1. Yuda Ariyato
2. Maeyesi
TAHUN 2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karuia-Nya makalah yang
berjudul “Sejarah Pendidikan di Indonesia” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar dan Landasan Kependidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat diharapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pendidikan Indonesia di Masa Kerajaan.............................................................................3
B. Pendidikan Indonesia Pada Masa Penjajah Bangsa Barat..................................................6
C. Pendidikan Indonesia Pada Masa Jepang...........................................................................9
D. Pendidikan Indonesia Pada Masa Kemerdekaan..............................................................10
E. Pendidikan Indonesia pada masa dewasa ini (1994-2015)..............................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................................................16
Daftar Pustaka..........................................................................................................................17
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan baik oleh bangsa barat maupun
pada masa penjajahan Jepang. Sehingga tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat
kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1
D. Manfaat
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran umum
kepada masyarakat luas tentang sejarah pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan
dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu juga diharapkan dapat
menambah kepustakaan tentang pendidikan.
2
BAB II PEMBAHASAN
Menurut catatan I-Tsing, seorang peziarah dari China, ketika melewati Sumatera
pada abad ke-7 M ia mendapati banyak sekali kuil-kuil Budha dimana di dalamnya
berdiam para cendekiawan yang mengajarkan beragam ilmu. Kuil-kuil tersebut tidak
3
saja menjadi pusat transmisi etika dan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga seni dan ilmu
pengetahuan. Lebih dari seribu biksu Budha yang tinggal di Sriwijaya itu dikatakan
oleh I-Tsing menyebarkan ajaran seperti yang juga dikembangkan sejawatnya di
Madhyadesa (India). Bahkan diantara para guru di Sriwijaya tersebut sangat terkenal
dan mempunyai reputasi internasional, seperti Sakyakirti dan Dharmapala. Sementara
dari pulau Jawa muncul nama Djnanabhadra. Pada masa itu, para peziarah Budha asal
China yang hendak ke tanah suci India, dalam perjalanannya kerap singgah dulu di
nusantara ini untuk melakukan studi pendahuluan dan persiapan lainnya.
4
(Kediri, 1125), Negara Kertagama karya Mpu Prapanca (Majapahit, 1331-1389),
Arjunawijaya karya Mpu Tantular (Majapahit, ibid), Sotasoma karya Mpu Tantular,
dan Pararaton (Epik sejak berdirinya Kediri hingga Majapahit).
Menjelang periode akhir tersebut, pola pendidikan tidak lagi dilakukan dalam
kompleks yang bersifat kolosal, tetapi oleh para guru di padepokan-padepokan dengan
jumlah murid relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritual religius.
Para murid disini sembari belajar juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari.
5
yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama
'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya
Palembang yang masih menganut Budha.
6
Belanda juga membawa misi serupa Portugis yaitu menyebarkan agama Protestan
kepada masyarakat setempat. Untuk mewujudkan misi ini, Belanda melanjutkan apa yang
dirintis oleh bangsa Portugis dengan mengaktifkan kembali beberapa sekolah berbasis
keagamaan dan membangun sekolah baru di beberapa wilayah. Ambon menjadi tempat
yang pertama dipilih oleh Belanda dan setiap tahunnya, beberapa penduduk Ambon
dikirim ke Belanda untuk dididik menjadi guru. Memasuki tahun 1627, telah terdapat 16
sekolah yang memberikan pendidikan kepada sekitar 1300 siswa.
Setelah mengembangkan pendidikan di Ambon, Belanda memperluas pendidikan di
pulau Jawa dengan mendirikan sekolah di Jakarta pada tahun 1617. Berbeda dengan
Ambon, tidak diketahui apakah ada calon guru lulusan dari sekolah ini yang dikirim ke
Jakarta. Lulusan dari sekolah tersebut dijanjikan bekerja di berbagai kantor administratif
milik Belanda.
Memasuki abad ke 19, saat Van den Bosch menjabat Gubernur Jenderal, Belanda
menerapkan sistem tanam paksa yang membutuhkan banyak tenaga ahli. Keadaan ini
membuat Belanda mendirikan 20 sekolah untuk penduduk Indonesia di setiap ibukota
karesidenan dimana pelajar hanya boleh berasal dari kalangan bangsawan. Ketika era
tanam paksa berakhir dan memasuki masa politik etis, beberapa sekolah Belanda mulai
menerima pelajar dari berbagai kalangan yang kemudian berkembang menjadi bernama
Sekolah Rakjat.
Pada akhir era abad ke 19 dan awal abad ke 20, Belanda memperkenalkan sistem
pendidikan formal bagi masyarakat Indonesia dengan struktur sebagai berikut.
7
School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) – Sekolah kedokteran di
Batavia.
Nederland-Indische Artsen School (NIAS) – Sekolah kedokteran di Surabaya.
Rechts Hoge School – Sekolah hukum di Batavia.
De Technische Hoges School (THS) – Sekolah teknik di Bandung.
8
menamakan usaha-usahanya kepada perbaikan hidup beragama dengan amal-
amal pendidikan dan sosial. Hal ini disebabkan adanya kerusakan-kerusakan kaum
muslimin antara lain dalam hal:
- Kerusakan dalam bidang kepercayaan
(„itikad)
Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan cita-cita pendidikan dan pengajarannya yang
berdasarkan ajaran agama Islam dan Sunnah, sehingga dapat membentuk
manusia Muslim yang bermoral dari ajaran Al-Quran dan Sunnah, dengan
pemahaman secara luas, memiliki individualitas yang bulat dalam arti adanya
keseimbangan antara segi-segi rohani dan jasmaninya dan bersikap positif terhadap
persoalan masyarakatnya.
9
kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Self-help atau Zelf-bedruipings
Systeem ialah sistem bersandar kepada kemampuan diri sendiri, atau sistem
membiayai diri sendiri dalam mengemudikan Pendidikan Taman Siswa, yang menuju
kepada pembangunan perekonomian rakyat yang berdasarkan kooperasi serta
pendidikan rakyat yang berdasarkan kebangsaan.
C. Pendidikan Indonesia Pada Masa Jepang
4 tahun dan si han Gakkoo (sekolah guru atas). Pendidikan ala Jepang mempunyai
prograsivitas dan lebih dinamis,tetapi dinamika dan progresivitas itu lebih ditekankan
pada physical training, bukan mental disiplin. Demokratisasi pendidikan pada masa
penjajahan Jepang juga mempunyai tujuan politis, dan tidak bersifat dinamis.
10
D. Pendidikan Indonesia Pada Masa Kemerdekaan
11
• meningkatkan pendidikan watak,
• memberikan perhatian terhadap kesenian,
• menghubungkan isi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, dan
• mengurangi pendidikan pikiran.
Menyusul meletusnya G-30 S/PKI yang gagal, maka melalui TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan diadakan
perubahan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu, “Membentuk manusia
pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikenhendaki oleh
pembukaan UUD 1945”.
b. Sistem Persekolahan
Sistem pendidikan di Indonesia pada awal kemerdekaan pada dasarnya
melanjutkan apa yang dikembangkan pada zaman pendudukan Jepang. Sistem
dimaksud meliputi tiga tingkatan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan rendah adalah Sekolah Rakyat (SR) 6 tahun.
Pendidikan menengah terdiri dari sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
tinggi. Sekolah menengah pertama yang berlangsung tiga tahun mempunyai beberapa
jenis, yaitu sekolah menegah pertama (SMP) sebagai sekolah menengah pertama
umum; kemudian sekolah teknik pertama (STP), kursus kerajinan negeri (KKN),
sekolah dagang, sekolah kepandayan putrid (SKP) sebagai sekolah menengah pertama
kejuruan; serta sekolah guru B (SGB) dan sekolah guru C (SGC) sebagai sekolah
menengah pertama keguruan.
Sekolah menegah tinggi berlangsung tiga tahun, meliputi sekolah menengah
tinggi (SMT) sebagai sekolah menengah umum, dan sekolah kejuruan berupa sekolah
teknik menengah (STM), sekolah teknik (ST), sekolah guru kepandayan putrid
(SGKP), sekolah guru A (SGA) dan kursus guru.
Pada masa kemerdekaan, tujuan pendidikan adalah mendidik menjadi warga
Negara yang sejati, bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk Negara dan
masyarakat.
1. Periode 1945-1950
12
- Pendidikan kejuruan.
Kejuruan Tingkat Pertama terdiri atas; Sekolah Menengah Ekonomi
Pertama (SMEP), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Teknik Pertama (STP),
Sekolah Kepandaian Pertama (SKP), Sekolah Guru B (SGB), Sekolah Guru
Darurat untuk kewajiban Belajar (KPKPKB). Sementara Kejuruan
Tingkat Menengah terdiri atas; Sekolah Teknik Menengah (STM), Sekolah
Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Pendidikan Masyarakat (SPM),
Sekolah Menengah Kehakiman Atas (SMKA), Sekolah Guru A (SGA),
Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK), Sekolah Guru Kepandaian
Puteri (SGKP), Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPD)
- Perguruan Tinggi.
Perguruan Tinggi terdiri atas Universitas konservatori/Karawitan, Kursus B-
1, dan ASRI.
2. Periode 1950-1975
3. Periode 1978-sekarang
- Pendidikan pra sekolah (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
13
- Pendidikan dasar
14
tahun di SLTP diperlukan sarana, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit. Sejak di mulai
pada tahun 1994, program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun mencapai
banyak kemajuan. Indikator-indikator kuantitatif yang di catat menunjukan bahwa angka
partisipasi meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya ruang belajar, jumlah guru,
dan fasilitas belajar lainnya.
15
Pada tahun 1998, suasana politik di Indonesia mengalami gejolak yang
menyebabkan lahirnya era reformasi. Sistem pemerintahan berubah dari model
sentralisasi menjadi desentralisasi. Penerapan otonomi daerah membuat penyelenggaraan
pendidikan berubah menjadi otonomi pendidikan, terutama di jenjang pendidikan tinggi.
Pada masa peralihan kekuasaan, pendidikan di Indonesia masih menerapkan kurikulum
yang berlaku pada zaman orde baru. Kurikulum ini masih digunakan pada masa
pemerintahan presiden Abdurrachman Wahid dengan beberapa perbaikan.
16
dibanding sepuluh tahun yang lalu dimana angka partisipasi kasar pendidikan tinggi di
Indonesia hanya mencapai 12 persen.
A. Kesimpulan
Setelah kemerdekaan, telah muncul system kurikulum, system persekolahan, dan juga
sudah banyak penduduk Indonesia yang mengenyam bangku sekolah. Hal ini disebabkan oleh
adanya pendidikan yang telah ada pada zaman-zaman dahulu yang memberikan dasar-dasar
tentang pentingnya pendidikan.
17
18
Daftar Pustaka
19
Ivan.2012. Perkembangan Pendidikan Pada Masa Hindu Budha. (online).
(http://pendidikan4sejarah.blogspot.co.id/2011/11/pendidikan-indonesia-masa-hindu-
budha.html, diakses pada tanggal 17 September 2015).
20