Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ade sulfaida Suaib ladia

Nim : 19401012

Sastra Inggris/SEM4

Kuliah umum: filsafat ilmu

1. bedakan filsafat ilmu dan ilmu filsafat

2.bedakan ilmu dan pengetahuan

3.jelaskan landasan ontologi,epistemologi,dan aksiologi

4.ringkas bab 2

1. Perbedaan ilmu filsafat dengan filsafat ilmu dapat dilihat dari


definisinya. Ilmu filsafat adalah ilmu tentang dasar-dasar filsafat
yang mencakup sistematika filsafat yaitu ontologi, epistemologi
dan aksiologi, objek-objek filsafat, sejarah filsafat dan metode-
metode filsafat.

Sedangkan filsafat ilmu adalah cabang filsafat dan bagian dari


Epistemologi yang mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan
cara-cara memperolehnya. Dilihat dari objek kajiannya, objek kajian
ilmu filsafat adalah semesta atau semua yang ada di sekitar manusia
dalam arti seluas-luasnya. Sedangkan objek kajian filsafat ilmu
adalah ilmu-ilmu yang diperoleh manusia baik yang bersifat ilmiah
maupun tidak. Selain itu, perbedaan juga ditemukan pada sudut
pandang atau pendekatan yang dipakai. Ilmu filsafat pendekatannya
bersifat integral yang artinya ilmu filsafat tidak hanya mengkaji dari
satu sudut pandang saja tetapi menyeluruh. Sedangkan filsafat ilmu
pendekatannya disesuaikan dengan kajian ilmunya masing-masing.

2.Pengertian

Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang dan


telah disusun secara sistematis menurut suatu metode tertentu
sehingga dapat menjelaskan secara rinci, detail dan memiliki
kebenaran yang bersifat umum.

Pengetahuan sendiri ialah informasi yang sudah diketahui oleh


seseorang atau sekelompok orang dan kebenarannya masih belum duji
dan dikaji. Pengetahuanumumnya ialah suatu hal yang kita ketahui
terhadap suatu objek, sehingga pengetahuan sangat mungkin menjadi
ilmu jika telah diuji dan dikaji kebenarannya.

Ilmu Pengetahuan
karakteristik memiliki sistem belum secara sistematis
yang sudah tersusun
secara sistematis

jangkaun lebih luas tidak terlalu luas

metode bersifat objektif bersifat subjectif


pembuktian
telah diuji dan belum diuji dan dikaji
objek yang dikaji
disampaikan
harus bersifat sesuai pemahman sekelompok
kebenaran umum dan universal orang

3.Ontologi
Ontologi merupakan kawasan yang tidak termasuk ilmu yang bersifat
otonom tetapi otologi berperan dalam perbincangan mengenai
pengembangan ilmu, asumsi dasar ilmu, dan konsepkuensinya juga
berpengaruh pada penerapan ilmu. Ontologi merupakan sarana ilmiah
menemukan jalan untuk menangani suatu masalah secara ilmuan.
Ontologi mendahuluhi ilmu dan bukan pembicaraan dalam ilmu itu
sendiri. Walaupun begitu ontologi penting bagi pengembangan ilmu.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa berfikir ontologis
mempunyai corak kritis spekulatif, artinya pembahasan di dalam
ontologi di mulai tanpa asumsi dasar, melainkan mengandalkan
kreativitas akal yaitu inspirasi, intuisi, dan ilham.

Metode abstraksi digunakan ontologi untuk mencari kejelasaan


tentang dunia fakta seluruhnya sampai pada pengertian fundamental.
Pengetahuan fundamental yang dihasilkan oleh ontologi dapat
dijadikan dasar untuk membahas kembali asumsi dasar yang oleh ilmu
pengetahuan telah dianggap mapankebenarannya. Dalam persoalan
pengembangan ilmu pengetahuan ini van Peursen mengatakan : bahwa
tidak ada ilmu yang selesai, para ilmuwan selalu dapat
mengembangkan ilmunya lebih lanjut. Ilmu bukan ibarat sebuah
rumah dengan dasar abadi sepanjang sejarah hanya dilengkapi dengan
tingkat-tingkat baru. Struktur ilmu bahkan pokok-pokok ilmu
mengalami perubahan. Ontologi menyelidiki dasar dasar ilmu.
Penelaahan ontologi dapat dijadikan dasar merumuskan hipotesis-
hipotesis baru untuk memperbaharui asumsi-asumsi dasar yang pernah
digunakan

Empirisme

Dalam filsafat , empirisme adalah teori yang menyatakan bahwa


pengetahuan hanya berasal atau terutama dari pengalaman indrawi

Ini adalah salah satu dari beberapa pandangan epistemologi , bersama


dengan rasionalisme dan skeptisisme . Empirisme menekankan peran
bukti empiris dalam pembentukan gagasan, bukan gagasan atau tradisi
bawaan .
Baru-baru ini, ada upaya yang meningkat untuk mengadvokasi untuk
menambah empirisme dalam studi non-ilmiah dan ilmu sosial,
terutama karena studi tersebut berkaitan dengan hukum kesehatan,
hukum kesehatan masyarakat, dll.

Namun, empirisme mungkin berpendapat bahwa tradisi (atau adat


istiadat) muncul karena hubungan pengalaman indera sebelumnya.

Secara historis, empirisme dikaitkan dengan konsep "batu tulis


kosong" ( tabula rasa ), yang dengannya pikiran manusia "kosong"
saat lahir dan mengembangkan pikirannya hanya melalui pengalaman.

Empirisme dalam filsafat sains menekankan bukti, terutama


sebagaimana ditemukan dalam eksperimen . Ini adalah bagian
mendasar dari metode ilmiah bahwa semua hipotesis dan teori harus
diuji terhadap pengamatan dunia alami daripada hanya bertumpu pada
alasan, intuisi , atau wahyu apriori .

Empirisme, yang sering digunakan oleh para ilmuwan alam,


mengatakan bahwa "pengetahuan didasarkan pada pengalaman" dan
bahwa "pengetahuan bersifat sementara dan probabilistik, tunduk pada
revisi dan pemalsuan yang berkelanjutan ". Penelitian empiris,
termasuk eksperimen dan alat pengukuran yang divalidasi, memandu
metode ilmiah .

Pengertian Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah
yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh
4.SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

A. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Kata filosofi ilmu merupakan hal yang sangat penting terutama


dalam pengkajian ilmu pengetahuan, karena pengetahuan
pengetahuan tentang pemahaman sesuatu yang tidak diketahui
sebelumnya. Berdasar pada pengertian tersebut, dapat didefenisikan
bahwa 62 itu memang sudah ada sejak adanya manusia pertama yaitu
nabi Adam AS.

B. Pra Yunani Kuno (Abad 15-7 SM)

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika


belum mengenal peralatan seperti yang dipakai sekarang. Pada masa
itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman
batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum
masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini
antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa
beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat
penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu
pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran
yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, Cina, Timur Tengah dan
Eropa.

C. Zaman Yunani kuno (Abad-7-2 SM)

Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filosofi,


karena masa ini orang memiliki kebebasan untuk memahami ide-ide
atau pendapatnya, Yunani pada masa itu disebut sebagai gudangnya
ilmu dan filosofi. Menurut Anshari (1985: 30), bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
menerima saja (sikap reseptif) tetapi menumbuhkan sikap anquiring
(senang secara kritis). Salah satu tokoh Yunani yang terkenal pada
waktu itu parmenides.

D. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)


Zaman pertengahan (pertengahan) timbangan dengan para tampilnya
teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah
semuanya para teolog, schingga aktivitas ilmiah yang terkait dengan
aktivitas keagamaan. Semboyan pada masa ini adalah Anchila
Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam, terutama abad 7
yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan
astronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus.
Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia abad 8 Masehi,
telah mendidik Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundis hapur.

E. Masa Renaissance (14-17 M)

Zaman Renaissance tahunya sebagai era kebangkitan kembali


pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah
zaman peralihan ketika pertengahan abad pertengahan berubah
menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah: Roger
Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei.
Roger Bacon berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi
landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu
pengetahuan. Menurut Bacon, ujian harus ditentukan dari theologi.
Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang
menerangkan bahwa matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi
memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada
porosnya dan gerakan tahunan matahari. Teori ini disebut
Heliosentrisme. Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang
mempertahankan prinsip Geosentrisme yang bersikap lebih benar dari
prinsip Heliosentrisme.

F . Zaman Modern (17-19 M)

Zaman inisial dengan berbagai bidang ilmiah, serta kumpulan dari


berbagai aliran muncul, Pada benar-benar corak sufisme Yunani.
Paham-paham yang muncul dalam garis besar adalah Rasionalisme,
Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan
bahwa akal alat yang diperlukan dalam memperoleh dan menguji
pengetahuan. Tokohnya yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa.,
Spirit, Para pengikut aliran / paham ini pada umumnya, sumber 62nya
mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-
1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif. Pada
Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam
pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Ini bertolak belakang
dengan paham rasionalisme. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes
Jonh locke, dan David Hume.

G. Zaman Kontemporer

Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah zaman yang


sedang kita jalani. Pada periode ini, terlihat kemajuan iilmu dan
teknologi. Namun, dibalik percaya itu, itu telah ditangani oleh
masalah baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis
yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Kesuksesan manusia
dalam menciptakan teknologi-teknologi ternyata telah menjadi
bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Berbagai masalah baru
sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang
dikembangkan oleh positivisme-empirik, telah mencakup berbagai
kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul
dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, yang diungkap
oleh Ridwan Al Makasary. Kritik terhadap positivisme, kurang lebih
bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena
sebagian atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi
dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik. Positivisme juga
diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa
cenderung meretifikasi dunia sosial. Pandangan teoritikus kritik
dengan kekhususan aktor, di mana mereka menolak ide bahwa aturan
umum ilmu dapat diterapkan tanpa mempertanyakan tindakan
manusia. Akhirnya “Teori Kritik Masyarakat” menganggap bahwa
positivisme dengan konservatif sendirinya, yang tidak menantang
sistem yang eksis.

Anda mungkin juga menyukai