Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN RASIO PELARUT

BIJI KOPI TIDAK LAYAK JUAL TERHADAP YIELD


MINYAK BIJI KOPI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan


Program Sarjana Teknik Kimia di Universitas Jambi

Oleh:

MUHAMMAD ZAKI ALGHIFARI (M1B117032)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh

Waktu Ekstraksi dan Rasio Pelarut Biji Kopi Tidak Layak Jual Terhadap

Yield Minyak Biji Kopi”. Dalam hal ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dengan tulus kepada:

1. Kedua Orang tua kami yang senantiasa mendoakan dan mendukung

setiap langkah kami serta jasa-jasa lain yang terlalu sulit untuk

diungkapkan.

2. Bapak Prof. Drs. Damris M, M.Sc., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Jambi.

3. Ibu Lince Muis, S.T., M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia

Sekaligus Pembimbing 1 dalam penelitian ini.

4. Ibu Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T. Selaku Sekretaris Program Studi

Teknik Kimia

5. Ibu Hadistya Suryadri, S.T., M.T. Selaku Pembimbing 2 dalam

penelitian ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf akademik Program Studi Teknik Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi

7. Rekan seperjuangan atas pengorbanan, semangat, ide-ide kreatifnya

sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

i
ii

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih banyak

kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan. Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Jambi, Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................v

DAFTAR TABEL...........................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................3

1.3 Tujuan ............................................................................................3

1.4 Hipotesa..........................................................................................4

1.5 Manfaat ..........................................................................................4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6

2.1. Kopi ...............................................................................................6

2.1.1. Kopi Arabika........................................................................7

2.1.2. Minyak Biji Kopi.................................................................9

2.2. Ekstraksi.........................................................................................10

2.3. Metanol..........................................................................................12

2.4. Penelitian Terdahulu......................................................................13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN....................................................16

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................16

3.2. Alat dan Bahan...............................................................................16

iii
iv

3.2.1. Alat.......................................................................................16

3.2.2. Bahan...................................................................................16

3.3. Variabel Penelitian.........................................................................17

3.3.1. Variabel Bebas.....................................................................17

3.3.2. Variabel Tetap......................................................................17

3.3.3. Variabel Terikat...................................................................17

3.4. Metode Penelitian.........................................................................17

3.4.1. Penyiapan Biji Kopi.............................................................18

3.4.2. Proses Ekstraksi...................................................................19

3.5. Analisis Data.................................................................................20

3.5.1. Analisa Densitas..................................................................20

3.5.2. Analisa Viskositas................................................................21

3.5.3. Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)........21

3.5.4. Analisa Yield.......................................................................22

3.6. Matriks Penelitian.........................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Biji Kopi.....................................................................................6

Gambar 2.2. Sturuktur Buah Biji Kopi..........................................................7

Gambar 3.1. Penyiapan Biji Kopi.................................................................18

Gambar 3.2. Diagram Alir Ekstraksi.............................................................19

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Biji Kopi Arabika (% berat kering)..................8

Tabel 2.2. Karakteristik Minyak Biji Kopi Arabika.......................................8

Tabel 2.3. Komposisi Kimia Minyak Biji Kopi.............................................10

Tabel 2.4. Sifat Fisik dan Kimia Metanol......................................................13

Tabel 3.1. Matriks Penelitian.........................................................................22

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu potensi kekayaan alam di Indonesia. Kopi

dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, hal ini karena minyak

kopi mengandung molekul trigliserida, kandungan minyak ini dapat diperoleh

dengan proses ekstraksi biji kopi. (Pratiwi, 2017)

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan Kabupaten

Kerinci. Kabupaten Kerinci terletak di Provinsi Jambi dengan ketinggan wilayah

500 – 1.500 mdpl sehingga sangat cocok ditanami kopi jenis Robusta dan

Arabika. Produksi dua jenis kopi ini terdapat di Kecamatan Gunung Raya, Batang

Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat

timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. Data

Dinas Perkebunan dan Peternakan (2018) menunjukkan bahwa pada tahun 2017

luas tanaman perkebunan kopi robusta di Kabupaten Kerinci sebanyak 6.914 ha,

dengan produksi 3.894 ton dan luas tanaman perkebunan kopi arabika 1.809 ha

dengan produksi 171 ton. (Lamefa, et al, 2020)

Sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia merupakan

tanaman penting secara ekonomi di banyak negara tropis dan di seluruh dunia.

