Anda di halaman 1dari 50

REFLEKSI KASUS

KISTOMA OVARIUM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
RSI Sultan Agung Semarang

Pembimbing :
dr. H. Muslich Azhari, Sp. OG

Disusun oleh :
M. Aulady Rifki Kamal
30101407232

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2018

1
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2018

A. IDENTITAS

1. Nama penderita : Ny. C

2. Umur : 28 tahun 9bln 27hari

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. No. RM :0111946

5. Agama : Islam

6. Pekerjaan : Karyawati RSISA

7. Alamat : Wonosalam 03/04 Demak.

8. Pendidikan : D3

9. Status : Sudah Menikah

10. Tanggal Masuk : 25 Juli 2018

11. Masuk Jam : 02.10 WIB

12. Ruang : Baitun Nissa 2

13. Kelas : BPJS Non PBI

2
B. ANAMNESA

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 Juli 2018 pukul 02.10 WIB.

1. Keluhan Utama :

Pasien 28 tahun datang dengan nyeri abdomen bagian bawah.

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien usia 28 tahun (♀) datang ke IGD RSISA dengan keluhan nyeri perut bagian

bawah, seperti diremas-remas. Keluhan dirasakan sejak ± 2hari yang lalu.

Sebelumnya pasien menstruasi selama satu minggu, setelah menstruasi selesai pasien,

mulai merasa nyeri perut dibagian bawah seperti diremas-remas. Pada hari pertama

setelah haid pasien merasa nyeri tetapi masih bisa beraktivitas, pada hari kedua pasien

merasa nyerinya semakin berat disertai mual mutah dan pusing. Nyeri perut pada

bagian bawah yang menjalar sampai dubur, nyeri tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan

nyeri tidak berkurang saat istrahat.

Flek disangkal, BAK dan BAB masih dalam batas normal . pasien sudah periksa ke

IGD mendapat inj. Ketorolac dan melakukan USG, hasil USG tersebut suspect kista

ovariun dextra, setelah di inj. Ketorolac nyeri kambuh lagi sesampai dirumah.

3. Riwayat Haid

Pasien mengaku pertama kali haid usia 12 tahun saat kelas 2 SMP, dengan siklus

yang tidak teratur, pasien mangaku haidnya terkadang maju atau mundur dari tanggal

haidnya, lama haid 6-7 hari, ganti pembalut sehari 6kali atau setiap 3jam sekali pasien

harus ganti pembalut, pasien nyeri saat haid, dan terkadang nyeri saat berhubungan.

4. Riwayat Pernikahan

3
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang selama 5 tahun.

5. Riwayat Obstetri

G0P0A0

6. Riwayat KB

Pasien mengaku tidak pernah menggunakan KB

7. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : (-)

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Penyakit Paru : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat keluhan yang sama : (+) ec kista ovarium dextra

8. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : (-)

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Penyakit Paru : disangkal

Riwayat DM : disangkal

9. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan karyawan RSISA dan suami bekerja wiraswasta biaya kesehatan

menggunakan BPJS Non PBI.

1. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign :

TD : 150/100 mmHg

4
Nadi : 87 x/menit TB : 160 cm

RR : 21 x/menit BB : 60 Kg

Suhu : 36,20C

2. Status Internus

 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

 Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)

 Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)

 Leher : Simetris pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran tiroid -

 Kulit : Turgor kembali lambat, ptekiae (-)

 Mammae : Simetris, benjolan abnormal (-), hiperpigmentasi areola (-), puting

menonjol (-).

 Pulmo

o Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra dan sinistra simetris

o Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)

o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

 Cor

o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

o Perkusi : tidak dilakukan.

o Auskultasi : suara tambahan (-)

5
 Abdomen

o Inspeksi : Cembung,tidak tampak pembesaran abdomen, striae

gravidarum (-), linea nigra (-), bekas operasi (-).

o Auskultasi : bising usus (+).

o Perkusi : pekak pada regio hipogastrik atau regio pubik

o Palpasi : Nyeri tekan pada perut bagian bawah atau pada region

abdomen pubik (+), balotemen (-).

 Extremitas

Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

3. Status Ginekologi

1. Genitalia Eksterna

Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (-), vaginal discharge (-).

2. Genitalia Interna (VT)

Nyeri goyang portio (-); uterus antefleksi lunak; adneksa kanan: teraba massa

(+) kistik, mobile, nyeri (+); adneksa kiri: massa (-) nyeri (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium Darah

6
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

HEMATOLOGY

Hemoglobin 10.3 11.7 - 15.5 g/dl

Hmeatokrit 33.8 33 – 45 %

Leukosit 5.99 3.6 - 11.0 ribu/uL

Trombosit 306 150 – 440 ribu/ul

Golongan darah O/positif -

APTT/PTTK 26.5 21,8 - 28,0 Detik

Kontrol 26.0 21.1 - 28.5 Detik

PPT 9.6 9.3 - 11.4 Detik

Kontrol 10.6 9.3 - 12.5 Detik

IMUNOSEROLOGY

HBsAg kualitatif Non-Reaktif Non-Reaktif -

KIMIA

GDS 96 75 – 110 mg/dl

Ureum 22 10 – 50 mg/dl

Creatinin Darah 1.06 0 6 - 1.1 mg/dl

Natrium 136.4 135 – 147 mmol/L

Kalium 4.23 3.5 – 5 mmol/L

Cloride 107.4 95- 105 mmol/L

SGOT 17 0 – 35 U/l

SGPT 18 0 – 35 U/l

 USG
7
Kesan:

Terdapat kista diregio adneksa kanan berukuran sekitar 3.8X3.5X3.9cm, cenderung

gambaran dari ovarium (kistoma ovarii)

Traktus urinarius, Hepar, Ginjal, Lien dan pancreas dalam batas normal

. Patologi Anatomi

o Histologi Operasi

sediaan sisa kistectomy ukuran 3x3x3 cm berupa massa kistik berwarna putih

kecoklatan

hasil mikroskopik: menunjukkan corpora albicans dan kista dengan dinding

epitel columner selapis serta stroma yang sembab hyperemia, tampak

makrofag yang memakan pigmen-pigmen hemosiderin.

