Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1 Sistem Hukum Indonesia

Jurusan : Ilmu Hukum


Semester : 2

1. Jelaskan pengertian hukum, hubungan hukum dan sumber hukum menurut Utrecht!
2. Jelaskan pengertian mahzab dan sebutkan mahzab-mahzab dalam ilmu pengetahuan hukum!
3. Jelaskan pengertian hukum adat waris dan bagaimana pembagian warisan menurut hukum
Islam?
Jawab:
1. Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan petunjuk hidup berupa perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib masyarakat. Tata tertib tersebut harus dipatuhi
masyarakat. Jika melanggar maka akan menimbulkan tindakan dari
pemerintah.Hubungan hukum dan sumber hukum menurut Utrecht, Hukum sendiri
mempunyai sebuah materi yang nantinya akan diambil sebagai pedoman pelaksanaan
hukum itu sendiri. Materi tersebut disebut sebagai sumber hukum Sumber hukum
merupakan tempat dimana kita menentukan hukum. Sumber hukum ialah semua hal yang
menimbulkan terbentuknya peraturan-peraturan hukum, baik tiu berupa perintah atau
juga larangan. Sumber hukum mempunyai kekuatan yang memaksa yang sudah
disepakati bersama oleh suatu komunitas atau masyarakat. Artinya, sumber hukum bisa
mengatur serta memberikan sanksi untuk yang melakukan pelanggaran hukum. Sumber
hukum mempunyai dua istilah yang sangat penting yang perlu kita ketahui, yaitu sumber
hukum materil dan sumber hukum formal. Sumber Hukum menurut Utrect:
1. Undang Undang
2. Kebiasaan dan adat yand dipertahankan dalam keputusan dari yang berkuasa
dalam masyarakat
3. Traktat
4. Yurisprudensi
5. Pendapat ahli hukum yang terkenal (doktrin)
2. Mahdzab adalah penggolongan suatu hukum atau aturan setingkat dibawah firkah, yang
dimana firkah merupakan istilah yang sering dipakai untuk mengganti kata "denominasi"
pada Islam Kata "mazhab" berasal dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan
dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkret maupun abstrak. Sesuatu
dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya.
Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode
(manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang
menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-
bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah. Mazhab dalam
penggolongan ilmu pengetahuan hokum: Hukum Alam, Positivisme Hukum,
Utilitarianisme, mazhab sejarah, Sociological Jurisprudence dan Realisme Hukum.
 Penjelasan dari masing masing mazhab Hukum Alam
Mazhab Hukum Alam.Hukum alam adalah hukum yang ditemukan pada alam dimana
hukum itu sesuai dan bersinergi dengan alam. Hukum Alam sendiri sebenarnya bukan
merupakan jenis hukum, tetapi itu merupakan penamaan seragam untuk banyak ide yang
dikelompokan dalam satu nama, yaitu hukum alam. ini berarti dalam hukum alam sendiri
terdapat beberapa teori hukum yang memiliki persamaan dan perbedaan. dalam teori
hukum alam terdapat ke khasan yaitu tidak dipisahkannya secara tegas antara hukum dan
moral. penganut aliran ini memandang hukum dan moral sebagai pencerminan dan
pengaturan secara internal dan eksternal kehidupan manusia dan hubungan sesama
manusia.
sumber hukum Alam : Hukum alam yang bersumber dari Tuhan dan Hukum alam yang
bersumber dari rasio manusia.