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi. Kopi arabika tumbuh di bawah kanopi hutan tropis

yang rimbun dan merupakan jenis tanaman dikotil yang memiliki akar tunggang.
Bagian dari tanaman kopi yang potensial untuk dijadikan bahan baku biodiesel

setelah melalui pengujian psiko-kimia adalah biji kopi dan ampas kopi. (Said,

2020)

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padatcair

atau leaching adalah perpindahan komponen terlarut dari padatan inert ke dalam

pelarutnya. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan

dapat larut dalam solvent pengekstraksi. (Simbolon, 2013)

Salah satu faktor yang mempengaruhi ekstraksi yaitu, waktu (Fajriati,

2011). Waktu ekstraksi jika semakin lama waktu nya rendemen minyak yang

terbentuk akan semakin banyak, dan itu juga tergantung jenis bahan baku serta

jenis pelarut yang dipakai pada saat ekstraksi. Prinsip ekstraksi padat cair adalah

adanya kemampuan senyawa dalam suatu matriks yang kompleks dari suatu

padatan, yang dapat larut oleh suatu pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus

diperhatikan untuk tercapainya kondisi optimum ekstraksi antara lain: senyawa

dapat terlarut dalam pelarut dengan waktu yang singkat, pelarut harus selektif

melarutkan senyawa yang dikehendaki, senyawa analit memiliki konsentrasi yang

tinggi untuk memudahkan ekstraksi, serta tersedia metode memisahkan senyawa

analit dari pelarut pengekstraksi. (Fajriati, 2011).

Seperti ekstraksi minyak tumbuhan pada umumnya, ekstraksi minyak biji

kopi menggunakan pelarut organik seperti heksana. Pelarut ini bersifat inert,

memiliki titik didih yang rendah serta dapat melarutkan dengan cepat dan
sempurna. Namun, penggunaan pelarut organik beracun dalam proses pengolahan

makanan harus dibatasi. Oleh karena itu,pada penelitian ini dilakukan variasi

pelarut yang digunakan guna mencari pelarut yang cocok dan pas pada ekstraksi

biji kopi tidak layak jual (Aziz dkk,. 2009).

Belum banyak penelitian tentang ekstraksi biji kopi tidak layak jual untuk

menghasilkan biodiesel. Maka, perlu dilakukan pengkajian awal terkait kondisi

optimum yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi biji kopi tidak layak

jual,sehingga didapatkan kondisi

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh waktu terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji

kopi tidak layak jual dengan perbandingan rasio pelarut dengan biji

kopi 1:1?

2. Bagaimana pengaruh perbandingan rasio pelarut dengan biji kopi

terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual?

3. Bagaimana karakterisasi minyak yang diperoleh hasil ekstraksi biji

kopi tidak layak jual

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengetahui pengaruh waktu terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji

kopi tidak layak jual dengan perbandingan rasio pelarut dengan biji

kopi 1:1.

2. Mengetahui pengaruh perbandingan rasio pelarut dengan biji kopi

terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual.

3. karakterisasi minyak yang diperoleh hasil ekstraksi biji kopi tidak

layak jual

1.4. Hipotesa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Simbolon, 2013) bahwa

minyak yang diperoleh dari biji kopi dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan biodiesel, dengan rendemen minyak tertinggi diperoleh pada ekstraksi

menggunakan pelarut toluene dengan perbandingan massa biji kopi dan pelarut

yaitu 1:6.

1.5. Manfaat

1. Dapat memberikan informasi tentang bagaimana pengaruh waktu

terhadap yield minyak hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual dengan

perbandingan rasio pelarut dengan biji kopi 1:1.

2. Dapat memberikan informasi tentang bagaimana pengaruh

perbandingan rasio pelarut dengan biji kopi terhadap yield minyak

hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual.


3. Dapat memberikan informasi tentang karakterisasi minyak yang

diperoleh hasil ekstraksi biji kopi tidak layak jual.

