai dengan pertanyaan, pasien akan suatu tema tertentu yang
kuantitas dan kualitas cukup. Pada pasien mengganggap dirinya sudah menikah meski
didapatkan mood disforik, afek terbatas, dan sebenarnya hal tersebut tidak benar-benar
keserasian cukup serasi. terjadi.4 Gejala lain yang ditemukan pada
Pada pasien juga ditemukan adanya pasien adalah adanya gangguan mood dan
riwayat halusinasi auditorik, waham kejar, afek, serta tilikan dan kemampuan menilai
rujukan, kebesaran dan waham sistematik. realitas yang buruk dengan tilikan satu. Pasien
Pasien memiliki tilikan satu serta Reality sudah mengalami gejala-gejala tersebut sejak
Testing of Ability ditemukan gangguan dalam kurang lebih satu tahun. Gejala klinis tersebut
kemampuan menilai realitas. Pasien mengakibatkan adanya hambatan pada
mendapatkan terapi psikofarmaka berupa kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial
risperidone 2 x 2mg, serta psikoterapi pada pasien dengan keluarga serta masyarakat
pasien dan keluarga pasien berupa edukasi sekitar. Berdasarkan hal tersebut diagnosis
mengenai penyakit dan pengobatan yang skizofrenia paranoid dapat ditegakkan.
diberikan pada pasien. Penatalaksanaan dari skizofrenia dapat
berbeda pada fase-fase penyakit.
Pembahasan Farmakoterapi serta psikoterapi diberikan
Skizofrenia memberikan gambaran pada pasien dengan tujuan menghilangkan
klinis yang bervariasi, pedoman diagnosis gejala, kekambuhan dari penyakit, dan
skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan memperbaiki kualitas hidup.6 Pada pasien
kriteria pada Pedoman Penggolongan farmakoterapi yang diberikan adalah
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III.9 Risperidone 2x 2 mg sebagai penatalaksanaan
Gangguan skizofreniaumumnya ditandai awal yang dapat diberikan sesuai dengan
distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar kompetensi dokter umum. Risperidone
dan khas, serta oleh afek yang tidak wajar merupakan senyawa benzoxazole. Efek anti
atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan psikotik-nya berhubungan dengan potensi
kemampuan intelektual biasanya dapat antagonis dopamin D2 dan memiliki afinitas
dipertahankan walaupun defisit kognitif terhadap reseptor serotogenik 5HT2C. 10
tertentu dapat berkembang kemudian. Risperidone telah dilaporkan dapat

Majority | Volume 8 | Nomor 1| Maret 2019| 52


Cahyaningsih FR, Claudia Joy Hotmaulina Hutauruk |Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid pada Laki-Laki Usia 29 Tahun

