Anda di halaman 1dari 30

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaringan Periodontal
1. Definisi jaringan periodontal
Tentunya kita semua tahu bahwa gigi tegak di dalam mulut di atas
gusi (yang atas dibawah gusi) adalah karena tertanam akar nya di dalam
tulang rahang. Dengan demikian bila seluruh gigi dicabut maka akan
tampak cekungan-cekungan didalam tulang rahang tersebut
(Machfoedz,2005).
Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian
dapat menukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Jaringan
periodontal terdiri atas gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal
dan sementum. Sementum termasuk dalam jaringan periodontal, karena
sementum bersama-sama dengan tulang alveolar merupakan tempat
tertanamnya serat-serat utaa ligamentum periodontal. Setiap jaringan
memainkan peran yang penting dalam memelihara kesehatan gigi dan
fungsi dari periodontal (Putri,2012).

2. Macam-macam jaringan periodontal


Menurut Putri (2012) jaringan periodontal terdiri dari :
a. Gingiva
Gusi atau yang disebut juga gingiva adalah jaringan lunak yang
menutupi leher gigi dan tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang
atas maupun rahang bawah, gusi sendiri juga merupakan salah satu
jaringan penyangga.
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang
paling luar, Gingiva sering kali dipkai sebagai indikator jika jaringa
periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan
penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga

4
5

dapat menggambarkan keadaan tulang akveolar yang berada


dibawahnya.
Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe
astikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan
mengelilingin leher gigi. Pada permukaan rongga mulut gingiva
meluas dari puncak marginal gingiva sampai ke pertautan
mukogingival. Pertautan mukogingival ini merupakan batas antara
gingiva dengan mukosa mulut lainnya.
Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva,
karena warnanya merah gelap, dan permukaannya licin atau halus
mengkilat. Hal ini dijumpai pada permukaan vestibuar mandibula
maupun maksila serta permukaan oral mandibula. Pada permukaan
oral maksila tidak dijumpai pertautan mukogingival sama sekali,
karena gingiva berbatasn dengan membran mukosa mulut yang
menutupi palatum durum, yang tipenya sama dengan gingiva. Gingiva
mengelilingi gigi dan meluas sampai ke ruang interdental. Gingiva di
antara permukaan oral dan vestibular, berhubungan satu sama lain
melalui gingiva yang berada di ruang interdental ini.
1) Pembagian Gingiva
Secara anatomis gingiva dibagi menjadi dua bagian, yaitu
gingiva cekat (attached gingiva) dan gingiva tidak cekat
(unattached gingiva) yang terdiri atas gingiva bebas (free gingiva)
dan marginal gingiva. Tetapi untuk kepentingan klinis yang
khusus, bagian gingiva yang berada diruang interdental, dipisahkan
secara klinis sebagai suatu bagian khusus dari gingival. Hal ini
disebabkan bagian gingiva tersebut digunakan sebagai indikator
yang paling akurat untuk mengetahui terjadinya penyakit gingiva
sedini mungkin.
Dengan demikian, untuk pembahasan selanjutnya gingiva
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu papila interdental, marginal
gingiva, dan gingiva cekat.
 Unasttached gingiva ( free gingiva atau marginal gingiva)
6

Unattached gingivaatau dikenal juga sebagai free


gingiva atau marginal gingiva merupakan bagian gingiva yang
tidak melekat erat pada gigi, mengelilingi daerah leher gigi,
membuat lekukan seperti kulit kerang, Unattached gingiva ini
mulai dari arah mahkota sampai pertautan sementoemail.
Batas antara marginal gingiva dengan gingiva cekat
merupakan suatu lekukan dangkal yang dinamai free gingival
groove. Free gingival groove ini berjalan sejajar dengan margin
gingiva. Dalam keadaan normal free gingival groove ini dapat
dipakai sebagai petunjuk dasar sulkus gingiva. Marginal
gingiva ini bentuknya agak condong ke arah gigi dan ujung
tepinya tipis serta membulat. Dalam arah mesio-distal, gingiva
margin menunjukkan suatu bentuk lengkukngan dan
melengkung ke arah apikal (scalloped). Karena marginal
gingiva tidak melekat erat ke gigi, dinding lateral dari margin
gingiva ini merupakan dinding dari sulkus gingiva. Ke dalam
sulkus gingiva ini dimasukkan sonde atau probe dengan jalan
meregangkan gingiva secara hati-hati.
Sulkus gingiva merupakan suatu celah antara gigi dan
marginal gingiva. Celah ini ke arah medial dibatasi oleh
permukaan gigi dan ke arah lateral dibatasi oleh epitelium
marginal gingiva sebelah dalam. Bagian dalam celah yang
berbenuk seperti huruf V ini kedalamannya berkisar antara 0-6
mm, dengan rata-rata 1,8 mm. Sulkus gingiva dapat bertambah
dalam karena adanya proses pengelupasan yang disebabkan
oleh perubahan-perubahan padapermukaan email dan
kemunduran dari sel-sel pada dasar sulkus, yang akan diikuti
oleh migrasi sel-sel epitel attachment.
Sulkus gingiva berisi cairan yang berasal dari jaringan
pengikat gingval. Cairan ini merembes keluar melalui epitelum
sulkus. Cairan ini berfungsi sebagai pembersih sulkus, pencipta
perlekatan epitel attachment ke gigi karena cairan ini
7

