Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH CURAH HUJAN, KELEMBAPAN UDARA, DAN LUAS
PANEN TERHADAP HASIL PRODUKSI JAGUNG
DI SUMATERA UTARA
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF RAINFALL, AIR HUMIDITY, AND HARVEST AREA
ON CORN PRODUCTION IN NORTH SUMATRA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan
ridho-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul skripsi
ini adalah “Pengaruh Curah Hujan, Kelembapan Udara dan Luas Panen
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Sumatera Utara. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua
terkasih, Ayahanda Erwin Mierza Arief dan Ibunda Ratu Evina Dibyantini,
untuk kasih sayang melimpah yang diberikan bagi penulis dan saudara-saudara
kandung saya Qadhli Ja’far Adrian, Ahmad Baqir Adrian, Zakki Muhammad
Arief Adrian dan Ratu Aisyah Ratih Prima Putri yang selalu membimbing saya
dalam menulis Skripi ini, terimakasih kepada Ririn Mahdiana yang selalau
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta
sumbangan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Utara, dan Ibu Inggrita Sari Nasution, S.E., M.Si selaku Sekretaris Program
Sumatera Utara.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin Sembiring, SE., M.Ec. selaku Dosen
Pembimbing yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan telah banyak
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si
skripsi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang
7. Teman-teman Kita Kicau, Blue Man dan BAGA terhebat yang telah
baik dari segi bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati
akan menerima kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Semoga hasil
Penulis,
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6 Analisa Data ......................................................................... 40
3.6.1 Model Analisis Linier Berganda .............................. 41
3.6.2 Uji Asumsi Klasik .................................................... 42
1. Uji Normalitas .................................................... 42
2. Uji Multikolinieritas ........................................... 42
3. Uji Autokorelasi ................................................. 43
4. Uji Heteroskesdastisitas...................................... 43
LAMPIRAN
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
Lampiran 1 Data
Lampiran 2 Hasil Regresi
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 4 Hasil Uji Multikolinieritas
Lampiran 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 6 Tabel Durbin Watson
Lampiran 7 Tabel t
Lampiran 8 Tabel F
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan nasional, hal ini tidak terlepas dari keberadaan Indonesia sebagai
hasil pangan yang dihasilkan oleh para petani Indonesia seperti padi, jagung,
tinggi karena selain sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras,
jagung merupakan bahan baku industri pakan ternak dan rumah tangga.
Indonesia. Pada beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan jagung terus meningkat
Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan luas
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energi untuk
1519407 1557462
1377718 1294645 1347124 1183011 1159795
turun kecuali pada tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami peningkatan. Berikut
Tabel 1.1
Sentra Produksi Jagung di Sumatera Utara
Hasil Produksi
Jagung (Ton)
Kota/Kabupaten 2015 2016
Kabupaten Karo 553.208 521.870
Kabupaten Dairi 259.033 217.003
Kabupaten Simalungun 381.685 382.309
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015-2016
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sentra produksi jagung di Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo,
Tabel 1.2
Negara Tujuan Ekspor Jagung Indonesia Tahun 2010-2015
Negara Nilai : USD (000)
Tujuan 2010 2011 2012 2013 2014
Jepang 1407 356 1250 952 2146
Pakistan 0 1052 29 0 1326
Bangladesh 0 0 663 0 417
Singapura 106 267 273 213 263
Vietnam 17 3146 8792 6679 178
Malaysia 2904 70 105 79 88
Lainnya 1716 2305 1401 178 31
TOTAL 11288 9422 18983 10591 13218
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010-2015
normal. Curah hujan yang normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah
250–5000 mm per tahun, suhu udara 23-27 °C (ideal), kelembapan udara 80%,
dan pH tanah 5,6-7,5 adalah ideal. Jenis tanah tidak terlalu penting, asalkan aerasi
baik dan ketersediaan air mencukupi. Air yang cukup pada fase pertumbuhan
awal, pembungaan, serta pengisian biji adalah kritis bagi produksi jagung pipilan.
khususnya di bidang biologi dan pertanian. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini
teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman ini
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap
3000
2500
2000
1000
500
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Luas Panen Jagung di Sumatera
Utara (Ha)
300000
250000
200000
150000 Luas Panen Jagung di
Sumatera Utara
100000
50000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berdasarkan Gambar 1.3 diatas dapat dilihat luas panen jagung dari tahun
ke tahun menurun, kecuali pada tahun 2015 mengalami peningkatan dari 243.772
berbagai faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri disebut faktor internal,
namun faktor yang berasal dari lingkungan disebut faktor eksternal. beberapa dari
dibutuhkan oleh tanaman agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan.
di Sumatera Utara :
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kelembapan Udara di Sumatera
Utara (%)
81.5
81
80.5
80
79.5 Kelembapan Udara
79
78.5
78
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
mengalami perubahan yang signifikan atau berada di antara 79-81 %. Hal ini
jagung, yaitu 80%. Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim
skripsi dengan judul “ Pengaruh Curah Hujan, Kelembapan Udara, dan Luas
Utara?