1.6. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2020 hingga April 2021 di

laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi

2. Bahan yang digunakan adalah

a. Biji kopi tidak layak jual

b. Metanol sebagai pelarut

3. Proses yang digunakan adalah ekstraksi padat cair dengan

menggunakan metode soxhlet

4. Variabel yang digunakan:

Tahap ekstraksi dengan variabel tetap ukuran bubuk biji kopi 100

mesh, rasio bubuk kopi dengan pelarut adalah 1:1, massa bubuk kopi

40 gram. Variabel bebas yaitu, waktu ekstraksi dengan variabel 80

menit, 100 menit, 120 menit, 160 menit, 180 menit. Setelah didapatkan

waktu yang optimal, maka variabel bebas berganti dengan

perbandingan rasio berat biji kopi dan pelarut menggunakan variabel

1:5, 1:6, 1:7, 1:8, dan 1:9. Serta waktu yang digunakan adalah

menggunakan waktu yang telah didapat pada saat optimal.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi berasal dari

daerah afrika, daerah pengunungan Ethiopia. Konsumsi kopi di dunia sudah

mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 30% dari spesies kopi

robusta. (Khusna Dwi dan Joko Susanto. 2015).

Gambar 2.1. Biji kopi


(Khusna, 2015)

Salah satu komponen penyusun biji kopi adalah Minyak. Kandungan


minyak biji kopi arabika sekitar 15%. Sedangkan pada biji kopi robusta sekitar
10%. Menurut (Esquivel dan Jimenez, 2012) di Brazil minyak biji kopi
merupakan produk samping pengolahan kopi yang diperolehdengan mengepres
kopi yang telah disangrai sebelum proses ekstraksi untuk memperoleh soluble
coffee.
Minyak kopi dapat diperoleh dari biji kopi kering maupun dari biji kopi

yang telah disangrai. Minyak kopi yang diperoleh dari biji kopi nalisa dapat

digunakan sebagai flavoring. Penggunaan minyak kopi tersebut antara lain untuk

12
13

memperbaiki flavor pada minuman yang berbahan dasar kopi (coffee beverages),

sebagai flavoring pada makanan antara lain permen (candies), kue, dan, pudding.

Gambar 2.2. Sturuktur buah biji kopi

(Simbolon, 2013)

Keterangan gambar diatas yaitu, pada nomor 1. Itu menunjukkan bagian

pusat dari biji kopi, nomor 2. Biji (endosperm), bagian nomor 3. Epidermis,nomor

4. Endocarp, nomor 5. Lapisan pektin, nomor 6. nalisa (pulp), 7. Kulit luar

(pericarp atau esokarp). Dari sekian banyak jenis kopi yang ada, hanya terdapat 2

jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (Coffeea arabica) dan kopi robusta

(Coffeea robusta).

2.1.1. Kopi Arabika

Kopi ini berasal dari Etiopia dan saat ini telah dibudidayakan di berbagai

belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan

Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau

nalisa e. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan

laut. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-260C. Biji kopi yang dihasilkan

berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.


14

Tabel 2.1. Komposisi kimia biji kopi arabika (% berat kering)


Komponen Kopi Pasar Kopi Sangrai
Kaffein 1,2 1,3
Trigonellin 1,0 1,0
Protein 9,8 7,5
Asam-asam amino 0,5 0
Sukrosa 8,0 0
Gula pereduksi dan gula lainnya 1,1 0,3
Polisakarida 49,8 38,0
Asam aliphatic 1,1 1,6
Asam quinat 0,4 0,8
Asam klorogenat 6,5 2,5
Lemak 16,2 17,0
Hasil karamelisasi dan kondensasi - 25,4
Mineral (sebagai oksida) 4,2 4,5
Total 100 100
Air 8-12 0,5
(Sumber: Simbolon, 2013)

Tabel 2.2. Karakteristik minyak biji kopi arabika


Karakteristik Rentang Nilai
Densitas Relative (25℃) 0,92-1,20
Refractive Index (25℃) 1,46-1,49
Bilangan Saponifikasi 170-200 mg/KOH/1g
Bilangan Iodin 70-100 I2/100g
Bilangan Peroksida Max. 10.00 mEQ O2/1000g
Viskositas Max (25℃) 300 cp
Tak Tersaponifikasi Max 10,0%
Titik Lebur 5-15℃
Moisture & Volatiles < 2%
UV B Max Absorption 300-303 nm
Sedimen (Pada 25℃) ≤ 5mg/3g
Impurities % ≤1
(Sumber: Simbolon, 2013)

