Anda di halaman 1dari 14

EFEK KEHILANGAN GIGI KANISNUS SULUNG PADA STABILITAS GARIS

MEDIAN GIGI PERMANEN RAHANG BAWAH

ABSTRAK
Tujuan: tujuan penelitian ini untuk membandingan perubahan posisi garis median
rahang bawah setelah kehilangan gigi kaninus sulung unilateral secara prematur
dengan posisi garis median rahang bawah setelah tanggalnya gigi kaninus sulung
secara normal.
Metode: model gigi diidentifikasi dari penelitian pertumbuhan di Universitas Iowa
dan Universitas Toronto. Dua kelompok model gigi yang diidentifikasi: (1) hilangnya
gigi kaninus pada satu sisi secara prematur, (2) tanggalnya gigi kaninus sulung pada
satu sisi secara normal. Bagian pertama dari model gigi menunjukkan hilangnya gigi
kaninus pada satu sisi (waktu satu) dan bagian kedua dari model gigi menunjukkan
sudah lengkapnya seluruh gigi permanen. Rugae palatina dan raphe palatina
digunakan untuk membentuk garis median pada bidang palatina (MPP). Posisi garis
median pada waktu kesatu dan kedua diukur dari MPP.
Hasil: total 56 kasus teridentifikasi. Rata-rata perubahan posisi garis median rahang
bawah dari waktu kesatu ke waktu kedua pada kelompok (1) dan (2) masing-masing
1.32±0.83 mm dan 0.97±0.91. Perbedaan ini tidak signifikan menurut kelompok
(p=0.62), jenis kelamin (p=0.91), atau efek interaksi dari kelompok dan jenis kelamin
(p=0.85)
Kesimpulan: tidak terdapat peebedaan yang signifikan dari posisi garis median antara
15 orang dengan kehilangin gigi kaninus secara prematur dan 41 orang dengan
kehilangan gigi kaninus secara normal.
Kata kunci: anak, gigi kaninus, garis median gigi, tanggal gigi, gigi sulung.

PENDAHULUAN
Penelitian sebelumnya telah mencatat bahwa berjejalnya gigi insisivus rahang
bawah dapat menjadi tahap perkembangan yang normal, meskipun persentase dan
tingkat keparahan dari gigi berjejal tersebut tidak bisa sepenuhnya dapat ditentukan
sebelum gigi insisivus lateral erupsi.
Berbagai faktor yang memengaruhi erupsi dan kesejajaran dari insisivus rahang
bawah. Beberapa faktor yang termasuk faktor dental, seperti ruang interdental, jarak
dan perubahan antar gigi kaninus, perubahan perimeter (batas luar/keliling) lengkung
rahang, rasio ukuran antara gigi suling dan permanen. Faktor lain seperti kebiasaan
menghisap dan ketidakseimbangan otot yang dapat mengubah posisi gigi rahang
bawah.
Pada kasus ketika perimeter (batas luar/keliling) lengkung rahang dan jarak antar
kaninus yang tidak adekuat, mungkin dapat menyebabkan kekurangan ruang
mesiodistal dari erupsi gigi permanen rahang bawah. Ekstraksi gigi kaninus sulung
dalam menanggulangi gigi berjejal dapat memiliki hasil yang bervariasi. Sayin dan
Turkkahraman mengamati dua kelompok dengan jarak gigi berjejal lebih atau kurang
dari 1.6mm pada gigi insisivus rahang bawah (lebar gigi insisivus dibandingkan
dengan ruangan yang tersedia antara permukaan mesial gigi kaninus sulung); mereka
menemukan bahwa dengan perawatan ekstraksi gigi anterior retruded (lebih posterior)
di rahang bawah, tetapi tidak mempengaruhi panjang atau lebar lengkung rahang
dibandingkan dengan kelompok gigi yang tidak diekstraksi. Dalan penelitian yang
berbeda, sampel anak-anak yang memiliki lebih dari 6mm ruang gigi berjejal,
sebagaimana ditentukan oleh indeks Little's irregularity, secara acak diberikan
perawatan ekstraksi atau tanpa ekstraksi pada gigi kaninus sulung. Kelompok
ekstraksi kehilangan lengkungan rahang lebih panjang dan memiliki gigi insisivus
yang berjejal sedikit, tetapi perubahan inklinasi gigi insisivus rahang bawahnya sama
(baik itu yang diekstraksi maupun tidak). Kedua penelitian ini memiliki beberapa
jenis subjek yang tumpang tindih tetapi perubahan yang berbeda.