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Apakah Kelembapan Udara berpengaruh terhadap Hasil Produksi Jagung di
Sumatera Utara?
Utara?
Sumatera Utara
Sumatera Utara
3. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i Fakultas
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari
dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ilmu ekonomi
bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam tetapi suatu ilmu yang
subsektor perikanan.
manfaat yang besar dan berarti dalam proses pembangunan dan memacu
produksi pertanian, hubungan antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor
subsektor perkebunan.
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.1 Sejarah Ekonomi Pertanian
Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda.
Kalau ilmu ekonomi moderen dianggap lahir dengan penerbitan buku Adam
Smith yang berjudul Wealth of nations pada tahun 1776 di Inggris, maka ilmu
ekonomi pertanian dilahirkan awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19 dengan
Agriculture mulai diberikan di Universitas Cornell pada tahun 1901 dan Farm
Management pada tahun 1903. Pada tahun 1910 beberapa universitas di Amerika
Economics.
1950-an yang di pelopori oleh Prof. Iso Reksohadiprodjo dan Prof. Ir. Teko
ilmu ekonomi maupun ilmu pertanian itu sendiri. Dia bisa berada di awal atau
sebelum ilmu pertanian, bisa seiring dan bisa juga sesudah. Semua fungsinya amat
gabungan antara ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian, tetapi mempunyai arti
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ilmu ekonomi pertanian mempelajari faktor sumber daya atau faktor
kelembagaan dan faktor pendukung lainnya. Sebelum proses produksi atau usaha
tani dijalankan (baik dalam subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor
ekonomi pertanian. Kalau pupuk diberikan sekian banyak, berapa hasil yang akan
diterima, bila pupuk dikurangi atau ditambah berapa keuntungan yang akan
diperoleh. Begitu juga dengan pengaturan tenaga kerja dan obat-obatan. Dalam
bahasa Sanskerta, palawija bermakna hasil kedua, dan merupakan tanaman hasil
panen kedua di samping padi. Istilah palawija berkembang di antara para petani di
Pulau Jawa untuk menyebut jenis tanaman pertanian selain padi. Tanaman
pertanian yang bisa disebut sebagai palawija diantaranya yaitu jagung, sorghum,
kacang hijau, kacang tunggak, kedelai, singkong, kentang, ubi, wortel, dan lain-
lain.
mampu menghemat air di musim kering sehingga tidak memberikan beban bagi
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
irigasi, terutama ketika irigasi tidak mampu memberikan cukup air bagi padi
mana padi tidak dapat tumbuh. Di lereng Gunung Merapi, petani melakukan rotasi
tanaman dengan menanam padi yang diselingi palawija untuk memutus siklus
hidup hama tikus. Rotasi tanaman ini terbukti meningkatkan produktivitas hasil
pertanian setempat. Di sisi lain, palawija merupakan tanaman yang cukup rentan
tidak tergarap, misal lahan bekas kehutanan, bisa ditanam palawija karena
penanaman palawija tidak membutuhkan banyak air. Jika terwujud, hal ini dapat
2.3 Jagung
terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan
Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk
Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah
sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi,
normal. Tempat dengan curah hujan 250–2000 mm per tahun, suhu udara 23-27
°C (ideal), dan pH tanah 5,6-7,5 adalah ideal. Jenis tanah tidak terlalu penting,
asalkan aerasi baik dan ketersediaan air mencukupi. Air yang cukup pada fase
pertumbuhan awal, pembungaan, serta pengisian biji adalah kritis bagi produksi
jagung pipilan. Kekurangan air pada fase-fase pertumbuhan tersebut akan secara
khususnya di bidang biologi dan pertanian.Sejak awal abad ke-20, tanaman ini
teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman ini
Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap
Tanaman jagung sudah dapat dipanen pada waktu berumur sekitar 100 hari
setelah (HST), tergantung dari jenis benih yang digunakan. Secara fisik, jagung
yang siap dipanen mempunyai karakteristik/ciri yakni terlihat dari daun klobotnya
menentukan kualitasnya.
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.2 Pemanfaatan Jagung
buah dan biji yang menyatu.Massa bijian terbesar diisi oleh endosperma yang
kaya oleh karbohidrat. Dari bijian yang dihasilkan, jagung menjadi sumber
pangan pokok manusia ketiga setelah gandum dan beras/padi. Bijian jagung
dimanfaatkan sebagai pakan hewan, baik untuk unggas maupun ternak besar.
Olahan bijian juga diserap dalam industri pangan, farmasi, kosmetika, dan industri
kimia.
juga dipanen dalam usia sekitar tiga minggu setelah penyerbukan untuk dijadikan
sayuran atau direbus serta dibakar. Jagung manis biasanya mengisi pangsa ini.
Tongkol jagung yang masih muda dan belum berkembang penuh dipanen sebagai
Tanaman jagung utuh yang masih hijau dimanfaatkan oleh usaha tani
1. Pangan
Bagian jagung yang biasa dimakan manusia adalah bijiannya, baik masih
muda ketika isinya belum mengering maupun setelah tua dan mengering. Bijian
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Maizena merupakan bahan untuk berbagai kue dan penganan olahan serta
dicampur dengan bahan lain sebagai makanan sarapan. Pecahan kasar bijian
jagung diolah di Amerika Serikat sebagai makanan sarapan populer, corn flakes.
Di Jawa Timur terutama, bijian jagung kering ditumbuk agak halus untuk
mendapatkan beras jagung, yang setelah dikukus atau ditanak menjadi nasi
jagung. Nasi jagung ini, murni atau bercampur nasi padi, umum sebagai makanan
pokok terutama di wilayah Jawa Timur yang mendapat pengaruh dari budaya
Madura.
bijian kering jagung dikenal sebagai marning di Jawa Tengah. Dari bijian jagung
Jagung manis mengisi kebanyakan pangsa ini, meskipun jagung ladang dan
dipanggang, atau dibakar. Beberapa masakan sayur, seperti sayur asam dan sayur
bening dilengkapi dengan potongan tongkol jagung atau bijian muda yang sudah
2. Pakan
Untuk unggas dapat diberikan dalam bentuk utuh (pakan burung dara),
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Kegunaan Lain
Kegunaan lain dari jagung adalah untuk bahan baku industri bir, farmasi,
dextrin, perekat, tekstil, minyak goring, etanol, dan lain-lain. Saat ini jagung juga
dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat
diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik.
Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik
Eropa. sebagian besar dijadikan makanan ternak. Di Indonesia jenis jagung ini
jarang ditanam karena tidak tahan tarhadap hama bubuk dan cocok untuk dibuat
tepung jagung.
Ciri khas biji jagung kuda adalah adanya lekukan dibagian tengah atau
atau bagian atas biji, batangnya tingi dan panjang tumbuhnya tegap dan umurnya
lama .Setiap batang tumbuhnya 1-2 tongkol. Biji-bijian tanaman jagung kuda
berukuran besar yang terbagi dalam beberapa baris, dan berwarna kuning, putih
atau kadang-kadang berwarna lain, beratnya per 1000 biji antara 300-500 gr. Cara
disortir dengan memisahkan rambut, jagung, tongkol dan disortir ukuran yang
seragam, kemudian dikemas dalam wadah dan disimpan didalam wadah yang
dingin.
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bagian pati keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan
pati lunaknya di tengah sampai ke ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati
lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut dari pada pati keras,
sehingga terjadi lekukan (dent) pada bagian atas biji. Tipe biji dent ini bentuknya
besar, pipih dan berlekuk. Jagung hibrida tipe dent adalah tipe jagung yang
populer di Amerika dan Eropa. Di Indonesia, terutama di Jawa, kira-kira 25% dari
jagung yang ditanam bertipe biji semi dent (setengah gigi kuda).
Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat, licin, mengkilap dan keras karena
bagian pati yang keras terdapat di bagian atas dari biji. Pada waktu masak, bagian
bagian atas licin dan bulat. Pada umumnya varietas lokal di Indonesia tergolong
ke dalam tipe biji mutiara. Sekitar 75% dari areal pertanaman jagung di Pulau
Jawa bertipe biji mutiara. Tipe biji ini disukai oleh petani karena tahan hama
dimanfaatkan untuk konsumsi manusia dan ternak. Tanaman jagung mutiara dapat
Umur tanaman jagung ini agak lama demikian juga jumalah dan tumbuhan
janggel (tongkol bermacam-macam. beratnya per 1000 biji antara 100-700 gr. dan
bentuknya agak bulat dan ukurannya lebih kecil dari pada biji jagung model gigi
kuda, warnanya bervariasi, putih, kuning dan juga agak merah. Permukaan biji
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cerah dan bersinar dan agak keras (horny starch) kandungan zat tepung relatif
Biji jagung mutiara tidak berkerut saat mengering sehingga lebih tahan
terhadap serangan hama gudang dan gangguan gudang dan gangguan dari luar,
seperti keadaan hujan tidak teratur, sedangkan biji jagung gigi kuda berkerut
(perbedaannnya).
disortir ukuran yang seragam, kemudian dikemas dalam wadah dan disimpan
pembuatan sirup, karena mengandung zat gula yang sangat tinggi. Sedangkan di
Indonesia jagung manis baru mulai ditanam kurang lebih sekitar tahun 2000 dan
dalam beberapa tahun terakhir ini jagung manis menjad mata dagangan ekspor ke
pasar dunia.
Ciri khas jagung manis adalah biji-biji yang masih muda bercahaya dan
berwarna jernih, biji yang telah masak dan kering berkeriput (mengerut). Untuk
membedakan dapat dilihat dari rambut tongkol berwarna putih .jika rambutnya
berwarna merah berarti jaung biasa. Apabila ada yang berminat menanam jagung
manis ini terlebih kita melihat umur tanam yang berkisar antara 60-70 hari, namun
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bentuk biji jagung manis pada waktu masak keriput dan transparan. Biji
jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dari pada
pati. Sifat ini ditentukan oleh satu gen sugary (su) yang resesif. Jagung manis
umumnya ditanam untuk dipanen muda pada saat masak susu (milking stage).
