ANTIBIOTIK
ANTIBIOTIK
Antibiotika golongan aminoglikosid bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat
ikatan glikosidik pada inti heksosa. Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus
lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin,
Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin,
Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.
Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid pertama yang
ditemukan adalah Streptomisin. Antibiotika lain untuk bakteri gram negatif adalah golongan
Sefalosporin generasi 3 yang lebih aman, akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai
golongan Aminoglikosid. Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin,
Netilmisin dan Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobic (yang hidup dengan
oksigen). Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara
kronik misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut. Resistensi terhadap
Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid lainnya terjadi lebih
berangsur-angsur.
Bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding
sel bakteri. Sefalosporin termasuk golongan antibiotika betalaktam. Seperti antibiotik betalaktam
lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel
mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi
pembentukan dinding sel. Sefalosporin yang aktif terhadap kuman gram positif diantaranya
sefalotin, sefaleksin, sefazolin, serta sefradin. Kelompok yang aktif terhadap kuman gram negative
seperti sefaklor, sefamandol, mokasalatam, sefotaksim, dan sefoksitin.
Bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri yang diisolasikan pertama kali pada tahun
1947 dari Streptomyces venezuelae. Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka
penggunaan Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa
Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Efek antimikroba dalam Kloramfenikol
bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat adalah enzim peptidil
transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses
sintesis protein kuman. Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem
hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja Kloramfenikol. Kloramfenikol
digunakan untuk mengatasi H.influenzae dan S. thypi karena bersifat toksit terhadap sumsum tulang.
Bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan. Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta
Laktam yang telah lama dikenal. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin
alam dan Penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur
kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin.
Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel
mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (membunuh
kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif
(tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya
bakteriostatik (menghambat perkembangan).
1) Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan reaksi alergi sistemik yang
serius
2) Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare
Bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding
sel bakteri.
Bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk
replikasi dan transkripsi DNA bakteri. Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon
lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Penggunaan obat Kuinolon lama ini terbatas sebagai
antiseptik saluran kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan
atom Fluor pada cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon ). Perubahan struktur
ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki
penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat.
Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golongan ini antara lain
adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin,
Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.
Bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh
Lloyd Conover. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi
salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan
adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan
Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari
Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan
menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri
pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam
ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah
sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka
antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam
amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.
Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin, namun terdapat perbedaan kuantitatif dari
aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah
yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.
9. Kombinasi Antimikroba
Karena kerja dari dua antimikroba Trimetropim dan Sulfametoksazol dalam menghambat reaksi
enzimatik obligat berurutan sehingga kombinasi antimikroba ini memberikan efek sinergi. Kombinasi
ini lebih dikenal dengan nama Kotrimoksazol.
Aktivitas kombinasi antimikroba Kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya pada dua tahap yang
berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfometoksazol
menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan trimetropim menghambat
terjadinya reaksi reduksi dari asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Trimetropim menghambat
enzim Dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut
juga terdapat pada sel manusia.
Antiobiotika golongan lain yang ada di Indonesia adalah klindamisin, metronidazol, colistin, tinidazol,
fosfomycin, teicoplanin, vancomycin dan linezolid.
a. Klindamisin
Digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Seperti infeksi pada saluran nafas, septikemia, dan
peritonitis. Untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin Klindamisin juga dapat digunkan untuk
infeksi bakteri aerobik. Klindamisin juga dapat digunakan untuk infeksi pada tulang yang disebabkan
staphylococcus aureus. Sediaan topikalnya dalam bentuk Klindamisin posfat digunkan untuk jerawat
yang parah.
- Bakteri aerobik gram positif seperti golongan Staphylococus dan Streptococus (pneumococcus)
b. Metronidazol
Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob dan protozoa yang sensitif karena beberapa organisme
memiliki kemampuan untuk mengurangi bentuk aktif metronidazol di dalam selnya. Secara sistemik
metronidazol digunakan untuk infeksi anaerobik, trikomonasis, amubiasis, lambiasis dan amubiasis
hati.
c. Colistin
Colistin digunakan dalam bentuk sulfat atau kompleks sulfomethyl, colistimetate. Tablet Colistin
sulfat digunakan untuk mengobati infeksi usus atau untuk menekan flora di kolon. Colistin sulfat juga
digunakan dalam bentuk krim kulit, bubuk dan tetes mata. Colistimethat digunakan untuk sedian
parenteral dan dalam bentuk aerosol untuk pengobatan infeksi paru-paru.
d. Tinidazol
Tinidazol merupakan kelompok antibiotika azol. Mekanisme kerjanya dengan cara masuk ke dalam
sel mikroba dan berikatan dengan DNA. Dengan cara ini mikroba tidak dapat berkembang biak.
Tinidazol adalah antibiotika khusus yang digunakan untuk menghentikan penyebaran bakteri
anaerob. Bakteri ini biasanya menginfeksi lambung, tulang, otak dan paru-paru.
e. Teicoplanin
Teicoplanin merupakan kelompok antibiotika dari glikopeptida. Bakteri memiliki dinding sel luar yang
dipertahankan oleh molekul peptidoglikan. Dinding sel sangat vital untuk mempertahankan pada
lingkungan normal di dalam tubuh di mana bakteri hidup. Teicoplanin bekerja dengan mengunci
formasi dari peptidoglikan. Dengan cara tersebut dinding bakteri menjadi lemah sehingga bakteri
mati. Teicoplanin digunakan untuk infeksi serius pada hati dan darah. Teicoplanin tidak dapat
diserap di lambung sehingga hanya diberikan dengan cara infus atau injeksi.
f. Vancomycin
Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak berguna.
Walaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius, termasuk
merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi pada pasien yang berumur
lanjut.
g. Linezolid
Linezolid digunakan untuk mengobati infeksi termasuk pneumonia,infeksi saluran kemih dan infeksi
pada kulit dan darah. Linezolid termasuk golongan antibiotika oxazolidinon.Cara kerja dengan
menghentikan perkembang biakan bakteri.
Golongan ini kadang digunakan sebagai pelengkap dalam mengatasi kuman yang tahan terhadap
penisilin.
Golongan polipeptida dikenal aktif terhadap bakteri gram negative seperti pseudomonas. Golongan
ini diantaranya terdiri dari polimiksin, A, B, C, D, E.
Banyak digunakan untuk melawan mikobakterium. Diantaranya yang termasuk dalam golongan ini
adalah etambutol, dapson, streptomisin, INH, dan rifampisin, yang dikenal untuk menyembuhkan
TBC dan penyakit lepra