8
Kesan: tak tampak tanda ganas. Sesuai dengan: kista endometriosis ovarii

dextra.

E. RESUME

Wanita berusia 28 tahun, datang ke IGD RSI Sultan Agung dengan keluhan nyeri

perut bawah, nyeri seperti diiris-iris. Riwayat haid tidaka teratur, riwayat obsetri baik,

riwayat penyakit terdahulu pernah mengalami hal serupa 3tahun yang lalu,pasien

memiliki riwayat penyakit maag dan riwayat penyakit keluarga tidak ada penyakit serupa

maupun penyakit lain, Riwayat Pasien mempunyai riwayat penyakit kista ovarii .

Pemeriksaan fisik abdomen tampak cembung, tidak tampak membesar dan terdapat nyeri

tekan, pemeriksaan genitalia eksterna dalam batas normal, pemeriksaan genitalia interna

dengan VT bimanual kesan terdapat massa pada adneksa kanan. Pemeriksaan

laboratorium Hb cenderung turun (10,3) leukosit (5,99). Pada pemeriksaan USG kesan

terdapat Massa kistik berukuran 3X3X3 di regio abdomen pubik, curiga kistoma ovarii (suspek

benigna).

A. DIAGNOSA

Wanita P0A0 28 tahun dengan kistoma ovarii dextra

A. TATALAKSANA

3. Rawat inap

4. Pengawasan: Keadaan umum, Tanda-tanda vital

5. kistektomi dextra, adhesiolisis dan neoshalpingectomi pada 27 juli 2018.

6. Terapi medikamentosa:

1. Infus Ringerlaktat 20 tpm

2. Premed operasi: cefotaxim 1 gr

3. Post operasi:

9
- Cefotaxim 1gr/ 8jam

- Inj. Ondansetron 4mg

- Inj. Ketorolac 30mg/ 6jam

- Inj. Asam tranexsamat 10mg

B. EDUKASI

· Jangan pijat perut

· Kontrol tepat waktu

· Istirahat cukup

· Minum obat teratur

· Tidak ada pantangan makan

C. Follow up post-operasi ( 28 juli 2018)

S O A P
- Mual (-) - TD : 90/70 Post kistectomy Planning Tx:

- Muntah (-) adhesiolisis dan


- Nadi : 78x/m - Infus RL 20 tpm
neosalpingectom
- Nyeri luka
- RR : 20 x/m i - Cefotaxim 1gr/
operasi (+)
8jam
- Nafsu - Suhu : 36,2ºC
- Inj. Ondansetron
makan baik
- 4mg
- BAB dan
- Inj. Ketorolac
BAK dbn
30mg/ 6jam

10
- Inj. Asam

tranexsamat 10mg

- Non Farmako:

Perbaikan KU

Rawat luka

- Monitoring TTV

& KU

- Boleh makan dan

minum, istirahat

cukup.

Follow up post-operasi (29 juli 2018)

S O A P
- Nyeri luka - TD : 120/70 Post kistectomy - Planning Tx:

operasi (+) adhesiolisis dan


- Nadi : 68x/m - Infus RL 20 tpm
neosalpingectom
- Mual (-)
- RR : 20x/m i - Cefotaxim 1gr/
- Muntah (-)
8jam
- Nafsu - Suhu : 36,4ºC
- Inj. Ondansetron
makan baik
-
4mg
- BAB dan
- Inj. Ketorolac
BAK dbn
30mg/ 6jam

- Inj. Asam

tranexsamat 10mg

11
- Non Farmako: Perbaikan KU

Rawat luka Pasang DC

- Monitoring TTV & KU

- Boleh makan dan minum,

istirahat cukup.

Follow up post-operasi (30 juli 2018)

S O A P
- Nyeri luka - TD : 100/70 Post kistectomy - Planning Tx: Infus

operasi(+) adhesiolisis dan RL 20 tpm


- Nadi : 82x/m
neosalpingectom
minimal
- Cefotaxim 1gr/
- RR : 20x/m i
- Mual (-)
8jam
- Muntah (-) - Suhu : 36,2ºC
- Inj. Ondansetron
- Nafsu
- 4mg
makan baik
- Inj. Ketorolac
- BAB dan
30mg/ 6jam
BAK dbn
- Inj. Asam

tranexsamat 10mg

- Non Farmako: Perbaikan KU

Rawat luka Pasang DC

- Monitoring TTV & KU

- Boleh makan dan minum,

12
istirahat cukup.

Follow up post-operasi (31 juli2018)

S O A P
- Nyeri luka - TD : 100/70 - Post kistectomy • Boleh pulang,

operasi (+) adhesiolisis dan kontrol 1 minggu


- Nadi : 80x/m
neosalpingectom
minimal lagi
- RR : 20x/m i
- Mual (-)

- Muntah (-) - Suhu : 36,2ºC

- Nafsu
-
makan baik

- BAB dan

BAK dbn

13
TINJAUAN PUSTAKA

Bab I : Pendahuluan

Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak

menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya

pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup

kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit yang secara diam-

diam menyebabkan banyak wanita tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista

ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.