Sebagai kemungkinan lain, gigi insisivus permanen yang mungkin dihalangi oleh
gigi kaninus sulung, dapat menyebabkan resorpsi permukaan mesial akar gigi kaninus
sulung. Erupsi ektopik dari gigi insisivus lateral permanen ini dapat menyebabkan
kehilangan unilateral atau bilateral gigi kaninus sulung secara prematur. Kehilangan
gigi kaninus sebelum waktunya tidak terbatas pada kasus ektopik dari gigi insisivus
lateral. Karies, trauma, dan ekstraksi juga dapat menyebabkan kehilangan gigi
kaninus sulung lebih awal.
Terlepas dari bagaimana gigi itu hilang, kehilangan gigi kaninus rahang bawah
secara prematur dan kebutuhan untuk perawatannya telah menjadi topik perdebatan
selama bertahun-tahun. Beberapa orang, telah diterima sebagai fakta bahwa hilangnya
gigi kaninus sulung mengarah ke pergeseran garis median.
Beberapa penelitian dan buku bacaan pediatrik serta ortodontik membahas
berkenaan gigi insisivus rahang bawah yang berjejal dan perawatan pada rahang
bawah yang terjadi pergeseran garis median di awal gigi campuran. Kebanyakan
merekomendasikan perawatan interseptif untuk gigi berjejal agar dapat
meminimalkan atau memperbaiki pergeseran garis median tersebut. Sementara ini
menarik bagi praktisi dan orang tua, ada sedikit bukti untuk mendukung rekomendasi
ini.
Umumnya perawatan yang disarankan adalah pengangkatan/pencabutan gigi
kaninus sulung kontralateral (lawan). Gianelly menyatakan bahwa
penangkatan/pencabutan gigi kaninus dan penempatan lengkung lingual (lingual
arch) yang berlawanan akan mengontrol untuk kesimetrisan dan panjang lengkung
rahang. Penelitian lainnya seperti McDonald dan Avery, percaya ekstraksi dari gigi
kaninus sulung kontralateral (lawan) akan memperbaiki penyimpangan garis median.
Foley dan Wright telah menciptakan berbagai pilihan perawatan berdasarkan jumlah
gigi berjejal yang ada Namun, penting untuk menyadari bahwa ekstraksi gigi dapat
memecahkan satu masalah saat menciptakan masalah lain.
Meskipun dukungan umum dari ekstraksi gigi kaninus sulung kontralateral
sebagai standar perawatan, ada juga perspektif lain. Gellin menegaskan bahwa gigi
insisivus dan kaninus sulung diperlukan untuk proses pertumbuhan alveolar dan
peningkatan lebar ruang interkaninus (antar kaninus). Hollander dan Full melakukan
peninjauan ulang literatur dan percaya bahwa garis median gigi memiliki kemampuan
untuk mengoreksi diri sendiri, meskipun mereka tidak mengutip penelitian
pendukung. Lee berpendapat bahwa gigi kaninus sulung bertindak sebagai
proprioceptors untuk erupsinya gigi insisivus lateral permanen dan penting untuk
ukuran bentuk lengkung rahang yang optimal.
Evaluasi garis median gigi. Posisi garis median gigi memainkan peran penting
dalam perencanaan perawatan untuk dokter pedodontis dan ortodontis. Adanya
perbedaan garis median gigi telah didokumentasikan dalam 75 persen populasi dan
dikutip sebagai penyebab umum untuk menyelesaikan perawatan ortodontik yang
kurang ideal. Perbedaan garis median (garis median rahang atas atau rahang bawah
dari garis median wajah) jauh lebih banyak terjadi pada lengkungan rahang bawah.
Meskipun banyak faktor berperan dalam penentuan keputusan perawatan, salah
satu yang lebih penting adalah tingkat penyimpangan rahang (deviasi). Jerrold
menyatakan bahwa perbedaan garis median dapat dianggap sangat ringan ketika
berada dalam kisaran satu hingga dua mm. Kasus-kasus ini sering dapat diatur tanpa
menimbulkan masalah fungsional, dengan memiringkan (memberi gaya tipping) gigi
anterior atau dengan reduksi interproksimal.
Beyer dan Lindauer mengevaluasi bagaimana perbedaan antara garis median gigi
rahang atas dan garis median wajah mempengaruhi estetika. Studi mereka
mengevaluasi toleransi ketidaksesuaian garis median oleh dokter gigi umum,
ortodontis, pasien, dan orang tua pasien. Para penulis menentukan bahwa
penyimpangan garis median 2,2±1,5 mm adalah ambang estetika untuk
penyimpangan (deviasi) garis median rahang yang dapat diterima. Ker et al.
melakukan penelitian serupa, hanya dari perspektif orang awam, dan menemukan
penyimpangan garis median rahang bawah dari garis median rahang atas yang
diterima secara estetis adalah 2.1mm.
Terlepas dari pendapat yang berbeda, literatur tampaknya setuju bahwa
perbedaan garis median gigi kurang dari 2 mm tidak signifikan secara estetis atau
klinis dan dapat dikelola tanpa risiko menciptakan masalah fungsional.
Analisis model gigi. Penggunaan model gigi dalam penelitian longitudinal telah
diselidiki secara menyeluruh. Model gigi diperoleh dalam banyak studi pertumbuhan,
tetapi penggunaannya dalam analisis longitudinal terhambat oleh kurangnya landmark
yang stabil. Salah satu laporan pertama landmark yang stabil berasal dari tahun 1955,
ketika Lysell menyarankan rugae palatal mungkin berfungsi sebagai landmark yang
cocok untuk identifikasi paternitas. Dua Universitas Noth Carolina studi
mengevaluasi stabilitas palatal rugae sebagai landmark untuk analisis model gigi.
Studi ini secara khusus membandingkan kasus ekstraksi dengan tanpa ekstraksi dan
efek dari headgear dan peralatan fungsional pada stabilitas rugae. Studi menunjukkan
bahwa perubahan signifikan dapat diharapkan pada titik lateral rugae sedangkan poin
titik median rugae palatum ketiga merupakan landmark paling stabil untuk konstruksi
referensi anatomis dalam analisis model longitudinal.
Usia gigi versus usia kronologis. Grafik estimasi usia gigi telah digunakan selama
beberapa dekade dalam ilmu forensik dan kedokteran gigi untuk memperkirakan usia
dan kematangan individu usia kronologis yang tidak diketahui. Moorrees dan Chadha
pertama kali meninjau literatur yang tersedia mengenai perkembangan gigi
dibandingkan usia kronologis. Mereka melaporkan bahwa menggunakan usia
kronologis menipu karena individu yang berumur dan terlambat dewasa. Sangat
penting untuk memasukkan usia gigi dalam analisis dinamika perkembangan gigi.
Latar belakang dan signifikansi. Setiap hari dokter gigi anak menemukan gigi
insisivus rahang bawah berjejal pada awal gigi campuran. Meskipun presentase harian
dan beberapa pendapat yang berlaku, sangat sedikit data yang tersedia mengenai
perubahan posisi garis median gigi dari waktu ke waktu. Pertanyaan-pertanyaan
penting tetap ada. Apakah garis median berubah jika satu gigi kaninus sulung rahang
bawah hilang secara prematur (sebelum waktunya)? Apakah garis median berubah
seiring waktu ketika gigi permanen erupsi dan gerakan kembali ke garis median wajah
atau apakah garis median terus bergerak menjauh dari garis median wajah? Apakah
perubahan cukup signifikan untuk memengaruhi kebutuhan perawatan ortodontik
masa depan atau estetik? Apakah perubahan dipengaruhi oleh variabel, seperti usia
kronologis atau gigi pada saat gigi tanggal, dengan gigi berkerut? Meskipun ada
penelitian yang menggambarkan perkembangan gigi berjejal dari waktu ke waktu,
tidak ada yang melihat perubahan garis median gigi bawah dari waktu ke waktu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan perubahan kuantitatif
pada posisi garis median gigi rahang bawah untuk sampel model gigi dari waktu ke
waktu setelah kehilangan unilateral gigi kaninus sulung baik secara prematur atau
dalam batas normal. Dengan mengidentifikasi perubahan rata-rata di garis median
gigi, penelitian ini dapat memberikan panduan untuk perencanaan perawatan.

METODE
Proyek ini dibebaskan dari tinjauan oleh Institutional Review Board (no. IRB16-
00284) di Nationwide Children's Hospital, Columbus, Ohio, karena tidak sesuai
dengan definisi subyek penelitian manusia di bawah CFR 45 bagian 46 atau CFP 21
bagian 50. Model gigi dan catatan pengobatan diperoleh dari studi pertumbuhan yang
dilakukan di University of Iowa dan University of Toronto.
Dua jenis model gigi diidentifikasi. Kelompok pertama termasuk model gigi
dengan prematur (lebih dari satu tahun sebelum kehilangan gigi kontralateral)
kehilangan satu sisi gigi kaninus sulung. Kelompok kedua termasuk model gigi
dengan hilangnya gigi kaninus sulung karena tanggal dalamwaktu yang normal tetapi
asimetris (kurang dari satu tahun sebelum erupsi gigi kontralateral). Kriteria inklusi
adalah: model gigi yang menunjukkan hilangnya satu gigi kaninus; tidak ada model
tahunan yang hilang antara hilangnya taring pertama dan kontralateral; model gigi
yang memperlihatkan gigi permanen penuh tidak ada perawatan ortodontik dan tidak
ada space maintenance untuk gigi kaninus yang hilang (band and loop dari gigi
insisivus lateral atau lower holding arch untuk mendorong gigi insisivus lateral); tidak
ada celah; dan tidak ada gigitan bersilang, dan juga tidak ada bukti atau dokumentasi
yang menunjukkan adanya pergeseran fungsional dalam salah satu kasus.
