PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah peulis uraikan dalam bab-bab terdahulu, maka
dalam bab ini penulis mengambil beberapa kesimpulan dan mengajukan saran-saran.
1. Ba’I al wafa’ dalam hukum Islam dapat dijelaskan sebagai sebuah akad jual
beli, karena di dalam akad dijelaskan bahwa transaksi itu adalah jual beli,
misalnya melalui ucapan penjual “saya menjual sawah saya kepada engkau
seharga lima juta rupiah selama dua tahun”; setelah transaksi dilaksanakan
dan harta beralih ketangan pembeli, transaksi ini berbentuk ijarah (pinjam-
menikmati hasil barang itu selma waktu yang disepakati. Kemudian di akhir
akad, ketika waktu yang disepakati telah jatuh tempo, maka penjual harus
awal akad, dan pembeli harus mengembalikan barang yang dibeli itu kepada
2. Konsep jual beli dengan hak membeli kembali tinjauan Kitab Undang-
diterbitkan dari suatu janji, dimana si penjual diberikan hak untuk mengambil
65
66
Dalam jual beli ini ada suatu jangka waktu tertentu yang diperjanjikan untuk
menebus kembali barang yang telah dijual dan jangka waktu jual beli ini tidak
3. Perbandingan bai’ al-wafâ tinjauan hukum Islam dengan jual beli dengan hak
dalam jual beli dengan hak membeli kembali terdapat batasan waktu
maksimal lima tahun sedangkan dalam bai’ al-wafâ tidak ada ketentuan
khusus yang mengatur mengenai batasan waktu. Dalam bai’ al-wafâ tidak ada
harga awal pembelian, sedangkan jual beli dengan hak membeli kembali
dan lain sebagainya terakhir mengenai hukum dari bai’ al-wafâ hukumnya
Minhaj al-Thâlibin merupakan jual beli yang fasid, sedangkan jual beli
K/Pdt/2004 yang menyatakan bahwa jual beli dengan hak membeli kembali
tidak diperbolehkan.
67
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan dalam skripsi ini adalah
masyarakat terutama tentang jual beli dengan hak membeli kembali yang
antara akad jual beli dan prakteknya seperti gadai sehingga menimbulkan
pihak lain. Jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi
membolehkan jual beli dengan hak membeli kembali yang telah diatur dalam
menyatakan bahwa jual beli tersebut fasid. Maka perlulah adanya kajian
3. Setelah diketahui tentang bai’ al-wafâ yang secara lahiriyah akadnya berupa
jual beli akan tetapi tujuan maknanya adalah hutang piutang, maka terlalu
merusak akad itu sendiri, maka bagi pelaku ekonomi alangkah lebih baik
untuk memilih alternatif akad lain yang lebih tepat dan sesuai antara ijab