Kista ovarium juga dapat berubah menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.

Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya

pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap sehingga dengan

ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan.

Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun sebagian lagi

menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan pendarahan. Bahkan kista ovarium yang

malignan tidak menimbulkan gejala pada stadium awal, sehingga sering ditemukan dalam

stadium yang lanjut.

Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi

dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir.

Penatalaksanaan kista ovarium sebagian besar memerlukan pembedahan untuk

mengangkat kista tersebut di atas. Penanganannya melibatkan keputusan yang sukar dan

dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita.

Selanjutnva akan dibahas mengenai kista ovarium, klasifikasi, frekuensi, gejala klinik,

pembahasan penunjang, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis.

14
BAB II

PEMBAHASAN

Anatomi Ovarium

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan

mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium

adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan

tebal kira-kira 1,5 cm.

Gambar 1. Anatomi Ovarium

Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya

pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya

bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang, sedangkan permukaan depannya

ke bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang

dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.

Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum

ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di

ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum.

15
Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan

Struktur ovarium terdiri atas:

1. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk

kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial ;

2. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-

pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.

Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu

folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi

folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan bagian terpenting dari ovarium dan dapat

dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat

perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi

folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap

untuk berovulasi.

16
Folikel de Graff yang matang terdiri atas:

1. Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai nukleus

dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula;

2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat kecil

dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum; pada perkembangan

lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor follikuli;

3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel yang

lebih kecildaripada sel granulosa;

4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.

Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium

pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang melekat pada ovum dan

yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut dilepas.Sebelum dilepas, ovum

mulai mengalami pematangan dalam dua tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.

Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi dan

masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.Demikian pula jaringan ikat dan

pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang

menyebabkan bekas folikel diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya

sebentar. Di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus

luteum.Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat

diantaranya.

Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan.Jika tidak ada pembuahan ovum,

sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan

ikatnya bertambah.Korpus luteum lambat laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan

terjadi, korpus luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter

2.5 cm pada kehamilan 4 bulan.1,2

17
Definisi

Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang

tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau

bahan-bahan lain. Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau

materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium.Kista ovarium biasanya berukuran

kecil (<5 cm), berkapsul dengan isi cairan.Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan

gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan

perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya

karsinoma terutama pada wanita yang mulai menopause.1

Epidemiologi Penyakit Kista Ovarium

Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab

kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan

ovarium, rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi).

Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000

populasi pada tahun 1988 sampai 1991.Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan

jinak. Di Amerika, karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian

sebanyak 16.000 orang.1-3

Etiologi Penyakit Kista Ovarium

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon

pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri.Kista indung telur timbul dari folikel

yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.

18
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat

menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon terhadap

hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH) normalnya

ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran maximum 2,5 cm);

berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan.

Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang

fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang

berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.

Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna

seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta terapi

hormon.

Belum diketahui secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan tumor

ovarium:

 Faktor genetik

 Wanita yang menderita kanker payudara

 Riwayat kanker kolon

 Gangguan hormonal

 Diet tinggi lemak

 Merokok

 Minum alkohol

 Sosial ekonomi yang rendah1,2

Faktor Resiko Terjadinya Kista Ovarium

 Riwayat kista ovarium sebelumnya

 Siklus menstruasi yang tidak teratur

19
 Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas

 Menstruasi dini (usia 11 tahun atau lebih muda)

 Tingkat kesuburan

 Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang

 Terapi tamoxifen pada kanker mammae,12

Klasifikasi

A. Tumor Non Neoplastik

1. Tumor akibat radang

a. Abses ovarial

b. Abses tubo – ovarial

2. Tumor lain

a. Kista folikel

b. Kista korpus luteum

c. Kista lutein

d. Kista inklusi germinal

e. Kista endometrium

f. Kista Stein –Leventhal

B. Tumor Neoplastik Jinak

1. Kistik

a. Kistoma ovarii simpleks

b. Kistadenoma ovarii musinosum

c. Kistadenoma ovarii serosum

d. Kista endometroid

20
e. Kista dermoid

2. Solid

a. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma

b. Tumor Brenner

Tumor Non Neoplastik

1. Tumor Akibat Radang

a. Abses Ovarium

Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer pada

penderita yang telah menjalani histerektomi. Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari suhu

badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak spesifik

dan drainase purulen yang lama dari vagina.

Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan

komplikasi intestinal.

Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat oleh karena tidak

dapat diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat supaya terjadi resolusi.

21
Gambar 3. Kista Folikel

1. Tumor lain

a. Kista Folikel

Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering

diketemukan secara kebetulan pada pememeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan

menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Kista folikel ovarium ini biasanya

asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun

tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di

bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresianya, melainkan membesar menjadi

kista.

Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh di

permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan yang

jernih dan sering kali mengandung estrogen. Diameter jarang lebih dari 6-8 cm. Tidak jarang

terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu hematoma

folikuler. Sebaian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi pada siklus haid

berikutnya dan dapat menghilang spontan.

b. Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal, kerpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil dan

menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus

luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista,

berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan

22
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel teka. Kista lutein labih besar

daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah

menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi peritoneum.

Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti

oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut bagian bawah.

Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat

mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat.

Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering

menimbulkan kesulitan dalam diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang

terganggu.

Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri,

biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada

trimester terakhir pada wanita hamil.

c. Kista Teka Lutein

Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi bilateral, dan berisi

cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola hidatidosa, atau koriokarsinoma. Pada

pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena

atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon HCG yang berlebihan, dan

dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium mengecil dengan spontan. Tetapi

apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi.

d. Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita lanjut

umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan

23
ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak

di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous. Kista ini tidak pernah

memberikan gejala-gejala yang berarti.

e. Kista Endometriosis

Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut sebagai

kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai sebesar tinju yang

berisi darah sampai coklat.

Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista yang dapat

menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir

dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen.

f. Kista Stein-Leventhal

Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium, amenorea atau

oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme tanpa

maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium pucat,

membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal.

Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada

wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh

estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan.1-3

Tumor Neoplastik Jinak

1. Kistik

a. Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali

24
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih, serous,

dan berwarna kuning. Berhubung dengan adanya tangkai, maka dapat terjadi torsi (putaran

tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul sebagai

tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Tumor

mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderia yang muda.

Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa

prapubertas. Tumor evarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma

ovarii serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang

kistadenoma ovaii musinosum nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.

Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala (lobulated)

dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung mukosa ini kelihatan

biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan

pada tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral,

akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%).

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi

perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan terdapat cairan lendir

yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari

percampurannya dengan darah. Pemeriksaan mikroskopik : tampak dinding kista dilapisi oleh

epital torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu

lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar,

kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler.

25
Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi), maka sel-

sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan sekresinya

menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei timbul penyakit

menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan. Akhirnya

penderita meninggal karena ileus. Pada kista kadang-kadang ditemukan daerah padat dan

pertumbuhan papiler.

Tempat-tempat tersebut harus diteliti karena kemungkinan adanya tanda-tanda ganas

(kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum).

Gambar 4. Kistadenoma ovarii musinosum

c. Kistadenoama Ovarii Serosum

Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan kistadenoma

musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini sering ditemukan

bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar

sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma

musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista

serosum pun dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista

putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga

kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan

kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi

permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).

26
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran makroskopis

kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan

rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian.

Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi epitel kubik atau

torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya.

Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelum), maka bentuk

epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar

seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam

srtomanya yang dinamakan psamoma. Adanva psamoma menunjukkan hahwa kista adalah

kistadenoma ovarium serosum papiliferum, tetapi bukan ganas.

Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif. Kebanyakan

ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa

ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun

ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada

stadium terminal.

Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel, serta

anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik digolongkan ke

dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan

keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis

penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan tumor tersebut

mungkin jinak (histopathologically benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai

neoplasma ovarium ganas (clinicallyy maignant).

Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung

dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap

tumor yang dikeluarkan.

27
Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada

saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.

d. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat

satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini yang ditemukan

oleh Sartesson pada tahun 1969, tidak ada hubungannva dengan endometriosis ovarii.

e. Kista Dermoid

Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling

sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral,

lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil. Tumor

ini dapat mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.

Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas.Dinding kista kelihatan putih keabuan dan

agak tipis.Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat ditemukan

kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat

(mesodemal) dan mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk

kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut.Pada kista

dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah.

Ada kemungkinan terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam

rongga peritoneum. Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5% dari semua

kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.

28
Gambar 5. Kista dermoid

2. Solid

Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma, tetapi tidak berarti bahwa

semuanya neoplasma ganas, meskipun semuanya memunyai potensi maligna.

a. Fibroma ovarii

Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari 1%. Fibroma

ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten.

Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada

penderita menopause.

Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan 90%

uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan. Apabila

konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle.

Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila

terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang

besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan

sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).

b. Tumor Brenner

Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan, biasanya pada

wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium.

Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa

kilogram. Lazimnva tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti

fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs.

Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang

29
terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.

Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejalaklinik yang khas, dan jika masih

kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik ovarium.

Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada

histopatologi dan klinisnya.

Kista endometriosis

Definisi

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih

berfungsi terdapat di luar kavum uteri.Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma.4

Kista endometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal dari jaringan endometrium. Ukuran

kista bisa bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika kista mengalami ruptur, isi dari kista akan

mengisi ovarium dan rongga pelvis.5

Gambar 1. Kista endometriosis

Etiologi

Teori tentang terjadinya endometriosis adalah sebagai berikut:

30
1. Teori retrograde menstruasi

Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori implantasi

jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson. Teori ini didasari atas 3 asumsi:

1. Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii

2. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam rongga

peritoneum

3. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat menempel ke peritoneum

dengan melakukan invasi, implantasi dan proliferasi.6,7

Teori diatas berdasarkan penemuan:

1. Penelitian terkini dengan memakai laparoskopi saat pasien sedang haid, ditemukan

darah haid berbalik dalam cairan peritoneum pada 75-90% wanita dengan tuba falopii

paten.

2. Sel-sel endometrium dari darah haid berbalik tersebut diambil dari cairan peritoneum

dan dilakukan kultur sel ternyata ditemukan hidup dan dapat melekat serta menembus

permukaan mesotelial dari peritoneum.

3. Endometriosis lebih sering timbul pada wanita dengan sumbatan kelainan mulerian

daripada perempuan dengan malformasi yang tidak menyumbat saluran keluar dari

darah haid.

