Anda di halaman 1dari 24

BAB 8

KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari

ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang

tidak dapat diduga dan tidak dilharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,

sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tenteram.

Konsep Dasar

1. Faktor-faktor yang memengaruh: keburuhan keselamatan dan keamanan:


a. Usia

Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa

yang dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh

atau kerapuhan tulang.

b. pola tidur

Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis,

disorientasi, dan kurang tidur.

c. Emosi

Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi

dan berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.

d. Status mobilisasi

Kererbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otor, dan kesadaran menurun


memudahkan terjadinya risiko injuri atsu gangguan integritas

kulit.

e. Gangguan persepsi sensori


Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.

f. Informasi/komunikasi

Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca


menimbulkan kecelakaan.

g. penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapar menimbulkan resisten dan syok anafilaktik

h. Keadaan imunitas

Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang


sehingga mudah terserang penyakit.

i. Ketidak mampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih

Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu

Penyakit.

j. Status nutrisi

Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah


terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko
terhadap penyakit tertentu.

k. Tingkas pengetahuan

Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat


diprediksi sebelumnya.

2. Macam-macam bahaya atau kecelakaan


a. Di rumah
 Tersedak
 Jatuh.
 Tertelan alat-alat rumah tangga.
 Tersiram air panas.
 Jatuh dari jendela atau tangga.
 Terpotong.
 Luka tusuk atau luka gores.
 Luka bakar.
 Tenggelam.
 Terkena pecahan kaca.
 Terkunci dalam kamar
 Jatuh dari sepeda.
 Keracunan.
b. Di rumah sakit
 Mikroorganisme.
 Cahaya.
 Kebisingan.
 Temperatur
 Kelembapan.
 Cedera atau jatuh.
 Kesalahan prosedur.
 Peralatan medik
 Radiasi.
 Keracunan inhalasi, injeksi.
 Syok elektrik.
 Asfiksia dan kebakaran.
3. Pencegahan kecelakaan di rumah sakit
a. Mengkaji tinglkat kemampuan pasien untuk melindungi diri dari
kecelakaan.
b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempatTidur.
c. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik
aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
d. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.
e. Menghindari kecelakaan:
 Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.
 Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien
yang gelisah.
 Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.
 Meja yang mudah dijangkau.
 Kereta dorong ada penghalangnya.
f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik

misalnya suction, kipas angin, dan lain-lan.

g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah

meledak seperti tabung oksigen dan termos.

h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar
i. Melindungi semaksinial mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti
penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi
j. Mempertahanlkan ventilasi dan cahaya yang adekuat
k. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan.
l. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi
m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan
mampu menggunakannya.
n. Mencegah kesalahan prosedur; identitas klien harus jelas.

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien


seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori
a. kemunikasi:
b. halusinasi;
c. gangguan proses pikir;
d. kelesuan;
e. ilusi;
f. kebosanan dan tidak bergairah;
g. perasaan terasing
h. kurangnya konsentrasi
i. kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

2.Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan klien:

a. kesadaran menurun;

b. kelemahan fisik

c. imobilisasi

d. penggunaan alat bantu

Diagnoasa keperawatan dan intervensi

1. Risiko injuri

Definisi: Kondisi di mana pasien berisiko mengalami injuri akibat

hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber

yang mengancam.

Kemungkinan berhubungan dengan:

a. kurangnya informasi tentang keamanan

b. kelemahan

c. gangguan kesadaran

d. kurangnya koordinasi otot

e. epilepsy

f. episode kejang

g. vertigo
h. gangguan persepsi.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. perlukaan dan injuri.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. AIDS
b. demensia
c. pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin,
d. epilepsi;
e. penyakit pendaralhan

Tujuan yang diharapkan:

a. Injuri tidak terjadi.

INTERVENSI RASIONAL

1.Cek keadaan pasien setiap jam dan 1. Pencegahan primer.


berikan penghalang pada tempat tidurnya. 2. Monitor faktor risiko
2. Cek tanda vital setiap 4 jam dan 3. Mencegah terjadinya kecelakaan
kepatenan saluran pernapasan. 4. Dibutuhkan pada saat emergensi
3. Jangan tinggalkan obat yang dekat 5. Mempertahankan keamanan
dengan tempat tidurnya. 6. Mencegah aspirasi
4. Siagakan alat-alat emergensi seperti 7. Mencegah jatuh
Suction dan intubasi pada tempatnya. 8. Mencegah kecelakaan akibat
5. Kunci roda tempat tidur. gangguan sensori.
6. Posisi kepala lebih ditinggikan. 9. Mencegah kecelakaan.
7. Berikan penerangan yang cukup pada 10. Mencegah komplikasi akibat
malam hari. injuri.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam 11. Mencegah injuri.
menangani masalah gangguan persepsi
pasien.
9. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas
ke toilet.
10. Lakukan kajian keadaan kulit pasien
dan gunakan tempat tidur khusus untuk
mencegah decubitus.
11. Berikan pendidikan kesehatan tentang:
 perubahan gaya hidup seperti
merokok dan minum alkohol
 pencegahan injuri di rumah

