PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik, dan
lebih. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
proses-proses kehidupan dalam tubuh. Saat ini kata gizi mempunyai pengertian lebih
luas di samping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang,
produktivitas kerja. Negara Indonesia yang sekarang sedang membangun, faktor gizi
(Almatsier, 2011).
status gizi di masyarakat. Tahun 2013, 17% atau 98 juta anak di bawah lima tahun di
negara berkembang mengalami kurang gizi (berat badan rendah menurut umur
1
sebesar 30%, diikuti Afrika Barat 21%, Osceania dan Afrika Timur 19%, Asia
Tenggara dan Afrika Tengah 16%, dan Afrika Selatan 12% (WHO, 2014).
Data dari seluruh dunia menurut World Health Organitation (WHO, 2014)
terdapat proporsi anak dibawah lima tahun dengan keadaan kurang gizi mengalami
penurunan angka persentase 10% yang terjadi antara tahun 1990 sampai 2013, yaitu
dari 25% menjadi 15%. Di Afrika, terdapat penurunan yang relatif kecil, yaitu dari
23% pada tahun 1990 menjadi 17% pada tahun 2013. Pada periode yang sama, di
Asia terjadi penurunan dari 32% menjadi 18%, dan di Amerika Latin dan Caribbean
turun dari 8% menjadi 3%. Ini berarti angka proporsi di Asia dan Amerika Latin juga
Menurut data WHO (2014) negara di regional Asia Selatan yang memiliki
angka tertingi kejadian kurang gizi yaitu India 43,5% (2006), disusul negara-negara
seperti Bangladesh 36,8% (2011), Afghanistan 32,9% (2011), Pakistan 31,6% (2013).
khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol
2
diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik. Kondisi gizi anak-anak Indonesia
rata-rata lebih buruk dibandingkan gizi anak-anak di dunia dan bahkan juga dari
bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk akibat penyakit
penyerta dimana didapatkan 19% infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA) pneumonia,
19% diare, 7% campak, 5% malaria dan 32% penyebab lain. Sementara masalah gizi
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena jumlah asupan pangan
yang kurang bermutu, faktor lingkungan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan
adanya faktor infeksi (penyakit). Permasalahan ini masih menunjukkan angka yang
cukup tinggi, berdasarkan laporan prevalensi gizi kurang dari Rencana Pembangunan
menetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan
prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita dapat mencapai target
Penyebab langsung kurang gizi yaitu asupan makanan tidak seimbang dan
penyakit infeksi. Sedangkan untuk penyebab tidak langsung diantaranya tidak cukup
persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, sanitasi/pelayanan kesehatan dasar
3
pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan akar masalah penyebab kurang gizi adalah
krisis ekonomi, politik dan sosial (UNICEF, 1998 dalam Baliwati 2010).
Status gizi yang dipengaruhi oleh masukan zat gizi secara tidak langsung
Ibu sebagai orang yang terdekat dengan lingkungan asuhan anak ikut berperan dalam
proses tumbuh kembang anak melalui zat gizi makanan yang diberikan. Karakteristik
ibu ikut menentukan keadaan gizi anak diantaranya adalah umur ibu, pendidikan
Kekurangan nutrisi pada balita biasanya terjadi karena beberapa faktor, antara
lain kekurangan jumlah nutrisi yang dikonsumsi, akibat suatu penyakit sehingga
nutrisi yang dikonsumsi gagal diserap dan digunakan tubuh. Pola pengasuhan anak
yang kurang baik, dan kondisi lingkungan kesehatan yang tidak memadai (Asydhad,
dkk, 2006).Menurut Herman Sudiman (2004) dalam Zumroti (2010) asupan dan
keadaan gizi balita dipengaruhi oleh pola pengasuhan keluarga, karena pada balita
Kasus gizi kurang perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat
perkembangan fisik dan mental anak. Kasus gizi kurang berkaitan dengan
perkembangan motorik dan mental. Balita yang mengalami gizi kurang memiliki
4
risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas dan peningkatan
risiko penyakit degeneratif dimasa mendatang. Hal ini dikarenakan anak balita
dengan gizi kurang juga cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi, begitu juga
anak yang mengalami infeksi rentan terhadap status gizi kurang (Balitbang, 2013).
mempengaruhi status gizi. Bila kondisi sosial ekonomi baik maka status gizi
diharapkan semakin baik. Status gizi anak balita akan berkaitan erat dengan kondisi
sosial ekonomi keluarga (orang tua), antara lain pendidikan orang tua, pekerjaan
orang tua, jumlah anak orang tua, pengetahuan dan pola asuh ibu serta kondisi
Pada masa sekarang ini jumlah wanita yang terlibat dalam kegiatan ekonomi
sebagai tenaga kerja aktif makin meningkat dan tersebar dalam semua sektor
pekerjaan. Diantaranya pertanian, industri, jasa dan lain-lain. Salah satu dampak
negatif yang dikhawatirkan timbul sebagai akibat dari keikutsertaan ibu-ibu pada
kegiatan diluar rumah adalah keterlantaran anak terutama anak balita, padahal masa
depan kesehatan anak dipengaruhi oleh pengasuhan dan keadaan gizi sejak usia bayi.
Usia bayi sampai anak berumur 5 tahun merupakan usia penting, karena pada umur
tersebut anak belum dapat melayani kebutuhan sendiri dan bergantung pada
5
Berdasarkan hasil penelitian Uswatun Hasanah (2013) pola asuh makan
merupakan faktor yang paling dominan terhadap status gizi balita dengan umur ibu
yang lebih muda dimana artinya ibu dengan asuh makan yang kurang baik
mempunyai kemungkinan 27 kali lebih besar untuk berstatus gizi kurang pada balita
nya dibanding dengan ibu yang melakukan asuh makan yang baik. Sedangkan ibu
yang memiliki status gizi balita yang baik umumnya ibu dengan tingkat pendidikan
diketahui, Buleleng memiliki areal yang sangat luas. Untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, sejauh ini Buleleng sudah memiliki 20 unit puskesmas,
74 unit puskesmas pembantu (pustu), 20puskesmas keliling (puling) dan satu unit
rumah sakit daerah yang sudah berstandar BLUD yaitu Rumah Sakit Umum
Untuk kecamatan Seririt yang terdiri dari 21 Desa dan Kelurahan tersebut, telah
Kecamatan ini memiliki 3 buah Puskesmas yang terletak di Kelurahan Seririt, Desa
Banjar Asem dan Desa Ringdikit. Data Dinas Kesehatan Buleleng pada tahun 2019
didapatkan jumlah balita gizi buruk sebanyak 33 balita, tahun 2020 sebanyak 23.
6
Kecamatan Seririt merupakan kecamatan dengan presentase penduduk
sebagian besar bermata pencaharian petani / nelayan (45%), pedagang (35%), buruh
(20%), dan lain-lainnya. Daerah ini masih termasuk daerah dengan perekonomian
Dengan penghasilan kepala rumah tangga yang cukup ataupun kurang dalam
pendapatan keluarga. Ibu yang berkerja, akan mempengaruhi pola asuh makan
keluarga dan pola asuh makan yang salah pada balita, hal ini akan mempunyai
hubungan dengan status gizi balita, yang biasa didapatkan status gizi balita kurang
yang akan berdampak dengan mudahnya balita tersebut terserang penyakit. Penyakit
infeksi akan mudah terjangkit pada balita dengan status gizi kurang.
Data Pemantauan Status Gizi Puskesmas Seririt III pada bulan Desember
2020, didapatkan balita dengan status berat badan kurang sebanyak 12 orang. Dan
pada bulan Januari 2021 menjadi 11 balita dengan status berat badan kurang.
Sedangkan pada bulan Februari 2021 juga kasus balita berat badan kurang terbanyak
di desa Bestala wilayah Puskesmas Seririt III sebanyak 4 orang. Sebagian besar
7
Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Balita Di Desa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian adalah :
1. Bagaimana karakteristik ibu balita untuk status gizi balita di Desa Bestala
Kecamatan Seririt?
2. Bagaimana Pola Asuh balita untuk status gizi balita di Desa Bestala Kecamatan
Seririt?
3. Bagaimana Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Balita Di
Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun 2021.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Status Gizi Berdasarkan
Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Balita Di Desa Bestala Kecamatan Seririt
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui karakteristik ibu balita untuk status gizi balita di Desa Bestala
Kecamatan Seririt?
2. Untuk mengetahui Pola Asuh ibu balita untuk status gizi balita di Desa Bestala
Kecamatan Seririt?
8
4. Untuk mengetahui Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh
Balita Di Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun 2021.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Pola Asuh Balita dan informasi bagi pengembangan ilmu yang berkaitan dengan
promosi kesehatan.
2. Manfaat praktis :
b. Bagi Masyarakat
mengerti dan memperhatikan kecukupan gizi balita agar selalu dalam kondisi
9
c. Bagi Peneliti
dalam lingkup mikro dan hasil penelitian itu dapat digunakan sebagai masukan
d. Bagi Responden
10