4. Insiden endometriosis meningkat pada wanita dengan permulaan menars, siklus haid

yang pendek atau menoragia.6,7

2. Teori metaplasia soelomik

31
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-20 oleh Meyer. Teori ini

menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan metaplasia spontan dalam sel-sel

mesotelial yang berasal dari epitel soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Perubahan

metaplasia ini dirangsang sebelumnya oleh beberapa faktor seperti infeksi, hormonal dan

rangsangan induksi lainnya. Teori ini dapat menerangkan endometriosis yang ditemukan

pada laki-laki, sebelum pubertas dan gadis remaja, pada wanita yang tidak pernah menstruasi,

serta yang terdapat di tempat yang tidak biasanya seperti di pelvik, rongga toraks, saluran

kencing dan saluran pencernaan, kanalis inguinalis, umbilikus, dimana faktor lain juga

berperan seperti transpor vaskular dan limfatik dari sel endometrium.6,7

3. Teori transplantasi langsung

Transplantasi langsung jaringan endometrium pada saat tindakan yang kurang hati-

hati seperti saat seksio sesaria, operasi bedah lain, atau perbaikan episiotomi, dapat

mengakibatkan timbulnya jaringan endometriosis pada bekas parut operasi dan pada

perineum bekas perbaikan episiotomi tersebut.5

4. Teori genetik dan imun

Semua teori diatas tidak dapat menjawab kenapa tidak semua wanita yang mengalami

haid menderita endometriosis, kenapa pada wanita tertentu penyakitnya berat, wanita lain

tidak, dan juga tidak dapat menerangkan beberapa tampilan dari lesi. Penelitian tentang

genetik dan fungsi imun wanita dengan endometriosis dan lingkungannya dapat menjawab

pertanyaan diatas.6,7

Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan keluarga ibu dan anak

dibandingkan populasi umum, karena endometriosis mempunyai suatu dasar genetik. Matriks

metaloproteinase (MMP) merupakan enzim yang menghancurkan matriks ekstraseluler dan

32
membantu lepasnya endometrium normal dan pertumbuhan endometrium baru yang

dirangsang oleh estrogen. Tampilan MMP meningkat pada awal siklus haid dan biasanya

ditekan oleh progesteron selama fase sekresi. Tampilan abnormal dari MMP dikaitkan

dengan penyakit-penyakit invasif dan destruktif. Pada wanita yang menderita endometriosis,

MMP yang disekresi oleh endometri-um luar biasa resisten (kebal) terhadap penekanan

progesteron. Tampilan MMP yang menetap didalam sel-sel endometrium yang

terkelupasdapat mengakibatkan suatu potensi invasif terhadap endometrium yang berbalik

arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan peritoneum dan selanjutnya terjadi

proliferasi sel.6,7

Pada penderita endometriosis terdapat gangguan respon imun yang menyebabkan

pembuangan debris pada darah haid yang membalik tidak efektif. Makrofag merupakan

bahan kunci untuk respon imun alami, bagian sistem imun yang tidak antigen-spesifik dan

tidak mencakup memori imunologik. Makrofag mempertahankan tuan rumah melalui

pengenalan, fagositosis, dan penghancuran mikroorganisme yang jahat dan juga bertindak

sebagai pemakan, membantu untuk membersihkan sel apoptosis dan sel-sel debris. Makrofag

mensekresi berbagai macam sitokin, faktorpertumbuhan, enzim dan prostaglandin dan

membantu fungsi-fungsi faktor diatas disamping merangsang pertumbuhan dan proliferasi

tipe sel yang lain. Makrofag terdapat dalam cairan peritoneum normal dan jumlah serta

aktifitasnya meningkat pada wanita dengan endometriosis. Pada penderita endometriosis,

makrofag yang terdapat di peritoneum dan monosit yang beredar teraktivasi sehingga

penyakitnya berkembang melalui sekresi faktor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang

proliferasi dari endometrium ektopik dan menghambat fungsi pemakannya. Natural killer

juga merupakan komponen lain yang penting dalam proses terjadinya endometriosis, aktifitas

sitotoksik menurun dan lebih jelas terlihat pada wanita dengan stadium endometriosis yang

lanjut.6,7

33
5. Faktor endokrin

Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada estrogen

(estrogen-dependent disorder). Penyimpangan sintesa dan metabolisme estrogen telah

diimplikasikan daam patogenesa endometriosis. Aromatase, suatu enzim yang merubah

androgen, androstenedion dan testosteron menjadi estron dan estradiol. Aromatase ini

ditemukan dalam banyak sel manusia seperti sel granulosa ovarium, sinsisiotrofoblas di

plasenta, sel lemak dan fibroblas kulit.6,7Lihat gambar 2.

Gambar 2. Biosintesa estrogen wanita usia reproduksi

Kista endometriosis dan susukan endometriosis diluar ovarium menampilkan kadar

aromatase yang tinggi sehingga dihasilkan estrogen yang tinggi pula. Dengan kata lain,

wanita dengan endometriosis mempunyai kelainan genetik dan membantu perkembangan

produksi estrogen endometrium lokal. Disamping itu, estrogen juga dapat merangsang

aktifitas siklooksigenase tipe-2 lokal (COX-2) yang membuat prostaglandin (PG)E2, suatu

perangsang poten terhadap aromatase dalam sel stroma yang berasal dari endometriosis,

sehingga produksi estrogen berlangsung terus secara lokal. 6,7 Lihat gambar 3.

