Anda di halaman 1dari 14

Nama : Fikry Septian Nurul Bayan

NIM : 2613181072
Kelas : TME-B
Tanggal : 14 November 2020

Tugas Psikologi Industri

1. Jelaskan definisi serta perbedaan Eustress dan Distress?

Jawab :
Sebelum kita tau pengertian dari Eustress dan Distress lebih baik ketahui
dahulu apa itu Stress. Stress merupakan suatu respons non-spesifik pada tubuh
yang dapat muncul karena adanya permintaan untuk suatu perubahan. Saat
merasa stres seringkali seseorang akan merasa gelisah dan agresif terhadap orang
lain, hal ini merupakan reaksi alami yang terjadi pada tubuh. Karena saat stres,
tubuh akan mengira jika ia sedang diserang hingga beralih ke mode fight or
flight, inilah yang membuat seseorang menjadi lebih agresif. Dan akan ada
pandangan bahwa stres merupakan hal yang negatif dan merugikan. Stress
terbagi menjadi dua yaitu Eustress dan Distress.
a. Eustress
Istilah eustress diciptakan pertama kali oleh ahli endokrinologi bernama
Hans Selye, eustress berasal dari Bahasa yunani yang terdiri dari prefiks eu
yang berarti "baik", dan stress. Eustress berarti stress yang menguntungkan baik
secara psikologi, fisik misalnya olahraga maupun biokimia/radiologis
(hormesis). Eustress merupakan respons kognitif positif terhadap stres yang
sehat, atau memberi seseorang perasaan puas atau perasaan positif lainnya.
Selye menciptakan istilah eustress sebagai subkelompok stres untuk
membedakan berbagai macam stres. Eustress tidak ditentukan oleh tipe pemicu
stres, melainkan bagaimana seseorang memandang pemicu stres misalnya,
ancaman negatif versus tantangan positif. Eustress mengacu pada respons
positif yang dimiliki seseorang terhadap pemicu stres, yang dapat bergantung
pada perasaan kontrol, keinginan, lokasi, dan waktu pemicu stres seseorang saat
ini. Indikator potensial eustress mungkin termasuk menanggapi pemicu stres
dengan rasa makna , harapan , atau kekuatan . Eustress juga berkorelasi positif
dengan kepuasan hidup dan kesejahteraan.
Eustress terjadi ketika kesenjangan antara apa yang dimiliki dan apa yang
diinginkan sedikit didorong, tetapi tidak berlebihan. Sasarannya tidak terlalu
jauh dari jangkauan tetapi masih sedikit lebih dari yang bisa ditangani. Hal
tersebut menumbuhkan tantangan dan motivasi karena tujuannya sudah di
depan mata. Fungsi tantangan adalah untuk memotivasi seseorang menuju
perbaikan dan tujuan. Tantangan adalah emosi terkait peluang yang
memungkinkan orang mencapai tujuan yang tidak terpenuhi. Eustress
ditunjukkan dengan harapan dan keterlibatan aktif.
Secara singkat, eustress berperan dalam membuat seseorang tetap
termotivasi dan mengejar tujuan, serta membuat hidup terasa lebih baik.
Eustress berdampak pada tiga aspek kehidupan, yaitu:
a) Psikologis, membantu untuk membangun kemandirian, daya tahan mental,
dan kemampuan diri.
b) Fisik, berdampak pada pembentukan tubuh dengan memotivasi atau
menantang untuk berolahraga.
c) Emosional, memberikan emosi positif pada diri, seperti inspirasi, kepuasan,
dan sebagainya.
Sama halnya dengan stres yang lain, eustress bekerja dengan cara
meningkatkan kewaspadaan pada sistem saraf pusat, yang akan membuat orang
tersebut menjadi lebih waspada dan sadar. Berikut adalah cara untuk
mengaplikasikan eustess dalam kehidupan sehari-hari.
a) Keluar dari zona nyaman.
b) Mencoba hal baru.
c) Ingatlah tujuan di masa depan.
b. Distress
Distres merujuk kepada suatu istilah yang menggambarkan respon stres
subjektif yang dialami oleh individu yang biasanya terwujud dalam bentuk
kecemasan atau depresi. Istilah distres juga terkadang digunakan untuk
menggambarkan perilaku dan gejala-gejala medis (somatic distress). Konsep distres
pertama kali diambil dari teori Hans Selye mengenai General Adaptation Syndrome
(GAS) 6, yang menjelaskan mengenai respon-respon fisiologis dan psikologis umum
terhadap stres yang diakibatkan oleh peristiwa hidup yang mengancam.