Dua periode waktu dievaluasi. Waktu pertama adalah hilangnya satu gigi kaninus
sulung. Waktu dua adalah erupsi lengkap dari semua premolar permanen. Setiap set
model diamati dengan cara standar menggunakan 3Shape TRIOS (3Shape Trios A / S,
Copenhagen, Denmark) pengamat intraoral (intraoral scanner). Pengamat intraoral
TRIOS terbukti memiliki keseimbangan kecepatan dan akurasi terbaik dalam tinjauan
2016 dari tujuh scannee digital. Pengamatan dikonversi ke gambar tiga dimensi, dan
analisis data diselesaikan menggunakan poin digital dalam perangkat lunak 3Shape
OrthoAnalyzer (3Shape A / S, Copenhagen, Denmark) Perangkat lunak 2015.
Perangkat lunak ini telah digunakan dalam penelitian sebelumnya dan cukup meniru
secara memadai pengukuran yang diambil secara manual dari model plasters gigi.
Titik-titik median rugae palatal ketiga dan raphe palatal digunakan sebagai
penanda untuk pengukuran garis median awal. Sebuah bidang palatal median (MPP)
dibangun pada masing-masing model rahang atas menggunakan tiga titik: RFl; RF2;
dan RF3. Titik landmark RF1 terletak pada raphe palatal median yang berdekatan
dengan titik median dari rugae palatal kedua kanan. Titik RF2 dan RF3 ditempatkan
di median raphe palatal posterior ke RF1. MPP dibuat dengan memasukkan bidang
tiga dimensi yang memotong semua titik RF (Gambar 1). Sebuah garis tegak lurus
dari MPP ditarik ke titik medial kanan (RP3) dan kiri (LP3) dari rugae palatal ketiga,
sebagai titik medial rugae palatal ketiga yang telah terbukti lebih stabil daripada rugae
pertama dan kedua. Pengukuran ini digunakan untuk mengkonfirmasi posisi MPP
pada semua model gigi masing-masing kasus. Posisi garis median gigi rahang bawah
ditentukan dari tanda-tanda tersebut dengan mengukur jarak titik tengah-
interproksimal dari insisivus sentral rahang bawah ke MPP. Posisi garis median gigi
rahang atas juga diukur dari MPP. Singkatnya, pengukurannya dibuat sebagai berikut:
kanan dan kiri rugae palatal ketiga ke MPP; MPP ke garis median gigi rahang atas;
dan garis median gigi rahang bawah ke MPP Semua pengukuran dilakukan oleh
penguji tunggal.

Gambar 1. Landmark model gigi. LP3: Titik median dari rugae palatal ketiga bagian
kiri yang tegak lurus ke MPP. MPP: bidang median palatal. RF1: titik pada median
raphe palatal berdekatan ke titik median dari titik rugae palatal kedua bagian kanan.
RF2: titik pada median raphe palatal bagian distal ke RF1. RF3: titik pada median
raphe palatal bagian distal ke RF2. RP3: titik median dari rugae palatal ketiga bagian
kanan yang tegak lurus ke MPP.
Untuk menentukan reliabilitas, semua pengukuran dari subset acak dari (10 dari
56) cetakan diulang setidaknya dua minggu kemudian. Setelah reabilitas ditetapkan,
perubahan garis median gigi dievaluasi untuk setiap set model gigi. Pertama,
penentuan untuk melihat adanya pergerserah garis median dari waktu satu ke waktu
dua. Kedua, penentuan dibuat untuk mengevaluasi besarnya pergeseran garis median
dari waktu satu ke waktu dua. Ketiga, arah pergeseran garis median dievaluasi dan
dicatat baik bergerak mendekat atau menjauh dari kaninus yang hilang. Terakhir,
penyimpangan garis median gigi rahang atas dan rahang bawah untuk waktu satu dan
waktu dua (MXMNMID1 dan MXMNMID2, masing-masing) tercatat untuk semua
kasus. Data lain yang tercatat disertakan: waktu yang berlalu antara periode waktu
satu dan kedua (DTIME); usia gigi pada saat gigi tanggal (ditentukan untuk setiap
kasus menggunakan Atlas London tentang pertumbuhan dan erupsi gigi; sebuah
DAGE); ras; jenis kelamin; kelompok studi pertumbuhan (Iowa vs Toronto); jumlah
gigi berjejal (total lengkungan rahang yang ditentukan dari analisis ruang Tanaka-
Johnston (TJ), dan analisis ruang langsung menggunakan semua gigi erupsi
permanen.