memperbaiki gejala positif dari skizofrenia, Kesimpulan


mengurangi gejala negatif, meminimalisir efek Skizofrenia adalah kelainan otak yang
samping ekstrapiramidal10,11dan mencegah berjalan kronis, parah, dan melumpuhkan
terjadinya kekambuhan, lebih daripada yang telah mempengaruhi banyak orang.
haloperidol.10,12Dosis risperidone yang Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan
dianjurkan adalah 2-8 mg/ hari. Pada fase yang penting, mempengaruhi hampir 1% dari
akut, obat segera diberikan setelah diagnosis populasi, biasanya dengan keterlibatan
ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis masalah sosial dan ekonomi karena pasien
anjuran, dinaikkan perlahan secara bertahap yang menderita skizofrenia biasanya tidak
dalam waktu 1-3 minggu, sampai dosis memiliki pekerjaan dan rumah.
optimal yang dapat mengendalikan Skizofrenia memberikan gambaran
8
gejala. Psikoterapi dilakukan terhadap pasien klinis yang bervariasi, umumnya ditandai
serta keluarga pasien. Psikoedukasi yang distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar
dilakukan bertujuan untuk mengurangi dan khas, serta oleh afek yang tidak wajar
stimulus yang berlebihan,stresor lingkungan atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan
dan peristiwa-peristiwa kehidupan. kemampuan intelektual biasanya dapat
Terapi lain seperti terapi kejang listrik dipertahankan walaupun defisit kognitif
dapat dilakukan untuk skizofrenia katatonik tertentu dapat berkembang kemudian.
dan refrakter. Pada fase stabilisasi Penatalaksanaan dari skizofrenia dapat
farmakoterapi ditujukan untuk berbeda pada fase-fase penyakit.
mempertahankan remisi gejala atau Farmakoterapi serta psikoterapi diberikan
mengontrol, meminimalisasi risiko atau pada pasien dengan tujuan menghilangkan
konsekuensi kekambuhan dan gejala, kekambuhan dari penyakit dan
mengoptimalkan fungsi dan proses memperbaiki kualitas hidup.
kesembuhan. Dosis optimal obat anti psikotik
dipertahankan selama 8-10 minggu sebelum Daftar Pustaka
masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat 1. Patel R, Gonzalez L, Joelson A, Korenis P.
juga diberikan obat anti psikotika jangka Schizophrenia with Somatic Delusions: A
panjang, setiap 2-4 minggu. Psikoedukasi Case Report. J Psychiatry. 2015;18:290.
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
2. Haller CS, Padmanabhan JL, Lizano P,
orang dengan skizofrenia dan keluarga dalam
Torous J, Keshavan M. Recent advances
mengelola gejala. Pada fase rumatan dosis
in understanding schizophrenia. 2014;
anti psikotik mulai diturunkan secara
F1000Prime Rep 8 6: 57.
bertahap, sampai diperoleh dosis minimal
3.
yang mampu mencegah kekambuhan. Bila
HU, Olesen, J. Cost of disorders of the
kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan
brain in Europe. Eur. J. Neurol. 2005; 1: 1–
sampai dua tahun, bila berjalan kronis dengan
27.
beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan
4. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia
sampai lima tahun bahkan seumur hidup
Alcott; Ruiz, Pedro. Comprehensive
apabila pasien sudah pernah melakukan hal
textbook of psychiatry 10th Edition.
yang membahayakan dirinya atau orang lain.
United States of America: Wolters
Psikoedukasi ditujukan untuk mempersiapkan
Kluwer; 2017.
pasien kembali pada kehidupan masyarakat. 8
5. Frankenburg, Frances. Schizophrenia.
Prognosis pasien dengan skizofrenia paranoid,
2013.Available:
ad vitam dubia ad bonam karena apabila
http://emedicine.medscape.com/article
pasien menjalani pengobatan dengan baik dan
/288259-overview. [Access: 09
dukungan keluarga juga baik maka kualitas
September 2018].
hidup pasien dapat meningkat, sedangkan
6. Khokhar A and Sadeeqa S. Schizophrenia-
prognosis ad functionam dan ad
A Case Study. Virology and Immunology
sanationamdubia ad malam.
Journal. 2017; 1(6): 134
7. Ayuk Egbe PB, Hogue VW.
Comprehensive Pharmacy Review.

Majority | Volume 8 | Nomor 1| Maret 2019| 53


Cahyaningsih FR, Claudia Joy Hotmaulina Hutauruk |Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid pada Laki-Laki Usia 29 Tahun

American Journal of Pharmaceutical


Education. 2001; 65(3): 303.
8. PDSKJI. PNPK Jiwa/ Psikiatri. Jakarta:
PDSKJI; 2012.
9. Departemen Kesehatan RI. PPDGJ III.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1993.
10. Subramanian P and Rudnick A.
Risperidone for individuals with
refractory schizophrenia. Clinical
Medicine Insights : Therapeutics. 2010; 2:
401-406.
11. Yena YC, Lunga FW, Chongc MY. Adverse
effects of risperidone and haloperidol
treatment in schizophrenia. Progress in
Neuro-Psychopharmacology and
Biological Psychiatry. 2003;28(2):285–90.
12. Csernansky JG, Mahmoud R, Brenner R. A
comparison of risperidone and
haloperidol for the prevention of relapse
in patients with schizophrenia. New
England Journal of Medicine. 2002;
346(1):16–22.

Majority | Volume 8 | Nomor 1| Maret 2019| 54

Anda mungkin juga menyukai