Berbeda dengan eustress yang akan membuat seseorang menjadi lebih produktif,
distress merupakan stres yang bersifat negatif, seseorang akan merasa kesulitan
terhadap suatu hal, yang akhirnya berdampak pada kesehatan mentalnya. Distress
sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu stres akut dan stres kronis. Stres akut dapat muncul
dan hilang dalam waktu singkat dan sering muncul. Sementara stres kronis adalah stres
yang membutuhkan waktu yang lama untuk disembuhkan.
Dilansir dari Help Better, berikut adalah dampak dari distress:
1. Mudah lelah dan lesu; Emosional dan lebih sensitif;
2. Jam tidur yang tidak teratur;
3. Merasa bersalah dan mudah putus asa;
4. Hingga akhirnya mengakibatkan pekerjaan menurun

Matthews mengemukakan bahwa distres merefleksikan baik pengaruh situasional dari


lingkungan (termasuk peristiwa yang terjadi dalam hidup, pengaruuh fisiologis,
kognitif dan sosial yang disebabkan oleh peristiwa tersebut) maupun faktor
intrapersonal individu seperti kepribadian.
a. Pengaruh fisiologis, berdasarkan beberapa penelitian, ditemukan bahwa
terdapat pengaruh beberapa bagian otak terhadap respon distres yang
ditampilkan oleh individu. Misalnya, kerusakan pada amygdala yang dapat
menimbulkan respon-respon emosional yang ekstrem. Atau kerusakan pada
lobus frontalis individu yang dapat menimbulkan gangguan respon emosional
yang disertai dengan hilangnya kontrol perilaku.
b. Pengaruh kognitif, model kognitif dari stres mengemukakan bahwa dampak
fisiologis dan psikologis dari stressor lingkungan ditentukan juga oleh
keyakinan serta harapan individu. Umumnya, distres akan muncul saat individu
menilai dirinya tidak memiliki kontrol dalam menghadapi peristiwa-peristiwa
yang dianggapnya penting.
c. Pengaruh sosial, adanya hambatan atau gangguan dalam hubungan sosial yang
dimiliki individu, misalnya seperti situasi berduka, perselisihan keluarga, dan
pengangguran, adalah faktor-faktor paling potensial yang dapat memunculkan
distres. Dalam hal ini, ketersediaan social support seringkali berfungsi untuk
membantu menurunkan distres yang dialami individu.
d. Kepribadian, beberapa penelitian menunjukkan terdapat beberapa trait
kepribadian yang memiliki hubungan dengan kecenderungan individu untuk
mengalami emosi negatif. Dalam sebuah penelitian, trait neuroticism terbukti
memprediksi suasana hati negatif seperti depresi dan kecemasan. Hal ini
berlawanan dengan trait extraversion yang justru berhubungan dengan
kebahagiaan dan pengaruh positif.

