Anda di halaman 1dari 4

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 01 No. 03 September  2012 Halaman 121 - 124


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Editorial

MAKSIMASI, FREE RIDER DAN KEGAGALAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


Mubasysyir Hasanbasri, Program Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM

Kebijakan Reformasi di atas Kertas mati hasil tanpa bekerja keras5,6. Perilaku ini bukan
Analis kebijakan bekerja pada tingkat argumen- persoalan moral. Dalam kacamata organisasi, perila-
tasi dan implementasi lapangan. Mereka bahkan me- ku itu adalah normal karena kesempatan untuk mela-
nekankan sisi implementasi lebih penting daripada kukannya memang tersedia.
niat baik dari kebijakan. Mereka menganggap kebi- Pejabat harus memahami karyawan dan tenaga
jakan di atas kertas adalah angan-angan. Apa yang kesehatan yang bekerja di rumahsakit sebagai indivi-
diimplementasi adalah kebijakan yang sesungguh- du yang mencari kesempatan memaksimalkan ke-
nya. Pemerintah dan akademisi telah menginisiasi pentingan mereka. Pejabat mengidentifikasi situasi
reformasi dalam bidang kesehatan1,2. Reformasi yang memberikan karyawan memanfaatkan situasi
yang kerap dibahas berkisar pada kedudukan, arah, untuk kepentingan pribadi karyawan. Merespon itu,
alokasi dana dan mekanisme pembiayaan dari pejabat bertanggung jawab menutup peluang-peluang
sistem kesehatan3,4. itu agar kesempatan untuk memperhatikan tujuan
Reformasi yang banyak di bahas itu sebagian organisasi lebih penting atau seimbang dengan ke-
besar masih merupakan kebijakan di atas kertas. pentingan individu.
Apa yang terjadi pada lembaga pelaksana – kemen-
terian kesehatan, dewan perwakilan rakyat, konsul- Situasi-Situasi Penyimpangan
tan, dan pejabat di berbagai lembaga layanan kese- Bekerja di pegawai negeri sudah diketahui se-
hatan bertindak bukan atas dasar kebijakan. Mereka bagai setting yang paling longgar sehingga orang
lebih bertindak dengan pertimbangan rasional: apa masih bisa melakkukan hal-hal lain meskipun mere-
yang mereka bisa peroleh secara personal dari setiap ka memiliki jam kerja dan tanggung jawab di lembaga
kegiatan. Reformasi kesehatan akhirnya menjadi pemerintah. Orang yang masuk pegawai negeri bah-
sebatas projek reformasi yang hampir identik dengan kan berniat untuk mencari kelonggaran itu. Mereka
kesempatan perolehan pendapatan. tidak segan membeli menjadi pegawai negeri7.
Kebijakan di atas kertas itu terjadi karena orga- Situasi yang paling besar untuk melakukan pe-
nisasi-organisasi yang terlibat dalam bidang kese- nyimpangan adalah ketika mereka memiliki kebu-
hatan digunakan oleh oknum jajaran pejabat untuk tuhan finansial yang lebih tinggi daripada pendapatan
memperkaya diri mereka. Mereka bisa melakukan mereka. Jika staf dibayar murah, mereka akan men-
hal itu karena tidak diawasi oleh atasan mereka. cari akal agar bisa mencari peluang untuk memper-
Mereka bahkan memiliki semacam mafia yang oleh tambahan dari gaji resmi mereka8,9.
menggalang upaya memanfaatkan projek pemerintah Pernah ada upaya membayar dokter sesuai
untuk individu dan organisasi politik mereka. dengan kinerjanya dalam sistem status fungsional10,
tetapi keberhasilan dari program ini belum tercatat.
Rational Choice dan Kesempatan Bahkan sistem ini menunjukkan kelemahan yang
Rational choice theory mengatakan bahwa serius karena tidak mempertimbangkan waktu yang
perilaku adalah pilihan individual. Orang memilih tin- dicurahkan untuk kerja fungsional itu. Jika hal itu
dakan sesuai dengan apa yang paling menguntung- tidak dilakukan, orang bisa mengaku telah bekerja
kan dirinya. Prinsip maksimasi ini membuat orang fungsional tetapi mereka sebagian besar masih
selalu menilai situasi yang ada dan kepentingan pri- bekerja untuk tujuan lain.
badi yang bisa ia gunakan dari sebuah situasi. Ke- Salah satu contoh adalah situasi beban kerja
pentingan pribadi tercermin dari tujuan-tujuan yang yang berat atau ringan tetapi gaji sama. Alasan me-
terungkap maupun yang tidak terungkap. Pilihan ra- ngapa banyak pegawai memilih santai dan banyak
sional memberikan kesempatan orang berhitung keluar kantor pada jam kerja adalah karena mereka
manfaat yang paling tinggi dari konteks sebuah peri- berpendapat hal itu memaksimalkan kepentingan-
laku. Perilaku maksimasi yang ekstrip berupa feno- nya. Pilihan mereka bekerja keras dengan gaji pasti
mena penumpang gelap atau free rider, yang intinya atau bekerja ringan dengan gaji pasti. Mereka sudah
mencari kesempatan gratis. Orang berupaya sampai barang tentu mengambil pilihan yang kedua: bekerja
di tempat tujuan tanpa membeli tiket. Mereka menik- ringan dengan gaji pasti. Dengan mengambil pilihan