Kasus yang dipilih dari masing-masing studi pertumbuhan awal yang memenuhi
kriteria inklusi untuk penelitian ini diberi nomor pengenal yang terpisah dari sistem
identifikasi yang digunakan oleh studi pertumbuhan tahap awal. Sebuah file excel
elektronik yang disimpan dalam komputer yang dilindungi sandi sepanjang durasi
penelitian.
Analisis statistik dan penentuan ukuran sampel. Sebuah analisis daya pasca hoc
dengan ukuran efek 1,15 (yaitu, perbedaan deviasi garis median 1 mm), risiko alpha
tidak langsung 0,05, dan ukuran sampel 15 dari 41 menghasilkan kekuatan 0,96.
Perkiraan perhitungan daya dilakukan untuk perbedaan garis median antar kelompok
(yaitu, waktu satu ke waktu dua). Ukuran efek 1,15 diperoleh dengan membagi satu
mm dengan standar deviasi gabungan dari dua kelompok. Kami melakukan ini untuk
mendapatkan perkiraan kekuatan jika perbedaan yang diamati antara kelompok-
kelompok itu adalah satu mm, bukan perbedaan nyata 0,35 mm.
Antar kelompok (kehilangan unilateral prematur versus kehilangan asimetris
normal) analisis usia, usia gigi, waktu, dan penyimpangan rahang atas/rahang bawah
dibuat dengan menggunakan uji secara acak. Garis median gigi rahang bawah dinilai
menggunakan analisis campuran dua arah dari variasi dengan kelompok (kehilangan
unilateral prematur versus kehilangan asimetris normal) dan jenis kelamin sebagai
variabel independen. Deviasi rahang atas / rahang bawah dan model awal (Iowa,
Ontario) dimasukkan sebagai variabel acak. Analisis serupa dilakukan untuk garis
median gigi rahang atas.
Pengukuran reliabilias pemeriksaan intraoral diselesaikan menggunakan koefisien
korelasi antar kelas (ICC) dan interval kepercayaan 95 persen (95% CI). Koefisien
korelasi Pearson digunakan untuk menghubungkan pergeseran garis median rahang
bawah ke hasil analisis ruang.
Analisis langsung dari ukuran gigi / panjang lengkung dihitung untuk kedua
kelompok menggunakan model gigi yang menampilkan gigi permanen penuh.
Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk menghubungkan total panjang lengkung
ke pergeseran garis median rahang bawah.
Semua analisis statistik dilakukan menggunakan perangkat lunak SAS / STAT,
versi 9.4 dari Sistem SAS untuk platform X64_7PRO, Cary N.C.; Amerika Serikat.

HASIL
Sebanyak 67 kasus dengan kehilangan gigi kaninus sulung unilateral
diidentifikasi dari dua studi (31 Iowa, 36 Toronto). Sebelas kasus dihilangkan karena
jumlah model gigi yang tidak mencukupi, perawatan ortodontik, dan / atau perawatan
space maintenance (loop band atau holding arch dengan mendorong gigi insisivus
lateral). Dari 56 kasus yang memenuhi semua kriteria inklusi, 15 diberi label
kehilangan prematur dan 41 diberi label sebagai kehilangan normal.
