Disusun Oleh :
NENI NURAENI
NIM : 31820008
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
penulis dapat merampungkan proposal penelitian yang berjudul PENGARUH NON
PERFORMING LOAN (NPL) TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK
(Studi Kasus di PT BPR KS) ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi
serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program Studi
Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Bandung
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia dan keberkahan di
dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
PENDAHULUAN
dengan fasilitas kreditnya. Oleh karena bank merupakan lembaga keuangan yang
dalam bentuk simpanan, maka bank kemudian menyalurkan dana tersebut dalam
disebutkan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
Suatu kredit dikatakan mencapai fungsinya jika secara sosial ekonomis, baik
berdasarkan data Bank Indonesia dari tahun ke tahun setelah tahun 1992 merupakan
salah satu penyakit sektor perbankan di manapun. Penyebabnya bisa dari internal
1
2
Faktor internal bank sendiri misalnya analisa kredit yang tidak tepat,
sistem informasi dan administrasi yang kurang baik, pengaruh dari pengelola
bank dalam keputusan pemberian kredit, dan kualitas manajemen bank yang
kurang baik. Sedangkan faktor eksternal bank misalnya pihak debitur tidak
membayar atau melunasi utang sesuai jangka waktu dan jumlah nominal yang
telah disepakati bersama, kondisi ekonomi makro seperti naiknya harga bahan
suatu badan usaha. Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas
dari tujuan mencari keuntungan, demikian juga dalam hal pemberian kredit yang
kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka usaha pokok yang
maka semakin besar pula kemungkinan suatu bank untuk memperoleh laba/profit.
NPL menjadi indikator dalam menilai kinerja suatu bank. Jika NPL rendah, maka
bank tersebut terbilang sehat. Jika NPL tinggi maka resiko yang dipikul oleh bank
tersebut tinggi. Jika NPL mereka diatas batas yang sudah diforecast sebelumnya
Jika NPL terlalu tinggi diatas batas yang diforecast, keberlangsungan bank
tersebut bisa terancam. Itu sebabnya bank senantiasa menjaga agar nilai NPL-nya
3
selalu berada pada angka yang rendah jika ingin terus beroperasi. NPL ini bukan
dinilai dari kinerja bank saja, namun terutama dari para debiturnya. Hal yang
menjadi fokus utama kredit macet seringkali terjadi di kalangan para debitur. Hal
ini dapat dihindari apabila debitur memiliki inisiatif untuk mengembalikan dana
Kredit macet tidak menjadi masalah jika satu atau dua debitur saja yang
tidak disiplin dalam membayar cicilan. Akan tetapi apabila jumlah debitur yang
banyak dalam waktu yang hampir bersamaan tidak membayar cicilan mereka
maka NPL dari bank tersebut akan naik. Pihak Bank selalu berusaha untuk
pinjaman kepada para debitur. Akan tetapi, mengingat fenomena yang terjadi saat
ini dimana kesulitan ekonomi yang sedang terjadi di tengah masyarakat sehingga
peningkatan NPL (Non Performing Loan). Apabila kasus ini terus berlanjut
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
3. Apa upaya yang dilakukan oleh PT BPR KS agar perusahaan tetap mencapai
laba selama periode tertentu. Berdasarkan Surat Edaran No. 6/23/DPNP Tanggal
31 Mei 2004, Profitabilitas bank diukur menggunakan dua rasio, yaitu Rasio
KS
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi sebagai bahan
penelitian lanjutan yang lebih mendalam pada masa yang akan datang.
3. Bagi Penulis
sehingga dapat menjadi bekal pengetahuan untuk masa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perbankan
Dalam buku Siamat (1991 : 19) ada kutipan pendapat dari F.E. Perry
yaitu, bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan
bank yaitu :
1. Bank Umum
tertentu atau
6
7
1. Bank Sentral
Undang tersendiri.
2. Bank Umum
4. Bank Pembangunan
pembangunan.
hasil usaha:
1. Bank konvensional
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
(ijarah wa iqtina)”.
2.3 Perkreditan
unsur kredit terdiri dari kreditur, debitur, obyek yang dipinjam, perjanjian,
Menurut Abdullah (2003: 72), tujuan kredit bisa dilihat melalui dua
sebagai berikut :
Tujuan kredit adalah guna mendapatkan suatu nilai tambah baik bagi
1. Bagi bank:
sebelumnya.
peminjam dana.
3. Risiko: adanya risiko yang akan terjadi selama jangka waktu antara
jaminan.
