RENSUM
Oleh :
NAMA : FADIL
STAMBUK : O 121 19 078
KELAS : PTK 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………...…………………..………… i
KATA PENGANTAR………………….……………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….……...………. 1
BAB.II PEMBAHASAN……………………………………………………………. 3
BAB.III PENUTUP…………………………………………………..…………..…. 9
1.Kesimpulan……………………………………………………………………….. 9
2.Saran………………………………………………………………….……………. 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pakan menjadi faktor utama usaha peternakan. Tersedianya pakan yang cukup
kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha
peternakan. Saat ini industri pakan di Indonesia sangat tergantung bahan pakan impor,
padahal Indonesia memiliki banyak sumber pakan yang sangat berpotensi. Oleh
karena itu, perlu adanya penelitian untuk mencari bahan pakan alternatif yang
ketersediaannya melipah, berkualitas dan kontinuitasnya terjamin. Salah satu peluang
bahan pakan alternatif yang bisa dimanfaatkan secara optimal adalah pemanfaatan
limbah industri pertanian.
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian
atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Agar ternak
peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan
memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun
untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta
tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya
tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis
pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup.
Pakan ternak, salah satu hal paling penting bagi para usahawan dan orang-orang yang
bekerja di bidang peternakan. Pakan ternak sendiri merupakan makanan khusus untuk
hewan ternak peliharaan kita seperti, ayam, sapi, kambing, ikan, dll. Bagi para
usahawan ternak, pakan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hewan ternak
kita, dengan komposisi pakan yang tepat tentunya akan membuat produksi peternakan
kita jadi lebih baik dan maksimal hasilnya.
1. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai rumusan masalah antara lain
sebagai berikut :
2. Tujuan penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai tujuan antara lain sebagai
berikut:
Pakan adalah segaalah sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zat-
zat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya
sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata pakan diganti
sebagai bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash.
Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat
diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang
sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,
natrium.
1. Hijaun segar
Hiajaun segar merupakan bahan pakan yang terdiri dari rerumputan, dedaunan, dan
tanaman biji-bijian yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar. Hijauan segar
banyak mengandung karbohidrat, pati dan fruktosa. Contoh Hiajauan segar sebagai
sumber energi yang bisa diberikan ke ternak adalah rumput gajah. Rumput gajah
adalah salah satu hijauan pakan ternak yang berkualitas, selain itu ia juga disukai oleh
ternak.
Hijauan kering dan jerami merupakan limbah pertanian yang masih mengandung
nutrisi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Contohnya yaitu jerami
padi. jerami padi adalah bagian batang tumbuhan yang telah dipanen bulir buahnya
bersama atau tidak dengan tangainya dikurangi dengan akar ruminansia. Jerami
mempunyai tekstur padat, warna coklat, dan tidak berbau. Jerami padi menghasilkan
bahan kering sebanyak 86%, abu 18,2%, ekstraks eter 1,5%, serat kasar 30,9%,
BETN 32,2%, protein kasar 3,2%.
Hay adalah tanaman hijauan yang diawetkan dengan cara dikeringkan dibawah sinar
matahari kemudian disimpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12%-30%.
Pengawetan dengan cara ini jarang dilakukan oleh peternak di Indonesia. Mungkin
karena jumlah hijauan yang tersedia relatif tak terbatas. Kriteria hay yang baik adalah
warna hijau kekuningan, tak banyak daun yang rusak, bentuk daun masih utuh atau
jelas dan tidak kotor atau berjamur, tak mudah patah bila barang dilipat dengan
tangan.
3. Silase
Silase adalah bahan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar dengan
kandungan air 60-70% melalui proses fermentasi dalam silo. Contohnya silase
jagung. Jagung yang sudah mengalami pencacahan sepanjang 10-50 mm yang
dikeringkan, lalu diberikan bahan aditif kemudian dimasukkan kedalam silo yang
dapat dibuat dari semisal drum, plastik, dll.