2.1.2. Minyak Biji Kopi

Sebanyak 0,2-0,3% kadar lemak total pada kopi terdapat pada lapisan lilin

pelindung biji. Asam lemak pada lapisan lilin berbeda dari pada minyak

kopi. Pada lapisan lilin terdapat asam lemak 5-hidroksitriptamida dari

asam palmitat, arachidat, nalisa dan lignoserat. Pada minyak kopi


15

terdapat trigliserida dengan asam lemak nalisa e (40-45%), asam palmitat

(30-35%). Pada ester diterpene terdapat asam palmitat (40-45%) dan asam

nalisa e (26%). Kadar asam lemak bebas robusta lebih tinggi daripada

arabika. Lemak dan turunannya pada biji kopi antara lain trigliserida, asam

lemak bebas, ester nalisa e, nalisa e bebas, nalisa er, sterol, ester-ester

sterol, tokoferol, fosfatida serta 5-hydroksitryptamida dan turunannya.

Pengingkatan asam lemak bebas selama penyimpanan menyebabkan kopi

menjadi berbau tengik. Diterpen pada biji kopi antara lain safestol,

kahweol, dan 16-0-methilcofestol. Kahweol sedikit sekali terdapat pada

kopi robusta, sedangkan pada kopi arabika sebesar 0,31%. 6-0-

methilcofestol hanya terdapat pada kopi robusta antara 0,07-0,15%. Rasio

kafestol:kahweol pada kopi arabika antara 40:60-70:30, sedangkan pada

kopi robusta tidak terdapat atau sedikit sekali terdapat kahweol [22].

Minyak biji kopi rusak diketahui memiliki kadar asam lemak bebas (FFA)

lebih besar dari 5%.

Tabel 2.3. Komposisi Kimia Minyak Biji Kopi


Komposisi % dari lemak total
Trigliserida 70-80
Asam Lemak Bebas 0,5-2,7
Ester-Ester Diterpen 15-18,5
Diterpen Bebas 0,1-1,2
Triferpen, Sterol, dan Ester-Ester Sterol 1,4-3,2
5-Hidroksitriptamida dan Turunannya 0,3-0,7
Tokoferol 0,3-0,7
Fosfatida 0,3
(Sumber: Simbolon, 2013)

2.2. Ekstraksi
16

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padatcair

atau leaching adalah perpindahan komponen terlarut dari padatan inert ke dalam

pelarutnya. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan

dapat larut dalam solvent pengekstraksi.

Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan

perkolasi-imersi. Dengan metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa

merendam dan berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi

terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersirkulasi di dalam

ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:

a. Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan

permukaan bahan selalu tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat

membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.

b. Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara nalisa

sampai bahan benar benar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu

pelarut mengalir perlahan pada permukaan bahan, bahkan saat

sirkulasinya cepat.

c. Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk

mempermudah pelarut bergerak melalui bahan.

d. Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current

terhadap bahan. Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling


17

sedikit harus berkontak dengan pelarut yang konsentrasinya paling

rendah.

Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang

kandungan minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih

cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak yang berdiufsi lambat.

2.3. Metanol

Metanol merupakan salah satu bahan kimia yang dapat digunakan untuk

memproduksi bahan kimia lainnya. Metanol telah digunakan secara luas baik pada

industri maupun laboratorium. Sekitar sepertiga dari produksi nalisa digunakan

untuk memproduksi formaldehida dan selebihnya untuk memproduksi Methyl

Tertiary Buthyl Eter (MTBE), asam asetat (CH3COOH), pelarut, metaklirat,

bahan bakar, dan lain-lain (Husin et al, 2007). Metanol dihasilkan dalam jumlah

kecil dengan bentuk uap nalisa di alam melalui proses nalisa er nalisa e

bakteri. Namun, untuk memenuhi kebutuhan komersial industri kimia dan energi,

nalisa diproduksi melalui sintesis gas alam, gasifikasi batu bata, dan

penyulingan kayu (Santoso, 2017).