2 Perubahan proteksi

Definisi: Kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk

melindungi dirinya dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a. defisit imunologi
b. malnutrisi
c. kemoterapi atau efek pengobatan;
d. penglihatan yang kurang
e. kurang informasi tentang keselamatan

Kemungkinan data yang ditemukan :

a. riwayat kecelakaan
b. lingkungan yang berisiko

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. usia: kematangan, sangat tua


b. nutrisi kurang
c. gangguan darah
d. pembedahan
e. radiasi atau kemoterapi
f. penyakit imunitas
g. AIDS

Tujuan yang diharapkan Pasien tidak mengalami infeksi nosocomial.

INTERVENSI RASIONAL

1. Luangkan waktu untuk menjelaskan 1. Mengurangi risiko penularan


tentang proteks/metode isolasi penyakit
2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2.Mengatasi faktor penyebab
pemberian pengobatan 3. Mengurangi risiko infeksi
3. Jaga pasien dari injuri dan infeksi 4. Data dasar untuk membandingkan
4. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek adanya gangguan proteksi
obat, 5. Menghindari pendarahan
dan pendarahan dari bekas suntikan 6. Meningkatkan daya tahan tubuh
5. Tekan tempat penyuntikan setelah 7. Memberikan pengetahuan dasar
menyuntik tentang menjaga keamanan diri
6. Berikan diet adekuat
7. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:
 pemberian pengobatan
 mempertahankan keamanan
 teknik isolasi
 penggunaan alat-alat proteksi

2. Risiko tinggi infeksi

Definsi: Kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap


masuknya virus penyakit.

Kemungkinan berhubungan dengan:


a. tidak adekuatnya pertahanan primer
b. kerusakan jaringan
c. terpaparnya lingkungan yang terkontaminasi penyakit
d. prosedur invasif
e. malnutrisi
f. penyakit kronis.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. kondisi kulit
b. nilai laboratorium
c. pemakaian alat-alat invasif.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. AIDS;
b. infeksi bakteri dan virus;
c. kondisi setelah operasi.

Tujuan yang diharapkan :

a. Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi.


b. Tidak ada tanda-tanda infeksi

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor tanda vital setiap 4 iam 1. Data dasar untuk mengetahui


2. Gunakan metode pengontrol adanya keadaan normal
infeksi 2. Melindungi pasien dari infeksi
3. Pertahankan diet adekuat, 3. Meningkatkan daya tahan tubuh
vitamin C, dan tablet Fe. 4. Mengidentifikasi adanya infeksi
4. Catat hasil laboratorium 5. Mencegah komplikasi
5. Monitor pemberian antibiotik dan kaji 6. Mencegah infeksi silang
efek sampingnya 7. Mencegah terjadinya infeksi
6. Informasikan tentang efek pengobatan 8. Memberikan pengetahuan dasar
7. Lakukan teknik steril bagaimana cara memproteksi diri
8. Lakukan pendidikan kesehatantentang:
 pencegahan dan penularan
penyakit
 tanda dan gejala infeksi
 hidup sehat

BAB 9

KEBUTUHAN PSIKOSIAL

Manusia adalah makhiuk biopsikososial yang unik dan menerapkan


system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha antuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan
oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini
disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam
mbertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.

Klien masuk ke rumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental
dari diri sendiri, lingkungan, maupun keluarga.

Konsep Dasar

ada hierarki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling
tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk
mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat

Konsep Diri

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui
tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkenbang secara hertahap saat bayi mulai mengenal dan
membedaka dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat
dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan inkungannya.

Komponen Konsep Diri

1. Citra tubuh

Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dantidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan rentang ukuran Bentuk, dan fungsi

penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

2. Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar


perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi

3. Harga diri

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis sejauh
mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung
harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami gagal cenderung harga diri menjadi
rendah. Harga diri diperoleh dari dirisendiri dan orang lain

4. Peran diri

Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.

5. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh

Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsep Diri

1. Tingkat perkembangan dan kematangan


Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan, dan pertumbuhan anak
akan memengaruhi konsep dirinya

2. Budaya

Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya,
dan lingkungannya. Orang yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat
pada lingkungannya

3. Sumber eksternal dan internal

Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep


diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih
cfektif. Sumber cksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan
ekonomi yang kuat

4. Pengalaman sukses dan gagal

ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkarkan konsep diri


demikian pula sebaliknya

5. Stresor

Stresor dalam kehidupanimisalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian, dan


Ketakuran.

Jika koping individu tidak ada kuat maksaakan menimbulkan depresi, menarik
diri, dan kecemasan.

6. Usia, keadaan sakit, dan trauma

Usia tua dan keadaan sakit akan memengaruhi persepsi dirinya.

Kriteria Kepribadian yang Sehat

1. Citra tubuh positif dan akurat

Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai
akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
2. Ideal dan realitas

Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang
dapat dicapai

3. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya

4. Harga diri tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya

sebagai sescorang yang berarti dan hermanfaat la memandang dirinya sama

dengan apa yang ia inginkan.

5. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan


orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. la dapat memercayai dan terbuka
pada orang lain serta membina hubungan interdependen

6. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang membert arah kehidupan dalam


mencapai tujuan

Karakteristik Konsep Diri Rendah

1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.


2. Tidak mau berkaca
3. Menghindari diskusi tentang topik dirinya.
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak rapat.
6. Meningkatkan perubahan pada dirinya
7. Peningkatan ketergantungan pada orang lain
8. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis.
9. Menolak berparisipasi dalam perawatan dirinya

10. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat- obatan dan alcohol

11. Menghindari kontokak sosial

12. Kurang bertanggung jawab

(Carpenito,1995 dalam taylor

Faktor Risiko Gangguan Konsep Diri

1. Gangguan identitas diri


a. Perubaban perkembangan
b. Trauma
c. Jenis kelamin yang tidak sesuai
d. Budaya yang tidak sesuai
2. Gangguan citra tubuh (body image)
a. Hilangnya bagian tubuh
b. Perubahan perkembangan
c. Kecacatan
3. Gangguan harga di
a. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b. Kegagalan perkembangan.
c. Kegagalan mencapai tujuan hidup
d. Kegagalan dalam mengikuti aruran moral
4. Gangguan peran
a. Kehilangan peran
b. Peran ganda
c. Konflik peran
d. Ketidak mampuan menampilkan peran
Stres dan Adaptasi

Stres merupakan bagian dari kehidupan yang mempanyai efek positif dan negarif
yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana, stres adalah
kondisi di mana adanya respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai
keadaan normal. Sedangkan stresor adalah sesuatu yang dapat menyebabkau
seseorang mengalami stres. Stresor dapat berasal dari internal.

(misalnya, perubahan hormon, sakit) maupun eksternal (misalnya, temperature


dan pencemaran)

Ketika sescarang mengalami situasi bahaya, maka respons akan muncul.

Respons yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping.

Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi.
Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan antara lingkungan
internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya semua fungsi tubuh.
pertumbuhan dan perkembangan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi,
dan kemampuan menoleransi perubahan situasi.

Fisiologi Stres dan Adaptasi

Tabuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan lingkungan,


baik lingkungan internal (seperti pengaturan peredaran darah, pernapasan)
maupun lingkungan eksternal (seperti cuaca dan temperatur yang kemiudian
menimbulkan respons normal atau tidak normal). Keadaan di mana terjadi
mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostasis.
Homeostasis dibagi menjadi dua yaitu homeostasis fisiologis (misalnya, respons
adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga) dan home musalnya, perasaan
mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman).

Respons Fisiologis terhadap Stres

Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu: local
adaptation syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor (misalnya
kalau kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat atau misalnya
ada proses peradangan, maka reaksi lokalnya adalah dengan menambahkan sel
darah putih pada lokasi peradangan) dan general adaptation syndrome (GAS)
yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.

Dalam proses GAS terdapat tiga fase. Pertama, reaksi peringatan ditandai

oleh peningkatan aktivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh


darah, nadi, pernapasan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil. Kedua, fase
resisten di mana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan
mekanisme pertahanan. Ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya
vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik, dan krisis

Respons Psikologis terhadap Stres

Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan.

Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas

mengikuti ujian karena khawatir nilainya buruk. Empat tingkatan kecemasan,

yaitu sebagai berikut :

1. Cemas ringan

berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada


tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar,
lapang persepsi meluas konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
etektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan

2. Cemas sedang

Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih
berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons
cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit rangsangan luar tidak
mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat,susah tidur, dan perasaan tidak
enak

3. Cemas berat

Pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang pentine Seseorang
tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih bauyal pengarahan atau
tuntunan. Respons kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan lapang
persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking,
verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.