mengandung plasma protein, antimikroorganisme, antibodi


untuk pertahanan gingiva dan medium organisme. Pada sulkus
yang normal cairan ini jumlahnya sangat sedikit. Cairan
gingiva bertambah banyak jika terjadi peradangan pada
gingiva, pada penyikatan gigi, masage gingiva, dan pada waktu
makan makanan yang beserat.
 Papila interdental
Papila interdental atau gingival interdental merupakan
bagian gingiva yang mengisi ruangan interdental, yaitu ruangan
di antara dua gigi yang letaknya berdeketan dari daerah akar
sampai titik kontak. Gingiva interdental cekat ini batas yang
dibentuk oleh gingiva bebas dari dua gigi yang berdekatn dan
bagian tengah dari papila interdental dibentuk oleh gingiva
cekat.
Col merupakan lembah yang menurun dalam bagian
gingiva interdental, letaknya langsung dari arah akar ke titik
kontak. Col tidak dijumpai jika tidak ada dua gigi berdekatan
atau tidak ada titik kontak (diastema) atau jika gingival
menyusut. Gingiva interdental berfungsi mencegah terjadinya
penumpukan makanan di antara dua gigi selama pengunyahan.
 Gingiva cekat
Gingiva cekat merupakan lanjutan marginal gingival,
meluas dari free gingival groove sampai ke pertautan
mukogingival. Gingiva cekat ini melekat erat ke sementum
mulai dari sepertiga bagian akar ke periosteum tulang alveolar.
Pada permukaan gingival cekat ini terdapat bintik-bintik atau
lekukan kecil seperti lesung pipi yang disebut stipling.Stipling
ni mengakibatkan permukaan gingival cekat terlihat seperti
kulit jeruk. Stipling disebabkan oleh adanya tarikan serat-serat
kolagen pada jaringan gingival cekat ke sementum atau tulang.
Lebar gingiva cekat bervariasi dari satu individu ke
individu yang lain, juga antara satu gigi dengan gigi yang lain
8

di dalam mulut yang sama. Lebar gingival cekat pada rahang


bawah berkisar antara 3,3-3,9 mm dan pada rahang atas
berkisar antara 3,5-4,5 mm. Umumnya gingival cekat yang
paling lebar dijumpai pada region anterior dan semakin
menyempit kearah region posterior. Gingival cekat ini paling
sempit dijumpai paa region premolar satu rahang bawah., yaitu
berkisar 1,8 mm dan pada rahang atas berkisar 1,9 mm. kedaan
ini sering dihubungkan dengan perlekatan otot mupun
frenulum yang ada pada daerah tersebut, sedangkan lebar
didaerah palatal tidak mungkin diukur, karena sulit
membedakan antara batas akhir gingival cekat dan permulaan
dari mukosa bagian palatal.
Fungsi dari gingival cekat adalah menahan jika ada
tekanan mekanik yang terjadi selama pengunyahan, bicara, dan
sikat gigi. Selain itu, juga berfungsi melindungi lepasnya
gingival bebas pada saat ada tekanan yang menuju ke mukosa
alveolar.
2) Gambaran klinis gingiva normal
Gambaran klinis gingival dipakai sebagai dasar untuk
mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingival
yang terjangkit suatu penyakit. Batas-batas gambaran klinis
gngiva normal ini tidak mempunyai patokan yang jekas, karena
gambaran klinis gingival normal tersebut sangat bervariasi dari
individu yang satu ke individu yang lain.
3) Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral
pink). Hal ini disebabkan oleh adanya pasokan darah, tebal dan
derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini
bervariasi untuk setiap orang dan erat hubungannya dengan
pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya
terjadi pada individu berkulit gelap. Pgmentasi pada gingiva
cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi
9

pada mukosa alveolar lebih merah, karena mukosa alveolar


tidak mempunyai lapisan keratin dan epielnya tipis.
b. Sementum
1) Pengertiansementum
Sementum merupakan suatu lapisan jaringan klasifikasi
yang tipis dan menutupi permukaan akar gigi. Sementum ini
berbatasan dengan dentin dan email, juga ligamentum
periodontal. Strukturnya mempunyai banyak persamaan dengan
struktur tulang.
Sementum merupakan jaringan mesenkimal yang tidak
mengandung pembuluh darah maupun saraf dan mengalami
klasifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis. Selain
melapisi akar gigi, sementum juga berperan didalam
mengikatkn gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan adanya serat
utama ligamentom periodontal yang tertanam didalam
sementum (Serat Sharpey). Sementum ini tipis pada daerah
dekat perbatasannya dengan email dan makin menebal kearah
apeks gigi.
c. Ligamentum Periodontal
Ligamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang
mengisi ruangan antara permukaan gigi dengan dinding soket,
mengelilingi akar gigi bagian koronal dan turut serta mendukung
gingival. Kebanyakan penyakit yang mengenai ligamentum
periodontal, jika tidak dilakukan perawatan dengan baik akhirnya
akan menyebabkan hilangnya gigi.
Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan
penyangga gigi yang mengelilingi akar gigi dan melekatnya ke
tulang alveolar. Lgamentum ini melanjutkan diri dengan jaringan
ikat gingiva dan berhubungan dengan ruang sumsum melalui
kanalis vaskuler yang ada pada alveolar proprium. Dengan
demikian fungsi dari ligamen periodontal adalah untuk mendukung
gigi, memelihara hubungan fisiologis antara sementum dan tulang
10

sebagai pemasok nutrisi, fungsi formatif atau pembentukan, dan


fungsi sensori.
d. Tulang alveolar
Tulang alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula
yang membentuk dan mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak
ada batas yang jelas antara tulang alveolar dengan maksila maupun
mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding soket
gigi disebut alveolar proprium. Alveolar proprium ini di dukung
oleh bagian tulang alveolar lainnya yang dikenal dengan nama
tulang alveolar pendukung. Tulang alveolar membentuk soket yang
mendukung dan melndungi akar gigi. Menurut Ircham (1993)
jaringan periodontal terdiri dari :
a. Gingiva
Gingiva atau gusi adalah bagian dari oral mukosa (selaput lendir
mulut) yang menyelimuti prosesus alveolaris (supporting bone)
dan mengelilingi serviks (leher) gigi.
Bagian dari gusi ini sendiri ialah :
- Free marginal gingiva (tepi gus bebas) yakni gusi ujung/tepi
yang mengelilingi gigi dan tidak melekat pada gigi.
- Free gingival groove (lekukan gusi bebas), lekukan pada
bagian bukal dan labial yang dibatasi oleh dinding dalam free
marginal gingiva, dasar sulkus dan ini tidak sama pada tiap
orang.
- Attached gingiva (gusi melekat), bagian ini meluas mulai dari
dasar lekk gusi bebas (free marginal groove) sampai pada
mucogingival junction (batas muko gingiva).
- Interdental papila (papil diantara dua gigi) adalah bagian dari
gingiva yang mengisi ruang interproksimal yakni antara dua
gigi yang berdekatan.
b. Sementum (Cement = Semen)
Sementum adalah bagian yang menyelimuti seluruh lapisan luar
akar gigi, kecuali pada bagian lubang pucuk atau ujung akar gigi
11