Metanol merupakan bentuk senyawa paling sederhana dari alkohol dengan

rumus kimia CH3OH. Dalam kehidupan sehari-hari nalisa dikenal sebagai

spiritus. Dalam industri kimia dan energi, nalisa merupakan bahan baku primer

yang sangat penting. Metanol berperan sebagai bahan pelarut dan bahan baku

dalam memproduksi senyawa kimia lainnya seperti formalin dan asam asetat.
18

Secara alami, nalisa juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif

campuran bensin dan sebagai sel bahan bakar (Santoso, 2017).

Metanol memiliki nama lain metil alkohol yang memiliki rumus kimia

CH3OH. Metanol termasuk dalam gugus alkohol yang paling sederhana. Senyawa

nalisa berwujud cairan yang tidak berwarna dan mudah menguap. Apabila

terminum, sangat memerlukan kewaspadaan dalam penanganannya karena

nalisa merupakan senyawa gugus alkohol yang agresif dan berakibat fatal.

Selain itu, uap nalisa yang terlalu lama terhirup maka dapat menyebabkan

kebutaan (Alamsyah, 2006).

Metanol digunakan pada proses pembuatan biodiesel karena methanol

mempunyai keuntungan lebih mudah bereaksi dengan trigliselirida. Selain itu,

nalisa juga lebih stabil dibandingkan etanol (C2H5OH). Metanol memiliki satu

ikatan karbon sedangkan etanol memiliki dua ikatan karbon, sehingga nalisa

lebih mudah memperoleh pemisahan gliserol. Selain itu penggunaan nalisa

disebabkan karena biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan dengan

etanol. Senyawa nalisa yang memiliki berat molekul yang rendah sehingga

kebutuhan alkoholisis nalisa lebih sedikit (Arita, 2013).

Tabel 2.5. Sifat fisik dan Kimia Metanol

Karakteristik Nilai
Massa Molar 32,04 gr/mol
Wujud Cairan Tidak Berwarna
Spesipic Gravity 0,7918
Titik Leleh 176 K
Titik Didih 337,8 K
Kelarutan Dalam Air Sangat Larut
Keasaman (pKa) ~ 15.5
(Sumber: Afandi, 2008)
19

2.4. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu terdapat beberapa sumber yang telah dijadikan

acuan yaitu:

1. Penelitian oleh Bella Simbolon, dkk 2013. Dimana judul penelitian

tersebut yaitu kajian pemanfaatan biji kopi arabika sebagai bahan baku

pembuatan biodiesel. Dari penelitian yang dilakukannya diperoleh bahwa

minyak yang diperoleh dari limbah biji kopi dapat digunakan sebagai

bahan baku pembuatan biodiesel. Kondisi operasi esterifikasi dan

transesterifikasi yang dipakai dalam pengujian pemanfaatan minyak biji

kopi menjadi biodiesel belum sesuai untuk menghasilkan yield yang

tinggi. Rendemen minyak tertinggi diperoleh pada ekstraksi pelarut

toluene dan perbandingan massa pelarut terhadap massa kopi optimal

pada ekstraksi dengan pelarut toluene murni adalah 1:6 dan pelarut n-

heksana teknis adalah 1:7

2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rezki Ika Pratiwi 2017 yang

berjudul Pengaruh rasio pelarut terhadap limbah biji kopi robusta pada

ekstraksi kandungan minyak menggunakan n-heksana sebagai pelarut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Rasio bahan terhadap

pelarut 1:8 menghasilkan ekstrak minyak limbah kopi terbanyak, dari

hasil perhitungan yang dilakukan didapatakn densitas minyak kopi

sebesar 0,892 gr/ml, viskositas sebesar 14,301 cSt dan bilangan asam

sebesar 54,347.
20

3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Handika Prawira 2016 yang berjudul

Sintesis Biodiesel dari minyak ampas kopi arabika dengan penambahan

co-solvent THF menggunakan katalis KOH. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut rendemen hasil ekstraksi 4060g ampas kopi arabika dengan

pelarut n-heksana diperoleh 123,6g. Sedangkan hasil reaksi

transesterifikasi menghasilkan metil ester (biodiesel) dengan rendemen

40%.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian di laksanakan di Laboratorium Fakultas

Sains dan Teknologi Univesitas Jambi pada Desember 2020 sampai April 2021.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Statif

2. Termometer

3. Labu leher tiga

4. Heating mantle

5. Pipa penghubung

6. Pendingin liebig

7. Erlenmeyer

8. Corong pemisah

9. Refluks kondensor

10. Magnetic stirrer

3.2.2 Bahan

1. Biji kopi tidak layak jual

2. Methanol

21
22

3. NaOH

4. Aquades

3.3 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat 3 macam variabel penelitian, yaitu :

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu ekstraksi

biji kopi, dengan menggunakan variabel 80 menit, 100 menit, 120 menit, 140

menit, dan 160 menit, dan perbandingan biji kopi dan pelarut yaitu, 1:5, 1:6, 1:7,

1:9

3.3.2 Variabel Tetap

Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran bubuk biji

kopi 100 mess, rasio pelarut dengan biji kopi tidak layak jual 1:1, dan massa

bubuk kopi 40 gram.

3.3.3 Variabel Terikat

Varibel yang menjadi pusat dari penelitian. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terkontrol adalah karakterisasi biodiesel yang meliputi densitas,

viskositas, kadar asam lemak bebas (free fatty acid) dari hasil ekstraski biji kopi

tidak layak jual yang dihasilkan.

3.4 Metode Penelitian


23

Berdasarkan metode penelitian yang pernah dilakukan Simbolon et al,

2013 maka penelitian ini juga diawali dengan melakukan penyiapan bahan baku

biji kopi menjadi bubuk kopi, dilanjutkan dengan proses ekstraksi soxhlet. Hasil

dari ekstraksi tadi dilanjtkan dengan destilasi untuk memulihkan pelarut yang

terpakai dan mendapatkan minyak kopi bebas pelarut, dan selanjutnya dilakukan

nalisa rendemen.

3.4.1 Penyiapan Biji Kopi

Dikeringkan Disangrai
Biji Kopi tidak
Dicuci pada suhu dengan
layak jual
kamar waktu 1 jam

Digiling dan
Hasil diayak 100
mesh

Gambar 3.1 Penyiapan Biji Kopi

Pada tahap proses penyiapan biji kopi menjadi bubuk kopi, biji kopi tidak

layak jual dipilah dari biji kopi yang baik untuk diolah lebih lanjut. Pemilihan ini

didasarkan pada penampilan fisiknya, yakni sebagian atau keseluruhan biji

membusuk yang ditandai dengan warna hitam pada biji. Biji yang terlalu ringan

karena memiliki rongga-rongga besar, maupun bentuk kerusakan biji kopi

lainnya. Setelah itu biji kopi di cuci menggunakan air hingga terpisah dari

pengotor, seperti lendir atau sisa-sisa kulit buah yang tidak diinginkan dan
24

dikeringkan dengan sinar matahari hingga kulit keras penutup biji kopi benar-

benar kering dan bersih.

Proses selanjutnya adalah penyangraian (roasting). Proses ini dilakukan

dengan cara penggorengan biji kopi tanpa minyak goreng pada suhu pemanas

berupa kompor selama lebih kurang 1 jam hingga timbul wangi khas kopi masak

dan biji berwarna coklat kehitaman.

Setelah diperoleh biji kopi sangrai selanjutnya adalah penggilingan dan

pengayakan. Biji kopi digiling hingga berbentuk bubuk dengan mesin penggiling

kopi yang terdapat di pasar tradisional. Setelah itu, bubuk kopi diayak dengan

ayakan ukuran 100 mesh. Lalu ekstraksi akan meningkat apabila ukuran partikel

bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain rendemen ekstrak akan semakin besar

bila ukuran semakin kecil.

3.4.2. Proses Ekstraksi

Dibungkus
Dimasukkan
Sampel menggunakan
ke ekstrakstor Diekstraksi
Biji Kopi kertas saring
soxhlet
40 gram

Pelarut
Distilasi
dan batu
didih

Hasil

Gambar 3.2. Diagram alir ekstraksi


25

Pada tahap ekstraksi, sampel bubuk kopi yang berukuruan 100 mesh dibungkus

dengan menggunakan kertas saring dengan massa sampel 40 gram, kemudian

dimasukkan kedalam ekstraktor soxhlet. Pada saat bersamaan dimasukkan pelarut

methanol dan batu didih ke ekstraktor soxhlet dengan rasio pelarut dengan massa sampel

yaitu 1:1, dilanjutkan dengan proses ekstraksi menggunakan variasi waktu 80, 100, 120,

140, dan 160 menit. Setelah dilakukan proses ekstraksi, kemudian dilanjutkan ke proses

distilasi untuk memisahkan minyak biji kopi tersebut dengan pelarut.

Hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam labu destilasi. Labu destilasi ditempatkan

diatas heating mantle dan dirangkai dengan pendingin. Dilakukan pemanasan di atas

heating mantle dan dialirkan air. Pelarut yang menjadi distilat ditampung di dalam

erlenmeyer 250 ml. Pemanasan dilanjutkan hingga seluruh pelarut menguap. Didapatkan

minyak biji kopi yang sudah bebas dari pelarut. Selanjutnya dilakukan analisa densitas,

viskositas, kadar FFA, dan yield minyak biji kopi.

Setelah didapat waktu yang optimal untuk ekstraksi, kemudian memakai rasio biji

kopi dan pelarut yaitu 1:5, 1:6, 1:7, 1:8, dan 1:9. Dan hasil ekstraksi dimasukkan ke

dalam labu distilasi ditempatkan diatas heating mantle nalis dialirkan air. Pelarut yang

menjadi distilat ditampung di dalam nalisa er 250 ml. Pemanasan dilanjutkan hingga

seluruh pelarut menguap. Didapatkan minyak biji kopi yang sudah bebas dari pelarut.

Selanjutnya dilakukan nalisa densitas, viskositas dan kadar FFA minyak biji kopi.

3.5. Analisis Data

Pada penelitian ini, dilakukan analisa yang meliputi, analisa densitas,

viskositas, dan kadar asam lemak bebas, dan gas chromatography.

3.5.1. Analisa Densitas


26

Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume untuk

pengukurannya dilakukan dengan cara, mula mula mengukur berat piknometer

kosong, kemudian piknometer diisi dengan sampel dan ditimbang, kemudian

dihitung densitas nya. Densitas dihitung dengan cara membagi massa sampel

dengan volume piknometer. Massa sampel diperoleh dari selisih massa

piknometer berisi sampel dengan massa piknometer kosong.

3.5.2. Analisa Viskositas

Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan

gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan yang lainnya. Suatu jenis

cairan yang mudah mengalir, dikatakan memiliki viskositas rendah. Secara

matematis, viskositas dapat diperoleh dari :

F= k.µ.v

Dimana : F = Viskositas.

K = Konstanta.

µ = Koefisien Viskositas.

V = Kecepatan Fluida.

3.5.3. Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang telah lepas dari molekul
gliserol. Penentuan asam lemak bebas dilakukan dengan cara: mula mula, diambil
3 ml sampel dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian
ditambahkan 9 ml etanol 96% dan diaduk hingga larut, selanjutnya tambahkan 2-3
tetes indikator phenolpithalein dan dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N
27

hingga warna merah muda stabil selama 15 detik, kemudian dicatat volume NaOH
yang terpakai. Rumus perhitungan kadar asam lemak bebas adalah:
%FFA= 0,783V

3.5.4. Analisa Yield


Yield minyak biji kopi dapat dihitung dengan membanding berat minyak
yang diperoleh dengan berat bubuk biji kopi. Dapat dirumuskan dengan:
Minyak yang diperoleh
%Yield = X 100 %
Bahan baku

3.6. Matriks Penelitian


Tabel 3.1. Matriks Penelitian
Percobaan Waktu Temeperatu Rasio biji Rendemen Yield
(menit) r (℃) kopi minyak Minyak (%)
dengan
pelarut
1 80 1:1
2 100 1:1
3 120 1:1
4 140 1:1
5 160 1:1
1 1:5
2 1:6
3 1:7
4 1:8
5 1:9
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, L., Aziz, I., Nurbayti, S dan Oktaviana, C. 2016. Pembuatan Biodiesel

dengan Cara Adsorpsi dan Esterifikasi dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal

Kimia Valensi. 2 (1):71-80.

Alamsyah, A, N. 2006. Biodiesel Jarak Pagar Bahan Alternatif yang Ramah

Lingkungan. AgroMedia Pustaka: Jakarta.