34
Gambar 3. Sintesis estrogen pada susukan endometriosis

Estron dan estradiol saling dirubah oleh kerja 17β-hidroksisteroid dehidrogenase

(17βHSD), yang terdiri dari 2 tipe: tipe-1 merubah estron menjadi estradiol (bentuk estrogen

yang lebih poten) dan tipe-2 merubah estradiol menjadi estron. Dalam endometrium eutopik

normal, progesteron merangsang aktifitas tipe-2 dalam kelenjar epitelium, enzim tipe-2 ini

sangat banyak ditemukan pada kelenjar endometrium fase sekresi. Dalam jaringan

endometriotik, tipe-1 ditemukan secara normal, tetapi tipe-2 secara bersamaan tidak

ditemukan. Progesteron tidak merangsang aktiftas tipe-2 dalam susukan endometriotik karena

tampilan reseptor progesteron juga abnormal. Reseptor progesteron terdiri dari 2 tipe: PR-A

dan PR-B, keduanya ini ditemukan pada endometrium eutopik normal, sedangkan pada

jaringan endometriotik hanya PR-A saja yang ditemukan.6,7

Klasifikasi

Endometriosis dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi dan tipe lesi, yaitu: 8

1. Peritoneal endometriosis

Pada awalnya lesi di peritoneum akan banyak tumbuh vaskularisasi sehingga menimbulkan

perdarahan saat menstruasi. Lesi yang aktif akan menyebabkan timbulnya perdarahan kronik rekuren

dan reaksi inflamasi sehingga tumbuh jaringan fibrosis dan sembuh. Lesi berwarna merah dapat

35
berubah menjadi lesi hitam tipikal dan setelah itu lesi akan berubah menjadi lesi putih yang miskin

vaskularisasi dan ditemukan debris glandular.

2. Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)

Ovarian endometrioma diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks ovarium setelah

penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan endometriosis. Kista

endometrium bisa besar (>3cm) dan multilokus, dan bisa tampak seperti kista coklat

karena penimbunan darah dan debris ke dalam rongga kista.

3. Deep Nodular Endometriosis

Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum rektovaginal atau

struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul

dibentuk oleh hiperplasia otot polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang

menginfiltrasi. Jaringan endometriosis akan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan

secara klinis yangberhubungan dengan endomeriosis nodular dalam. 

Ada banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan

endometriosis dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan adalah sistem

American Fertility Society (AFS) yang telah direvisi (Tabel 1). Klasifikasi ini menjelaskan

tentang lokasi dan kedalaman penyakit berikut jenis dan perluasan adhesi yang dibuat dalam

sistem skor. Berikut adalah skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan stadium:9

- Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)

- Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang)

- Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)

- Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)

36
Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS

Endometriosis <1 cm 1-3 cm >3 cm


Peritoneum

Permukaan 1 2 4

2 4 6
Dalam
Kanan Permukaan 1 2 4

4 16 20
Ovarium

Dalam
Kiri Permukaan 1 2 4

Dalam 4 16 20

Perlekatan kavum Douglasi


Sebagian Komplit
4 40

<1/3 1/3-2/3 >2/3


Perlekatan
1 2 4
Tipis
Ovarium

4 8 16
Kanan
Tebal
1 2 4
Tipis
4 8 16
Kiri Kiri
Tebal
1 2 4
Kanan Tipis
4 8 16
Tuba

Tebal
1 2 4
Tipis
4 8 16
Kir Kiri
Tebal

Martin pada tahun 2006 mengusulkan sistem kalsifikasi stadium untuk mengetahui

tingkat kepercayaan dari tindakan laparaskopi diagnostik terhadap endometriosis.Tingkat

kepercayaan laparaskopi terdiri atas 4 tingkatan:10

Tingkat 1: Mungkin endometriosis – Vesikel peritoneal, polip merah, polip kuning,

hipervaskularisasi, jaringan parut, adhesi

37
Tingkat 2: Diduga endometriosis – Kista coklat dengan aliran bebas dari cairan coklat.

Tingkat 3: Pasti endometriosis – Lesi jaringan parut gelap, lesi merah dengan latar belakang

jaringan ikat sebagai jaringan parut, kista coklat dengan area mottle merah dan gelap dengan

latar belakang putih.

Tingkat 4: Endometriosis – Lesi gelap dan jaringan parut pada pembedahan pertama.

Gambar 4. Adhesi akibat endometriosis

Histogenesis

Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak dianut adalah teori dari

Sampson.Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali

(regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis.Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid

didapati sel-sel endometrium yang masih hidup.Sel-sel endometrium yang masih hidup ini

kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.Teori lain dikemukakan oleh Robert Meyer

bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang

dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan

metaplasia dari sel-sel epitel itu sehingga terbentuk jaringan endometrium.4

Teori hormonal bermula dari kenyataan bahwa kehamilan dapat menyembuhkan

endometriosis. Rendahnya kadar FSH, LH dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.

Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH dan E2. Pendapat yang sudah lama

dianut ini mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari kadar

38
estrogen dalam tubuh. Pendapat ini mulai diragukan karena pada tahun 1989 Baziad dan

Jacoeb menemukan kadar E2 yang cukup tinggi pada kasus-kasus endometriosis. Jacoeb pada

tahun 1990 pun menemukan kadar E2 serum pada setiap kelompok derajat endometriosis

hampir semuanya tinggi. Keadaan ini juga tidak bergantung pada beratnya derajat

endometriosis. Kalau memang dianggap perkembangan endometriosis bergantung pada kadar

estrogen dalam tubuh, seharusnya terdapat hubungan bermakna antara beratnya derajat

endometriosis dengan kadar E2 di lain pihak, apabila kadar E2 dalam tubuh maka senyawa ini

akan diubah kembali menjadi androgen melalui proses aromatisasi. Akibatnya, kadar

testosterone pun akan meninggi. Tetapi kenyataannya pada penelitian ini, kadar T tidak

berubah secara bermakna menurut beratnya penyakit. 11

Sedangkan teori terakhir, endometriosis dikaitkan dengan aktivitas imun. Teori

imunologis menerangkan bahwa secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum

parietal dan permukaan ovarium memiliki asal yang sama, oleh karena itu sel-sel

endometriosis akan sejenis dengan mesotel. Telah diketahui bahwa CA-125 merupakan suatu