Pemeriksa mendemonstrasikan reliabilitas pemeriksaan intraoral yang baik,
dengan skor ICC 0,71 (95% CI sama dengan 0,25 ke 0,91) menjadi 0,97 (95% CI
sama dengan 0,71 ke 0,97). Perbandingan antar-kelompok menunjukkan perbedaan
yang signifikan secara statistik untuk usia kronologis rata-rata (P=0,001; Tabel 1),
usia gigi (P=<0,001; Tabel 1), gigi berjejal (P=0,001; Tabel 1), analisis ruang Tanaka
Johnston (P=0,001 ; Tabel 1) dan waktu yang berlalu antara waktu satu dan waktu dua
(P=0,001, data tidak ditampilkan) Kelompok kehilangan prematur tidak berbeda
secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kehilangan asimetris normal untuk
penyimpangan MXMNMID pada waktu pertama (P=0,11) atau waktu dua (P=0,09;
Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata variabel antar kelompok (kehilangan kaninus prematur vs normal)


Rata- Quartile
Variabel Kelompok N Median Min Maks P-value
rata±SD range
Prematur 15 7.97±0.90 8.00 1.50 6.50 10.00
Umur 0.001
Normal 41 9.02±0.99 9.00 1.50 7.00 11.50
L 8 (53)
Prematur
Jenis P 7 (47)
0.0636
kelamin L 11 (27)
Normal
P 30 (73)
Prematur 15 8.30±0.78 8.50 1.00 7.50 9.50
Umur gigi <0.001
Normal 41 9.87±1.12 9.50 7.50 7.50 11.50
Pergeseran Prematur 15 1.53±1.44 1.06 2.46 0.00 4.26
RA/RB 0.11
Normal 41 1.00±0.93 0.71 1.14 0.04 3.49
waktu 1
Pergeseran Prematur 15 1.27±0.93 1.13 1.67 0.05 2.96
RA/RB 0.09
Normal 41 0.83±0.82 0.53 0.96 0.01 3.66
waktu 2
Analisis
ruang Prematur 13 0.36±2.50 0.50 4.12 -4.16 3.81
0.001
Tanaka
Johnson Normal 39 3.43±2.68 3.67 3.40 -2.01 8.41

Rata-rata perubahan garis median gigi rahang bawah relatif terhadap MPP dari
kehilangan gigi kaninus sulung (waktu satu) ke gigi permanen penuh (waktu dua)
untuk kelompok kehilangan prematur dan normal masing-masing adalah 1,32±0,83
mm dan 0,97±0,91 mm (Tabel 2, Gambar 2). Perbedaan ini tidak signifikan secara
statistik untuk kelompok (P=0,62), jenis kelamin (P=0,91), atau efek interaksi antara
kelompok dan jenis kelamin (P=0,85). Perubahan garis median gigi rahang atas rata-
rata relatif terhadap MPP dari hilangnya gigi kaninus sulung (waktu satu) ke gigi
permanen penuh (waktu kedua) untuk kelompok kehilangam gigi kanunis sulung
prematur dengan normal masing-masing adalah 0.62±0.46 mm dan 0.49±0.43 mm.
Perbedaan ini tidak signifikan secara statistik untuk kelompok (P=0.14), jenis kelamin
( p= 0.14), atau interaksi antara kelompok dan jenis kelamin (P=0.55).
Tidak terdapat korelasi antara besarnya pergeseran garis median dan hasil analisis
ruang Tanaka-Johnson (r=0,05, p= 0,77; data tidak ditampilkan). Dan juga tidak
terdapat korelasi antara pengukuran ruang langsung/panjang lengkung yang tersedia
dan pergeseran garis median rahang bawah untuk kedua kelompok (awal: r=0,19, p =
0,58; kemudian: r = -0,08, P = 0,66).
Tabel 2. Pergeseran garis median gigi (mm) secara relatif ke MPP dari waktu satu ke
waktu dua.
Garis Quartile
Kelompok N Rata-rata±SD Median Min Maks P-value
median range
Rahang Permatur 15 1.32±0.83 1.42 1.22 0.07 2.61
0.62
bawah Normal 41 0.97±0.91 0.62 1.20 0.01 4.33
Rahang Prematur 15 0.62±0.46 0.53 0.64 0.10 1.69
0.30
Atas Normal 41 0.49±0.43 0.43 0.51 0.00 2.30

Gambar 2. Perbandingan dari pergeseran garis median gigi rahang bawah dari waktu satu ke
waktu dua

DISKUSI
Memahami perkembangan pergeseran garis median gigi dapat menghasilkan
pemahaman yang berharga tentang kebutuhan potensial untuk intervensi dini. Laporan
dan studi sebelumnya telah membahas topik pergeseran garis median, tetapi sejauh
pengetahuan peneliti, tidak ada yang mencoba untuk mengukurnya, di luar laporan
kasus. Penelitian ini berusaha untuk memahami satu variabel yang memengaruhi
pergeresan garis median akibat hilangnya gigi kaninus sulung rahang bawah dan
apakah waktu kehilangan mempengaruhi besarnya pergeseran.
Rata-rata pergeseran garis median gigi rahang bawah dan rahang atas dihitung
sebagai pergeseran mutlak dari waktu satu ke waktu satu. Besarnya pergeseran garis
median untuk kedua kelompok secara tak terduga kecil. Distribusi kelompok adalah
26,8 persen (n=15) kehilangan gigi kaninus unilateral prematur dan 73,2 persen
(n=41) kehilangan gigi normal asimetris. Distribusi jenis kelamin dari penelitian ini
adalah 33,9 persen pria (n=19) dan 66,1 persen wanita (n=37). Meskipun perbedaan
besar dalam ukuran yang sama, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa nilai dua
kelompok (P=0,62), jenis kelamin (P=0,91), atau interaksi antara kelompok dan jenis
kelamin (P=0,85) mempengaruhi perubahan pada garis median gigi rahang bawah
dari waktu satu ke waktu dua. Ukuran efek 1,15 (yaitu, hampir 1 mm) dipilih, karena
memberikan studi kekuatan yang sangat tinggi (0,96) untuk mendeteksi perbedaan
sekecil 1 mm. Meskipun peneliti tidak memiliki kekuatan untuk mendeteksi
perbedaan kurang dari 1 mm, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
penyimpangan garis median signifikan secara tidak estetis atau klinis sampai
penyimpangannya dua mm atau lebih besar. Oleh karena itu, ketidakmampuan untuk
membedakan perbedaan antara kelompok kurang dari 1 mm tidak relevan.
Pengambilan keputusan klinis tentang perbedaan kurang dari 1 mm tidak akan
mengubah pendekatan pengobatan dengan cara yang berarti. Median untuk setiap
kelompok perbedaan garis median juga jauh di bawah 2 mm untuk dinilai secara
klinis dan estetis.
Realiabilitas pemeriksa intraoral yang baik, meskipun ada perbedaan dalam
interval kepercayaan antara pengukuran reproduktifitas pertama dan kedua. Perbedaan
variabilitas dari interval kepercayaan mungkin merupakan hasil dari pengalaman.
Perlu dicatat bahwa meskipun penelitian sebelumnya melaporkan bahwa
penyimpangan garis median gigi menjadi masalah estetika dan klinis yang signifikan
setelah mereka melampaui ambang dua mm, jelas ada pengecualian dari
aturan/pedoman (yaitu, kasus dengan garis median gigi yang sejajar bersamaam
demgan garis median wajah oleh lebih dari dua mm).
Untuk mengatasi masalah ini, garis median rahang atas dan rahang bawah relatif
terhadap MPP dihitung pada waktu satu dan waktu dua. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok, dan besarnya penyimpangan dari MPP sekitar 0,5 mm
pada lengkung rahang atas dan 1 mm di lengkungan rahang bawah.
Tujuh variabel tambahan dibandingkan antara kedua kelompok: usia kronologis
pada waktu satu; usia gigi pada waktu satu; waktu berlalu antara waktu satu dan
waktu dua; Analisis ruang Tanaka-Johnson pada waktu satu; dan deviasi garis median
gigi rahang atas/rahang bawah pada waktu satu dan waktu dua. Usia kronologis rata-
rata untuk kelompok kehilangan prematur dan normal, usia gigi rata-rata, dan waktu
rata-rata yang berlalu antara waktu satu dan waktu dua berbeda untuk data
longitudinal yang dikumpulkan selama sekitar dua tahun. Hasil rata-rata dan median
analisis ruang menunjukkan kedua kelompok memiliki ruang yang cukup, tetapi
secara signifikan lebih banyak ruang di kelompok kehilangan asimetris yang
terlambat. Gigi berjejal sementara mungkin memiliki perbedaan dalam kehilangan
gigi yang terjadi daripada gigi berjejal keseluruhan. Selanjutnya, tidak ada korelasi
antara hasil analisis ruang dan jumlah pergeseran garis median.
Rata-rata penyimpangan garis median rahang atas atau rahang bawah pada
masing-masing kelompok prematur dan normal pada waktu satu adalah 1,53±1,44
mm dan 1,00±0,93 mm (P=0,11). Rata-rata penyimpangan garis median gigi pada
waktu dua pada masing-masing kelompok adalah 1,27±0,93 mm dan 0,83±0,82 mm
(P=0,09). Variabel penyimpangan garis median gigi rahang atas / rahang bawah
dimasukkan untuk memperhitungkan kemungkinan penyimpangan garis median gigi
yang tidak dicatat dengan hanya membandingkan garis median gigi rahang bawah ke
MPP. Garis median gigi rahang atas yang berpotensi tidak stabil dan MPP statis
menyediakan dua titik referensi terpisah untuk perbandingan garis median gigi rahang
bawah. Inklusi ini signifikan, karena mengurangi dampak potensial dari perubahan
oklusi sebagai variabel pengganggu. Dimasukkannya perbandingan garis median gigi
rahang atas / rahang bawah juga memungkinkan titik referensi bagi mereka yang tidak
nyaman atau akrab dengan MPP dan validitasnya sebagai titik referensi yang stabil.
Rata-rata pergeseran garis median gigi rahang atas dari MPP juga dimasukkan untuk
memberikan dukungan terhadap penyimpangan garis median gigi rahang atas / rahang
bawah sebagai titik referensi yang stabil.
Menariknya 40 dari 56 kasus (71.4%) menunjukkan pergerserah garis median
dari sisi yang mengalami kehilangan gigi kaninus sulung secara prematur. Hal ini
bertentangan dengan pemikiran saat ini tentang kehilangan gigi kaninus sulung secara
prematur. Satu penjelasan yang mungkin tentang arah pergeseran adalah adanya
pergeseran garis median yang terjadi sebelum pengumpulan data untuk penelitian ini.