yang disebut foramen apikalis, (foramen = lubang, apikalis = apeks


= ujung).
Fungsi sementum ialah :
1. Melekatkan jaringan penyangga gigi pada gigi.
2. Memungkinkan erupsi (timbulnya) gigike atas dan gerakan ke
depan/tengah dengan jalan penambahan yang terus menerus.
3. Memperbaiki akar bila terjadi keretakan mendatar.
4. Mengatur bersama tulang alveolus, lebarnya jaringan
pendukung gigi.
5. Melindungi dentin.
6. Mempengaruhi beberapa keadaan pada pembentukan tulang
alveolus.
c. Periodontal membrane
Periodontal membran atau selapus periodonsium atau
selaput peridontal. Ini adalah jaringan ikat yang (jaringan yang
bertugas mengikat) yang mengelilingi akar gigi, menghubungkan
gigi dengan tulang alveol.
Jaringan ini dipenuhi pula dengan pembuluh darah,
pembuluh limfe dan urat syaraf disamping berbagai sel-sel lain.
Bila disimpulkan maka tugas periodontal membran ini adalah :
 Suportif atau physical function, ini merangkum 5 aspek yaitu :
- Menunjukkan kekuatan pengunyahan pada tulang
- Pengikatan gigi pada tulang.
- Memelihara hubungan baik jaringan gusi dengan gigi.
- Sebagai selimut jaringan lunak yang menyelimuti
pembuluh-pembuluh dan syaraf untuk mencegah gangguan
penyakit, karena kekuatan mekanis.
- Shock absorbsi atau mengecilkan/mengurangi pengaruh
kekuatan dari luar (bantalan gigi).
 Nutrisional. Pemberian zat makanan pada selaput periodontal
dan membersihkan produk kotoran atau zat-zat yang tak
12

terpakai dari jaringan periodontium dilakukan melalui


pembuluh-pembuluh darah limfe.
 Formatif. Didalam selaput ini terdapat sel-sel yang dapat
membangun tulang, semen, dan jaringan-jaringan lain dari
selaput itu sendiri. Fungsi ini berlangsung terus menerus.
 Sensori. Tekanan atau stimuli pada gigi dilanjutkan ke syaraf
sehingga kita bisa mengetahui adanya benda-benda yang
terkunyah atau terselip diantara dua gigi.
d. Tulang alveolus
Tulang ini terdiri dari 3 bagian :
1. Laminadura, yakni bagian luar dari ceruk alveoul dimana akar
gigi tertanam. Bagian ini yang paling keras karena banyak
mengandung kapur.
2. Cortical piate, yakni bagian luar dibagian bukal maupun
palatinal/lingual.
3. Tulang penyokong berbentuk spongiosa, atau seperti karang
berlubang-lubang, ini merupakan bagian tengah atau bagian
dalam dari seluruh tulang rahang baik atas maupun bawah.
Menurut depkes (1996) tanda-tanda gingiva sehat adalah :
1. Berwarna merah jambu (tergantung kulit)
2. Bagian margin (tepi gingival) tipis dan tidak bengkak
3. Gingival lekat sekali pada gigi
4. Sulkus gingival tidak dalam ≤ 2mm, jika lebih dari 2 mm disebut
poket
5. Tidak ada cairan dan tidak mudah berdarah.

B. Plak gigi
Plak adalah lapisan lunak dan lengket yang melekat pada gigi. Plak terdiri
dari protein dan bakteri. 70% dari bakteri itu berasal dari air liur. Plak
terbentuk segera setelah selesai menyikat gigi. Plak mulai mengeras oleh
kalsium, fosfor, dan mineral lainnya dan menjadi karang gigi hanya dalam
waktu 48jam setelah pembentukannya. Karang gigi itu sendiri tidak
13

berbahaya. Hanya saja karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi


kasar sehingga menjadi tempat melekatnya koloni bakteri yang dapat
menyebabkan berbagai masalah seperti radang gusi
(gingivtis/periodontitis)(Mumpuni, 2013). Salah satu komposisi didalam
plaque adanya garam-garam organik, yaitu garam-garam calcium dan pospat.
Apabila lapisan plaque memperoleh suasana yang berisi fat basa, karena
pengaruh diet makanan dan saliva,maka akan terjadi suatu pengendapan
garam-garam calcium da pospat,diatas lapiran plaque tersebut. Keadaan ini
menimbulkan terbentuknya suatu endapan keras yang disebut karang gigi
(Djuita, 1992).
Ada hal-hal yang merupakan pemicu munculnya plak :
1. Jarang menyikat gigi. Sikatlah gigi anda minimal dua kali sehari, yaitu
pada pagi hari setelah sarapan dan mala sebelum tidur.
2. Malas ke dokter gigi. Serutin-rutinnya kita menyikat gigi, kita tetap perlu
bantuan dokter gigi untuk membersihkan plak yang telah mengeras
menjadi karang gigi.
3. Suka makanan manis. Makanan manis serta rokok dapat menimbulkan
lapisan tipis yang disebut stain. Adanya stain memudahkan makanan da
kuman menempel pada akhirnya membentuk plak.
4. Menolak sayuran. Sayur dan buah-buahan yang di makan dengan kulitnya
merupakan scrub alami untuk menghilangkan plak, jadi tidak ada lagi
alasan untuk menolak sayuran (Mumpuni, 2013)