antigen permukaan sel yang semula diduga khas untuk ovarium. Karena endometriosis

merupakan proses proliferasi sel yang bersifat destruktif, maka lesi ini tentu akan

meningkatkan kadar CA-125. Banyak yang berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu

penyakit autoimun karena memiliki kriteria yang cenderung lebih banyak pada wanita,

bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan dan menunjukkan

aktivitas sel B-poliklonal.11

Patologi

Gambaran mikroskopik dari endometrium sangat variabel. Lokasi yang sering

terdapat ialah pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru

kecil sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit

39
karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium

dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam

jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan

akut abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal.9,10

Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis yakni

kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit,

pigmen hemosiderin dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel

radang dan jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan

endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus dapat dipengaruhi oleh

estrogen dan progesteron. Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian

besar sarang endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi jaringan

sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.7.8

Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila

kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan regresi sarang

endometriosis. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi dasar pengobatan endometriosis

dengan hormon untuk mengadakan apa yang dinamakan kehamilan semu

(pseudopregnancy).8

3.6 Gejala Klinis

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada kista endometriosis adalah:6,8

 Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid

(dismenore). Sebab dari dismenore ini tidak diketahui tetapi mungkin ada

hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada

40
waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis

walaupun kelainan sudah luas sebaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala

nyeri yang hebat. Nyeri yang hebat dapat menyebabkan mual, mntah, dan diare.

Dismenore primer terjadi selama tahun-tahun awal mestruasi, dan semakin meningkat

dengan usia saat melahirkan anak, dan biasanya hal ini tidak berhubungan dengan

endometriosis. Dismenore sekunder terjadi lebih lambat dan akan semakin meningkat

dengan pertambahan usia. Hal ini bisa menjadi tanda peringatan akan terjadinya

endometriosis, walaupun beberapa wanita dengan endometriosis tidak terlalu

merasakannya.

 Dispareunia merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya

endometriosis di kavum Douglasi.

 Nyeri waktu defekasi, terjadi karena adanya endometriosis pada dinding

rekstosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut.

 Poli dan hipermenorea, dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada

ovarium sangat luas sehingga fungsi ovarium terganggu.

 Infertilitas, hal ini disebabkan apabila motilitas tuba terganggu karena fibrosis dan

perlekatan jaringan disekitarnya. Sekitar 30-40% wanita dengan endometriosis

menderita infertilitas.

3.7 Diagnosis

Tidak ada pemeiksaan yang sederhana untuk mendiagnosis endometriosis.Dalam

kenyataannya, satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti endometriosis adalah dengan

41
melakukan laparoskopi dan melakukan biopsi jaringan. Pemeriksaan ini merupakan standar

emas dalam mendiagnosis endometriosis.12

Endometriosis dicurigai bila ditemukan adanya gejala nyeri di daerah pelvis dan

adanya penemuan-penemuan yang bermakna selama pemeriksaan fisik. Melalui pemeriksaan

rektovaginal (satu jari di dalam vagina dan satu jari lagi di dalam rectum) akan teraba nodul

(jaringan endometrium) di belakang uterus dan di sepanjang ligamentum yang menyerang

dinding pelvis. Suatu saat bisa saja nodul tidak teraba, tetapi pemeriksaan ini sendiri dapat

menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman.13

3.8 Penatalaksanaan

Endometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan.

Pengobatan endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan/atau memperbaiki

fertilitas.6,13,14

 Endometriosis dan subfertilitas

o Adhesi peritubal and periovarian dapat menginterferensi dengan transportasi

ovum secara mekanik dan berperan dalam menyebabkan subfertilitas.

Endometriosis peritoneal telah terbukti berperan dalam menyebabkan

subfertilitas dengan cara berinterferensi dengan motilitas tuba,

follikulogenesis, dan fungsi korpus luteum. Aromatase dipercaya dapat

meningkatkan kadar prostaglandin E melalui peningkatan ekspresi COX-2.

Endometriosis juga dapat menyebabkan subfertilitas melalui peningkatan

jumlah sperma yang terikat ke epitel ampulla sehingga mempengaruhi

interaksi sperm-endosalpingeal.

42
o Pemberian medikamentosa pada endometriosis minimal atau sedang tidak

terbukti meningkatkan angka kehamilan. Endometriosis sedang sampai berat

harus dioperasi.

o Pilihan lainnya untuk mendapatkan kehamilan ialah inseminasi intrauterin,

superovulasi, dan fertilisasi invitro. Pada suatu penelitian case-contol, rata-rata

kehamilan dengan injeksi sperma intrasitoplasmik tidak dipengaruih oleh

kehadiran endometriosis. Lebih jauh, analisi lainnya menunjukkan

peningkatan kejadian kehamilan akibat fertilisasi in vitro dengan preterapi

endometriosis tingkat 3 dan 4 dengan agonis gonadotropin-releasing hormone

(GnRH).

 Terapi interval

o Beberapa peneliti percaya bahwa endometriosis dapat ditekan dengan

pemberian profilaksis berupa kontrasepsi oral kombinasi berkesinambungan,

analog GnRH, medroksiprogesteron, atau danazol sebagai upaya untuk

meregresi penyakit yang asimtomastik dan mengatasi fertilitas subsekuen.

o Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga dapat

meningkatkankesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up.

 Tidak ada hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan tidak ada

penelitian yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau pembedahan dapat

mengurangi angka kejadian abortus.

 Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational, dan

analog GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri dan

durasinya.

o Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium dan

memperpanjang efek progestin.

43
o Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi endometrium.

 Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.

 Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama

 The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna dalam

mengurangi nyeri akibat endometriosis.

o Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun tidak berefek

dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan GnRH menurunkan gejala

nyeri pada 85-100% wanita dengan endometriosis.

o Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating hormone

(FSH) and luteinizing hormone (LH) dan mencegah steroidogenesis di korpus

luteum.

Terapi Bedah

Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika fungsi reproduksi

berusaha dipertahankan, semikonservatif jika kemampuan reproduksi dikurangi tetapi fungsi

ovarium masih ada, dan radikal jika uterus dan ovarium diangkat secara keseluruhan. Usia,

keinginan untuk memperoleh anak lagi, perubahan kualitas hidup, adalah hal-hal yang

menjadi pertimbangan ketika memutuskan suatu jenis tindakan operasi.6, 13,14

 Pembedahan konservatif

o Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan

perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya gejala

nyeri dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan laparoskopi adalah

metode pilihan untuk mengobati endometriosis secara konservatif. Ablasi bisa

dilakukan dengan dengan laser atau elektrodiatermi. Secara keseluruhan,

angka rekurensi adalah 19%. Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi


44
bipolar atau laser efktif dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista

endometriosis dapat diterapi dengan drainase atau kistektomi. Kistektomi

laparoskopi mengobati keluhan nyeri lebih baik daripada tindakan drainase.

Terapi medis dengan agonis GnRH mengurangi ukuran kista tetapi tidak

berhubungan dengan hilangnya gejala nyeri.

o Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan angka

kehamilan pada kasusinfertilitas yang berhubungan dengan endometriosis.

o Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi presakral. Bundel

saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra sakral III, dan bagian

distalnya diligasi.

o Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk mengurangi

gejala dispareunia dan nyeri punggung bawah.

o Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal adjuvant

postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada berefek pada

fertilitas. Analog GnRH, danazol, dan medroksiprogesteron berguna untuk hal

ini.

 Pembedahan semikonservatif

o Indikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan anak

dengan lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan radikal, dan

merasa terganggu oleh gejala-gejala endometriosis. Pembedahan yang

dimaksud adalah histerektomi dan sitoreduksi dari jaringan endometriosis

pelvis. Kista endometriosis bisa diangkat karena sepersepuluh dari jaringan

ovarium yang berfungsi diperlukan untuk memproduksi hormon. Pasien yang

dilakukan histerektomi dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki

45
risiko enam kali lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan

dengan wanita yang dilakukan histerektomi dan ooforektomi.

o Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang juga memiliki

efek dalam mereduksi gejala.

 Pembedahan radikal

o Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari

endometrium yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk memungkinkan

mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara organ-organ di dalam

rongga pelvis.

o Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian yang

mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi usus dilakukan

reseksi anastomosis jika obstruksi berada di rektosigmoid anterior.

46
Gambar 5. Algoritma Penatalaksanaan Endometriosis

Diagnosis Banding

Adenomiosis uteri, radang pelvik, dengan tumor adneksa dapat menimbulkan

kesukaran dalam diagnosis. Pada kelainan di luar endometriosis jarang terdapat

perubahan-perubahan berupa benjolan kecil di kavum Douglasi dan ligamentum

sakrouterina. Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri dengan endometriosis dapat

pula ditemukan. Endometriosis ovarii dapat menimbulkan kesukaran diagnosis dengan

kista ovarium. Sedangkan endometriosis yang berasal dari rektosigmoid perlu dibedakan

dari karsinoma.4

Prognosis

Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan dengan

histerektomi dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian rekurensi endometriosis setelah

47
dilakukan terapi pembedahan adalah 20% dalam waktu 5 tahun. Ablasi komplit dari

endometriosis efektif dalam menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli

mengatakan eksisi lesi adalah metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian

rekurensi dari gejala-gejala endometriosis. 8

Pada kasus infertilitas, keberhasilan tindakan bedah berhubungan dengan tingkat berat ringannya

penyakit. Pasien dengan endometriasis sedang memiliki peluang untuk hamil sebanyak 60%,

sedangkan pada kasus-kasus endometriosis yang berat keberhasilannya hanya 35%. 8  

48
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri

Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2014. p. 934, 1035-7.

2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium

Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 388-9.

3. Speroff L, Fritz MA. Clinical Gynecologic Endokrinology and Infertility. 7 th ed.

Philadelphia: 2015. p.1125-30.

4. American Society. Endometriosis a guide for patient

http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/endometriosis.pdf [diakses 7 Juni 2009]

5. Oepomo TD. Concentration of TNF-α in the peritoneal fluid and serum of

endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf [diakses 7 Juni

2009]

6. NHS Evidence, Annual Evidence Update on Endometriosis – Epidemiology and

aetiology. http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?

resID=258981&tabID=290&catID=11472 [diakses 7 Juni 2009]

7. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP, 2012. p.314-36

8. Lee BM, The Endometriosis cyst. http://ezinearticles.com/?Cyst-Endometriosis---Cyst-in-

the-Walls-of-the-Womb&id=1794678 [diakses 7 Juni 2009]

9. Wellbery C. Diagnosis and Treatment of Endometriosis 1999;

http://www.aafp.org/afp/991015ap/contentshtml [diakses 7 Juni 2009]

49
10. Overton C, Davis C, McMillanL, Shaw R. An Atlas Of Endometriosis, 3 rd ed. London:

Informa Healthcare, 2007. p.2-3, 36

11. Kandeel M, Endometriosis: An update

http://www.gfmer.ch/GFMER_members/pdf/Endometriosis_Kandeel_2008.pdf [diakses

7 Juni 2009]

50

Anda mungkin juga menyukai