Jagung manis apabila ditanam satu tempat dengan jagung biasa maka akan
berubah rasa manis, karena jagung ini tidak bisa mempertahankan sifat terhadap
penyerbukan silang, sebaiknya menanam jagung manis dan jagung biasa agak
berjauhan (minimal 100 meter) atau pada batas petakan ditanam tanaman
sortir ukuran yang seragam , kemudian dikemas dalam wadah dan disimpan di
merupakan bagian yang keras, serta jika dipanaskan dapat mengembang 10-30
kali dari volume semula. Biji jagung berondong ini berwarnaa putih atau
berukuran kecil. Bila ditimbang bijinya yang 1000 biji maka beratnya mencapai
antara 80 sampai 130 gr. Jenis jagung ini ada dua tipe satu diberi nama rice pop
corn bedanya bijijnya agak pipih dan meruncing, sedangkan yang satu lagi diberi
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nama pear pop corn bentuk bijinya bulat dan kompak. Jagung ini cocok untuk
snack.
disortir ukuran yang seragam, kemudian dikemas dalam wadah dan disimpan
menguntungkan ciri khas nya biji dan tongkolnya banyak diselubungi oleh
memisahkan rambut, jagung, tongkol dan disortir ukuran yang seragam, kemudian
Jagung berlilin (Z.m Ceratina) biasa disebut jagung pulen karena kadar
amilopektinnya tinggi dan cirinya lengket apabila dimasak bijinya kecil berwarna
jernih dan mengkilap seperti lilin dan dan zat patinya seperti tepung tapioka dan
memiliki ekonomis tinggi sebab dapat mengganti tepung tapioka dan bahan
pengganti sagu serta dapat dijadikan bahan pakan ternak. Asal mula jagung ini
adalah dari Asia. Endosperma pada tipe jagung waxy seluruhnya terdiri dari
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
amylose. Jagung waxy digunakan sebagai bahan perekat, selain sebagai bahan
makanan.
disortir ukuran yang seragam, kemudian dikemas dalam wadah dan disimpan
Amerika Selatan bagian Peru, Bolivia dan Colombia serta Colombia serta di
Afrika. Zat pati yang terdapat dalam endosperma jagung tepung semuanya pati
lunak, kecuali di bagian sisi biji yang tipis adalah pati keras.
Ciri-ciri jagung tepung adalah hampir seluruh bijinya berisi pati yang
berupa tepung dan lunak, serta apabila terkena panas akan mudah pecah panjang
7 hari atau lebih hingga kadar air mencapai 18 %. Jagung disortir dengan
memisahkan rabut, jagung, tongkol dan disortir ukuran yang seragam , kemudian
dikemas dalam wadah dan disimpan didalam wadah yang dingin. Apabila jagung
kering yang mau dipipil dengan menggunakan alat pemipil maka dikeringkan
kembali sampai kadar airnya 12 % kemudian disimpan digudang yang sejuk dan
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4 Produksi
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi.
Dalam ilmu ekonomi istilah produksi mencakup jenis aktivitas yang jauh
lebih luas dibanding pengertian sehari-hari. Menurut konteks ini produksi dapat
diartikan sebagai hubungan fisik antar masukan (input) dan keluaran (output).
produksi”. Unsur-unsur ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah produksi ini
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
produksi barang. Produksi tidak hanya terbatas pada pembuatannya saja tetapi
kembali, atau yang lainnya (Millers dan Meiners dalam Togatorop, 2010).
kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam
dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.
Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, dan jumlah produksi
diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan pada sektor
pertanian adalah adanya kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian
terdapat hubungan antara produksi dengan input, yaitu output maksimal yang
dimana macam input atau faktor produksi ini perlu diketahui oleh produsen.
Antara produksi dengan faktor produksi terdapat hubungan yang kuat yang secara
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X
dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1, X2, ... Xi,...., Xn juga dapat
diketahui. (Soekartawi,1990).
dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah aspek alam (tanah), modal dan
tenaga kerja, selain itu juga aspek manajemen. Pengusahaan pertanian selain
tanah bukan saja dilihat dari luas atau sempitnya lahan, tetapi juga macam
penggunaan tanah (tanah sawah, tegalan) dan topografi (tanah dataran pantai,
dataran rendah, dan atau dataran tinggi). Dalam proses produksi terdapat tiga tipe
sebelumnya.
sebelumnya.
Ketiga tipe reaksi produksi tersebut tidak dapat dilepaskan dari konsep
dan produk marjinal (PM) umum ditulis dengan ∆Y/∆X (Soekartawi, 1990).
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam proses produksi tersebut setiap tipe reaksi produksi mempunyai nilai
produk marjinal yang berbeda. Nilai produk marjinal berpengaruh besar terhadap
perusahaan, yaitu:
1. Maksimalisasi Output
2. Minimalisasi Biaya
3. Maksimalisasi Laba
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.4 Konsep Produksi
maksimum laba. Beberapa informasi yang perlu diketahui produsen anatara lain
mendukung proses output. Demikian pula alternatif penggunaan input dan bahkan
Keterangan ini perlu mendapat perhatian para pelaku kegiatan produksi sebagai
Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah
yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total
Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut:
TP = f (FP)
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Produksi Rata-Rata (Average Product)
Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit
total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh
sebagai berikut:
AP = TP
FP
Dimana:
MP = ΔQ = Qa - Qa-1
Dimana:
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.5 Tahapan Produksi
TP L
I II III
AP
MP L
Sumber: Teori Ekonomi Mikro, Murbanto, 2018;132
Gambar 2.1.
Kurva Tahapan Produksi
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi,
apakah sebagai tahap I, II dan III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input
tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product.
= 0. Tahap III dimulai total product mengalami penurunan dan diikuti oleh
sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan
demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi di atas, terbaik terdapat pada tahap
produksi II.
1. Tanah
iklim, bentuk wilayah dan mikro organism. Unsur pembentuk terdiri dari mineral
Tanah sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-
hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil
produksi keluar. Dalam pertanian, terutama di Negara kita, faktor produksi tanah
Mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa
Tanah adalah faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya tidak
nilai tanah selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tetapi dalam pertanian
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Kekuatan dan kemampuan potensil dan aktual dari tanah
uang
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja sering disebut tenaga manusia muthlak dibutuhkan jika ingin
perusahaan. Untuk kasus tenaga kerja ini terutama tidak dipandang dari kuantitas
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih maka dipastikan
dicegah. Dalam hal ini perusahaan sangat mengharapkan tenaga kerja yang benar-
Selain keahlian dan kejujuran, kedisplinan juga hal yang sangat dibutuhkan dari
tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani rakyat) dan persoalan
kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang memiliki lahan yang tidak
luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar dan sebaliknya. (Mubyarto, 1984;;
104)
3. Modal
faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-
barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk,
bibit, cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan
semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap
4. Manajemen (Skill)
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dari uraian di atas maka factor
produksi ini tidak kalah penting dibanding faktor produksi lain. Perlu diketahui
bertentangan
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Jagung
memerlukan cahaya matahari langsung untuk tumbuh dengan normal dan tempat
dengan curah hujan 250–5000 mm per tahun. Curah hujan 1 (satu) milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan
adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan
intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena
berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman.
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun
dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari
awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian
menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembapan dari laut
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun
kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai
untuk mengulangi daur ulang itu semula. Intensitas curah hujan adalah jumlah
curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan
waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya
intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan
berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan
yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat
berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang
tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah
besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Adapun jenis-jenis hujan
berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG), diantaranya yaitu hujan kecil
antara 0 – 21 mm per hari, hujan sedang antara 21 – 50 mm per hari dan hujan
Kelembapan udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat
lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak
mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat
menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara
yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jagung dapat tumbuh dengan normal pada kelembapan udara 80%. Macam-
dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada
suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air
pada suhu yang sama ada 20 gram uap air, maka lembab udara pada waktu
2) Kelembapan absolut / mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1
m3. Contoh : 1 m3 udara suhunya 250C terdapat 15 gram uap air maka
mengetahui kelembaban udara yang ada dilingkungan tempat yang akan di tanam
misalnya tanaman bakau yang ditanam pada daerah yang berkelembaban tinggi,
kelembaban yang rendah maka bakau tersebut tidak akan berproduktifitas dan
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengaruh kelembapan relatif terhadap Produksi Tanaman secara langsung
sintetis yang dihasilkan dari proses biokimia tetapi juga pada proses fisik dari
pembesaran sel. Secara garis besar, pengaruh kelembaban pada bidang pertanian
penggunaan faktor produksi. Salah satu faktor produksi yang turut menentukan
tingkat produksi hasil pertanian adalah luas lahan.Luas panen adalah luas tanaman
yang dipungut hasilnya paling sedikit 11% dari keadaan normal. Khusus untuk
jagung dan kedelai, luas tanaman yang dipanen adalah yang bertujuan
Luas panen muda merupakan luas tanaman yang dipungut hasilnya dengan
tujuan tidak menghasilkan pipilan kering (jagung) atau biji kering (kedelai).
