Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIFITAS SENAM ASMA DI BANDING AKTIVITAS BERSEPEDA TERHADAP

ANGKA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana


keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

OLEH :

LIA MINDAWATI

1907058

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit pernafasan dimana terdapat peradangan atau
inflamasi kronis pada saluran pernafasan, dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius di berbagai Negara di seluruh dunia. (1) Asma berasal dari kata
yunani yang artinya terengah – engah dan serangan nafas pendek, yang menunjukkan
respon abnormal saluran nafas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas, yang disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa, dan
hipersekresi mukus yang kental bersifat kambuh, berulang dan reversible.(2)
Kekambuhan asma yaitu kembalinya gejala-gejala asma sehingga cukup parah
dan menganggu aktivitas sehari-hari yang memerlukan rawat inap dan rawat jalan
yang tidak terjadwal. Frekuensi kekambuhan asma ini dapat meningkat secara
berkala. Kekambuhan asma dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya asap
rokok, binatang peliharaan, jenis makanan, perabot rumah tangga yang berdebu,
perubahan cuaca, dan juga kondisi stress. Kekambuhan asma masih sering terjadi
meskipun telah dikelola secara efektif oleh kebanyakan penderita asma. Pengelolaan
kondisi diperlukan untuk mengembalikan fungsi paru-paru agar bekerja optimal
kembali dan meminimalkan morbiditas.(3)
Serangan asma paling banyak di picu oleh infeksi saluran nafas bagian atas
dan aktivitas fisik, pemicu lainnya meliputi factor lingkungan, stress emosional dan
konsumsi beberapa makanan, minuman, atau obat – obatan.(4) Faktor lingkungan yang
dapat menyebabkan kambuhnya asma atau serangan asma salah satunya yaitu suhu
udara. Suhu udara yang dapat menyebabkan asma yaitu ketika suhu udara dingin,
Penelitian Marks dkk melaporkan bahwa udara dingin dapat mencetuskan serangan
asma dengan cara meningkatkan hiperesponsivitas saluran napas yang menyebabkan
penyempitan di saluran pernafasan (bronkokonstriksi) dan menimbulkan gejala sesak
dan mengi.(5)
Jumlah penderita asma di dunia pada tahun 2010 mencapai 300 juta orang dan
akan meningkat menjadi 400 juta pada tahun 2025. Buruknya kualitas udara dan
berubahnya pola hidup masyarakat menjadi penyebab meningkatnya jumlah penderita
asma. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai provinsi di
Indonesia menunjukkan asma menempati urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan
(Morbiditas). (6)
Berdasarkan Global Asthma Report 2018, empat puluh juta kematian atau 70
% dari semua kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular
dengan 80 % kematian terjadi di Negara berkembang. Penyakit pernapasan kronis
termasuk asma, menyebabkan 15 % kematian di dunia. Asma merupakan penyakit
kronis yang di perkirakan mempengaruhi 339 juta orang diseluruh dunia. karena asma
menjadi penyebab beban penyakit yang substansial, termasuk kematian dini dan
penurunan kualitas hidup, pada semua kelompok umur di seluruh dunia. Asma berada
di peringkat ke 16 dunia di antara penyebab utama tahun hidup dengan disabilitas dan
peringkat ke 28 di antara penyebab utama beban penyakit yang di ukur dengan
Diability Adjusted Life Years (DALY).(7)
Jumlah penderita asma di Indonesia mencapai 12 juta orang atau 6 % dari
jumlah penduduk Indonesia, hasil penelitian tahun 2007, prevalensi penyakit asma
meningkat dari 4,2% menjadi 5,4% dengan angka kematian 13,3% karena gagal nafas
sebagai akibat hipoksemia berat karena asma.(6) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2018 didapatkan prevalensi asma di Indonesia
2,4% dengan kejadian terbanyak pada perempuan sebesar 2,5%.1 Prevalensi asma
tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,59%), Kalimantan Timur (4,0%), dan Bali
(3,9%).(8) Sedangkan prevalensi di Semarang pada tahun 2018 terdapat 4.790 pasien
terkena asma.(9)
Asma merupakan penyakit yang mudah kambuh dan tidak terkontrol., menurut
Faisal (2007) melalui penelitiannya yang berjudul “Asthma Insight and Reality in
Asia Pasific (AIRIAP)” Menemukan bahwa 98% dari 4.805 pasien Asma di Asia
Pasifik yang masuk dalam kategori Asma tidak terkontrol dan dalam hal ini 64% dari
400 orang penyandang Asma di Indonesia juga termasuk dalam kategori Asma tidak
terkontrol. kekambuhan asma merupakan suatu keadaan asma yang sifatnya hilang
timbul dimana kadang tanpa gejala dan dengan gejala baik ringan bahkan berat yang
dapat mengancam nyawa. Asma tidak dapat disembuhkan, walaupun sembuh hanya
gejalanya saja yang hilang akan tetapi dengan penanganan yang tepat asma dapat
terkontrol sehingga kualitas hidup penderita dapat terjaga. Untuk mengontrol gejala
asma secara baik, maka penderita harus bisa merawat penyakitnya..(10)
Berkurangnya aktivitas fisik merupakan penyebab meningkatnya prevalensi
kejadian asma. perbaikan saluran nafas dapat mencegah terjadinya kekambuhan yang
ditandai dengan berbagai gejala asma, rendahnya jumlah frekuensi kekambuhan
merupakan indikasi ringan atau beratnya derajat asma seseorang. Tujuan dari terapi
asma adalah memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal dengan hanya
sedikit gangguan atau tanpa gejala. Penatalaksanaan untuk mengurangi kekambuhan
asma salah satunya bisa melakukan olahraga sama saja dengan latihan fisik. (2)
Olahraga atau latihan fisik menyebabkan perbaikan kebugaran jasmani, mengurangi
kependekan napas, mengurangi pengkonsumsian steroid hirup pada pasien asma,
mengurangi latihan fisik dapat menyebabkan bronkospasme.(6)
Olahraga yang dianjurkan pada penderita asma adalah olahraga ringan dan
sederhana, artinya olahraga yang disesuaikan dengan kemampuan penderita asma.
Olahraga ini dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik, kekuatan otot-otot
pernafasan dan kepercayaan diri penderita asma. Olahraga tersebut banyak jenisnya,
antara lain olahraga pernafasan (Yoga,senam asma), renang, jalan cepat, lari, voli,
sepeda santai, dan juga olahraga raket. Aktivitas olahraga tersebut akan mengurangi
ketergantungan penderita asma tersebut terhadap obat-obatan, memperkuat otot-otot
pernafasan, menurunkan kadar serum IgE, karena IgE adalah faktor utama penyebab
respon inflamasi yang memainkan sebuah peran penting dalam patofisiologi penyakit
asma.(1,6)
Senam asma merupakan salah satu teknik pernafasan abdomen akan dapat
meningkatkan udara ekspirasi. Pernafasan abdomen identik dengan pernafasan
diafragmatik bermanfaat untuk meningkatkan dan menguatkan diafragma selama
pernafasan untuk mencapai peningkatan tekanan intra abdominal. Senam Asma
adalah satu cara untuk melatih teknik bernafas yang efektif pada pasien asma, juga
merupakan salah satu penunjang pengobatan asma karena keberhasilan pengobatan
asma tidak hanya ditentukan oleh obat asma yang dikonsumsi, namun juga oleh faktor
gizi dan olahraga.(6) Senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani
dan juga meningkatkan kemampuan bernafas. Senam asma bertujuan untuk melatih
cara bernafas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernafasan, melatih
ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi darah, mempercepat asma yang
terkontrol, mempertahankan asma yang terkontrol, dan kualitas hidup menjadi lebih
baik.(2)
Bersepeda merupakan salah satu olahraga yang paling efektif dan murah yang
bisa menjadi alternatif pilihan bagi penderita asma. Bersepeda secara teratur dapat
menstimulasi dan meningkatkan kinerja paru-paru, melatih bernafas lebih panjang.
Bersepeda juga meningkatkan level energi sebanyak 20% dan mengurangi kelelahan
hingga 65%. Hal ini disebabkan karena bersepeda memicu otak untuk mengeluarkan
neurotransmitt er dopamin yang berhubungan dengan energi dimana efeknya
peredaran darah menjadi lancar sehingga tubuh menjadi lebih segar. Dengan
mengayuh pedal, vaskularisasi dan oksigenasi meningkat dimana jantung dan paru
juga menjadi lebih aktif. Bersepeda juga termasuk latihan aerobik yang relatif mudah
dikendalikan yang artinya intensitas latihan bisa diatur sesuai kebutuhan.(2)

B. Fokus Penelitian
Perbandingan senam asma dan bersepeda terhadap penurunan angka kekambuhan
pada penderita asma.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut “Bagaimana Efektifitas Senam Asma Di Banding Aktivitas Bersepeda
Terhadap Angka Kekambuhan Pada Penderita Asma ?”

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas senam asma di banding
aktivitas bersepeda terhadap angka kekambuhan pada penderita asma.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui efektifitas senam asma terhadap angka kekambuhan pada
penderita asma
b. Untuk mengetahui efektifitas aktivitas bersepeda terhadap angka kekambuhan
pada penderita asma
c. Untuk mengetahui efektifitas antara senam asma dan aktivitas bersepeda
terhadap angka kekambuhan pada penderita asma

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi perawat
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan perawat
mengenai tindakan efektifitas senam asma di banding aktivitas bersepeda terhadap
angka kekambuhan pada penderita asma.
2. Bagi masyarakat diabetes mellitus
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk pasien asma mengetahui cara menurunkan
angka kekambuhan dengan melakukan senam asma atau aktivitas bersepeda.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Penulisan skripsi ini bermanfaar untuk mengembangkan metode pembelajaran
yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai cara menurunkan
angka kekambuhan asma dengan pemberian senam asma atau aktivitas bersepeda.

4. Originalitas Penelitian

No Nama, Tahun Judul Hasil Penelitian Perbedaan


Penelitian
1. Widjanegara, Senam Asma Pemberian latihan Peneliti terdahulu
Ketut Mengurangi senam asma dapat intervensi yang di
Tirtayasa, Kekambuhan menurunkan berikan senam asma
Alex Dan frekuensi saja sedangkan
Pangkahila. Meningkatkan kekambuhan, peneliti sekarang
2015 Saturasi meningkatkan intervensi yang di
Oksigen Pada saturasi oksigen dan berikan senam asma
Penderita kebugaran fisik pada dan bersepeda.
Asma Di penderita asma.
Poliklinik
Paru Rumah
Sakit Umum
Daerah
Wangaya
Denpasar
2. Budi Antoro Pengaruh Senam asma dapat Penelitian terdahulu
2015 Senam Asma meningkatkan arus menggunakan
Terstruktur puncak eksirasi intervensi senam
Terhadap asma saja dan yang di
Peningkatan arus puncak.
Arus Puncak Sedangkan peneliti
Ekspirasi sekarang
(Ape) Pada menggunakan
No Nama, Tahun Judul Hasil Penelitian Perbedaan
Penelitian
Pasien Asma intervensi senam
asma dan aktivitas
bersepeda, dan yang
di ukur angka
kekambuhan,
3. Vironica Dwi Pengaruh Senam asma Penelitian terdahulu
Permatasari Senam Asma berpengaruh menggunakan
2015 Terhadap terhadap peningkatan intervensi senam
Fungsi Paru fungsi paru asma, yang di ukur
(Kvp & Fev1) fungsi paru.
Pada Wanita Sedangkan penelitian
Asma Di sekarang
Balai menggunakan
Kesehatan intervensi senam
Paru asma dan aktivitas
Masyarakat bersepeda, yang di
(Bkpm) ukur angka
Semarang kekambuhan.
4. Widjanegara, Senam Asma Pemberian pelatihan Penelitian terdahulu
Ketut Mengurangi senam asma menggunakan
Tirtayasa, Kekambuhan sebanyak tiga kali intervensi senam
Alex Dan seminggu selama 8 asma, sedangkan
Pangkahila. Meningkatkan minggu dapat penelitian sekarang
2015 Saturasi menurunkan menggunakan
Oksigen Pada frekuensi intervensi bersepeda
Penderita kekambuhan, dan senam asma
Asma Di meningkatkan
Poliklinik saturasi oksigen dan
Paru Rumah kebugaran fisik pada
Sakit Umum penderita asma.
Daerah
Wangaya
Denpasar
5 Diki Ananda, Incentive Evaluasi dengan Penelitian terdahulu
Nova Relida Spirometry menggunakan menggunakan
Samosir. dan Chest Asthma Control Test intervensi Incentive
2020 Therapy didapatkan hasil spirometry dan Chest
Efektif Dalam adanya penurunan therapy sedangkan
Mengurangi gejal akekambuhan penelitian sekarang
No Nama, Tahun Judul Hasil Penelitian Perbedaan
Penelitian
Kekambuhan dan peningkatan menggunakan
Pada Kondisi kontrol asma dari intervensi senam
Asma skor 16 asma dan bersepeda
Bronkial (asmatidakterkontrol)
menjadi skor 22
(asma terkontrol
sebagian)
REFERENSI
1. I Made Kusuma Wijaya. Aktivitas Fisik (Olahraga) Pada Penderita Asma.
2015.
2. Maulani, Sri Kadarsih , Yuni Permatasari I. Latihan Sepeda Statis
Meningkatkan Peak Expiratory Flow (PEF) dan Mengurangi Frekuensi
Kekambuhan pada Penderita Asma.
3. Diki Ananda, Nova Relida Samosir. Incentive Spirometry dan Chest
Therapy Efektif Dalam Mengurangi Kekambuhan Pada Kondisi Asma
Bronkial. 2020 ; 3 (02).
4. Pers Release Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dalam rangka
Peringatan Hari Asma Sedunia 2018. [Internet]. Available from:
http://www.klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8437.
5. Rani Novianis Rizky Saputri, Budiyono, Suhartono. Hubungan Antara
Variasi Iklim Dengan Kejadian Asma Di Kota Semarang Tahun 2011-
2015. 2016 ; 4 (5).
6. Widjanegara, Ketut Tirtayasa, Alex Pangkahila. Senam Asma Mengurangi
Kekambuhan Dan Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma
Di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar. 2015 ;
3 (02)
7. INFODATIN. Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Penderita Asma Di Indonesia [Internet]. 2019. Available from :
http://www.kemenkes.go.id
8. Arief Maulana, Nurhayati A. Prihartono ,Yovsyah. Efek Obesitas dengan
Risiko Kejadian Penyakit Asma pada Perempuan Usia Produktif di
Indonesia. 2020 ; 4 (1).
9. RISKESDAS 2018. [Internet]. Available from :
https://dinkesjatengprov.go.id
10. Achmad Djamil, Nur Sefa Arief Hermawan, Febriani, William Arisandi.
Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Asma pada Pasien
Dewasa. 2020 ; 2 (1).

Anda mungkin juga menyukai