4. Panik

Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupan telah diberi
pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit
dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikirlogis,
agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking kehilangan
kendali, dan persepsi kacau.

Faktor-taktor yang Dapal Menimbulkan Stres

1. Lingkungan yang asing

2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan

memerlukan bantuan orang lain

3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga.

4. Masalah biaya.

5. Kurang informasi.

6. Ancaman akan penyakit yang lebih parah.


7. Masalah pengobatan.

Kehilangan dan Berduka

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang


sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Sedangkan
berduka adalah respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanisfestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur,
dan lain-lain,

Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:

1. Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan.

2. Tahap perkembangan.

3. Kekuatan atau koping mekanisme.

4. Sistem pendukung.

Reaksi Berduka

1.Fase pengingkaran (denial)

Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah,

lemah, letih, dan pucat.

2. Fase marah (anger)

Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan
muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku
agresif.

3.Fase tawar menawar (bargaining)

Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan

mengekspresikan rasa bersalah, takut, dan rasa berdosa.

4.Fase depresi
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.

Perilaku yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan

libido menurun

5.Fase menerima (acceptance)

Fase ini berkaitan dengan reorganisası perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1.Pengkajian psikologis

a. Status emosional

 Apakah emosi sesuai perilaku?


 Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
 Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
 Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
 Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?

B .Konsep diri

 Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?


 Bagaimana orang lain menilai diri klien?
 Apakah klien suka akan dirinya?

d. Cara komunikasi
 Apakah klien mudah merespons?
 Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
 Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
 Apakah klien menolak untuk memberi respons?
e. Pola interaksi
 Kepada siapa klien mau berinteraksi?
 Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
 Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?

2.Pengkajian sosial

a. Pendidikan dan pekerjaan

 Pendidikan terakhir
 Keterampilan yang mampu dilakukan.
 Pekerjaan klien.
 Status keuangan.

b.Hubungan sosial

 Teman dekat klien.


 Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
 Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?

c.Faktor sosiokultural

 Apakah agama dan kebudayaan klien?


 Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
 Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang

d.Pola hidup

 Di mana tempat tinggal klien?


 Bagaimana tempat tinggal klien?
 Dengan siapa klien tinggal?
 Apa yang klhen lakukan untuk menyenangkan diri?
e.Keluarga

 Apakah klien sudah menikah?


 Apakah klien sudah mempunyai anak?
 Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
 Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
 Bagaimana tingkat kecemasan klien?

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Gangguan konsep diri: citra rubuh negatif

Definis Kondisi di mana seseorang mengalami kerusakan atau tidak mau


menerima keadaan tubuhnya.

Kemungkinan berhubungan dengan :

perubahan menetap pada tubuh klien;

a. amputasi;
b. mastektomi;
c. kolostomi;
d. luka bakar
e. efek pengobatan.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. secara verbal mengatakan membenci atau tidak menyukai bagian


tubuhnya;
b. menghindani bagian rubuh tertenru;
c. perubahan struktur atau fungsi tubuh;
d. tidak mau menyentuh bagian tertentu;
e. perasaan negatif terhadap bagian rubuhnya.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. amputasi;
b. mastektomi;
c. stroke;
d. trauma medulla spinalis;
e. efek kemoterapi atau radioterapi;i
f. lolostomi.

Tujuan yang diharapkan

a. Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional.


b. Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya.

2.Cemas

Definisi : Perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas
atau tidak spesifik Kemungkinan berhubungan dengan:

a. ancaman perubahan status kesehatan dan status ekonomi;


b. situasi krisis;
c. ancaman kematian
d. kurang pengetahuan.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. perilaku takut;
b. meningkatnya tensi darah dan kesulitan tidur;
c. wajah tegang;
d. perasaan kacau;
e. menangis;
f. marah;
g. menarik diri.

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. keadaan rumah sakit;


b. penyakit terminal;
c. pembedahan;
d. fobia;
e. skizofrenia;
f. psikotik;

Tujuan yang diharapkan

a. Pasien dapat menurunkan kecemasan.


b. Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan.

3. Takut

Definist: Perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang dapat

diidentifikasi oleh pasien. Kemungkinan berhubungan dengan:

a. hospitalisasi;
b. ancaman kehilangan bagian tubuh dan fungsi tubuh;
c. antisipasi nyeri.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. berkeringat dingin
b. ekspresi wajah cemas;
c. menangis

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. ancaman terhadap penyakit;


b. kondisi psikiatri.

Tujuan yang diharapkan

a. Pasien dapat merancang penurunan rasa takut.


b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab ketakutan.
c. Secara verbal pasien mengatakan tidak takut lagi.

Anda mungkin juga menyukai