Sedangkan khusus untuk tanaman baby corn tidak tercakup dalam pengumpulan
data tanaman pangan. Tanaman jagung yang dipungut hasilnya waktu masih muda
(belum dapat dipipil) yang digunakan untuk sayuran dsb, dimasukkan ke dalam
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Luas Panen untuk Hijauan Pakan Ternak
Luas panen untuk hijauan pakan ternak merupakan luas tanaman jagung yang
dipungut hasilnya dalam bentuk daun, batang dan buah (seluruh bagian tanaman)
determinasi (R2) yang tinggi 0.992 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh semua
Kabupaten Demak) “. Penelitian ini menggunakan data cross section yaitu data
yang menggambarkan keadaan pada waktu tertentu. Jumlah sampel yang diambil
analisis yang dipakai dalam penelitian yaitu regresi dari fungsi produksi Cobb-
produksi jagung adalah luas lahan, modal, benih, pupuk dan tenaga kerja. Nilai
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
efisiensi input lahan sebesar -0,04111; modal -0,19480; benih 1,55431; pupuk
0,04923; dan tenaga kerja 0,58471. Dapat diartikan bahwa variabel luas lahan,
modal, benih, pupuk dan tenaga kerja memiliki nilai efisiensi harga kurang dari
satu (<1).Hal tersebut berarti untuk variabel lahan, modal, pupuk, dan tenaga kerja
tidak efisien secara harga sehingga harus dikurangi. Ditinjau dari return to scale,
Return to Scale (DRS) dalam produksi jagung yaitu 0,9689 tetapi relatif kecil atau
penambahan faktor produksi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan
memberikan hasil yang positif karena semua variabel independent yang diamati
terlihat bahwa variansi Luas Lahan (X1), Varietas Bibit (X2), Jarak dan Jumlah
tanaman (X3), Biaya Tenaga Kerja (X4) dan variabel Biaya Pembelian Pupuk
hitung sebesar = 32,197 adalah signifikan , karena p > .05. Dengan demikian, Ho1
yang menyatakan tidak ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah
tanaman, biaya tenaga kerja, biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.9 Kerangka Konseptual
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
2.10 Hipotesis
permasalahan yang ada. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang ada bukan berarti
Sumatera Utara. Artinya jika curah hujan masih dalam kondisi normal
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
250-5000 mm per tahun maka akan meningkatkan hasil produksi
Sumatera Utara
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-
fenomena, situasi atau berbagai variabel yang diangkat menjadi objek penelitian.
Utara. Di mana variabel bebasnya adalah curah hujan, kelembapan udara, dan luas
Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan data pendukung lainnya
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5 Definisi Operasional
2. Curah Hujan (X1) merupakan ketinggian air hujan yang turun di Sumatera
Utara dalam kurun waktu 1986-2016 yang dinyatakan dalam satuan milimeter.
3. Kelembapan Udara (X2) merupakan jumlah kandungan uap air yang ada
4. Luas Panen (X3) merupakan luas tanaman jagung yang dapat dipungut
dalam hektar.
yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Metode yang dipilih dalam
analisis data harus sesuai dengan pola penelitian dari variabel yang diteliti.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
dilakukan dengan metode analisis dengan model Ordinary Least Square (OLS).
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode OLS digunakan untuk memperoleh estimasi dalam menganslisis pengaruh
karena merupakan salah satu metode sederhana dengan analisis regresi yang kuat
lebih dari satu atau dua. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh variabel bebas (X1, X2, dan X3)
terhadap variabel terikat (Y). Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
dimana :
α = Konstanta
β1 = Koefisien X1
β2 = Koefisien X2
β3 = Koefisien X3
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e = Error term
model yang baik jika model tersebut memenuhi Kriteria BLUE (Best Linear
regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak (Ghozali, 2005 : 111). Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk
adalah:
2. Uji Multikolinieritas
hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
model regresi (Situmorang dan Lufti, 2012 : 133). Adanya multikolinearitas dapat
dilihat dari Tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas
Tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 5. Apabila Tolerance value < 0,1
atau VIF > 5 maka terjadi multikolinieritas. Tetapi jika Tolerance value > 0,1 atau
3. Uji Autokorelasi
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t (tahun sekarang) dengan
periode t-1 (tahun sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi (Ghozali, 2005 : 95). Untuk menguji ada tidaknya gejala
4. Uji Heteroskesdastisitas
efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Untuk mengetahui ada tidaknya
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Godfrey. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
2
1. Analisis Koefisien Determinasi (R-Square / R )
2
Koefisien Determinasi (R ) pada intinya mengukur kebenaran model
2
analisis regresi. Dimana analisisnya adalah apabila nilai R mendekati angka 1,
dibenarkan. Model yang baik adalah model yang meminimumkan residual berarti
sebesar 0,05 (Gujarati, 2003), sehingga diperoleh korelasi yang tinggi antara
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Analisis Uji Parsial (T-Test)
koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai
Bila thitung > ttabel maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung< ttabel Ho
hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu
terhadap variabel dependen yaitu Hasil Produksi Jagung di Sumatera Utara (Y).
apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis diterima yang artinya seluruh
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Apabila F hitung > F tabel maka hipotesis ditolak yang berarti
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Geografis
barat Indonesia yang terletak pada garis 1° - 4° LU dan 98° - 100° BT. Luas
berbatasan dengan :
pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini,
Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh,
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas tiga
3. Pantai Timur (Medan, Binjai, Batu Bara, Asahan, Langkat, Tebing Tinggi,
Asahan, Tanjung Balai, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu
Selatan ).
Darurat No. 8 Tahun 1956, Undang-undang Darurat No. 9 Tahun 1956, Peraturan
Samosir dan Serdang Bedagai, dan pada tahun 2007 dibentuk Kabupaten Batu
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pembentukan Kabupaten Padang Lawas. Pada tahun 2008 kembali diterbitkan
Utara pada Juli 2009 sudah menjadi 25 Kabupaten dan 8 Kota. Untuk lebih jelas,
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.1
Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten dan Kotamadya
No Kabupaten/Kota Luas (km²)
Kabupaten
1 Nias 1.842
2 Mandailing Natal 6.134
3 Tapanuli Selatan 6.031
4 Tapanuli Tengah 2.188
5 Tapanuli Utara 3.791
6 Toba Samosir 2.328
7 Labuhan Batu 2.156
8 Asahan 3.702
9 Simalungun 4.369
10 Dairi 1.927
11 Karo 2.127
12 Deli Serdang 2.241
13 Langkat 6.262
14 Nias Selatan 1.825
15 Humbang Hasundutan 2.335
16 Pakpak Bharat 1.218
17 Samosir 2.069
18 Serdang Bedagai 1.901
19 Batubara 922
20 Padang Lawas Utara 3.918
21 Padang Lawas 3.892
22 Labuhanbatu Selatan 3.596
23 Labuhanbatu Utara 3.571
24 Nias Utara 1.202
25 Nias Barat 473
Kota
71 Sibolga 41
72 Tanjung Balai 107
73 Pematang Siantar 55
74 Tebing Tinggi 31
75 Medan 265
76 Binjai 59
77 Padang Sidimpuan 114
78 Gunung Sitoli 281
Sumatera Utara 71.681
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2016
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara
beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33˚C,
sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan
sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai
15˚C.
2. Potensi Wilayah
Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan luas
penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian dan balai pelatihan kerja yang
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2 Perkembangan Jagung Provinsi Sumatera Utara
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil produksi jagung mengalami
naik-turun dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.2 Perkembangan Curah Hujan Provinsi Sumatera Utara
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Jagung
memerlukan cahaya matahari langsung untuk tumbuh dengan normal dan tempat
dengan curah hujan 250–5000 mm per tahun. Berikut dapat dilihat perkembangan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa Sumatera Utara memiliki rata rata
curah hujan 2000 mm per tahunnya. Hal ini berarti jagung dapat ditanam di
53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.3 Perkembangan Kelembapan Udara Provinsi Sumatera Utara
84
82
Kelembapan Udara (%)
80
78
76
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Dari data di atas dapat dilihat bahwa kelembapan udara Sumatera Utara
tiap tahunnya naik-turun, hal ini dikarenakan kondisi alam dan rata-rata
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.4 Perkembangan Luas Panen Jagung Provinsi Sumatera Utara
250000
200000
150000
Luas Panen (Ha)
100000
50000
0
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2000 sampai 2016 cenderung mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan konversi lahan pertanian yang subur untuk
dan infrastruktur
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Analisis Hasil Penelitian
Adapun hasil uji penyimpangan asumsi klasik pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
0
-400000 -200000 1 200001 400001
Sumber : Hasil Olahan Data Statistik (2018)
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
Hasil uji normalitas residual di atas adalah: nilai Jarque Bera sebesar
0,3042 dengan p value sebesar 0,858 dimana > 0,05 yang berarti residual
berdistribusi normal.
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas
Variance Inflation Factors
Date: 05/26/18 Time: 15:51
Sample: 1986 2016
Included observations: 31
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 3.43E+12 3375.823 NA
X1 6948.779 43.70571 1.057947
X2 4.89E+08 3247.617 1.440401
X3 0.387736 14.08116 1.461653
Sumber : Hasil Olahan Data Statistik (2018)
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari masing-masing
variabel bebas lebih kecil dari 5,00. Artinya tidak terjadi korelasi diantara variabel
3. Uji Autokorelasi
D-W test digunakan untuk mengetahui apakah dalam model terdapat auto
( ( ))
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson stat 1.045656
Sumber : Hasil Olahan Data Statistik (2018)
diperoleh nilai kritis dL dan dU dalam distribusi Durbin Watson untuk berbagai
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nilai α yaitu nilai dL = 1,229 dan dU = 1,650. Berdasarkan hasil output program
eviews diperoleh nilai D-W hitung yaitu sebesar 1.045, angka ini terletak diantara
-2 dan +2. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan, bahwa tidak terjadi
4. Uji Heteroskesdastisitas
Tabel 4.4
Uji Heteroskesdastisitas
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai p value yang
ditunjukkan dengan nilai Prob. chi square(3) pada Obs*R-Squared yaitu sebesar
0.1778. Oleh karena nilai p value 0.1778 > 0,05 maka Ho diterima atau dengan
OLS, dapat ditarik suatu bentuk model persamaan untuk Pengaruh Curah Hujan,
Kelembapan Udara, dan Luas Panen Terhadap Hasil Produksi Jagung di Sumatera
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan data telah diolah
dengan menggunakan program computer Eviews 8.1 dapat dilihat hasilnya dalam
Dari persamaan regresi pada Tabel 4.5 di atas dapat dibuat suatu
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3.4 Goodness of Fit Test (Uji Kesesuaian)
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas diperoleh Nilai R2 sebesar 0.858622. Hal ini
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Signifikan Parsial (Uji-t)
No Keterangan t-hitung Sig
1 Curah Hujan 1.443491 0.1604
2 Kelembapan Udara -4.058039 0.0004
3 Luas Panen 7.717264 0
Sumber : Hasil Olahan Data Statistik (2018)
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dibuat suatu interpretasi model yang
a. Ho : b = 0
Ha : b ≠ 0
b. α = 5% : 2 = 0,025
df = n-k = 31-3 = 28
t-hitung = 1.443491
t-tabel = 2.04841
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Kriteria pengambilan keputusan :
Kesimpulan :
< t-tabel (1.443491 < 2.04841). Dengan demikian Ho diterima (Ha ditolak).