4. Prestasi: yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi
pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang
masyarakat, mulai dari kredit modal usaha, kredit rumah, dan masih banyak
1. Kredit komersial
2. Kredit konsumtif
meliputi :
jaminan kepada bank sebagai pemberi kredit, bisa berupa aktiva tetap,
Yaitu kredit yang diberikan kepada debitur berstatus badan hukum dan
1. Whole loans
Yaitu pinjaman yang diberikan oleh bank untuk semua jenis kredit,
2. Retail loans
Yaitu pinjaman yang diberikan oleh bank hanya untuk kredit konsumsi
1. Kredit Revolving
keuntungan.
2. Kredit Nonrevolving
2. Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau jangka
Menurut Dendawijaya (2001: 78-79), dalam kredit terdapat rantai atau siklus
yang biasa disebut siklus kredit. Siklus kredit terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. permohonan kredit
2. analisis kredit
3. persetujuan kredit
4. perjanjian kredit
5. pencairan kredit
6. pengawasan kredit
7. pelunasan kredit
suatu keadaan di mana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau
(kolektibilitas) yaitu:
1. Lancar (L)
iii. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan
melampaui 90 hari.
lemah.
4. Diragukan (D)
berikut :
iv. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.
perjanjian kredit.
5. Macet (M)
yang tergolong sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit
macet. Menurut Setyawan (1994: 7-8), kredit macet dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Adapun faktor internal
dari pemilik, pengurus atau pegawai bank, lemahnya sistem administrasi dan
faktor eksternal timbulnya kredit macet adalah kegagalan usaha debitur, musibah
1. Kredit lancar
4. Kredit macet
”Salah satu pengukuran dari rasio risiko usaha bank yang menunjukkan
besarnya risiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Kredit
bermasalah diakibatkan oleh ketidak lancaran pembayaran pokok
pinjaman dan bunga yang secara langsung dapat menurunkan kinerja bank
dan menyebabkan bank tidak efisien”.
Untuk mengukur prosentase NPL terhadap jumlah kredit yang diberikan oleh
Total NPL
Prosentase NPL = x 100
% Total kredit yang diberikan
Sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2004,
rasio NPL yang ditetapkan adalah 5%. Jika lebih dari itu, maka dapat
disimpulkan bahwa bank tersebut tidak sehat. Semakin tinggi rasio NPL maka
semakin menurun laba yang diperoleh bank.
NPL yang digunakan dalam rumus di atas adalah pembiayaan yang meliputi
kredit kurang lancar, kredit macet, dan kredit yang diragukan.
2.5 Profitabilitas
dalam memperoleh laba. Dengan laba yang kuat bank akan dapat
Laba Bersih
Return on Assets (ROA) = x 100
% Total Aktiva
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
(Meythi, 2005:268).
Laba Bersih
Return on Equity Capital (ROE)= x 100
% Modal sendiri
perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini
Laba Bersih
Net Profit Margin =
x 100
% Pendapatan Operasional
kegiatan operasionalnya.
Laba Bersih
Return on Assets (ROA) = x 100
% Total Aktiva
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum pajak dalam
dalam periode yang sama. Dengan kata lain, ROA ini digunakan untuk
Laba Bersih
Return on Equity Capital (ROE)= x 100
% Modal sendiri
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba setelah pajak dalam
memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimilki oleh bank. ROA dapat
diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva. ROA semakin tinggi maka semakin baik produktifitas asset
berikut:
mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. ROE dapat
diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total
ekuitas. ROE semakin tinggi maka semakin baik produktifitas modal sendiri
dalam memperoleh laba. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat
berikut :
menyimpan dana di bank. Keraguan ini ditambah dengan rumor negatif tentang
III yang dapat dihimpun oleh Perbankan. Di sisi lain, melemahnya nilai tukar
persoalan besar bagi bank. Salah satunya, melemahnya nilai tukar rupiah
bank yang mengalami kebangkrutan dan tidak dapat lagi mengendalikan kredit
Tingginya NPL yang berarti memburuknya kualitas aktif produktif (KAP) dari
Dalam pemberian kredit terdapat risiko. Jika risiko kredit tersebut tidak
Tabel 2.7
BEI. (Y2).
(2012)
2. Pengaruh NPL, LDR, NPL (X1), LDR Kuantitatif Non Performing Loan
berpengaruh terhadap
profitabilitas. Capital
Adequacy Ratio
(CAR) tidak
berpengaruh terhadap
profitabilitas.
3. PENGARUH NON NPL (X), Kuantitatif non performing loan
TERIIADAP profitabilitas.
PROFITABILITAS.
Sylviana Agustami
(2012)
4. Pengaruh Kredit Kredit Macet (X) Kuantitatif Kredit macet
Marganingsih (2008)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
secara langsung terhadap bank yang akan diteliti. Hasil dan kesimpulan yang
dalam bentuk angka yang diambil dari Laporan Keuangan PT BPR KS.
