Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

ULKUS GASTER DAN DUODENUM

Disusun oleh :

Nama : Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya

Nim : 018.06.0080

Kelas : A

Blok : DIGESTIVE II

Dosen : dr. I Gusti Putu Winangun, Sp. PD., FINASIM.

UNIVRSITAS ISLAM AL-AZHAR


FAKULTAS KEDOKTERAN
MATARAM
2020
Latar Belakang

Perdarahan saluran cerna atas adalah masalah yang sangat sering kita jumpai.
Derajatnya dapat bervariasi dari perdarahan samar yang tidak diketahui hingga
perdarahan hebat yang mengancam nyawa. Ulkus peptikum (Tukak peptik) adalah
salah satu penyakit saluran cerna bagian atas yang kronis. Ulkus peptikum mengacu
pada ulkus gaster dan duodenal yang disebabkan oleh asam peptik. Ulkus gaster
adalah ulkus yang terbentuk pada lambung atau bagian atas usus kecil, yang disebut
dengan duodenum. Ulkus gaster atau ulkus duodenum sangat umum terjadi.Untuk
mengetahui lebih rinci bagaimana penyakit GERD ini maka akan dibahas dalam essay
ini.

Isi

Penyakit ulkus peptikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang


meluas sampai di bawah epitel. Penyakit ulkus peptikum umumnya terjadi di
duodenum dan lambung, Ini juga dapat terjadi pada esofagus, pylorum, jejenum, dan
Meckel’s divertikulum. Penyakit ulkus peptikum terjadi ketika faktor agresif (gastrin,
pepsin) menembus faktor defensif yang melibatkan resistensi mukosa (mucus,
bikarbonat, mikrosirkulasi, prostaglandin, dinding mukosa) dan dari efek Helicobacter
pylori.

Kejadian dari penyakit ini adalah semua kelompok umur, tu > 45 thn .
Prevalensinya sekitar 2 - 4%. Di negara Barat, dari hasil radiologi dan otopsi, sekitar
10% mengalami Ulkus Peptikum (UP). UP bertanggung jawab atas 7.500 kematian
per tahun dan 400.000 kecacatan di Amerika. Di inggris 6 - 20% orang berumur >55
tahun ke atas pernah mengalami UP. Di Indonesia relatif rendah, prevalensi 6 – 15%,
laki-laki > wanita (3-4 : 1).

Ada beberapa faktor etiologi terjadinya ulkus peptikum yaitu infeksi


Helicobacter pylori, penggunaan NSAID, merokok, dan kebiasaan makanan. H. pylori
merupakan penyebab utama terjadi tukak gaster. Banyak terjadi pada orang kulit gelap
di bandingkan dengan kulit putih. Prevalensi infeksi H. pylori dalam ulserasi komplek
misalnya perdarahan dan perforasi, sangat rendah jika dibandingkan penemuan dalam
penyakit ulserasi yang tidak komplek. Penggunaan NSAID merupakan penyebab
umum terjadi tukak gaster. Penggunaan obat ini mengganggu peresapan mukosa,
menghancurkan mukosa dan menyebabkan kerusakan mukosa Sebanyak 30% orang
dewasa yang menggunakan NSAID mempunyai GI yang kurang baik. Selain itu
adalah faktor usia, jenis kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari
NSAID, penggunaan NSAID dalam jangka waktu yang lama, penggunaan disertai
antikoagulan dan severe comorbid illness.

Beberapa faktor risiko yang menyebabkan tukak gaster ini antaranya adalah
faktor jenis kelamin. Jenis kelamin lelaki adalah yang banyak terkena tukak gaster
dan tukak duodenum. Selain itu adalah faktor umur. Lelaki yang lebih berusia
lebih cenderung terkena tukak gaster dan tukak duodenum. Faktor risiko yang lain
adalah penggunaan obat nyeri yang regular, status sosio ekonomi yang rendah dan
juga penggunaan alkohol. Terdapat juga kajian mengatakan merokok juga boleh
menyebabkan tukak gaster dan tukak duodenum.

Tukak gaster terjadi akibat multifaktor yang menyebabkan terjadinya


ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif tebagi
menjadi faktor endogen (HCl, pepsinogen/pepsin) dan faktor agresif eksogen (obat-
obatan, alkohol, infeksi). Faktor defensive meliputi mukus bikarbonat dan
prostaglandin. Keadaan dan lingkungan individu juga memberikan kontribusi dalam
terjadinya tukak yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi asam lambung
atau melemahnya barier mukosa.

Secara umum, pasien dengan ulkus peptikum biasanya mengeluh dispepsia.


Dispepsia adalah suatu sindroma klinik/ kumpulan gejala pada saluran cerna seperti
mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh dan cepat
merasa kenyang. Pada ulkus duodenum rasa sakit timbul waktu pasien merasa lapar,
rasa sakit bisa membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit hilang setelah makan
dan minum obat antasida (Hunger Pain Food Relief = HPFR). Sakit yang dirasakan
seperti rasa terbakar, rasa tidak nyaman yang mengganggu dan tidak terlokalisir. Pada
ulkus lambung rasa sakit timbul setelah makan, rasa sakit di rasakan sebelah kiri,
anoreksia, nafsu makan berkurang, dan kehilangan berat badan. Walaupun demikian,
rasa sakit saja tidak dapat menegakkan diagnosis ulkus lambung karena dispepsia non
ulkus juga dapat menimbulkan rasa sakit yang sama. Muntah juga kadang timbul pada
ulkus peptikum yang disebabkan edema dan spasme seperti pada ulkus kanal pilorik
(obstruction gastric outlet).
Diagnosis ulkus peptikum ditegakkan berdasarkan: 1) anamnesis (dispepsia/
rasa sakit pada ulu hati); 2) pemeriksaan penunjang (radiologi dengan barium meal
kontras/ colon in loop dan endoskopi); dan 3) hasil biopsi untuk pemeriksaan kuman
H. Pylori.

Tujuan terapi adalah menghilangkan keluhan/ gejala, menyembuhkan/


memperbaiki kesembuhan ulkus, mencegah kekambuhan/rekurensi ulkus, dan
mencegah komplikasi. Terpapi atau penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah
Diet : sama dgn gastritis, bila perdarahan harus dipuasakan. Selanjutnya adalah obat-
obatan : Sama dengan gastritis tapi ditambah Antibiotik (eradikasi HP) bila terbukti
test serologi HP (+) Terapi tripel 1-2 minggu yaitu PPI 2x1, amoxicilin(AMO) 2x1gr,
claritromisin(CLA)2x500mg atau PPI, MET,CLA atau PPI,AMO, MET. Terdapat
tiga tindakan operasi yang dilakukan pada ulkus lambung, yaitu: highly selective
vagotomy (HSV), vagotomi dan drainage, vagotomi dan gastrectomi distal.

Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya yaitu Perdarahan :


hematemesis/ melena dengan tanda syok apabila perdarahan masif dan perdarahan
tersembunyi. Anemia : Anemia dapat terjadi apabila terjadi kekurangan darah
berlebihan dan anemia kronik. Perforasi : nyeri perut menyeluruh sebagai tanda
peritonitis. Gastric Outlet Obstruction : keluhan pasien akibat komplikasi ini berupa
cepat kenyang, muntah berisi makanan tak tercerna, mual, sakit perut setelah makan/
post prandial, berat badan menurun. Obstruksi yang terjadi akibat peradangan daerah
peri pilorik timbul odema, spasme. Bisa obstruksi permanen akibat fibrosis dari suatu
tukak sehingga mekanisme pergerakan antro duodenal terganggu.

Prognosis tergantung dari perjalanan penyakit dan komplikasi yang terjadi.


Kebanyakan pasien berhasil diobati dengan eradikasi infeksi H pylori, menghindari
NSAID, dan penggunaan yang tepat terapi anti sekresi. Eradikasi infeksi H pylori
menurunkan tingkat kekambuhan ulkus 60-90% menjadi sekitar 10-20%.

Refrensi :
Price Sylvia, Wilson Lorraine. Gangguan lambung dan duodenum. Dalam: Glenda Lindseth.
Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Volume 6. Jakarta: EGC; 2002. hal.
423- 31.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014

Tarigan Pengarapen, Akil HAM. Tukak gaster dan tukak duodenum. Dalam: Sudoyo Aru,
Alwi Idrus dkk editor. Buka ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi V. Jakarta:
InternaPublishing; 2009. hal. 513-27

Anda mungkin juga menyukai