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012  121
Mubasysyir Hasanbasri: Maksimasi, Free Rider Dan Kegagalan Implementasi Kebijakan

itu, ia masih bisa mengambil kesempatan mencari Pengawasan yang Tetap Memberikan
sambilan di luar. Kesempatan Penyimpangan
Projek di kementerian kesehatan bisa merupa- Bentuk pengawasan bisa berupa pengawasan
kan contoh lain. Pada waktu lampau, pemegang pro- dari dalam, penerapan standar operasi kerja, peman-
jek kesehatan membuat rekening bank atas nama tauan tertulis, supervisi, dan kunjungan mendadak.
pribadi. Ia bisa memaksimasi kepentingannya dengan Self control dibuat dengan cara orang memiliki “aturan
cara menggunakan uang yang tersimpan di bank itu main” yang setiap orang harus menjaganya. Peng-
karena orang lain tidak memiliki kontrol terhadap re- awasan oleh diri sendiri ini penting tetapi sering mu-
kening itu. Pemegang projek lama kelamaan menjadi dah dilupakan ketika individu memiliki kepentingan
biasa dengan kesempatan memaksimalkan kepen- yang berbeda dengan aturan yang telah dibuat. Per-
tingan dirinya itu sehingga ia tidak pernah bisa mem- soalan dengan aturan ada beberapa. Pertama, aturan
bayarkan kembali utang yang dipakai untuk kebu- kerap tidak sempat dibuat tertulis sehingga mudah
tuhan pribadi itu. Jika kita menerapkan teori ini, maka ditafsirkan secara perorangan. Jika aturan dilanggar
individu tidak bisa disalahkan karena orang memang oleh orang yang kuat, maka pihak-pihak seolah men-
memiliki ciri memaksimasi diri dari pilihan-pilihan toleransi perbuatan itu. Aturan yang tidak tertulis
yang ada. Yang salah justru situasi kita yang mem- wajib ditulis. Meski demikian, kemampuan mene-
beri kesempatan sehingga individu bisa memanfaat- gakkan aturan kerap penuh dengan pemakluman.
kan situasi untuk diri mereka. Jadi untuk mengurangi Meminta petugas melaksanakan sesuai dengan
korupsi seperti contoh di atas, pilihan-pilihan yang standar operasional kerja juga bisa dilakukan. Setiap
membuka kesempatan pemanfaatan situasi itu harus kegiatan dalam implementasi memiliki ukuran dan
dihilangkan. Salah satunya adalah dengan peng- prosedur kapan ia dianggap normal atau tidak nor-
awasan dan audit keuangan yang independen. mal, menyimpang atau tidak menyimpang. Standar
bisa berupa aturan main seperti lama waktu tunggu
Pengawasan yang Lemah klien datang hingga ia mendapat pelayanan. Moni-
Kegagalan pelaksanaan adalah fokus dari peng- toring sheet membantu mencari kegagalan bisa dari
awasan. Kegagalan yang berulang adalah sebuah cerita pelanggan dan pekerja. Pejabat bisa menafsir-