Andalia, W dan Pratiwi, I. 2018. Kinerja Katalis NaOH dan KOH ditinjau dari

Kualitas Produk Biodiesel yang dihasilkan dari Minyak Goreng Bekas:

Jurnal Tekno Global. 7 (2).

Arita, S., Attaso, K dan Septian, R. 2013. Pembuatan Biodiesel dari Menggunakan

Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis CaO Disinari dengan Gelombang

Mikro. Jurnal Teknik Kimia. 4 (19): 45-52.

Fajriati, I., Rizkiyah, M., Muzakky. 2011. Studi Ekstraksi Padat Cair

Menggunakan Pelarut HF dan HNO3 pada Penentuan logam Cr dan Cu

dalam Sampel Sedimen Sungai di Sekitar Calon PLTN Muria. Jurnal Ilmu

Dasar. 12(1): 13-22

Faizal, M., Maftuchah, U dan Auriyani, W, A. 2013. Pengaruh Kalor Metanol,

Jumlah Katalis, dan Waktu Reaksi pada Pembuatan Biodiesel dari Lemak

Sapi Melalui Proses Transesterifikasi. Jurnal Teknik Kimia. 4 (19): 29-37.

Freedman, B., Pryde E, H and Mounts T, L. 1984. Variables Affecting The Yields

Of Fatty Esters From Transesterified Vegetables Oils. JAOCS. 61 (10),

1638-1643.

28
Husin, H., Marzuki, L dan Zuhra. 2007. Oksidasi Parsial Metana Menjadi

Metanol dan Formaldehida Menggunakan Katalis CuMoO3/SiO2:

Pengaruh Rasio Cu:Mo, Temperatur Reaksi dan Waktu Tinggal. Jurnal

Rekayasa Kimia dan Lingkungan. 6 (1):21-27.

Khusna, D., Susanto, J. 2015. Pemanfaatan Limbah Padat Kopi Sebagai Bahan

Bakar Alternatif Dalam Bentuk Bricket Berbasis Biomass (Studi Kasus

PT. Santos Jaya Abadi Instant Coffee). Jurnal Teknik Mesin. 14 (2): 247-

260.

Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan Metanol Menjadi

Biodiesel dengan Metode Distilasi Reaktif. Jurnal Reaktor. 12 (2): 78-82.

Mittlebach, M., Remschimdt, and Claudia. 2004. Biodiesel the Comprehensive

Handbook. Vienna: BoersedruckGes.m.bH.

Murtiningrum, dan Firdaus, A. 2015. Perkembangan Biodiesel di Indonesia:

Tinjauan Atas Kondisi Saat Ini, Teknologi Produksi, dan Analisis

Prospektif. Jurnal PASTI. IX (1):35-45.

Ozgul-Yucel, S and Turkay, S. 2002. Variables Affecting the Yields of Methyl

Esters Derived from In-situ Esterification of Rice Bran Oil. JAOCS. 79 (6),

611-614.

Pratiwi, R, I., Hanif, M. 2017. Pengaruh Rasio Pelarut Terhadap Limbah Biji

Kopi Robusta Pada Ekstraksi Kandungan Minyak Menggunakan N-

Heksana Sebagai Pelarut. Jurnal ITN Malang. 2 (4): D13.1-D13.6

29
Said, N, N, A., Purnama, H. 2020. Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit Kopi

Arabika dan Robusta dengan Variasi Waktu Fermentasi. Jurnal

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. 11 (2): 220-228

Sudradjat, R. dan D. Setiawan. 2003. Teknologi Pengolahan Biodiesel dari

Minyak Biji Jarak Pagar. Laporan Penelitian Hasil Hutan. Sumber Dana

DIK-S DR Tahun 2003. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor. (Tidak

diterbitkan).

Santoso, A. 2017. Penetuan Kombinasi Jumlah Katalis Dalam Produksi Metanol

Menggunakan Metode Fuzzy dan Evolution Strategies. Jurnal Kinetik. 2

(1):1-8.

Simbolon, B. 2013. Kajian Pemanfaatan Biji Kopi (Arabika) Sebagai Bahan Baku

Pembuatan Metil Ester. Jurnal Teknik Kimia USU, 2 (3): 44-50.

Susanto, H. 2016. Sistem Utilitas di Pabrik Kimia. Penerbit ITB. Bandung.

30

Anda mungkin juga menyukai