Pada kesimpulannya, perbedaan paling mendasar antara eustress dan distress


terletak pada kondisi seseorang ketika mendapatkan penyebab stress (stressor).
Eustress bisa membantu memunculkan inspirasi, motivasi, dan meningkatkan kinerja
sesorang sedangkan distress merupakan kebalikan dari eustress dimana ketika
seseorang mendapat stressor justru bisa menimbulkan depresi dan kecemasan. Contoh
kasus dalam dunia kerja mengenai eustress dan distress adalah sebagai berikut.
"Syifa dan Fikry merupakan pegawai di sebuah perusahaan swasta bergengsi
yaitu PT. Dago Nusantara tbk. Suatu ketika, mereka dipromosikan untuk naik
jabatan yang otomatis menambah penghasilannya, tetapi juga menambah beban
kerjanya.
Di minggu pertama Syifa belum terbiasa sehingga menyebabkan jatuh sakit
karenanya. Akan tetapi, Fikry justru semakin rajin masuk kantor dan menikmati
tugas barunya itu."
Dalam ilustrasi tersebut Syifa dan Fikry sama sama mendapatkan promosi
pekerjaan. Promosi inilah yang disebut dengan stressor atau penyebab stres. Sikap
masing masing terhadap promosi ini berbeda. Syifa dan Fikry suka tidak suka harus
mengondisikan dirinya. Pengkondisian inilah yang disebut dengan stres. Hanya saja
keduanya berbeda dalam menyikapi stres di minggu pertama. Syifa jatuh sakit karena
stressnya, hal inilah yang disebut dengan distress sedangkan Fikry justru semakin
rajin, hal inilah yang disebut dengan eustress.

2. Apa saja Macam Coping stress?

Coping merupakan suatu proses yang dilakukan setiap waktu dalam lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, sekolah maupun masyarakat. Coping digunakan
seseorang untuk mengatasi stress dan hambatan–hambatan yang dialami. Dalam
kamus psikologi (Chaplin, 2002 ; 112), coping behavior diartikan sebagai sembarang
perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya,
dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah). Lazarus dan Folkman
(dalam Sarafino ; 1997) mengartikan coping adalah suatu proses dimana individu
mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan
dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Sedangkan (dalam
Smet 1994 ; 143) Lazarus dan Folkman mendefinisikan coping sebagai sesuatu proses
dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan,
baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress.

Coping stress juga merupakan cara untuk menghadapi stres, yang


mempengaruhi bagaimana seseorang mengidentifikasi dan mencoba untuk
menyelesaikan masalah. Terdapat beberapa macam dari coping stress yaitu sebagai
berikut.
A. Coping psikologis. Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres
psikologis tergantung pada dua faktor, yaitu Bagaimana persepsi atau
penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang
dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterima dan keefektifan
strategi coping yang digunakan oleh individu, artinya dalam menghadapi
stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang
baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
B. Coping psiko-sosial, yaitu reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres
yang diterima atau dihadapi oleh seseorang. Menurut Struat dan Sundeen
mengemukakan (dalan Rasmun : 2004) bahwa terdapat 2 kategori coping yang
bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan yaitu sebagai berikut
a) Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction). Cara ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan
memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat tiga macam reaksi yang berorientasi
pada tugas, yaitu Perilaku menyerang (fight), Perilaku menarik diri
(withdrawl) dan kompromi.
b) Reaksi yang berorientasi pada EgoReaksi ini sering digunakan oleh
individu dalam menghadapi stres, atau ancaman, dan jika dilakukan dalam
waktu sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika
digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan
orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunkan
produktifitas kerja.

Adapun bentuk-bentuk dan Indikator dari Coping stress adalah sebagai berikut.
A. Appraisal Focused Coping
Appraisal-Focused Coping merupakan metode coping stress ketika seseorang
menghadapi stres, perasaan adalah aspek yang paling awal memberikan respon.
Biasanya respon yang muncul membuat seseorang menjadi tidak nyaman. Salah satu
cara untuk meredakannya adalah dengan menerimanya dan menenangkan diri.
B. Problem Focused Coping
Problem focus coping adalah usaha nyata berupa perilaku individu untuk
mengatasi masalah, tekanan dan tantangan, dengan mengubah kesulitan
hubungan dengan lingkungan yang memerlukan adaptasi atau dapat disebut
pula perubahan eksternal. Strategi ini membawa pengaruh pada individu, yaitu
perubahan atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang
dihadapinya berikut dampak-dampak dari masalah tersebut, sehingga individu
mengetahui masalah dan konsekuensi yang dihadapinya. Problem focus coping
merupakan respon yang berusaha memodifikasi sumber stres dengan
menghadapi situasi sebenarnya. Problem focus coping merupakan coping stress
yang orientasi utamanya adalah mencari dan menghadapi pokok permasalahan
dengan cara mempelajari strategi atau keterampilan- kererampilan baru dalam
rangka mengurangi stresor yang dihadapi dan dirasakan. Problem focus coping
merupakan coping stress yang berpusat pada masalah, individu mengatasi stres
dengan mempelajari cara- cara atau keterampilan-keterampilan baru. Individu
cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah
situasi. Menurut Lazarus (dalam Aldwin dan Revenson 1987) indikator yang
menunjukkan strategi yang berorientasi pada problem focus coping yaitu:
a) Instrumental action (tindakan secara langsung), Individu melakukan usaha
dan merencanakan langkah-langkah yang mengarah pada penyelesaian
masalah secara langsung serta menyusun rencana untuk bertindak dan
melaksanakannya.
b) Cautiousness (kehati-hatian), Individu berfikir, meninjau, dan
mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah, berhati-hati
dalam merumuskan masalah, meminta pendapat orang lain dan
mengevaluasi strategi yang pernah diterapkan sebelumnya.
c) Negotiation, Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan
serta mencari cara penyelesaian dengan orang lain yang terlibat di
dalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan. Usaha yang dapat
dilakukan untuk mengubah pikiran dan pendapat seseorang, melakukan
perundingan atau kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang positif dari
situasi.
C. Emotion focused coping
Emotion focus coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa
nyaman dan memperkecil tekanan yang dirasakan, yang diarahkan untuk
mengubah faktor dalam diri sendiri dalam cara memandang atau mengartikan
situasi lingkungan, yang memerlukan adaptasi yang disebut pula perubahan
internal. Emotion focus coping berusaha untuk mengurangi, meniadakan
tekanan, untuk mengurangi beban pikiran individu, tetapi tidak pada kesulitan
yang sebenarnya. Emotion focus coping lebih sesuai dilakukan oleh subjek yang
memiliki usia berkisar antara 17 sampai 20 tahun karena mereka belum
mencapai tahap perkembangan yang matang untuk bisa menggunakan problem
focus coping.
Emotion focus coping merupakan respon yang mengendalikan penyebab
stres yang berhubungan dengan emosi dan usaha memelihara keseimbangan
yang efektif. Perilaku koping yang berpusat pada emosi yang digunakan untuk
mengatur respon emosional terhadap stres. Emotion focus coping merupakan
pelarian dari masalah yaitu individu menghindari masalah dengan cara
berkhayal atau membayangkan seandainya dia berada pada situasi yang
menyenangkan. Indikator yang menunjukkan strategi yang berorientasi pada
Emotion focus coping yaitu:

a) Escapism (Pelarian diri dari masalah), yaitu usaha yang dilakukan


individu untuk menghindari masalah dengan cara berkhayal atau
membayangkan hasil yang akan terjadi atau mengkhayalkan seandainya
ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang dialaminya
sekarang. Cara yang dilakukan untuk menghindari masalah dengan tidur
lebih banyak, minum minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, dan menolak kehadiran orang lain.
b) Minimalization (meringankan beban masalah), yaitu saha yang
dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara menolak
memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan masalah tersebut
tidak ada dan menekan masalah menjadi seringan mungkin.
c) Self blame (menyalahkan diri sendiri), yaitu Perasaan menyesal,
menghukum dan menyalahkan diri sendiri atas tekanan masalah yang
terjadi atau strategi lainnya yang bersifat pasif dan intropunitif yang
ditujukan ke dalam diri sendiri.
d) Seeking meaning (mencari arti), yaitu Usaha individu untuk mencari
makna atau mencari hikmah dari kegagalan yang dialami dan melihat
hal- hal lain yang penting dalam kehidupan.