C. Karang Gigi
1. Definisi karang gigi
Karang gigi adalah suatu endapan keras yang terletak pada
permukaan gigi berwarna mulai dari kekuning-kuningan,kecoklat-coklatan
sampai kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan yang kasar, lapisan
plaque yang telah mengeras karena adanya pengendapatan garam-garam
Ca dan P disebut karang gigi. Karang gigi ini mempunyai permukaan yang
kasar sehingga sisa-sisa makanan dan bakteri-bakteri mudah sekali
enempel dan berkembang biak, yang mengakibatkan terjadinya penebalan
14

dari karang gigi tersebut(Djuita,1992). Kalkulus atau karang gigi


merupakan suatu massa yang mengalami klasifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi(Putri,2012).
2. Proses terjadinya karang gigi
Bila gigi jarang dibersihkan, lama kelamaan sisa-sisa makanan
bersama-sama bahan-bahan yang ada dalam ludah akan bersatu menjadi
keras dan melekat pada permukaan gigi. Biasanya mulai dari daerah leher
gigi lama kelamaan bisa menyelimuti permukaan mahkota gigi. Warna nya
kekuning-kuningan. Bila sampai dibawah gusi warna nya jadi coklat
sampai hitam (Machfoedz,2005).
Karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi
yang terdiri dari bahan-bahan mineral. Karang gigi dapat melekat pada
permukaan gigi yang melekat diatas gusi, sehingga dapat disebut
supragingival, atau pada permukaan yang terletak dibawah gusi, dan
disebut sub gingival. Karang gigi supra gingival warnanya kuning dan
biasanya mudah dilepas, hanya dengan jari saja. Sedang karang gigi
subgingival warna nya coklat kehitaman, melekat erat dibawah gusi dan
amat sukar dibersihkan. Karang gigi supra gingival berasal dari endapan-
endapan mineral ludah yang bereaksi dengan bakteri-bakteri mulut serta
sisa-sisa makanan, sedang karang gigi sub gingival sebaras dari sel-sel
darah yang pecah dan mengendap ke sela-sela gigi dan gusi.
Hal dapat memudahkan terjadinya karang gigi adalah :
1. Keadaan ludah
2. Permukaan gigi, kasar atau licin
3. Keadaan gigi yang tidak teratur
4. Resesi dari gusi (Tarigan,1989).
3. Penyebab karang gigi
Bakteri aktif penyebab karang gigi golongan streptococcus dan
anaerob. Bakteri tersebut mengubah glukosa dan karbohidrat pada
makanan menjadi asam melalui fermentasi. Asam akan terus diproduksi
oleh bakteri, asam, sisa makanan, dan air liur dalam mulut membentuk
suatu substansi berwarna kekuningan yang melekat pada permukaan gigi
15

yang disebut plak. Plak yang tidak dibersihkan akan termineralisasi


menjadi kalkulus atau karang gigi (Pratiwi,2009).
Plaque yang tinggal terlalu lama pada permukaan gigi yang akan
mengeras menjadi karang gigi. Penyebab-penyebab ini berasal dari
pengendapan bahan-bahan kasar, air ludah dan serum darah, akibat adanya
suatu peradangan (Djuita,1992)
4. Pembersihan karang gigi
Pembersihan karang gigi (scaling) adalah salah suatu tindakan
pembuangan sisa makanan yang telah mengeras yang berbentuk karang
gigi. Selain bermanfaat menghilangkan infeksi gusi dan pendarahan saat
menyikat gigi, perawatan scalling juga meningkatkan kualitas penampilan
dengan memunculkan kebersihan optimal, kenyamanan berbicara dan
menghilangkan bau mulut.proses tindakan pembersihan karang gigi
seringkali disertai pendarahan. Hal ini termasuk normal pada kondisi
dimana karang gigi berada dibawah gusi yang juga merupakan posisi yang
paling sering ditemui dalam sehari-hari. Pembersihan karang gigi
sebaiknya dilakukan secara rutin tiap dua sampai empat kali dalam
setahun, atau atas pertimbangan dokter gigi (Pratiwi,2009). Scaling adalah
membersihkan dengan mengerok/menyisik dimaksudkan untuk
menghilangkan bahan-bahan yang melekat pada permukaan gig iterutama
kalkulus,plak dan bahan-bahan lain, sehingga diperoleh permukaan gigi
yang licin, bersih dan sehat. Mehilangkan jaringan-jaringan mati di sekitar
kalkulus sebagai akibat proses pembentukan kalkulus dan penyakit
periodontal (Nio,1989).

D. Penyakit periodontal
Faktor penyebab terjadinya penyakit periodontal, secara garis besar dibagi
menurut asal dan caranya menimbulkan penyakit, yaitu :
1. Penyebab sistemik
Berasal dari tempat lain didalam tubuh.
Penyebab ini tidak secara langsung menimbulkan terjadinya penyakit,
tetapi dapat mempengaruhi jalannya penyakit. Secara umum faktor-faktor
16

sistematik tidak dapat memulai timbulnya penyakit periodontal, tetapi


dapat mempercepat perkembangannya dan memperhebat kerusakan yang
ditimbulkan. Menurut Dalimuthe (2005), faktor sistematik adalah :
a. Defisiensi nutrisi
Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan perubahan pada jaringan
periodonsisum, perubahan mana dikategorikan sebagai manifestasi
penyakit nutrisi pada periodonsium.
- Defisiensi vitamin C
- Defisiensi protein
b. Penyakit endokrin
Gangguan hormonal bias mempengaruhi jaringan periodonsium secara
langsung, sebagai manifestasi penyakit gingival dan periodontal, dan
juga dapat menimbulkan perubahan anatomis dirongga mulut yang
mempermudah penumpukan plak.
- Diabetes mellitus
- Kehamilan
c. Penyakit darah
Dua jenis penyakit darah yang sering dikaitkan dengan terjadinya
periodontal yaitu :
- Leukemia
Pada leuikimia akut sel-sel leukemia menginfiltrasi gingival, dan
jarang sekali bias infiltrasi ke tulang alveolar. Keadaan ini bias
menyebabkan terjadinya pembesaran gingival.
- Anemia
Anemia aplastic yang turut berperan dalam etiologi penyakit
gingival dan periodontal. Pada tipe anemia ini kerentanan gingival
terhadap inflamasi meningkat karena terjadinya neutropenia.
d. AIDS/ Infeksi HIV
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) ditandai dengan
penurunan system imunitas yang menyolok. Kondsi yang pertama kali
dilaporkan tahun 1981 adalah disebabkan oleh virus yang dinamakan
human immunodeficiency virus (HIV). Penurunan system imunitas
17

pada penderita yang terinfeksi HIV menyebabkan peningkata


kerentanannya terhadap penyakit gingival dan periodontal.
2. Penyebab lokal
Berasal dari rongga mulut disekitar jaringan periodontum.
Penyebab ini secara langsung dapat menimbulkan terjadinya penyakit.
Salah satu faktor penyebab lokal yang paling sering menyebabkan
terjadinya penyakit periodontal adalah plak.Plak merupakan bahan-bahan
lunak yang tidak berwarna, tidak dapat dilihat jelas dengan mata dan dapat
melekat pada permukaan gigi atau permukaan lain yang kasar. Plak berisi
berjuta-juta kuman dan bahan kimia yang berasal dari ludah. Apabila plak
tinggal disuatu tempat tertentu terlalu lama maka plak dapat menyebabkan
terjadinya penyakit periodontal yang disertai keluhan sakit atau tanpa
keluhan sakit ( Nio, 1989).
Berikut adalah penyakit periodontal yang sering dijumpai masyarakat :
1) Radang Gusi/ Gingivitis

Gingivitis adalah peradangan padagusi (gingiva). Gingivitis

sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah tumbuhnya gigi.

Gingivitis hampir selalu terjadi akibat penggosokan dan flosing

(membersihkan karang gigi dengan menggunakan benang gigi) yang

tidak benar, sehingga plak tetap ada disepanjang garis gusi. Plak

merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari bakteri. Plak lebih

sering menempel pada tambalan yang salah atau di di sekitar gigi yang

terletak bersebalahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika

plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan

mengeras dan membentuk karang gigi. Plak merupakan penyebab

utama dari gingvitis (Kusumawardani,2011).

Bila gusi yang mengalami radang, disebut gingivitis. Gingivitis

yang meradang umumnya disebabkan gangguan kuman. Jadi ada


18

infeksi. Infeksi gingiva atau gusi ini bisa brkembang masuk ke selaput

periodontal, menyebabkan periodontitis (Machfoedz,2005).

2) Periodontitis

Menurut Kusumawardani (2011) Periodontitis terjadi jika

gingivitis menyebar ke struktur penyangga gigi. Periodontitis

merupakan salah satu penyebab utama lepasnya gigi pada orang

dewasa dan merupakan penyebab utama lepasnya gigi pada lanjut

usia.sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukn

plak dan karang gigi diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong

diantara gigi dan gusi dan meluas kebawah diantara akar gigi dan

tulang bawahnya. Pada pemeriksaan mulut dan gigi, gusi tampak

bengkak dan berwarna merah keunguan. Juga tampak dendapan plak

atau karang didasar gigi disertai kantong yang melebar digusi.

Menurut Mumpuni (2013) periodontitis adalah infeksi gusi

serius yang merusak jaringan lunak dan tulang yang menyangga gigi

anda. Semua penyakit periodontal, termasuk periodontitis akan

mempengaruhi periodonsium atau jaringan sekitar gigi. Periodontitis

dapat menyebabkan gigi tanggal atau yang lebih buruk, meningkatkan

resiko serangan jantung stroke dan masalah kesehatn serius lainnya.

Periodontitis berbeda dengan radang gusi (gingivitis). Gigivitis

mengacu pada radang gusi, sedagkan periodontitis mengacu pada

penyakit gusi dan kerusakan jaringan dan/atau tulang. Gingivitis yang

tidak diobati dapat berkembang menjadi periodontitis. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa periodontitis melibatkan perubahan


19

permanen pada struktur pendukung gigi, sedangkan radang gusi tidak.

Perodontitis biasanya diakibatkan kurangnya kebersihan mulut.

Menyikat gigi setiap hari dan berkumur serta pemeriksaan rutin dapat

mengurangi risiko terkena periodontitis.

Tanda dan gejala periodontitis antara lain :

1. Gusi bengkak.

2. Gusi merah terang atau keunguan.

3. Gusi terasa kebal ketika disentuh.

4. Gusi yang terdorong maju, membuat gigi terlihat lebih panjang.

5. Jarak yang timbul diantara gigi.

6. Napas bau.

7. Rasa tidak enak pada mulut.

8. Gigi tanggal.

9. Perubahan pada bentuk barisan gigi.

E. Perawatan penyakit periodontal


Dalam melaksanakan usaha pencegahan dan perawatan periodontal, maka
para dokter gigi dengan perawat giginya harus mempunyai kemampuan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. DHE (Dental Health Education)
Merupakan pendidikan kepada pasien cara-cara memelihara gigi da
jaringan pendukungnya. Mengingat perjalanan penyakit periodontal
(gingivitis dan periodontitis) selalu dimulai dari daerah saku gusi dan
papila interdental , maka tujuan pokok dari pencegahan dan perawatan
penyakit periodontal adalah membershkan kedua daerah tersebut.
20

2. Meningkatkan motivasi dari pasien


Merupakan usaha yang ditunjukkan agar pasien sadar da mengerti akan
behaya penyakit periodontal. Pasien yang telah sadar dan mengerti, akan
dapat memperbaiki sifat dan pandangan terhadap pentingnya pemeliharaan
kesehatan jaringan periodontal.
3. Scalling dan rootplaning
Scalling dan rootplaning pada permukaan gigi yang mendukung kalkulus.
4. Memoles
Memoles permukaan gigi yang mendukung kalkulus.
Perawatan periodontal selanjutnya sesuai dengan kebutuhan.
Supaya perawatan penyakit periodontal dapat berhasil dengan baik, maka
perawatan harus dilakukan baik oleh pasien sendiri dirumah maupun oleh
dokter gigi/ perawat gigi.
Perawatan penyakit periodontal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perawatan yang dilakukan oleh pasien adalah membersihkan gigi
secara teratur sehingga bebas dari plak.
2. Perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi/perawat gigi adalah
scalling dan root planning supaya bebas dari kalkulus, juga DHE
mengenai cara-cara pemeliharaan gigi dan jaringan pendukung.
3. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dokter gigi dapat
memberikan obat-obatan tertentu misalnya Vitamin C. Untuk
mencapai perawatan yang baik, seorang dokter gigi tidak cukup hanya
memberi obat-obatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Yang
lebih pening adalah mengusahakan agar pasien dapat bebas dari plak
dan kalkulus(Nio,1989).

F. CPITN
1. CPITN (Community Periodontal Index For Treatment Needs)
Menurut Djuita(1992)Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health
Organization ) sejak tahun 1977 mulai mengembangkan suatu index baru
yang dikenal dengan nama : Community Periodontal Index For Treatment
Needs atau CPITN.
21

CPITN dipergunakan untuk menggambarkan tingkatan kondisi


jaringan periodontal dan macam serta besar nya kebutuhan perawatan,
secara resmi index CPITN diterima pada World Dental Congress dari
Federation Dentaire International ( FDI ) di Rio De Jeneiro ( Brazilia )
pada bulan September 1981.
Menurut Putri (2012)Community Periodontal Index of Treatment
Needs (CPITN) adalah index resmi yang digunakan oleh WHO untuk
mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan
perawatannya dengan menggunakan sonde khusus.
Maksud pengukuran tersebut adalah (a) untuk mendapatkan data
tentang status periodontal masyarakat; (b) untuk merencanakan program
kegiatan penyuluhan; (c) untuk menentukan kebutuhan perawatan meliputi
jenis tindakan, besar beban kerja, dan kebutuhan tenaga, dan memantau
kemajuan kondisi periodontal individu.
Periodontal Examining Probe, Alat ini digunakan untuk
mengukur kedalaman sulkus gusi (celah berbentuk V yang berada di
antara gigi dan gusi). Kedalaman sulkus gusi yang normal berkisar antara
0-3 mm. Gingivitis atau periodontitis akan menyebabkan kedalaman
sulkus bertambah dan membentuk poket. Semakin tinggi derajat keparahan
penyakit, semakin dalam poket yang terbentuk. Periodontal probe juga
dapat digunakan dalam menentukan derajat keparahan perdarahan pada
gusi.
Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki
bentuk ujung bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5
sampai 5,5 mm.
Tujuan Pengukuran atau Pemeriksaan CPITN adalah :
1. Mendapatkan data tentang status periodontal individu/ masyarakat.
2. Merencanakan program penyuluhan.
3. Menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja,
kebutuhan tenaga).
4. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.
.
22

Gambar 2.1
Periodontal Examining Probe

Sumber :https://docplayer.info/137533

Untuk pemeriksaan klinis


1. probe dimasukkan kira-kira kurang lebih 1-2 mm dari margin
gingival dengan tekanan aksial sedang tidak boleh melebihi 25
gram, untuk mengetahui besar tekanan tersebut sebagai patokan
dapat diukur dengan menekan kulit dibawah kuku ibu jari
tangan dengan ujung probe. Tekanan tidak boleh menyebabkan
rasa sakit atau tidak enak. Dengan tekanan 25 gram diharapkan
tidak menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan
2. probe masuk hingga mencapai dasar saku atau poket
periodontal, dan dijalankan dari interproksimal ke
interproksimal sepanjang aspek bukal dan lingual gigi dengan
skor sebagai berikut :
23

Tabel 2.1
Nilai/skor CPITN

Nilai/skor Kondisi jaringan periodontal


0 Sehat (tidak ada poket atau perdarahan)
1 perdarahan gingiva pada saat probing
2 ada karang gigi subgingiva
3 poket dangkal sedalam 3,5 – 5,5mm )
4 poket dalam (lebih dari 5,5mm)

Gambar 2.2
Gusi sehat (skor 0)
Sumber :https://saifulmuhajir.web.id/

Gambar 2.3
perdarahan gingiva pada saat probing (skor 1)
sumber : https://www.slideshare.net/dellerymelsman/epidemiologi
24

Gambar 2.4
terdapat karang gigi (skor 2)
sumber : http://prasko17.blogspot.com/2012/09/community-periodontal-index-
for.html

Gambar 2.5
poket dangkal (3.5 - 5,5mm) (skor 3)
sumber:https://pemeriksaan-poket-periodontal.html

Gambar 2.6
poket dalam sedalam >5,5mm (skor 4)
sumber : https://dentistrynetworkingassociation.wordpress.com/2018/
25

CPITN diukur pada permukaan buccal, lingual,mesial,dan distal


1. Mengukurlabial/ buccal
Ujung probe diletakkan sejajar / tegak lurus sumbu gigi
sampai terlihat gusi memucat
2. Mengukur lingual / palatal
Ujung probe diletakkan sejajar /tegak lurus sumbu gigi
sampai terlihat gusi memucat
3. Mengukur mesial (anterior)
Diperiksa dari arah labial, mulai dari mesial miring
45derajat mengarah ke arah distal
4. mengukur mesial (posterior)
Diperiksa dari arah buccal, mulai dari mesial miring
45derajat mengarah ke arah distal
5. mengukur distal ( anterior)
diperiksa dari bagian palatal, mulai dari distal miring 45
derajat kearah distal
6. mengukur distal (posterior)
diperiksa dari bagian palatal,mulai dari distal miring 45
derajat kearah distal

Gambar 2.7
Memegang instrument periodontal probepengrap
Sumber : http://mybloglitaadina.blogspot.com/2016/
26

2. Prinsip kerja CPITN


Pada pengukuran CPITN dilakukan hal-hal seperti berikut :
 Menggunakan 6 buah sektan.
 Menggunakan gigi indeks.
 Menggunakan skor untuk menilai tingkatan kondisi jaringan
periodontal.
 Menentukan relasi skor tertinggi dengan KKP (Kategori Kebutuhan
Perawatan), tenaga dan tipe pelayanan.
 Menggunakan sonde khusus (WHO Periodontal Examining Probe).
Pada pengukuran CPITN digunakan sonde khusus yang
dinamakanWHO probe yang mempunyai desain khusus, yaitu ujungnya
berbentuk bola bulat dengan diameter 0,5 mm dan mempunyai kode warna
dari 3, sampai 5,5 mm. Karena desain tersebut,probe ini dapat dipakai
sebagai alat perasa sehingga dapat digunakan sebagai eksplorer, untuk
mengetahui ada tidaknya pendarahan, untuk mengetahui ada tidaknya
kalkulus, mengetahui ada tidaknya poket dan untuk mengetahui kualitas
kedalaman poket.
Tekanan pada waktu probing tidak boleh melebihi 25gram. Untuk
mengetahui besar tekanan tersebut, sebagai patokan dapat diukur dengan
menekan kulit dibawah kuku ibu jari tangan dengan ujung probe. Tekanan
tersebut tidak boleh menyebabkan rasa sakit atau tidak enak. Dapat juga
digunakan timbangan kecil, caranya adalah dengan menekan timbangan
tersebut dengan ujung sonde sampai jarum pada timbangan menunjukkan
angka 25 gram. Dengan tekanan sebesar 25 gram diharapkan tidak
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan.
WHO probe masuk hingga mencapai dasar saku atau poket
periodontal dengan tekanan 25 gram. Ketika digerakkan menelusuri
dinding poket, WHO probe dapat menilai ada tidaknya pendarahan saat
probing, ada tidaknya kalkulus, dan kualitas kedalaman poket dengan
mengamati kedudukan batas margin gingival terhadap kode warna probe
(Putri,2012).
27

3. Pengertian sektan
Sektan yang dipergunakan untuk memperoleh penilaian CPITN
meliputi 6 regio(Djuita,1992).Mulut pasien dibagi menjadi enam sektan,
yaitu sektan kanan atas, sektan anterior atas, sektan kiri atas, sektan kiri
bawah, sektan anterior bawah dan sektan kanan bawah.

Tabel 2.2
Sektan gigi

SEKTAN 1 SEKTAN 2 SEKTAN 3


7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
SEKTAN 6 SEKTAN 5 SEKTAN 4

Suatu sektan dapat diperiksa jika terdapat paling sedikit 2 gigi dan
bukan merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika pada sektan tersebut
hanya ada satu gig, gigi tersebut dimasukkan ke sektan sebelahnya. Pada
sektan yang tidak bergigi,tidak diberi skor. Penilaian untuk satu sektan
adalah keadaan yang terparah/skor yang tertinggi (Putri,2012).
1. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
2. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2,
2.3 (sektan 2)
3. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
4. sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
5. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4
(sektan 5)
6. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)

4. Gigi indeks
Untuk memperoleh penilaian kondisi jaringan periodontal, maka
tidak semua gigi diperiksa, melainkan hanya beberapa gigi saja yang
disebut sebagai Gigi indeks.(Djuita, 1992)
28

Gigi indeks yang harus diperiksa pada penilaian CPITN


bergantung dari umur individu. Ada tiga kelompok umur untuk
pengukuran ini, yaitu kelompok yang berumur 20 tahun atau lebih,
kelompok umur 16 sampai 19 tahun, dan kelompok berumur kurang dari
15 tahun. Penentuan gigi indeks yang diperiksa beserta kelompok umur
dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 2.3
Gigi Indeks

Umur Gigi indeks Skor

20 tahun ke atas 7 6 1 1 6 7 0, 1, 2, 3, 4
7 6 1 1 6 7
19 tahun ke bawah 6 1 6 0, 1, 2, 3, 4
6 1 6
15 tahun ke bawah 6 1 6 0, 1, 2
6 1 6

Berkaitan dengan gigi indeks beserta kemungkinan skor yang diperoleh


pada pengukuran CPITN, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
 Jika salah satu gigi molar atau gigi insisiv tidak ada, tidak perlu
dilakukan penggantian gigi tersebut.
 Jika dalam suatu sektan tidak terdapat gigi indeks, semua gigi yang ada
dalam sektan tersebut diperiksa dan dinilai, ambil yang terparah, yaitu
yang mempunyai skor tertinggi.
 Untuk usia 19 tahun kebawah, tidak perlu dilakukan pemeriksaan gigi
M2 untuk menghindari adanya poket palsu.
 Untuk 15 tahun kebawah pencatatan dilakukan hanya jika ada
pendarahan dan karang gigi saja.
 Jika tidak ada gigi indeks atau gigi pengganti, sektan tersebut diberi
tanda x (Putri,2012).
Poket gingiva (relative/false poket) adalah poket yng terbentuk
karena adanya pembesaran gingival tanpa kerusakan jaringan
periodontal dibawahnya sedangkan poket periodontal (absolute/ true)
29

adalah kerusakan pada jaringn periodontal pendukung dan terlepasnya


pengikat gigi (Elisa,2010).

5. Kriteria penilaian
Setelah gigi indeks dipilih, pada masing-masing gigi dilakukan
probing. Dengan cara menggunakan probe ke sekeliling gigi untuk menilai
paling tidak enam titik disekitar gigi, yaitu : mesiifasial, midfasial,
distofasial. Juga ditempat sejenis pada aspek lingual atau palatal. Temuan
yang paling parah dicatat sebagai skor sektan (Putri,2012).Kode skor
dicatat sebagai berikut :

Tabel 2.4
Kode skor

Skor 0 area pada probe masih terlihat lengkap. Gingiva sehat dan
tidak menunjukkan pendarahan pada probing. Tidak
ditemukan kalkulus
Skor 1 tidak ditemukan kalkulus tapi dijumpai pendarahan setelah
dilakukan probing ringan. Individu seperti ini memerlukan
intruksi kebersihan mulut yang tepat dengan tindakan yang
dapat membersihkan plak disupra maupun di subgingiva.
Skor 2 dapat ditemukan pendarahan setelah dilakukan probing, dan
ditemukan kalkulus supra maupun subgingiva. Perawatan
meliputi scalling untuk menghilangkan plak dan kalkulus
supra maupun subgingiva, dan intruksi kebersihan mulut.
Skor 3 Hal ini menunjukkan adanya poket dangkal dengan kedalaman
lebih d ari 3,5 mm tapi kurang dari 5,5 mm. Diperlukan
perawatan untuk menghilangkan kalkulus subgingiva yang
lebih komperhensif disertai intruksi kebersihan mulut.

Skor 4 Menunjukkan kedalaman poket sudah lebih dari 5,5 mm.


Diperlukan perawatan periodontal yang lebih komplekk,
meliputi pemeriksaan periodontal menyeluruh, pencatatan
pada bagan atau chart periodontal dan rencana perawatan yang
tepat untuk tiap kasus.
30

Nilai / skor Kondisi jaringan periodontal


0 Sehat
1 Pendarahan pada gusi
2 Ada karang gigi subgingival
3 Poket dangkal ( 3,5-5,5 mm )
4 Poket dalam ( lebih dari 5,5 mm )

Setelah mengetahui skor tertinggi pada setiap individu maupun


kelompok populasi, dapat ditentukan tipe pelayanan untuk perawatan
kasus yang ditemukan, demikian pula jenis atau tenaga kesehatan yang
diperlukan. Jika pelayanan hanya berupa intruksi kebersihan mulut, tenaga
yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah seorang kader penyuluh,
seperti guru atau perawat gigi sebagai tenaga penyuluh profesional.
Namun jika pada temuan kasus, dibutuhkan tindakan membuang plak
maupun kalkulus atau tindakan yang lebih kompleks, perlu didatangkan
tenaga kesehatan seperti perawat gigi maupun dokter gigi (Putri, 2012)
Tabel dibawah ini memperlihatkan relasi antara temuan pada
pemeriksaan CPITN dengan kategori kebutuhan pelayanan, tipe
pelayanan, maupun tenaga perawatan yang diperlukan :
Tabel 2.5
Kategori Kebutuhan Perawatan

Skor Kondisi KKP Tipe Tenaga


Periodontal Pelayanan
0 Sehat - 0 -
1 Perdarahan EIKM I Guru/Prg
2 Karang gigi EIKM + SK II Guru/Drg
3 Poket dangkal EIKM + SK II Guru/Drg
4 Poket dalam EIKM+ PK III Drg

Keterangan :
EIKM = Edukasi Intruksi Kesehatan Mulut
SK= Skelling
PK= Perawatan Kompleks(Putri,2012)
31

G. Penelitian Terkait
1. Hasil penelitian yang berjudul gambaran tingkat kebutuhan periodontal
pada siswa/i kelas 10 dan 11 SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan oleh
(Noeraini Almaida Rosha,2017) didapatkan hasil bahwa kebutuhan
periodontal pada siswa/i kelas 10 dan 11 SMA Tri Sukses Natar Lampung
Selatan menunjukkan jumlah terbanyak pada skor 2 dengan kondisi ada
karang gigi sebanyak 58 orang (73,75%) dengan kategori kebutuhan
perawatan edukasi intruksi kesehatan mulut dan scalling serta tipe
pelayanan yang dibutuhkan adalah II (pembersihan karang gigi) yang
dapat dilakukan oleh perawat gigi dan dokter gigi.
2. Hasil penelitian yang berjudul kebutuhan perawatan periodontal pada
remaja usia 15-17 tahun di SMAN 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru oleh
(Nuridhotun Nisa,2015) didapatkan hasil tertinggi yaitu skor 2 atau
terdapat kalkulus yaitu 67,8% dan skor 1 perdaran pada gingival yaitu
14,4% serta skor 3 poket dangkal yaitu 9,9%. Hal ini mungkin disebabkan
oleh kurangnya kesadaran untuk memelihara kebersihan gigi dan
mulutnya.
3. Hasil penelitian yang berjudul gambaran status jaringan periodontal pada
pelajar di SMAN 1 Manado oleh (Suling,dkk 2013) didapatkan hasil skor
0 sehat 16,8%, skor 1 perdarahan pada gingival 2,7%, skor 2 terdapat
karang gigi 74,8%, skor 3 terdapat poket dangkal 5,7% serta tidak terdapat
poket dalam. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa banyak pelajar yang
yang terdapat kalkulus (karang gigi) yaitu (74,8%).
32

H. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah visualisasi yang biasanya dalam bentuk bagan, dari
kesimpulan hasil telaah pustaka yang menggambarkan hubungan-hubungan
antara variabel satu dengan variabel lainnya berdasarkan telaah pustaka yang
dilakukan( machfoedz, 2009 ).

Penyebab penyakit jaringan


periodontal:
- Penyebab lokal
- Penyebab sistematik CPITN

0 : sehat
Jaringan periodontal
1 : pendarahan pada
Penyakit jaringan gingival
- Gingival periodontal:
- Sementum - Gingivitis 2 : terdapat kalkulus sub
- Ligamentum periodontal - Periodontitis dan supragingival
- Tulang alveolar
3 : poket dangkal 3,5-
5,5 mm

4 : poket dalam lebih


dari 5,5 mm

Gambar 2.8
Kerangka Teori

I. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dari visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,
2005)

Gambaran kondisi CPITN siswa/i kelas X di SMAN


Pulaupanggung.

Gambar 2.9
Kerangka Konsep
33

J. Definisi Operasional
Definisi operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrumen (alat ukur)(Notoatmodjo,2010).
Tabel 2.6
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional ukur

Indeks CPITN Hasil Pemeriksaa 1.Lembar 0 : sehat Ordinal


(Community pengukuran n pengukuran 1: perdarahan
Periodontal kondisi CPITN pada gingiva
Indeks for jaringan 2.Kaca 2 : ada
Treatment periodontal mulut, pinset karang gigi
Needs) menggunakan dan supra dan
indeks resmi periodontal subgingival
yang probe. 3 :poket
digunakan dangkal (3,5-
WHO yaitu 5,5)
indeks CPITN. 4 :poket
dalam (lebih
dari 5,5)

Anda mungkin juga menyukai