PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Waktu Ekstraksi dan Rasio Pelarut Biji Kopi Tidak Layak Jual Terhadap
Yield Minyak Biji Kopi”. Dalam hal ini penulis menyampaikan ucapan terima
setiap langkah kami serta jasa-jasa lain yang terlalu sulit untuk
diungkapkan.
2. Bapak Prof. Drs. Damris M, M.Sc., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Sains
3. Ibu Lince Muis, S.T., M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia
4. Ibu Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T. Selaku Sekretaris Program Studi
Teknik Kimia
penelitian ini.
i
ii
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
1.4 Hipotesa..........................................................................................4
2.2. Ekstraksi.........................................................................................10
2.3. Metanol..........................................................................................12
iii
iv
3.2.1. Alat.......................................................................................16
3.2.2. Bahan...................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, hal ini karena minyak
500 – 1.500 mdpl sehingga sangat cocok ditanami kopi jenis Robusta dan
Arabika. Produksi dua jenis kopi ini terdapat di Kecamatan Gunung Raya, Batang
Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat
timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. Data
Dinas Perkebunan dan Peternakan (2018) menunjukkan bahwa pada tahun 2017
luas tanaman perkebunan kopi robusta di Kabupaten Kerinci sebanyak 6.914 ha,
dengan produksi 3.894 ton dan luas tanaman perkebunan kopi arabika 1.809 ha
tanaman penting secara ekonomi di banyak negara tropis dan di seluruh dunia.
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Kopi arabika tumbuh di bawah kanopi hutan tropis
yang rimbun dan merupakan jenis tanaman dikotil yang memiliki akar tunggang.
Bagian dari tanaman kopi yang potensial untuk dijadikan bahan baku biodiesel
setelah melalui pengujian psiko-kimia adalah biji kopi dan ampas kopi. (Said,
2020)
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
atau leaching adalah perpindahan komponen terlarut dari padatan inert ke dalam
pelarutnya. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan
2011). Waktu ekstraksi jika semakin lama waktu nya rendemen minyak yang
terbentuk akan semakin banyak, dan itu juga tergantung jenis bahan baku serta
jenis pelarut yang dipakai pada saat ekstraksi. Prinsip ekstraksi padat cair adalah
adanya kemampuan senyawa dalam suatu matriks yang kompleks dari suatu
padatan, yang dapat larut oleh suatu pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus
dapat terlarut dalam pelarut dengan waktu yang singkat, pelarut harus selektif
kopi menggunakan pelarut organik seperti heksana. Pelarut ini bersifat inert,
memiliki titik didih yang rendah serta dapat melarutkan dengan cepat dan
sempurna. Namun, penggunaan pelarut organik beracun dalam proses pengolahan
makanan harus dibatasi. Oleh karena itu,pada penelitian ini dilakukan variasi
pelarut yang digunakan guna mencari pelarut yang cocok dan pas pada ekstraksi
Belum banyak penelitian tentang ekstraksi biji kopi tidak layak jual untuk
optimum yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi biji kopi tidak layak
sebagai berikut:
kopi tidak layak jual dengan perbandingan rasio pelarut dengan biji
kopi 1:1?
terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual?
1.3. Tujuan
kopi tidak layak jual dengan perbandingan rasio pelarut dengan biji
kopi 1:1.
terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual.
layak jual
1.4. Hipotesa
minyak yang diperoleh dari biji kopi dapat digunakan sebagai bahan baku
menggunakan pelarut toluene dengan perbandingan massa biji kopi dan pelarut
yaitu 1:6.
1.5. Manfaat
terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual dengan
Tahap ekstraksi dengan variabel tetap ukuran bubuk biji kopi 100
mesh, rasio bubuk kopi dengan pelarut adalah 1:1, massa bubuk kopi
menit, 100 menit, 120 menit, 160 menit, 180 menit. Setelah didapatkan
1:5, 1:6, 1:7, 1:8, dan 1:9. Serta waktu yang digunakan adalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi berasal dari
mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 30% dari spesies kopi
yang telah disangrai. Minyak kopi yang diperoleh dari biji kopi nalisa dapat
digunakan sebagai flavoring. Penggunaan minyak kopi tersebut antara lain untuk
12
13
memperbaiki flavor pada minuman yang berbahan dasar kopi (coffee beverages),
sebagai flavoring pada makanan antara lain permen (candies), kue, dan, pudding.
(Simbolon, 2013)
pusat dari biji kopi, nomor 2. Biji (endosperm), bagian nomor 3. Epidermis,nomor
(pericarp atau esokarp). Dari sekian banyak jenis kopi yang ada, hanya terdapat 2
jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffeea arabica) dan kopi robusta
(Coffeea robusta).
Kopi ini berasal dari Etiopia dan saat ini telah dibudidayakan di berbagai
belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan
Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau
laut. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-260C. Biji kopi yang dihasilkan
Sebanyak 0,2-0,3% kadar lemak total pada kopi terdapat pada lapisan lilin
pelindung biji. Asam lemak pada lapisan lilin berbeda dari pada minyak
(30-35%). Pada ester diterpene terdapat asam palmitat (40-45%) dan asam
nalisa e (26%). Kadar asam lemak bebas robusta lebih tinggi daripada
arabika. Lemak dan turunannya pada biji kopi antara lain trigliserida, asam
lemak bebas, ester nalisa e, nalisa e bebas, nalisa er, sterol, ester-ester
menjadi berbau tengik. Diterpen pada biji kopi antara lain safestol,
kopi robusta tidak terdapat atau sedikit sekali terdapat kahweol [22].
Minyak biji kopi rusak diketahui memiliki kadar asam lemak bebas (FFA)
2.2. Ekstraksi
16
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
atau leaching adalah perpindahan komponen terlarut dari padatan inert ke dalam
pelarutnya. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan
merendam dan berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi
terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersirkulasi di dalam
sampai bahan benar benar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu
sirkulasinya cepat.
c. Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk
rendah.
2.3. Metanol
Metanol merupakan salah satu bahan kimia yang dapat digunakan untuk
memproduksi bahan kimia lainnya. Metanol telah digunakan secara luas baik pada
bahan bakar, dan lain-lain (Husin et al, 2007). Metanol dihasilkan dalam jumlah
kecil dengan bentuk uap nalisa di alam melalui proses nalisa er nalisa e
bakteri. Namun, untuk memenuhi kebutuhan komersial industri kimia dan energi,
nalisa diproduksi melalui sintesis gas alam, gasifikasi batu bata, dan
spiritus. Dalam industri kimia dan energi, nalisa merupakan bahan baku primer
yang sangat penting. Metanol berperan sebagai bahan pelarut dan bahan baku
dalam memproduksi senyawa kimia lainnya seperti formalin dan asam asetat.
18
Secara alami, nalisa juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif
Metanol memiliki nama lain metil alkohol yang memiliki rumus kimia
CH3OH. Metanol termasuk dalam gugus alkohol yang paling sederhana. Senyawa
nalisa berwujud cairan yang tidak berwarna dan mudah menguap. Apabila
nalisa merupakan senyawa gugus alkohol yang agresif dan berakibat fatal.
Selain itu, uap nalisa yang terlalu lama terhirup maka dapat menyebabkan
nalisa juga lebih stabil dibandingkan etanol (C2H5OH). Metanol memiliki satu
ikatan karbon sedangkan etanol memiliki dua ikatan karbon, sehingga nalisa
etanol. Senyawa nalisa yang memiliki berat molekul yang rendah sehingga
Karakteristik Nilai
Massa Molar 32,04 gr/mol
Wujud Cairan Tidak Berwarna
Spesipic Gravity 0,7918
Titik Leleh 176 K
Titik Didih 337,8 K
Kelarutan Dalam Air Sangat Larut
Keasaman (pKa) ~ 15.5
(Sumber: Afandi, 2008)
19
acuan yaitu:
tersebut yaitu kajian pemanfaatan biji kopi arabika sebagai bahan baku
minyak yang diperoleh dari limbah biji kopi dapat digunakan sebagai
pada ekstraksi dengan pelarut toluene murni adalah 1:6 dan pelarut n-
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rezki Ika Pratiwi 2017 yang
berjudul Pengaruh rasio pelarut terhadap limbah biji kopi robusta pada
sebesar 0,892 gr/ml, viskositas sebesar 14,301 cSt dan bilangan asam
sebesar 54,347.
20
3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Handika Prawira 2016 yang berjudul
40%.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sains dan Teknologi Univesitas Jambi pada Desember 2020 sampai April 2021.
3.2.1 Alat
1. Statif
2. Termometer
4. Heating mantle
5. Pipa penghubung
6. Pendingin liebig
7. Erlenmeyer
8. Corong pemisah
9. Refluks kondensor
3.2.2 Bahan
2. Methanol
21
22
3. NaOH
4. Aquades
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu ekstraksi
biji kopi, dengan menggunakan variabel 80 menit, 100 menit, 120 menit, 140
menit, dan 160 menit, dan perbandingan biji kopi dan pelarut yaitu, 1:5, 1:6, 1:7,
1:9
Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran bubuk biji
kopi 100 mess, rasio pelarut dengan biji kopi tidak layak jual 1:1, dan massa
Varibel yang menjadi pusat dari penelitian. Dalam penelitian ini yang
viskositas, kadar asam lemak bebas (free fatty acid) dari hasil ekstraski biji kopi
2013 maka penelitian ini juga diawali dengan melakukan penyiapan bahan baku
biji kopi menjadi bubuk kopi, dilanjutkan dengan proses ekstraksi soxhlet. Hasil
dari ekstraksi tadi dilanjtkan dengan destilasi untuk memulihkan pelarut yang
terpakai dan mendapatkan minyak kopi bebas pelarut, dan selanjutnya dilakukan
nalisa rendemen.
Dikeringkan Disangrai
Biji Kopi tidak
Dicuci pada suhu dengan
layak jual
kamar waktu 1 jam
Digiling dan
Hasil diayak 100
mesh
Pada tahap proses penyiapan biji kopi menjadi bubuk kopi, biji kopi tidak
layak jual dipilah dari biji kopi yang baik untuk diolah lebih lanjut. Pemilihan ini
membusuk yang ditandai dengan warna hitam pada biji. Biji yang terlalu ringan
lainnya. Setelah itu biji kopi di cuci menggunakan air hingga terpisah dari
pengotor, seperti lendir atau sisa-sisa kulit buah yang tidak diinginkan dan
24
dikeringkan dengan sinar matahari hingga kulit keras penutup biji kopi benar-
dengan cara penggorengan biji kopi tanpa minyak goreng pada suhu pemanas
berupa kompor selama lebih kurang 1 jam hingga timbul wangi khas kopi masak
pengayakan. Biji kopi digiling hingga berbentuk bubuk dengan mesin penggiling
kopi yang terdapat di pasar tradisional. Setelah itu, bubuk kopi diayak dengan
ayakan ukuran 100 mesh. Lalu ekstraksi akan meningkat apabila ukuran partikel
bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain rendemen ekstrak akan semakin besar
Dibungkus
Dimasukkan
Sampel menggunakan
ke ekstrakstor Diekstraksi
Biji Kopi kertas saring
soxhlet
40 gram
Pelarut
Distilasi
dan batu
didih
Hasil
Pada tahap ekstraksi, sampel bubuk kopi yang berukuruan 100 mesh dibungkus
methanol dan batu didih ke ekstraktor soxhlet dengan rasio pelarut dengan massa sampel
yaitu 1:1, dilanjutkan dengan proses ekstraksi menggunakan variasi waktu 80, 100, 120,
140, dan 160 menit. Setelah dilakukan proses ekstraksi, kemudian dilanjutkan ke proses
diatas heating mantle dan dirangkai dengan pendingin. Dilakukan pemanasan di atas
heating mantle dan dialirkan air. Pelarut yang menjadi distilat ditampung di dalam
erlenmeyer 250 ml. Pemanasan dilanjutkan hingga seluruh pelarut menguap. Didapatkan
minyak biji kopi yang sudah bebas dari pelarut. Selanjutnya dilakukan analisa densitas,
Setelah didapat waktu yang optimal untuk ekstraksi, kemudian memakai rasio biji
kopi dan pelarut yaitu 1:5, 1:6, 1:7, 1:8, dan 1:9. Dan hasil ekstraksi dimasukkan ke
dalam labu distilasi ditempatkan diatas heating mantle nalis dialirkan air. Pelarut yang
menjadi distilat ditampung di dalam nalisa er 250 ml. Pemanasan dilanjutkan hingga
seluruh pelarut menguap. Didapatkan minyak biji kopi yang sudah bebas dari pelarut.
Selanjutnya dilakukan nalisa densitas, viskositas dan kadar FFA minyak biji kopi.
dihitung densitas nya. Densitas dihitung dengan cara membagi massa sampel
gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan yang lainnya. Suatu jenis
F= k.µ.v
Dimana : F = Viskositas.
K = Konstanta.
µ = Koefisien Viskositas.
V = Kecepatan Fluida.
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang telah lepas dari molekul
gliserol. Penentuan asam lemak bebas dilakukan dengan cara: mula mula, diambil
3 ml sampel dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian
ditambahkan 9 ml etanol 96% dan diaduk hingga larut, selanjutnya tambahkan 2-3
tetes indikator phenolpithalein dan dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N
27
hingga warna merah muda stabil selama 15 detik, kemudian dicatat volume NaOH
yang terpakai. Rumus perhitungan kadar asam lemak bebas adalah:
%FFA= 0,783V
Adhani, L., Aziz, I., Nurbayti, S dan Oktaviana, C. 2016. Pembuatan Biodiesel
dengan Cara Adsorpsi dan Esterifikasi dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal
Andalia, W dan Pratiwi, I. 2018. Kinerja Katalis NaOH dan KOH ditinjau dari
Arita, S., Attaso, K dan Septian, R. 2013. Pembuatan Biodiesel dari Menggunakan
Fajriati, I., Rizkiyah, M., Muzakky. 2011. Studi Ekstraksi Padat Cair
dalam Sampel Sedimen Sungai di Sekitar Calon PLTN Muria. Jurnal Ilmu
Jumlah Katalis, dan Waktu Reaksi pada Pembuatan Biodiesel dari Lemak
Freedman, B., Pryde E, H and Mounts T, L. 1984. Variables Affecting The Yields
1638-1643.
28
Husin, H., Marzuki, L dan Zuhra. 2007. Oksidasi Parsial Metana Menjadi
Khusna, D., Susanto, J. 2015. Pemanfaatan Limbah Padat Kopi Sebagai Bahan
PT. Santos Jaya Abadi Instant Coffee). Jurnal Teknik Mesin. 14 (2): 247-
260.
Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan Metanol Menjadi
Esters Derived from In-situ Esterification of Rice Bran Oil. JAOCS. 79 (6),
611-614.
Pratiwi, R, I., Hanif, M. 2017. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap Limbah Biji
29
Said, N, N, A., Purnama, H. 2020. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit Kopi
Minyak Biji Jarak Pagar. Laporan Penelitian Hasil Hutan. Sumber Dana
diterbitkan).
(1):1-8.
Simbolon, B. 2013. Kajian Pemanfaatan Biji Kopi (Arabika) Sebagai Bahan Baku
30