 Menurut Thomas Acquinas Hukum Alam Bersumber dari Tuhan (Teori hukum
alam yang irasional) sumber hukum alam adalah kitab suci, manusia dikuasai oleh
hukum alam dan adat kebiasaan. Hukum alam adalah hukum yang lahir bersamaan
dengan terciptanya manusia dan tidak berubah sepanjang zaman (kodrat)
 Lex Aeterna (Hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera
manusia) maksudnya ini merupakan hukum Tuhan. Hukum Tuhan yang tidak dapat
diterima oleh pikiran secara rasional, melainkan hanya dapat diresapi dan diyakini
secara Irasional sebagai bentuk Keyakinan pada Hukum-hukum Tuhan. Lex Divina
(Hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap panca indera manusia).
 Lex Naturalis (Hukum alam merupakan penjelamaan lex aeterna ke dalam rasio
manusia) maksudnya manusia dapat menangkap adanya ketentuan Hukum Tuhan
dengan mengamati ciptaannya berupa alam kehidupan dan lain sebagainya.
 Lex Positivis (Hukum Alam yang diterapkan ke dalam kehidupan manusia di
dunia) yaitu hukum alam dituangkan kedalam bentuk wujud yang lebih kongkret
(nyata) dalam kehidupan manusia seperti membentuk undang-undang.
Menurut pendapat kelompok ini, hukum yang universal dan abasi itu berasal dari rasio
manusia. hukum alam muncul dari pikiran manusia tentang apa yang baik, benar atau
buruk diserahkan kepada moral alam.
 Positivisme Hukum
Aliran positivisme mrnutu H.L.A. Hart hukum lahir atas reaksi berkembangnya aliran
(Mazhab) hukum alam. Hukum tidak perlu dikaitkan moral, hukum itu sebagaimana
adanya (law as is it) bukan hukum sebagaimana yang seharusnya (Law as ought to be),
studi tentang hukum harus dilepaskan dari studi sejarah, sosiologis, moral, dan tujuan
sosial, dan fungsi sosial. Ciri-ciri Positivisme Hukum
1. Sistem hukum adalah sistem tertutup yang logis (masuk akal)
2. Pertimbangan secara moral tidak dipertahankan, kecuali dengan argumen rasional,
fakta-fakta, atau bukti.
3. Sanski pidana harus spesifik untuk setiap kejahatan selain itu kerasnya sanksi tidak
boleh melebihi daya preventifnya (pencegahannya).
4. Tujuan utamanya adalah keteriban semata.
 Mazhab Utilitarianisme
Mazhab Utilitarianisme (Utilitarianism) mendasarkan diri pada kemanfaatan sebagai
tujuan hukum, karena kemanfaatan adalah kebahagiaan. baik buruknya atau adil atau
tidak adilnya hukum bergantung apakah hukum memberikan kebahagiaan atau tidak.
Aliran atau mazhab ini sebenarnya dapat digolongkan ke dalam positivisme hukum,
mengapa dikatakan demikian karena mengingat paham ini sampai pada kesimpulan
bahwa tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban masyarakat disamping memberikan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya kepada jumlah individu yang terbanyak.

 Mazhab sejarah
Dalam mazhab ini terdapat suatu pendapat yaitu, hukum itu ditemukan bukan dibuat oleh
manusia. ditemukan darimana ?, yaitu ditemukan dari sejarah manusia (Masyarakat) itu
sendiri. mazhab ini juga berpendapat bahwa hukum harus terus berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat. dan undang-undang tidak berlaku secara universal,
setiap masyarakat memiliki hukum kebiasaan sendiri. (tokoh mazhab ini adalah Frederich
karl von savigny).

 Sociological Jurisprudence
Mazhab Sociological Jurisprudence tokoh dari teori ini adalah Eugen Ehrlicht dan Roscoe
Pound, Ciri mazhab ini adalah Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat (living law) ada pemisahan yang tegas antara
hukum positif dan hukum yang hidup dalam masyarakat. Pendapat yang berkembang saat
itu, yakni hakim tidak boleh menafsirkan undang-undang.

 Mazhab Realisme Hukum


Mazhab Realisme (Realisme Amerika) dugaan-dugaan apa yang akan diputus oleh
pengadilan itulah yang disebut hukum, Realisme Amerika bersifat pragmatis mereka
tidak percaya pada bekerjanya hukum menurut ketentuan hukum di atas kertas. hukum
bekerja mengikuti peristiwa kongkret yang muncul, selain ke enam mazhab ini masih ada
dua teori yang penulis dapat dari sumber berbeda yaitu teori kedaulatan rakyat yaitu
hukum itu mengikat karena kehendak seluruh rakyat (contract social) dan teori
kedaulatan negara yaitu hukum itu mengikat karena negara menghendakinya dan negara
memiliki kekuasaan yang tidak terbatas.
3. Hukum Waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang
telah meninggal dunia diberikan kepada yang berhak, seperti keluarga dan masyarakat
yang lebih berhak. Hukum waris adat adalah hukum waris yang diyakini dan
dijalankan oleh suku tertentu di Indonesia. Beberapa hukum waris adat aturannya tidak
tertulis, namun sangat dipatuhi oleh masyarakat pada suku tertentu dalam suatu daerah,
dan bila ada yang melanggarnya akan diberikan sanksi. Jenis hukum ini banyak
dipengaruhi oleh hubungan kekerabatan serta stuktur kemasyarakatannya.
Pembagian harta waris dalam Islam adapun ringkasannya dapat dilihat pada
keterangan berikut ini:
1. Anak Perempuan
Pertama. Anak perempuan mendapatkan 1/2. Apabila anak sendiri (QS. 4: 11).
Kedua, mendapatkan 2/3 apabila terdapat dua atau lebih. Mereka berbagi rata dari
2/3 tersebut (4:11). Ketiga, mendapatkan sisa / ashabah spabila bersama dengan anak
laki-laki (ashabah bil ghair).
2. Anak laki-laki
Laki-laki mendapat sisa dengan sendirinya atau disebut ashabah bi al-Nafs
3. Suami
Pertama, suami mendapat bagian 1/2 apabila ahli waris tidak meninggalkan anak
(4:12). kedua, suami mendapatkan 1/4 apabila pewaris meninggalkan anak (4:12)
4. Istri
Pertama. Istri mendapatkan 1/4 apabila ahli waris tidak meninggalkan anak (4:12).
Kedua mendapatkan 1/8 apabila ahli waris meninggalkan anak (4:12)
5. Ibu
Pertama, ibu mendapatkan bagian 1/3 apabila pewaris tidak meninggalkan anak.
Kedua mendapatkan 1/6 apabila pewaris meninggalkan anak atau dua saudara atau
lebih (4:11) Apabila tidak meninggalkan anak namun meninggalkan saudara (4:11).
Ketiga, mendapatkan 1/3 sisa (tsulutsul baqi) apabila ahli waris hanya terdiri dari
ayah, ibu dan suami/istri. Pembagiannya adalah dibagi dulu bagian istri, kemudian
sisanya dibagi 1/3, kemudian sisanya diberikan kepada ayah.
6. Bapak
Bapak mendapatkan 1/3 apabila hail waris tidak meninggalkan anak. (4:11). Kedua,
bapak mendapatkan 1/6 apabila ahli waris meningglkan anak. (4:11). Ketiga, bapak
mendapatkan semua sisa apabila tidak ada ahli waris yang mendapatkan sisa, dan
masih ada sisa warisan maka diberikan kepada bapak, namun sebelumnya bapak
tetap mendapat bagian zawil furud (ahli waris yang telah mendapatkan bagian yang
ditentukan).

7. Saudari kandung
Pertama. Saudari kandung mendapatkan bagian waris 1/2 apabila kalalah dan sendiri.
Kedua, mendapatkan 2/3 apabila kalalah dan bersama dua orang atau lebih, maka
mereka berbagi rata dari 2/3 tersebut. Kedua, mendapatkan sisa warisan. Apabila
kalalah dan bersama dengan seorang anak perempuan (ashabah maal ghair) atau dia
bersama dengan saudara kandung (ashabah bil ghair).
8. Saudara Kandung
Saudara kandung mendapatkan sisa warisan apabila kalalah
9. Saudari Se-Bapak
Pertama. Saudara sebapak mendapatkan 1/2 warisan apabila kalalah dan tidak ada
saudari kandung. Kedua mendapatkan 2/3 apabila kalalah, tidak ada saudari kandung
dan saudari sebapak terdiri dari dua orang atau lebih. Mereka berbagi rata dari bagian
tersebut. Ketiga, mendapatkan sisa warisan apabila kalalah, dia bersama saudara
sebapak, dan tidak ada suadara kandung. Keempat. Tidak mendapatkan warisan
apabila ada saudara kandung atau apabila ada dua saudari kandung
10. Saudara/I Se-Ibu
Pertama, Saudara/I seibu mendapatkan 1/6 warisan apabila kalalah dan mereka satu
orang. Kedua mendapatkan 1/3 apabila kalalah dan mereka terdiri dari dua orang
atau lebih. Adapun untuk cucu, anak angkat, ibu angkat, saudara sesusuaan dan lain-
lain akan kami jelaskan dalam artikel pembagian warisan dalam hukum islam
lainnya.

Sumber referensi:
laman academia dan sumber laman hukum.online tentang hukum waris Islam
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-waris-islam diakses Rabu, 16 Oktober 2019, Pukul
19. 25 WIB
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4225/incest-dalam-hukum-islam/ diakses
Rabu, 16 Oktober 2019, Pukul 20. 15 WIB

Anda mungkin juga menyukai