Artinya Curah Hujan (X1) tidak berpengaruh terhadap Hasil Produksi Jagung di
a. Ho : b = 0
Ha : b ≠ 0
b. α = 5%
df = n-k = 31-3 = 28
t-hitung = -4.058039
t-tabel = 2.04841
Kesimpulan :
< t-tabel (-4.058039 < 2.04841). Dengan demikian Ho diterima (Ho ditolak).
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Luas Panen Jagung (X3)
a. Ho : b = 0
Ha : b ≠ 0
b. α = 5%
df = n-k = 31-3 = 28
t-hitung = 7.717264
t-tabel = 2.04841
Kesimpulan :
> t-tabel (7.717264 > 2.04841). Dengan demikian Ho ditolak (Ha diterima).
Artinya Luas Panen Jagung (X3) berpengaruh atau signifikan terhadap Hasil
independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Uji ini melihat
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F)
F-hitung Sig
54.65906 0
Sumber : Hasil Olahan Data Statistik (2018)
62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kriteria Pengambilan Keputusan :
a. Ho : b = 0
Ho : b ≠ 0
b. α = 5%
c. N1 = k-1 = 3-1 = 2
N2 = n-k = 31-3 = 28
d. F-hitung = 54.65906
e. F-tabel = 3,34
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis model regresi pada Tabel 4.12 dapat diketahui
bahwa F-hitung > F-tabel (54.65906 > 3,34), maka Ho ditolak (Ha diterima).
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Utara agar semakin membaik kedepannya, berdasarkan dari hasil penelitian yang
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Untuk meningkatkan hasil produksi jagung, para petani harus menyesuaikan
tempat penanaman jagung di curah hujan yang baik untuk jagung, yaitu
tempat dengan curah hujan 250–5000 mm per tahun, saran dari penulis untuk
Sumatera Utara.
tempat penanaman jagung dengan kelembapan udara yang baik untuk jagung,
yaitu 80% per tahun. saran dari penulis untuk pemerintah di Sumatera Utara
agar memberikan pengetahuan kepada para petani akan fungsi dari syarat
mendukung lahan yang lebih besar lagi untuk menanam jagung karna sudah
terlalu banyak lahan yang telah beralih fungsi bukan untuk bertani jagung.
tersebut adalah daerah yang paling banyak memberikan hasil produksi jagung
di Sumatera Utara.
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Eka, Wulani. 2013. “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi jagung di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010-2011”. USU
Ekaputri, Nindia. 2008. “ Pengaruh Luas Panen Terhadap Produksi Tanaman
Pangan dan Perkebunan di Kalimantan Timur “.
EPP.Vol.5.No.2.2008:36-43
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain,
Erlangga, Jakarta.
Helmi, Syafrizzal Situmorang dan Lufti, Muslich. 2011. Analisis Data, USU
Press, Medan.
Kadariah, 1994. Teori Ekonomi Mikro, LPFE UI, Jakarta.
Kurniati, Dewi. 2012. “Analisis Risiko Produksi dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi pada Usahatani Jagung di Kabupaten Hulu”. Vol 1, No.3.
Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
Nasution, Syahrir Hakim, dan H.B Tarmizi. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Medan:
USU Press
Salvatore, Dominick. 2006. Mikroekonomi Edisi Empat. New York: McGraw-
Hill, Inc
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi, dengan Pokok Bhasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta : Rajawali Press.
________. 2005. Agroindustri Dalam Perspekstif Sosial Ekonomi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Makro. Jakarta : Raja Grapindo Persada.
________. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sinaga, Murbanto. 2018. Teori Ekonomi Mikro. Medan : USU Press
Sumatera Utara Dalam Angka. Sumatera Utara, Berbagai Tahun Terbitan : BPS
Purwanto, Siwi. 2016. “Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam
Peningkatan Produksi Jagung”. Jakarta
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
http://mahasiswanulis.blogspot.co.id/2011/10/syarat-tumbuh-tanaman.html
diakses pada 23 April 2018
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/515-
budidaya-tanaman-jagung-manis diakses pada 23 April 2018
67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1
Data Hasil Produksi Jagung (Y), Curah Hujan (X1), Luas Panen (X2),
Kelembapan Udara (X3) Di Sumatera Utara
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2
Hasil Regresi
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/11/18 Time: 17:34
Sample: 1986 2016
Included observations: 31
Lampiran 3
Hasil Uji Normalitas
8
Series: Residuals
7 Sample 1986 2016
Observations 31
6
Mean -7.89e-10
5 Median 3561.225
Maximum 393696.7
4 Minimum -396565.7
Std. Dev. 168359.6
3 Skewness -0.158643
Kurtosis 3.367225
2
Jarque-Bera 0.304219
1 Probability 0.858894
0
-400000 -200000 1 200001 400001
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
Hasil Uji Multikolinieritas
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA