Anda di halaman 1dari 6

GAYA BELAJAR & GAYA BERPIKIR

DOSEN PENGAMPU :
PROF. DR. ROSMALA DEWI, M. Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 2


Ade Bulan Muharrani Batu Bara (4201111025)
Hanna Riani Sihite (4202411005)
Pebrina Enjel Sitohang (4203111067)
Tamara Dwi Abnita Br. Damanik (4203111061)

KELAS : PSPM 2020 C


MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2021
Inteligensi merujuk pada kemampuan. Gaya berfikir dan belajar (learning and
thinking styles) bukanlah kemampuan, tetapi cara yang disukai untuk menggunakan
kemampuan seseorang (Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001; Sternberg, 1997). Guru mungkin
akan mengatakan bahwa anak melaksanakan kegiatan belajar dan berfikir dengan berbagai
cara yang mencengangkan. Guru sendiri juga bervariasi dalam gaya berfikir dan belajarnya.
Tak satupun dari kita yang hanya punya satu gaya belajar dan berfikir, kita punya banyak
gaya. Individu itu sangat bervariasi sehingga ada ratusan gaya belajar dan berfikir yang
dikemukakan oleh para pendidik dan psikologi. Bahasan gaya belajar dan berfikir di sini
bukan pembahasan yang lengkap, tetapi hanya akan diperkenalkan dua gaya yang paling
banyak didiskusikan.
A. Dikotomi Gaya Belajar dan Berfikir
Dua dikotomi yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang pembelajaran
adalah gaya impulsif/reflektif dan mendalam/dangkal.
1. Gaya Impulsif/Reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung
bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan
merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Murid yang impulsif seringkali
lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif. Riset terhadap
impulsivitas/refleksi telah memengaruhi pendidikan (Jonassen & Grabowski, 1993).
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas di
bawah ini :
·         Mengingat informasi yang terstruktur.
·         Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks.
·         Memecahkan problem dan membuat keputusan
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk
menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan. Murid
reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi. Banyak bukti menunjukkan murid reflektif lebih
efektif dan lebih baik dalam pelajaran sekolah ketimbang murid impulsif.
Dalam mengkaji gaya impulsif dan reflektif, ingatlah bahwa walaupun kebanyakan
murid belajar dengan lebih baik saat mereka menggunakan gaya reflektif, ada beberapa anak
yang memang bisa cepat belajar secara tepat dan bisa membuat keputusan sendiri. Bereaksi
cepat adalah strategi buruk hanya jika Anda berhadapan dengan jawaban yang salah. Juga,
beberapa anak reflektif mungkin terlalu sibuk berkutat dengan satu problem dan kesulitan
untuk memecahkannya. Guru bisa mendorong murid ini untuk mempertahankan gaya
reflektifnya tapi tetap bisa mencapai solusi.

Cara mengatasi anak yang impulsif:


 Identifikasi siswa yang impulsif
 Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum
memberikan jawaban
 Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
 Jadilah guru bergaya reflektif
 Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
 Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri pujian
untuk peningkatan kinerjanya
 Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas

2. Gaya Mendalam/Dangkal.
Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara
yang membantu mereka untuk memahami makna materi tersebut (gaya mendalam) atau
sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal) (Marton, Hounsell, &
Entwistle, 1984). Murid yang belajar dengan menggunakan gaya dangkal tidak tidak bisa
mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas.
Mereka cenderung belajar secara pasif, sering kali hanya mengingat informasi. Pelajar
mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka
pelajari dan member makna pada apa yang perlu untuk diingat. Jadi, pelajar mendalam
menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar
mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal
(surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar,
seperti pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, & Jackson, 1996).
Strategi pembelajaran untuk gaya belajar dangkal agar belajar mendalam:
 Identifikasi siswa bertype surface learner
 Beritahu mereka bahwa ada yang lebih penting dari sekadar mengingat materi.
Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan apa yang
mereka pelajari sebelumnya.
 Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi
dengan kerangka materi belajar yang lebih luas
 Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi
informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam
 Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak

B. Macam-macam Gaya Belajar Siswa


Adapun macam-macam gaya belajar siswa yaitu :
1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar
visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini
metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut,
atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya
di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan
ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di
depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di
otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti
diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka
mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
 Ciri-ciri gaya belajar visual : 
·         Bicara agak cepat
·         Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
·         Tidak mudah terganggu oleh keributan
·         Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
·         Lebih suka membaca dari pada dibacakan
·         Pembaca cepat dan tekun
·         Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
·         Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
·         Lebih suka musik dari pada seni
·         Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa


yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat
pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke
alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat
dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak
auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang
mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini
biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan
kaset.

 Ciri-ciri gaya belajar auditori :


·         Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
·         Penampilan rapi
·         Mudah terganggu oleh keributan
·         Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat
·         Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
·         Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
·         Biasanya ia pembicara yang fasih
·         Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
·         Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
·         Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
·         Berbicara dalam irama yang terpola
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
 Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
·         Berbicara perlahan
·         Penampilan rapi
·         Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
·         Belajar melalui memanipulasi dan praktek
·         Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
·         Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
·         Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
·         Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca
·         Menyukai permainan yang menyibukkan
·         Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di
tempat itu

C. Mengevaluasi Gaya Belajar dan Berpikir


  Dalam suatu kelas sangat mungkin berisi anak-anak dengan gaya belajar dan berpikir
yang berlebihan. Ingat jangan kacaukan gaya dengan kemampuan, seperti inteligensi. Gaya
adalah cara murid menggunakan kemampuannya. Gaya belajar dan berpikir mungkin
bervariasi berdasarkan konteks sekolah, level kelas dan mata pelajaran. Howard Gardner
(1993) mengatakan bahwa seorang murid mungkin punya gaya impulsif dalam bidang musik
tetapi bergaya reflektif dalam memecahkan teka-teki.

Anda mungkin juga menyukai