Lokasi : PT BPR KS Jl. Leuwi Panjang No.149, Kb. Lega, Kec. Bojongloa Kidul,
1. Wawancara
2. Observasi
macet.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015:81) pengertian Sampel ialah bagian dari jumlah dan
sifat yang diambil oleh populasi tersebut. Teknik Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan menggunakan teknik purposive sampling.
3. Variabel Data
sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan atau konsep yang
mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum. Variabel bebas
adalah
variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain.
(Return On Assets dan Return On Equity). Kredit macet adalah adalah kredit
mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut
b. Pengukuran Variabel
Untuk mengukur kredit macet, dihitung dari para debitur yang diambil
Jumlah NPL
Prosentase NPL = x 100
% Jumlah kredit yang diberikan
secara signifikan terhadap rasio keuangan bank, dilakukan dalam tiga langkah
yaitu: analisis NPL (Variabel X), analisis profitablitas bank (Variabel Y), dan
1. Analisis NPL
Tahun ROA
(dalam %)
2016
2017
2018
2019
2020
ii. Membuat tabel perhitungan rasio Return on Equity (ROE) PT
Tahun ROE
(dalam %)
2016
2017
2018
2019
2020
(Return On Assets dan Return On Equity) dan NPL yang digunakan dalam
apakah data dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak, digunakan
Kolmogorov Smirnov-Z > 0,05 dan sebaliknya jika nilai probabilitas (p)
Uji One-Sample Kolmogorov Smirnov-Z < 0,05, maka data tersebut tidak
ROE)
Y=a+bX
(y) b (x)
a=
n n
Keterangan :
a : konstanta
b : koefisien variabel
X X : NPL
berikut :
untuk uji dua arah, sehingga /2 = 0,025 dan dengan derajat
kebebasan n-k-1.
c. Menentukan t hitung
b
t=
Sb
dimana :
b = koefisien regresi
Sb = standar error
H01 tidak dapat ditolak apabila –t tabel (/2) ≤ t hitung ≤ t tabel (/2),
sedangkan H01 ditolak apabila t hitung >t tabel (/2) atau t hitung < –t tabel
(/2)
Ho tidak ditolak
Ho ditolak Ho ditolak
- t tabel t tabel
e. Membuat keputusan
H01 tidak ditolak apabila: –t tabel (/2) ≤ t hitung ≤ t tabel (/2) ; p 0,05 H01
ditolak apabila: t hitung >t tabel (/2) atau t hitung < –t tabel (/2) ;
p 0,05
f. Mengambil Kesimpulan
Assets (ROA).
ii. Jika H01 ditolak, maka kesimpulan yang diambil yaitu NPL
Y=a+bX
(y) b (x)
a=
n n
Keterangan :
Y : Return on Equity
(ROE) a : konstanta
b : koefisien variabel
X X : NPL
2. Menguji Formulasi Hipotesis
berikut :
Equity (ROE).
(ROE).
untuk uji dua arah, sehingga /2 = 0,025 dan dengan derajat
kebebasan n-k-1.
c. Menentukan t hitung
b
t=
Sb
dimana :
b = koefisien regresi
Sb = standar error
H02 tidak dapat ditolak apabila –t tabel (/2) ≤ t hitung ≤ t tabel (/2) ,
sedangkan
H02 ditolak apabila t hitung > t (/2) atau t hitung < –t tabel (/2)
Ho tidak ditolak
Ho ditolak Ho ditolak
- t tabel t tabel
e.Membuat keputusan
H02 tidak ditolak apabila: –t tabel (/2) ≤ t hitung ≤ t tabel (/2) ; p 0,05 H02
ditolak apabila: t hitung > t tabel (/2 ) atau t hitung < –t tabel (/2);
p 0,05
f. Menarik Kesimpulan
https://www.simulasikredit.com/apa-perbedaan-npf-non-performing-financing-vs-npl-non-
performing-loan/#:~:text=Kriteria%20NPL&text=Pinjaman%20yang%20terlambat%20hingga
%2090,melakukan%20pembayaran%20di%20masa%20depan.
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/709/jbptunikompp-gdl-ritarahmaw-35402-9-unikom_r-i.pdf
https://www.cermati.com/artikel/kredit-macet-pengertian-ilustrasi-dan-efek-
negatifnya#:~:text=Kredit%20macet%20adalah%20suatu%20keadaan,kredit%20bank%20tepat
%20pada%20waktunya.&text=NPL%20menjadi%20indikator%20dalam%20menilai,dipikul
%20oleh%20bank%20tersebut%20tinggi.
https://repository.usd.ac.id/15782/2/042114104_Full.pdf
http://feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/20112012-0541031027.pdf
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/akuntapedia/article/view/3540/3115
https://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK/article/view/6647/4519