Karena model diperoleh pada interval tertentu dan tidak ketika gigi kaninus sulung
pertama hilang, harus ada interval waktu antara hilangnya gigi kaninus sulung dan
penetapan studi pertumbuhan pada pasien (waktu satu). Jika pergeseran memang
terjadi, apakah pergeseran terjadi pada satu waktu atau apakah garis median terus
bergeser mirip dengan kehilangan ruang yang terjadi dengan hilangnya gigi molar
pertama? Mungkinkah sebagian besar pergeseran garis median terjadi dengan cepat
dan kemudian melambat (sebagian besar gerakan terjadi selama beberapa bulan
pertama), seperti halnya hilangnya gigi molar pertama permanen pada rahang atas? Ini
adalah pertanyaan yang tidak dapat kami jawab. Namun, berdasarkan pengalaman
klinis, kita harus mengasumsikan bahwa beberapa pergeseran mungkin terjadi selama
waktu tersebut. Asumsi ini berarti waktu pengukuran satu garis median kami tidak
termasuk pergeseran garis median awal baik itu menuju ke arah atau menjauhi gigi
kaninus sulung yang tanggal. Penelitian kami menunjukkan pengukuran pergeseran
garis median pada waktu satu ke waktu dua kecuali pergeseran garis median awal.
Jika pergeresan garis median awal terjadi bersamaan, besarnya pergeseran ini
mungkin menjadi kecil dan secara klinis tidak signifikan terlihat. Meskipun
ketidakmampuan untuk mencatat data tersebut, hal itu tidak mungkin akan secara
signifikan mengubah hasil penelitian, dan mendukung intervensi klinis. Kemungkinan
besar dimasukkannya data yang hilang ini akan lebih mendukung hipotesis bahwa
secara keseluruhan terjadi sedikir pergeseran garis median dan perawatan harus
dibatasi oleh space maintenance pada waktu yg tepat dan / atau dilakukan observasi.
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah subyek yang relatif rendah pada
kelompok kehilangan gigi kaninus secara prematur (15). Meskipun kami lebih
menyukai desain yang lebih seimbang, set data menghasilkan ukuran set yang tidak
sama. Ini sangat disayangkan tetapi tidak dapat dihindari.
Beberapa mungkin berpendapat bahwa memiliki data sebelum kehilangan gigi
bisa membuat penelitian ini lebih kuat. Tetapi hal tersebit tidak memungkinkan. Garis
median rahang atas kemungkinan besar dekat dengan bidang MPP. Pada penelitian ini
garis median rahang atas ke bidang MPP menunjukkan sekitar 0,5 mm perbedaan dari
bidang MPP (Tabel 2), yang menegaskan temuan sebelumnya. Jika seseorang
berpendapat bahwa data penelitian ini secara dramatis kehilangan perubahan tahap
awal pada garis mediannya, maka hal itu harus dikurangi dengan langkah-langkah
yang dramatis yaitu bergerak menjauh dari MMP dan kemudian kembali ke dalam
periode waktu tidak terdokumentasi. Jika itu kasusnya maka sedikit kesimpulan yang
kami dapat, jika ada intervensi masih dapat dibenarkan, karena masalahnya hal
tersebut adalah mengoreksi diri. Di sisi lain, itu tampaknya menjadi masalah yang
relatif kecil, seperti yang kami dokumentasikan.
Akhirnya, rentang perubahan harus ditangani. Ada kemungkinan bahwa besarnya
beberapa perubahan dalam kelompok kehilangan gigi kaninus sulung secara prematur
ditutupi dengan menggunakan ukuran tendensi sentral. Hal tersebut tidak mungkin.
Kelompok kehilangan gigi kaninus sulung secara normal memiliki kisaran 166 persen
lebih besar daripada kelompok kehilangan prematur. Rentang yang lebih besar
kemungkinannya karena terjadi gigi berjejal pada akhir transisi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Posisi garis median gigi rahang bawah setelah terjadi kehilangan gigi kaninus
satu sisi secara prematur pada 15 pasien tidak terdapat perubahan yang signifikan
dibandingkam dengan 41 pasien kelompok kontrol (normal).
2. Data penelitian ini yang menunjukkan teori jangka panjang tentang
penyimpangan (deviasi) garis median yang signifikan dan akan terus terjadi serta
berlanjut hingga periode gigi permanen setelah tanggalnya gigi kaninus sulung,
mungkin tidak akurat.
3. Perubahan nominal pada posisi garis median dari waktu ke waktu dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak setiap pasien dengan kehilangan gigi
kaninus sulung secara prematur prematur akan memerlukan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai