Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AKHIR

MATA KULIAH PENGANTAR PERPAJAKAN

PENGARUH KEJUJURAN DAN TIDAK KEJUJURAN MASYARAKAT


DALAM MENGISI SPT

Penulis :
Nama :
NPM :
Kelas :

Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Indonesia
Tahun 2021
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................................4
A. Pengertian Pajak...................................................................................................................4
B. Surat Pemberitahuan (SPT)..................................................................................................4
C. Kepatuhan Perpajakan..........................................................................................................5
D. Persepsi Wajib Pajak tentang Sanksi Perpajakan.................................................................6
E. Pengertian Sanksi Pidana Pajak...........................................................................................6
F. Penyebab Seseorang Terkena Pidana Pajak.........................................................................7
BAB III ANALISIS............................................................................................................................8
A. Hasil Penelitian....................................................................................................................8
B. Pembahasan..........................................................................................................................8
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................11

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan era globalisasi saat ini ditandai dengan berbagai perubahan di segala
aspek kehidupan manusia. Contoh yang sangat nyata dan kontras adalah perkembangan
bidang teknis yang juga mengalami perkembangan pesat setiap tahunnya. Perkembangan
teknologi modern khususnya di bidang elektronik semakin memudahkan dalam
melakukan tugas pengarsipan. Salah satu dampak kemajuan teknologi di bidang
kearsipan adalah adanya inovasi baru dalam proses kearsipan yaitu arsip elektronik.
Keunggulan utama arsip elektronik tentu saja lebih praktis dan tidak terlalu berisiko.
DJP sangat mengharapkan perkembangan informasi dan teknologi tersebut, serta
berupaya untuk mempermudah prosedur pelaporan wajib pajak (SPT) (SPT reguler dan
tahunan) untuk mencapai keinginan Wajib Pajak. Reformasi perpajakan yang dilakukan
DJP hanya sebagian dari reformasi perpajakan, khususnya pengelolaan perpajakan.
Penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan menandai modernisasi
perpajakan. Peningkatan pelayanan perpajakan terlihat dari perkembangan manajemen
perpajakan modern dan teknologi informasi di semua aspek kegiatan. Perubahan
mendasar terkait modernisasi perpajakan terjadi pada tahun 2004. DJP berusaha
memenuhi harapan wajib pajak dengan menyederhanakan prosedur pelaporan SPT. 
Perubahan tersebut termasuk layanan yang diberikan langsung kepada wajib pajak,
namun kini sudah langsung diserahkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), namun
penyampaian SPT kini dapat diselesaikan secara online kapan pun, di mana pun.
Keputusan No. KEP-88 / PJ / 2004 tentang Administrasi Perpajakan Negara yang
diterbitkan pada tanggal 14 Mei 2004 menandai penyerahan SPT secara elektronik.
Setelah suksesnya program e-SPT di Istana Kepresidenan pada tanggal 24 Januari 2005,
Presiden Republik Indonesia dan DJP bersama-sama meluncurkan produk filing
elektronik atau sistem pengarsipan elektronik yaitu sistem pelaporan / pengajuan pajak
elektronik (e-filing), secara real-time. Sistem online selesai.
Dalam melakukan pengelolaan pajak wajib pajak melakukan prosedur perpajakan,
antara lain melengkapi SPT, membayar pajak terutang, dan melaporkan SPT dengan
benar dan benar. Diantara ketiga prosedur tersebut, pengisian SPT merupakan prosedur
yang paling penting dilakukan oleh Wajib Pajak, karena SPT diisi terlebih dahulu, dan
Wajib Pajak akan mengetahui berapa pajak yang harus dia bayarkan dan kapan harus
1
melaporkannya. SPT yang wajib diisi wajib pajak terdiri dari dua jenis, yaitu SPT PPh
dan SPT PPN. Pengisian dua jenis Surat Pemberitahuan atau Surat Pemberitahuan yang
biasa disebut SPT merupakan salah satu pengelolaan perpajakan yang harus dilakukan
dengan benar (yaitu cepat, tepat dan akurat). Setelah diisi dengan benar menurut Wajib
Pajak dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, SPT tersebut harus
dilaporkan ke biro pajak sesuai lokasi pendaftaran wajib pajak agar biro pajak dapat
melakukan proses pencatatan data SPT yang dilaporkan, kemudian mencatatnya di
komputer KPP ke komputer. Metode untuk mengirim ke Administrasi Perpajakan
Negara. Sistem seperti itu terjadi pada pertengahan tahun 2007.
Menurut wawancara dengan petugas pajak di KPP Pratama, jumlah SPT yang
dimasukkan adalah 40.578 SPT, dan masih terdapat kesalahan pengisian SPT tahunan
wajib pajak (yaitu 135 SPT). Sekalipun wajib pajak telah memperoleh buku pedoman
SPT tahunan lengkap yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, selain itu, Administrasi Perpajakan Negara juga menyediakan departemen
pelayanan komprehensif (TPT) yang selalu dapat melayani semua kepentingan wajib
pajak dan Pertanyaan untuk memberikan layanan. Menurut uraian di atas, penulis
tunduk pada judul ”Pengaruh Kejujuran Dan Tidak Kejujuran Dalam Pengisian
SPT”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Bagaimana tidak kejujuran dalam pengisian SPT
2. Bagaimana kejujuran dalam pengisian SPT
3. Bagaimana sanksi yang diberikan pada pelanggaran pengisian SPT

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh kejujuran terhadap pengisian SPT
2. Mengetahui pengaruh ketidak jujuran terhadap pengisian SPT
3. Mengetahui pengaruh kejujuran dan ketidakjujuran dalam pengisian SPT

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pajak
Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro SH. (2012:1), Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapatkan jasa timbale balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
S. I. Djajadiningrat (2012:1) berpendapat bahwa pajak adalah suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuata yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang diteteapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
secara umum.
Pajak dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Peraturan pemerintah
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Perubahan Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 (tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, UU KUP) menjadi Undang-undang diartikan sebagai “kepada orang
perseorangan atau badan hukum. Penegakannya, tidak ada lembaga yang secara langsung
memberi kompensasi dan menggunakan negara untuk mencapai kemakmuran terbesar
rakyat ”(Sari, 2013: 36).

B. Surat Pemberitahuan (SPT)


Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut digunakan wajib pajak untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan perpajakan (Supramono dan Damayanti, 2014: 24). Tata
cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
2007 No.80.
(Mardiasmo, 2011:31-32) Fungsi pengembalian pajak wajib pajak adalah metode
pelaporan yang dapat digunakan untuk menghitung pajak terutang yang sebenarnya. Bagi
Pengusaha Kena Pajak, fungsi SPT adalah melaporkan dan menghitung jumlah
sebenarnya dari Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah dan Omzet yang terutang serta
melaporkan :
1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan

3
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha
Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua (Diana Sari, 2013:190-191), yaitu :
1. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak
2. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak
atau bagian tahun pajak.
Cara pengajuan SPT PPN berkala tergantung dari bentuk SPT yang digunakan. Untuk
formulir kertas, harus diserahkan langsung ke biro pajak, atau dikirim melalui pos /
layanan ekspres / kurir, dengan surat bukti pengiriman. Pada saat yang sama,
penyampaian dokumen elektronik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dalam bentuk
kertas atau melalui jalur tertentu yang ditetapkan oleh Administrasi Perpajakan Negara.
Apabila pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah dijadwalkan
atau dalam batas waktu SPT mengajukan perpanjangan maka akan dikenakan sanksi
administrasi sebesar Rp. PPN).

C. Kepatuhan Perpajakan
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 544 / KMK.04 / 2000, standar wajib pajak
patuh adalah sebagai berikut.Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis
pajak dalam dua tahun terakhir.
1. Kecuali Anda telah memperoleh izin untuk membayar pajak atau menunda pajak,
jangan berhutang pada semua jenis pajak.
2. Dalam sepuluh tahun terakhir, dia tidak pernah dihukum karena kejahatan di bidang
perpajakan.
3. Dalam pencatatan dua tahun terakhir, dan jika Wajib Pajak sudah diperiksa, maka
koreksi setiap pajak terutang pada pemeriksaan terakhir tidak boleh melebihi 5%.
4. Laporan keuangan Wajib Pajak selama dua tahun terakhir telah diaudit oleh Akuntan
Publik, tidak terdapat pendapat atau pengecualian yang memenuhi syarat, sepanjang
tidak mempengaruhi penghasilan kena pajak.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepatuhan Wajib Pajak (Handayani,
2009): Wajib Pajak mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap dan jelas, melakukan
penghitungan dengan benar, membayar tepat waktu, dan tidak pernah menerima surat
peringatan.

4
D. Persepsi Wajib Pajak tentang Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan untuk menjamin kepatuhan / kepatuhan /
kepatuhan terhadap peraturan perpajakan (regulasi perpajakan), dengan kata lain sanksi
perpajakan memiliki efek jera, sehingga wajib pajak tidak melanggar peraturan
perpajakan (Mardiasmo, 2013: 39). Jika wajib pajak yakin bahwa sanksi pajak akan
membuat mereka lebih banyak kerugian, mereka akan memenuhi kewajiban
perpajakannya. Persepsi sanksi perpajakan diukur dengan indikator-indikator sebagai
berikut (Yadnyana, 2012).Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak
cukup berat.
1. Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan.
2. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik
wajib pajak.
3. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.
4. Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan

E. Pengertian Sanksi Pidana Pajak


Sanksi pidana perpajakan adalah sanksi yang dapat diterapkan baik kepada wajib pajak
maupun pejabat. Sanksi ini dapat berupa denda pajak atau dapat mengakibatkan sanksi
perusahaan, seperti penjara atau penjara. Berikut penjelasan sanksi denda, kurungan dan
kurungan :
1. Denda pidana. Sanksi tersebut berlaku bagi wajib pajak / petugas pajak dan pihak
ketiga yang melanggar ketentuan. Contoh pelanggaran peraturan adalah petugas pajak
yang tidak merahasiakan data wajib pajaknya, sehingga dapat dikenakan sanksi
pidana dengan denda 4 juta rupiah.
2. Penahanan pidana. Sanksi berupa merampas wajib pajak / pejabat pajak dan pihak
ketiga yang melanggar ketentuan perpajakan. Wajib pajak / petugas pajak atau pihak
ketiga juga dapat dikenakan berbagai sanksi perpajakan, seperti denda dan kurungan.
Namun hal ini tergantung dari sejauh mana pelanggaran terhadap norma yang
dilakukan dan besarnya kerugian nasional yang ditimbulkan.
3. Penjara pidana. Pemenjaraan berbeda dengan penjara. Perbedaannya bisa dilihat dari
jangka waktunya. Jika hukuman penjara umumnya pendek, hukuman penjara untuk
perampasan kemerdekaan bisa selama beberapa tahun atau bahkan seumur hidup.

5
Sanksi perpajakan ditujukan kepada para wajib pajak dan pejabat pajak yang
melakukan kejahatan.
F. Penyebab Seseorang Terkena Pidana Pajak
Atas perkara yang disebutkan di awal pasal ini, tergugat melakukan penggelapan
pajak yang akan mengakibatkan sanksi perpajakan. Namun di Indonesia, sanksi
perpajakan juga dapat timbul karena alasan lain, seperti :
1. Wajib Pajak yang lalai tidak menyampaikan SPT atau Wajib Pajak menyampaikan
SPT melainkan memalsukan dokumen atau salah mengisi data.
2. Wajib Pajak dengan sengaja tidak melaporkan SPT.
3. Menolak untuk menerima pemeriksaan oleh petugas pajak.
4. Tidak menyelenggarakan pembukuan yang benar.
5. Penyalahgunaan nomor pokok wajib pajak.

6
BAB III
ANALISIS

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KPP, hasil penelitiannya adalah
banyaknya kesalahan pengisian SPT yang terjadi yaitu sebanyak 135 SPT pada 40578
SPT dengan persentase kesalahan 0,33%. Kesalahan yang terjadi pada saat pengisian
formulir SPT 1770 terutama disebabkan oleh kesalahan penghitungan tarif standar oleh
pengusaha yang menggunakan standar, dan beberapa pengusaha yang menggunakan
pembukuan tidak membuat atau melampirkan laporan keuangan usaha ke laporan SPT
dalam waktu satu tahun. Orang-orang). Selain itu, penghitungan PTKP, pajak
penghasilan yang terutang, dan penghitungan pembayaran angsuran menurut Pasal 25
PPh untuk tahun pajak berikutnya juga tidak benar, dan lampiran formulir yang lengkap
biasanya tidak diisi, misalnya daftar harta dan kewajiban tidak diisi pada Formulir 1770-
IV.
Menurut penanggung jawab customer representative, tidak ada kendala karena KPP
disosialisasikan. Namun kendala tersebut terletak pada Wajib Pajak itu sendiri yang tidak
aktif mencari informasi atau bimbingan yang pada prinsipnya telah diberikan

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian langsung di KPP Pratama, Pelaksanaan Pemeriksaan
Pajak dilakukan jumlah kesalahan pengisian SPT tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan yang Terdapat pada Pengisian SPT yang Dilakukan oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi
Kesalahan yang terdapat pada Pengisian SPT yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi pada ketiga jenis SPT (SPT 1770, SPT 1770 S, dan SPT 1770 SS) yaitu berupa :
a. Satu jenis. Sepanjang tahun (bagi yang menggunakan pembukuan), tidak ada laporan
keuangan komersial yang dibuat atau dilampirkan pada laporan SPT, dan perhitungan
tarif standar serta daftar omzet usaha salah (bagi yang menggunakan standar
perhitungan).
b. Kesalahan PTKP dan perhitungan PPh terutang
c. Kesalahan perhitungan angsuran PPh pasal 25 tahun pajak berikutnya.

7
d. Keadaan yang paling sering terjadi adalah lampiran pada formulir tidak diisi secara
lengkap, misalnya daftar harta dan utang tidak diisi pada Formulir 1770-IV, daftar
susunan keluarga tidak diisi secara lengkap, dan penghasilan istri yang dikenai pajak
penghasilan tersendiri harus disertakan, tetapi meskipun suami masih Menginap di
SPT suami juga tidak termasuk
e. Untuk karyawan yang harus menggunakan formulir SPT 1770 S tetapi menggunakan
formulir SS 1770, begitu juga sebaliknya.

2. Kendala-kendala yang Dihadapi Sehingga Terjadi Kesalahan Pengisian SPT oleh


Wajib Pajak Orang Pribadi
Kendala yang dihadapi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kesalahan dalam
pengisian SPT adalah Wajib Pajak kurang aktif dalam mencari informasi atau petunjuk
cara pengisian SPT.

4. Dampak atau Sanksi bagi Wajib Pajak Atas Kesalahan SPT Tersebut
Dampak atau sanksi bagi Wajib Pajak yang salah SPT antara lain, jika kesalahan dalam
mengoreksi SPT tidak diperbaiki, dan jika dilakukan pemeriksaan, berdasarkan hasil
pemeriksaan / keterangan lain, pajak yang belum / belum dibayar ditambah dengan pajak
yang belum dibayar. Sanksi administratif sebesar 2% dari jumlah per bulan. Atau kurang
bayar hingga 24 bulan dari terutang pajak. Jika SPT tidak diserahkan dalam waktu yang
ditentukan dan dikutuk, maka akan dikenakan pajak penghasilan orang pribadi yang
kurang / belum dibayar sebesar 50%.

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dihadapkan dengan berbagai batasan, oleh karena itu Wajib Pajak tidak ada
hubungannya saat menyampaikan kesalahan SPT, hal ini dikarenakan Wajib Pajak
enggan mencari informasi atau petunjuk tentang cara pengisian SPT.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan setelah sampai pada kesimpulan, peneliti
dapat memberikan saran sebagai berikut kepada Biro Pajak :
1. Dinas Pajak dapat terus meningkatkan kegiatan sosialisasi kepada Wajib Pajak agar
Wajib Pajak lebih memahami cara pengisian SPT.
2. Mendorong Wajib Pajak untuk mengisi formulir SPT sesuai sifatnya yaitu self
assesment system, dan mendorong Wajib Pajak untuk lebih giat mencari informasi
tentang cara pengisian SPT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Djajadiningrat, S.I. 2007. Sistem Pajak. Jakarta: Salemba Empat


Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Andi, Yogyakarta.
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. 2012. Dasar-Dasar Hukum Pajak Dan Pajak Pendapatan.
Bandung: Eresco.
Sari, Diana. 2013, Konsep Dasar Perpajakan. PT. Refika Aditama, Bandung.
Yadnyana dan Sudiksa. 2011. Pengaruh Peraturan Pajak Serta Sikap Wajib Pajak Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Koperasi di Kota Denpasar. Buletin Studi Ekonomi, 17(2):h:197-
206. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

10

Anda mungkin juga menyukai