kecerobohan dan kebodohan. Sumber kegagalan ti- kan kegagalan dari daftar keluhan pelanggan dan
dak perlu besar. Satu hal yang kecil dapat memba- pekerja yang dicatat reguler. Catatan keluhan itu bisa
wa dampak pada kegagalan yang besar. Peng- dimonitor secara berkala agar dapat mempersiapkan
awasan justru penting karena hal-hal yang kecil. pelaksanaan yang lebih bebas kegagalan. Catatan
Satu isu utama dari kebijakan di lapangan atau singkat tentang “pelanggan marah”, “pasien menung-
implementasinya adalah pengawasan. Pengawasan gu lama dan menggerutu”, atau “udara panas” cukup
dibuat untuk menjamin implementasi kebijakan. Ia untuk dicatat dalam kolom kejadian. Hal lain yang
mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan kesa- berkaitan berisi situasi di organisasi kita yang ber-
lahan atau kegagalan dari langkah-langkah dalam kaitan dengankejadian yang dikeluhkan. Lembar pe-
memproduksi layanan, termasuk kegagalan karena mantauan dapat juga berisi usulan-usulan pada
penunjukan pejabat yang salah. Ia, karena itu, me- waktu yang akan datang diisi pada kolom persiapan
nyangkut semua bagian kegiatan, dan terutama hal- untuk kegiatan berikutnya. Bentuk catatan ini sangat
hal yang kecil yang dapat diatasi segera oleh pelak- tergantung ketajaman dan prioritas dari pejabat.
sana dan oleh supervisor11. Pengawasan dapat diker- Kolom hari bisa dibuat minggu atau bulan. Deteksi
jakan dengan strategi yang berbeda. kegagalan kinerja dapat juga diketahui dari monitor-
Situasi-situasi yang membutuhkan pengawasan ing keluhan. Ia bekerja seolah mempelajari kinerja
ada banyak. Beberapa di antaranya adalah a) situasi dari pengalaman buruk dari klien dalam memperoleh
tak-terduga yang membuat pelaksanaan tidak sesuai layanan. Keluhan merupakan alat untuk melakukan
dengan prosedur atau perencanaan, b) masalah yang feedback kepada pihak yang lalai dalam melayani
timbul karena ketidakmampuan tenaga pelaksana, klien. Keluhan merupakan starting point untuk mem-
c) kegagalan prinsip yang memerlukan perubahan perbaiki bagian yang salah dalam proses produksi.
strategi pada saat perancangan program agar kega- Pengawasan dalam bentuk kunjungan supervisi
galan strategi pelaksanaan yang menyeluruh dapat mendeteksi penyimpangan dan kemudian memberi-
dihindari di masa mendatang, atau d) kegagalan pro- kan solusi di tempat atau tindak lanjut yang berakhir
duk karena masalah teknis. Selain itu yang paling pada perbaikan kegiatan. Supervisi lapangan meng-
penting adalah penyimpangan yang sengaja acu pada ketepatan pelaksanaan sesuai prosedur
dilakukan oleh pribadi-pribadi dalam organisasi. yang ditetapkan.

122  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Meski pengawasan dalam sistem birokrasi kita kepala dinas dan bahkan dari kepala daerah. Contoh
banyak ditekankan dan diajarkan dalam pelatihan- bahwa dokter yang bekerja di fasilitas pemerintah
pelatihan, efektivitas upaya-upaya itu belum terlihat. tidak bisa dibiarkan untuk menjadi tidak terkendali.
Korupsi merupakan bukti bahwa pengawasan tdak Bupati di Bantul tidak segan turun menyelesaikan
berjalan atau bahwa pelaku dalam organisasi mampu masalah dokter spesialis yang biasanya mengendali-
menghindari pengawasan. Kita seperti mati berurus- kan apakah pasien dioperasi di rumahsakit atau di
an korupsi karena ia sudah seperti ideologi masya- rumahsakit swasta13. Situasi seperti ini membutuh-
rakat yang bekerja di pemerintah12. “Ewuh pekewuh” kan pengawasan langsung dari kepala daerah. Ke-
mengacu kepada sulit mengatakan penyimpangan pala daerah bahkan dapat menguatkan posisi ma-
kepada lingkungan sekitar. syarakat sebagai pengawas layanan publik. Mereka
bisa mengubah pendapat tenaga kesehatan yang
Prasangka Baik Justru Memberi Kesempatan memberi layanan sosial kepada masyarakat sebagai
Penyimpangan objek menjadi layanan profesional bagi masyarakat
Mengapa harus berprasangka negatif terhadap yang pembayar pajak. Pejabat negara selain itu ha-
pejabat pelaksana dan administratif yang dekat rus bisa membangun sistem regulasi yang respon-
dengan implementasi? Apakah pejabat “tidak lelah” sif 15, yang bukan hanya berbicara persoalan di atas
bersikap seperti itu? Pertanyaan ini seolah “memper- kertas, tetapi yang bisa memahami dinamika perma-
tanyakan” buruknya prasangka buruk. Dalam orga- salahan dan perilaku memanfaatkan situasi di
nisasi, berpikiran positif bisa menjadi salah satu kon- kalangan pelaksana program. Yang lebih penting lagi,
disi seperti tanpa pengawasan. Pekerja dibuat perca- pejabat-pejabat di atas harus menegaskan diri bahwa
ya bahwa mereka bisa berbuat seperti apa yang ancaman penyimpangan pelaksanaan itu telah men-
diharapkan. Mereka mengawasi diri mereka sendiri, jadi bagian patologis dari sistem yang selama ini
sebuah situasi yang bertolak belakang dari pema- memang lemah yang kemudian mejadi habitat
haman rational choice. Individu yang rasional selalu sangat subur bagi korupsi16
mencari peluang untuk menguntungkan kepentingan
mereka. Rujukan
Konsep pengawasan tidak harus berurusan 1. Gani A, Pedoman Reformasi Sektor Kesehatan
langsung dengan prasangka buruk. Kita melakukan “Health Sector Reform”, Direktorat Jenderal Bina
pengawasan karena orang bisa menampilkan diri ber- Kesehatan Masyarakat - Departemen
beda dari apa yang sesungguhnya mereka lakukan, Kesehatan RI, Jakarta, 2007.
maka kita tidak boleh berpikir bahwa orang berlaku 2. Trisnantoro L, Desentralisasi Kesehatan di In-
“manis” seperti tutur ucapan dan perilakunya di de- donesia dan Perubahan Fungsi Pemerintah:
pan pejabat. Pejabat bertanggung jawab terhadap 2001-2003, Gadjah Mada University Press,
tujuan organisasi. Tujuan organisasi tidak tercapai Yogyakarta, 2005.
jika masing-masing individu di dalamnya berorientasi 3. Thabrany H, Social Health Insurance in Indone-
pada tujuan individu semata. Agar penyimpangan sia: Current Status and the Proposed National
tidak terjadi, pejabat harus bisa mengantisipasi situa- Health Insurance, Presented in Social Health
si yang menjadi peluang orang berbuat maksimasi. Insurance Workshop WHO SEARO, New Delhi,
Harus diingat perilaku maksimasi muncul karena ada March 13-15, 2003 Revised, August 2003. 2003.
kesempatan. Pejabat, karena itu, menutup kesem- 4. Mukti A, Reformasi Sistem Pembiayaan
patan untuk perilaku memaksimalkan keuntungan Kesehatan Di Indonesia Dan Prospek Kedepan,
pribadi dalam organisasi. Pejabat menutup kesem- Pusat Manajemen Pembiayaan dan Asuransi
patan pekerja memperkaya diri di dalam organisasi. Kesehatan UGM, Yogyakarta, 2007.
Dinas kesehatan lemah menegaskan penem- 5. Hechter M, Towards a Sociological Rational
patan tenaga kesehatan di daerah prioritas. Dinas Choice Theory, The Social Sciences and Ratio-
yang lemah justru dimanfaatkan untuk memindahkan nality: Promise, Limits, and Problems, 2004:23.
tenaga ke daerah yang kebutuhannya kurang priori- 6. Hechter M, Sociological Rational Choice Theory,
tas dibandingkan yang sudah ditetapkan. Tenaga Annual Review of Sociology, 1997;23:191–214.
kesehatan memanfaatkan kelemahan kewenangan 7. Kristiansen S, Ramli M, Rinaldo R, et al, Buy-
itu untuk kepentingan yang menguntungkan masing- ing an Income: The Market for Civil Service Po-
masing individu12. sitions in Indonesia, Contemporary Southeast
Contoh-contoh keberhasilan implementasi kare- Asia: A Journal of International and Strategic
na ada upaya kontrol dan pengawasan langsung dari Affairs, 2006;28(2):207–233.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012  123
Mubasysyir Hasanbasri: Maksimasi, Free Rider Dan Kegagalan Implementasi Kebijakan

8. Lerberghe WV, Conceic C. When staff is un- 10.1007/s10551-012-1451-y, (Accessed Octo-


derpaid: dealing with the individual coping strat- ber 24, 2012).
egies of health personnel, Bulletin of the World 13. Suryati S, Hasanbasri M, Padmawati RS, Be-
Health Organization, 2002;80(01):581–584. narkah Rumahsakit Pemerintah Menggunakan
9. Filmer D, Lindauer DL, Does Indonesia have a Manajemen Keluhan Pasien untuk Melindungi
“low pay” civil service? Bulletin of Indonesian Pembayar Pajak? Studi Reformasi Birokrasi di
Economic Studies. 2001;37(2):189–205. Rumahsakit Bantul DIY. Jurnal Kebijakan
10. Chernichovsky D, Bayulken C A, Pay-For-Per- Kesehatan Indonesia. 2012;1(2):1–7.
formance System for Civil Service Doctors: The 14. Hasanbasri M, Politik Lokal dan Program Kese-
Indonesian Experiment. Social Science & Medi- hatan di Masa Desentralisasi. In: Trisnantoro
cine. 1995;41(2):155–161. L, ed, Implementasi Desentralisasi Kesehatan
11. Marquez L, Keane L, Making Supervision Sup- Indonesia 2000-2007, Badan Penerbit Fakultas
portive and Sustainable: New Approaches to Old Ekonomi, Yogyakarta, 2009:310–312.
Problems, Management and Leadership Pro- 15. Utarini A, Mutu Pelayanan Kesehatan di
gram, Produced for the Maximizing Access and Indoensia: Sistem Regulasi yang Responsif,
Quality Initiative (MAQ), 2002. Pidato Guru Besar Universitas Gadjah Mada,
12. Budiman A, Roan A, Callan VJ, Rationalizing 2011, Available at: http://www.kebijakan
Ideologies, Social Identities and Corruption kesehatanindonesia.net/.
Among Civil Servants in Indonesia During the 16. Syarief S, Patofisiologi Korupsi di Bidang Kese-
Suharto Era. Journal of Business Ethics. 2012. hatan, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Available at: http://www.springerlink.com/index/ 2006;IX(1):2–9.

124  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 3 September 2012

Anda mungkin juga menyukai