4. Sumber energi
Sumber energi adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya
kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Contoh: tepung
jagung. Tepung jagung merupakan hasil penggilingan biji jagung yang dikeringkan.
Tekstur dari tepung jagung ini yaitu berbentuk serbuk berwarna kuning cream, dan
berbau manis. Tepung jagung ini berfungsi sebagai sumber energi.
Selain tepung jagung, masih banyak lagi pakan sumber energi lainnya yg sering
diberikan pada ternak misalnya seperti molases, onggok, bekatul dan ampas bir.
Molases merupakan limbah dari proses penggilingan tebu yang akan dijadikan
sebagai gula pasir. Tetes tebu mempunyai warna coklat kemerahan, rasanya manis
dan berbentuk cair. Molases mempunyai akndungan nutrisi: protein kasar 3,1%, serat
kasar 0,6%, BETN 83,5% dan abu 11,9%.
Onggok berasal dari ubi kayu yang merupakan hasil dari sisa pati ketela pohon.
Kadar protein yang dapat dicerna sebesar 0,6%. Onngok juga merupakan sumber
energi teksturnya seperti tepung, tidak berbau dan warnanya putih tulang. Onggok
yang difermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak unggas.
Selanjutnya bekatul merupakan hasil dari limbah penggilingan padi yang sangat
halus. Bekatul mempunyai kandungan energi metabolisme sebesar 1.630 Kkl/kg.
Ciri-ciri bekatul tekstur bubuk, warna coklat muda dan tidak berbau. Bekatul ini
digunakan sebagai pakan ternak nonruminansia.
5. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai
kandungan protein minimal 20%. Contohnya yaitu tepung ikan, bungkil kedelai dan
minyak kelapa.
Tepung ikan adalah produk kadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan dari
limbah ikan seperti kepala, tulang dan organ lainnya. Secara umum tepung ikan
memiliki kulitas baik kerna kandungan protein kassarnya mencapai 60%.
Bungkil kedelai adalah limbah dari proses pengolahan minyak kedelai. Ia mempunyai
tekstur kasar berbau gurih dan agak sedikit manis dan berwarna coklat tua.
Minyak kelapa merupakan hasil dari pengolahan kelapa. Minyak kelapa ini berbentuk
cair dan berwarna kuning. Minyak kelapa berperan dalam bahan pakan sebagai
penyedia sumber protein nabati dan lemak.
6. Sumber mineral
Bahan pakan yang mengandung sumber mineral meliputi tepung batu kapur ini
berasal dari penggilingan batu kapur yang dapat digunakan sebagai sumber mineral
yang dapat menunjang pertumbuhan ternak. Batu kapur ini mempunyai tekstur
berbentuk tepung, tidak berbau dan berwarna putih seperti kapur.
Selain batu kapur garam juga merupakan sumber mineral yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak.
7. Sumber vitamin
8. Zat aditif
Bahan-bahan ini biasanya ditambahkan dalam jumlah sedikit pada ransum untuk
tujuan tertentu, bahan aditif secara alami tidak terdapat dalam ransum/pakan dan
penggunaannya sebagai pengacu produk ternak. Contoh zat additif yang bisa
digunakan yaitu Jahe.
Bahan pakan diklasifikasikan berdasarkan asal bahannya dibagi menjadi dua, yaitu
bahan pakan asal tanaman atau nabati dan bahan pakan asal hewani. Klasifikasi bahan
pakan asal hewani berdasarkan asal bahan pembuatnya antara lain:
1. Tepung Darah
Tepung darah merupakan bahan ransum yang berasal dari darah yang segar dan
bersih yang biasanya diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Penggunaan
darah sebagai bahan pakan ternak juga bisa mengurangi pencemaran lingkungan yang
disebabakan oleh darah yang belum dimanfaatkan.
Tepung darah mengandung protein kasar sebesar 80 %, lemak 1,6 % dan serat kasar 1
%, tetapi miskin asam amino, kalium dan phospor. Darah yang dihasilkan dari seekor
ternak yang disembelih antara 7-9 % dari berat badannya. Namun demikian yang
perlu diperhatikan dalam penggunaannya pada ternak adalah batas pemberian karena
tepung darah mengandung zat nutrien yang dapat menghambat proses kecernaan
bahan ransum lainnya, yaitu asam amino pembatas isoleucine, yang apabila
dikonsumsi berlebihan dalam ransum akan menurunkan pertambahan berat badan
ternak.
Adapun cara membuatan tepung darah ini, yaitu : darah yang diambil dari RPH
kemudian direbus dulu selama 15 menit setelah itu darah hasil rebusan diletakkan
pada loyang dan dikeringkan pada oven pada suhu 600C selama 3 hari. Alternatif
pengeringan adalah menggunakan sinar matahari. Lapisan darah pada loyang
diusahakan tidak terlalu tebal (+ 1 cm) untuk mempercepat proses pengeringan.
Setelah kering, kemudian dijadikan tepung dengan menggunakan alat pembuat
tepung (miller). Setelah jadi tepung, dikeringkan lagi untuk menghindari jamur.
2. Tepung Bulu
Bulu yang dimaksud untuk dijadikan tepung ialah bulu ayam. Bahan Bulu ayam
merupakan limbah peternakan yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif
pengganti sumber protein hewani dalam formulasi ransum ayam (unggas). Hal ini
disebabkan karena bulu ayam memiliki kandungan protein cukup tinggi. Murtidjo
(1995), protein kasar tepung bulu ayam mencapai 86,5% dan energi metabolis 3.047
kcal/kg. Demikian juga menurut Rasyaf (1993), bulu ayam mengandung protein kasar
cukup tinggi, yakni 82 – 91 % , kadar protein jauh lebih tinggi dibanding tepung ikan.
Bila dlihat dari segi ketersediaannya, tepung bulu ayam sangat potensial dijadikan
sebagai bahan pakan alternatif dalam ransum unggas. Ini didukung oleh jumlah
pemotongan ayam yang terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan
ketersediaan limbah bulu ayam terus meningkat. Demikian juga, bila ditinjau dari
kandungan proteinnya maka bulu ayam cukup potensial dijadikan sebagai bahan
pakan alternatif sumber protein hewani penganti tepung ikan karena mengandung
protein cukup tinggi dan kaya akan asam amino esensial.
Walaupun mengandung protein cukup tinggi dan kaya asam amino esensial, tepung
bulu mempuyai faktor penghambat seperti kandungan keratin yang digolongkan
kepada protein serat. Kandungan protein kasar yang tinggi dalam tepung bulu ayam
tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi. Hal ini menyebabkan nilai
kecernaan bahan kering dan bahan organik pada tepung bulu ayam rendah. Nilai
kecernaan yang rendah pada tepung bulu ayam disebabkan oleh kandungan keratin.
Keratin merupakan protein yang kaya akan asam amino bersulfur, sistin. Keratin sulit
dicerna karena ikatan disulfida yang dibentuk diantara asam amino sistin
menyebabkan protein ini sulit dicerna oleh ternak unggas, baik oleh mikroorganisme
rumen maupun enzim proteolitik dalam saluran pencernaan pasca rumen pada ternak
ruminansia.
Keratin dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim, sehingga pada akhirnya dapat
dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran pencernaan. Sehingga bila tepung
bulu ayam digunakan sebagai bahan pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah
terlebih dahulu untuk meningkatkan kecernaannya. Nilai biologis tepung bulu ayam
dapat ditingkatkan dengan berbagai pengolahan dan pemberian perlakuan yang
benar. Ada beberapa metode pengolahan untuk meningkatkan nilai nutrisi tepung
bulu ayam:
2) Secara Kimiawi Dengan Penambahan Asam Dan Basa (Naoh, Hcl), yaitu:
Pengolahan secara kimiawi diolah dengan proses NaOH 6 % dan dikombinasikan
dengan pemanasan tekanan memberikan nilai kecernaan 64,6 %. Lama pemanasan
juga dapat meningkatkan kecernaan pepsin tepung bulu ayam hingga 62,9 %
Bahan baku pakan berupa tepung kulit kerang diperoleh dengan cara menggiling
kerang dari berbagai ukuran besar dan kecil. Tepung kulit kerang ini digunakan
sebagai unsur pencampuran di dalam ransum karena kandung Ca dan P nya cukup
tinggi. Tepung kulit kerang ini seperti halnya tepung tulang juga sangat potensial
dalam proses pertumbuhan dan berproduksi. Pemakaian ideal dalam ransum 1% – 2
% (Sudarmono, 1996).
Tepung kulit kerang diperoleh dari kulit kerang yang dihaluskan menjadi tepung.
Jenis tepung ini merupakan sumber kalsium dan fosfor. Penggunaannya sering
digunakan bersamaan dengan tepung tulang. Kadar kalsium tepung kerang mencapai
38% jadi lebih besar dari kandungan kalsium tepung tulang. Karena itu, penggunaan
tepung kerang untuk itik petelur jumlahnya tidaklah terlalu banyak (Suharno, 2001).
Tepung kulit kerang memiliki kandungan protein 2-3%, dan kalsium 30-40%.
Sebaiknya diberikan kepada anak itik dan itik dara sebanyak 1%, serta itik dewasa
sebanyak 3% dari total ransum yang diberikan (Martawijaya, dkk, 1996).
Berdasarkan kepada karakteristik fisiknya, tepung limbah RPA yang baik dapat
diperoleh melalui proses perebusan selama 45 menit dan dilanjutkan dengan
pengeringan didalam oven dengan suhu 115 oC selama 2 jam.
Proses perbusan belum dapat menurunkan secara optimal kandungan lemak yang
tinggi didalam limbah RPA, mengakibatkan tepung yang dihasilkan tidak dapat
disimpan untuk jangka waktu yang lama.
Tepung limbah RPA mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan mempunyai
kandungan mikroba yang cukup rendah, sehingga sangat potensial untuk digunakan
sebagai bahan baku untuk pakan dalam pemeliharaan ternak.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pakan adalah makanan yang diberikan kepada hewan ternak sebagai sumber energi
dan zat-zat gizi yang mana dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan
pakan diklasifikasikan berdasarkan asal bahannya dibagi menjadi dua, yaitu bahan
pakan asal tanaman atau nabati dan bahan pakan asal hewani.
Bahan pakan asal hewani memiliki protein murni yang tinggi, mudah dicerna dan
mengandung zat-zat makanan lainnya yang dibutuhkan oleh ternak. Bahan pakan asal
hewani contohnya: tepung darah, tepung bulu, tepung kulit dan tepung sisa
pemotongan hewan, yang mana mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ternak.
2. Saran
Mengingat bahan pakan asal hewani masih memiliki banyak kekurangan, diharapkan
untuk melalukan penelitian yang lebih sehingga menhasilkan bahan pakan yang
bermutu tinggi dan bernilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Neng Risris, S, dkk, 2011. Karakteristik Fisik, Kimia dan Biologi dari Tepung
Limbah Rumah Potong Ayam sebagai Bahan Baku untuk Pakan
Ternak. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Jakarta.
Mucra, D.A., dan Harahap, A.E. 2017. Pengetahuan Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum. Aswaja Pressindo. Yogyakarta.
http://addhy-ardhy.blogspot.com/2013/07/makalah-pakan-ternak.html
http://ibnulthalib.blogspot.com/2013_01_01_archive.html
http://informasiternak.blogspot.com/2013_08_01_archive.html