Bentuk-bentuk Emotion focus coping menurut Lazarus (dalam Effendi,


1999) yaitu, identifikasi, represi, denial, proyeksi, reaksi formasi, displacement,
rasionalisasi. Carver (dalam Hapsari, 2002) membagi aspek-aspek coping stress
menjadi empat pertama keaktifan diri yaitu suatu tindakan untuk mencoba
menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stress atau memperbaiki akibatnya
dengan cara bertindak langsung, religiusitas yaitu s i k a p individu untuk
menenangkan dan menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan. Lebih
lanjut Ebata (dalam Herdiansyah, 2007) menjelaskan macam-macam strategi
coping stress, yaitu strategi mendekat (approach strategy) adalah suatu usaha
atau cara kognitif untuk memahami sumber penyebab kecemasan dan berusaha
untuk menghadapi masalah penyebab kecemasan tersebut beserta
konsekuensinya secara langsung dan strategi menghindar (avoidance strategy)
adalah meminimalisasi sumber penyebab, kemudian memunculkan usaha dalam
bentuk tingkah laku untuk menarik atau menghindarkan diri dari sumber
penyebab tersebut.

Menurut saya, coping stress yang cocok dan sering saya lakukan adalah
dengan metode Appraisal Focused Coping yaitu menerima keadaan atau
dengan metode Problem Focused Coping dimana pada metoda ini saya focus
untuk mencari solusi setelah menenangkan diri.

3. Apa saja faktor penyebab stress di dalam dunia kerja?


Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
dan kondisi seorang pekerja. Orang-orang yang mengalami stres menjadi
nervous dan merasakan kekuatiran kronis sehingga mereka sering menjadi
marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak
kooperatif.
Terdapat dua faktor penyebab stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja
dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik,
manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.
Sedangkan faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman
pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan
mengembangkan diri.
Menurut Hasibuan (2012:204) faktor-faktor penyebab stres pekerja,
antara lain sebagai berikut:
a. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
b. Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar.
c. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
d. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja.
e. Balas jasa yang terlalu rendah.
f. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain.

Menurut Robbins (2008:370) ada tiga kategori potensi pemicu stres kerja
yaitu sebagai berikut.

A. Faktor-faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
a) Selain mempengaruhi desain struktur sebuah perusahaan, ketidakpastian
lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam
perusahaan. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian
ekonomi.
b) Ketidakpastian politik juga merupakan pemicu stres diantara karyawan.
c) Perubahan teknologi adalah faktor lingkungan ketiga yang dapat
menyebabkan stres, karena inovasi-inovasi baru yang dapat membuat
bentuk inovasi teknologi lain yang serupa merupakan ancaman bagi
banyak orang dan membuat mereka stres.

B. Faktor-faktor Perusahaan
Faktor-faktor perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan
seseorang, meliputi: desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman
tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja dan tata letak fisik pekerjaan.
2. Tuntutan peran adalah beban peran yang berlebihan dialami ketika
karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang
ada. Ambiguitas peran manakala ekspektasi peran tidak dipahami
secara jelas dan karyawan tidak yakin apa yang harus ia lakukan.
3. Tuntutan antarpribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain, tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi
yang buruk dapat menyebabkan stres.

C. Faktor-faktor Pribadi
Faktor-faktor pribadi ini terutama menyangkut masalah keluarga, masalah
ekonomi pribadi serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri
seseorang. Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan
kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak merupakan masalah hubungan
yang menciptakan stres bagi karyawan yang lalu terbawa sampai ketempat
kerja. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada
tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan
mengganggu konsentrasi kerja mereka.

Kemudian bila diteliti lebih dalam faktor penyebab stress dalam dunia
kerja terbagi menjadi dua yaitu faktor tempat kita bekerja dan faktor pribadi.
a. Faktor tempat bekerja
Faktor penyebab stress dari tempat kerja diantaranya adalah sebagai
berikut.
b) Lingkunga kerja yang tidak sesuai meliputi rekan kerja yang bersifat
“Toxic Relationship”.
c) Pimpinan kerja yang tidak bisa menghargai pekerjanya.
d) Beban kerja yang berlebihan.
e) Fasilitas kerja yang tidak sesuai.
f) Gaji atau penghasilan yang tidak sebanding dengan kinerja.
g) Tidak memiliki kebebasan berekspresi
b. Faktor pribadi
Faktor penyebab stress dari pribadi diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pekerjaan yang tidak diminati sesuai bidang.
b. Masalah pribadi dan keluarga yang terbawa dalam dunia kerja.

4. Jelaskan Definisi Stress!!!


Stress adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi
ancaman, tekanan, atau suatu perubahan. Stres juga dapat terjadi karena situasi
atau pikiran yang membuat seseorang merasa putus asa, gugup, marah, atau
bersemangat. Situasi tersebut akan memicu respon tubuh, baik secara fisik
ataupun mental. Respon tubuh terhadap stres dapat berupa napas dan detak
jantung menjadi cepat, otot menjadi kaku, dan tekanan darah meningkat. Stres
sering kali dipicu oleh tekanan batin, seperti masalah dalam keluarga, hubungan
sosial, patah hati, cinta tak berbalas, atau masalah keuangan. Selain itu, stres juga
bisa dipicu oleh penyakit yang diderita. Memiliki anggota keluarga yang mudah
mengalami stres, akan membuat orang tersebut juga lebih mudah mengalami
stres. Setiap orang, termasuk anak-anak, pernah mengalami stres. Kondisi ini
tidak selalu membawa efek buruk dan umumnya hanya bersifat sementara. Stres
akan berakhir saat kondisi yang menyebabkan tekanan atau frustasi tersebut
dilewati. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik serta
melemahkan daya tahan tubuh. Selain itu, stres juga dapat menimbulkan
gangguan pada sistem pencernaan dan sistem reproduksi. Orang yang
mengalami stres secara berkepanjangan biasanya juga akan mengalami
gangguan tidur.
Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya
tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi
kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari
luar.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif,
karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan
potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa
beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif
yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan
dari pekerjaan mereka.

Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang


menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stress
hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset
mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal
menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih
sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
Beberapa ahli mendefinisikan stres sebagai berikut.
a. Respon non spesifik dari tubuh di setiap tuntutan.
b. Suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
sesuatu kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut
terdapat batasan atau penghalang.

c. Adanya ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan


kemampuan memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut
akan berdampak krusial.
d. Stres merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara
mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan
mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Daftar Referensi Yang diambil

[1] https://tirto.id/apa-yang-dimaksud-eustress-distress-dan-neustress-eNVl
(Diakses pada Minggu, 14 November 2020 pukul 16.23-16.57 WIB)

[2] http://etheses.uin-malang.ac.id/1826/6/09410068_Bab_2.pdf
(Diakses pada Minggu, 14 November 2020 pukul 20.22-21.20 WIB)

[3] https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-distres-psikologis/117570
(Diakses pada Minggu, 14 November 2020 pukul 20.43 - 21.45 WIB)

[4] https://www.kompasiana.com/n471b/56c17b556523bdde06599617/stres-eustress-dan-
distress
(Diakses pada Minggu, 14 November 2020 pukul 21.00-22.34 WIB)

[5] https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-coping-stress/124814/5
(Diakses pada Minggu, 15 November 2020 pukul 07.15-08.00 WIB)

[6] https://medium.com/@indotesis/pengertian-penyebab-dan-akibat-stres-kerja-
3e4f18244b71
(Diakses pada Minggu, 15 November 2020 pukul 07.15-08.00 WIB)

[7] https://www.alodokter.com/stres
(Diakses pada Minggu, 15 November 2020 pukul 21.05-22.36 WIB)

[8] https://id.wikipedia.org/wiki/Stres
(Diakses pada Minggu, 15 November 2020 pukul 22.10-23.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai