Anda di halaman 1dari 18

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG

PROGRAM DIPLOMA 4
TEKNIK PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK

Analisa Cantilever dengan


Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)
Pemodelan Solid, Shell, dan Beam
Maya Dewi Prasanti (212421005) – 4DEA

13
2 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

A. Pendahuluan
A.1. Introduksi Finite Element Method
Pengertian Finite Element Method dalam ilmu matematika ialah sebuah teknik numerik untuk
menemukan pendekatan solusi dari suatu persoalan yang nilai – nilainya sudah terdefinisi dan
terbatasi. FEM menggunakan variasi metoda untuk memperkecil kesalahan fungsi solusi untuk
menghasilkan solusi yang stabil. Sesuai analogi pendekatan solusi untuk menghubungkan
banyak garis lurus kecil untuk menghasilkan lingkaran besar yang ‘mulus’ , FEM juga demikian,
FEM menggunakan beragam metoda untuk menghubungkan elemen – elemen perhitungan
sederhana ke dalam begitu banyak sub yang kemudian disebut finite elements, sebagai
pendekatan kepada perhitungan yang jauh lebih kompleks dengan domain yang lebih besar.

Secara sederhana FEM dapat didefinisikan sebagai suatu teknik yang akurat dan fleksibel
untuk memprediksikan performa dari struktur, mekanisme, maupuan proses, dalam kondisi
pembebanan.

A.2. Introduksi Finite Element Analysis


Pemahaman terbaik terhadap FEM dapat diperoleh dari penggunaan praktisnya yang dikenal
sebagai Finite Element Analysis. FEA adalah sebuah alat perhitungan dalam analisa rekayasa.
Dalam FEA terdapat penggunaan teknik mesh generation untuk membagi persoalan rekayasa
yang kompleks kedalam elemen – elemen yang lebih kecil dengan software program yang
dibuat dengan kode algoritma FEM.

FEA adalah pilihan terbaik untuk menganalisa persoalan yang berada dalam domains yang
kompleks (seperti mobil atau layout pipa minyak), ketika domain persoalan berubah dari
tingkatan model solid atau pejal dengan batasan yang gerak. Misalnya sebuah simulasi
penurunan harga produksi sebuah mobil, simulasi ‘frontal crash’ dengan FEA memungkinkan
untuk meningkatkan keakuratan prediksi pada area – area yang utama seperti bagian depan
mobil dan mengurangi prediksi pada bagian belakang mobil.

Gambar 1 Simulasi Frontal Crash

A.3. Model FEM vs 3D CAD Model


Berbeda dengan model CAD 3D biasa yang digunakan dalam proses pemodelan, assy,
maupun keperluan proses, FEM model seperti dalam penjelasan FEA, model 3D yang dibuat
3 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

diubah tipe / modenya ke dalam modeling analisis, yakni dengan idealisasi yang cenderung
berupa penyederhanaan dan definisi meshing untuk solusi matematikal. Tidak lupa file model
FEM yang dibuat perlu memuat keterangan mass properties seperti jenis dan mechanical
property material, yang kemudian diberi batasan beban dan constraint untuk kemudian
dilakukan analisa tegangan maupun yang lainnya.

Gambar 2 Tab Idealisasi Model

Gambar 3 Tiga Kondisi Model (Solid,Shell,Analyzed)

A.5. Introduksi Software

• Pro/ENGINEER atau CREO PARAMETRIC 2.0 – digunakan untuk membuat komponen model
solid dan sheet metal, membangun assemblies, desain pengelasan, mekanisme, dan membuat
dokumen teknik (gambar kerja, assy, pengelasan,dll)

• Pro/MECHANICA atau Creo Simulate - adalah salah satu software yang digunakan untuk
melakukan study bagaimana suatu desain berkelakuan dalam kondisi real. Pro/MECHANICA
memiliki kemampuan untuk analisa fatigue, motion simulation, structural simulation, dan
thermal simulation. Pro/MECHANICA juga dapat digunakan untuk membuat simulasi
bagaimana produk atau model akan berfungsi pada lingkungan yang diharapkan.

B. Uraian Kasus dan Instruksi Kerja


Analisa yang akan dilakukan ialah analisa tegangan beserta analisa defleksi sebuah batang
cantilever yang diberi beban bengkok. Nilai tegangan yang akan dikomparasikan dengan
perhitungan manual ialah tegangan Von Mises dan defleksi batang akibat kasus pembebanan
bengkok.

Berikut spesifikasi dan kondisi pembebanan batang cantilever yang akan dianalisa:
4 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

Gambar 4 Ilustrasi Soal

1. Batang memiliki penampang profil I dengan panjang 1 m ~ 1000 mm.


2. Sisi sebelah kiri batang merupakan tumpuan tetap (fix) sedangkan beban diberikan
dibagian tepi kanan batang sebesar 360.000 N (nilai gaya untuk mahasiswa absen 5).
3. Nilai Modulus Elastisitas Material Material (E) = 200x103 MPa, dan Nilai Poisson’s Ratio (v)
= 0.29.

Tahapan Analisa yang perlu dilakukan ialah :


1. Persiapan 3D Model yang berupa model Solid, Shell, dan Beam.
2. Dalam Aplikasi Mechanica,
a. Pendefinisian Material (Properti)
b. Pendefinisian Beban dan Kondisi Batas
c. Pendefinisian Mesh
d. Analisa Static
3. Deskripsi Hasil Analisa
4. Komparasi hasil analisa dengan hasil perhitungan manual dari nilai

C. Prosedur Analisa
Sesuai instruksi kerja diatas, prosedur analisa yang dilakukan dalam Pro/Mechanica
secara umum dibagi kedalamtahapan utama,
yang juga dapat dilihat dari
flowchart disamping khususnya pada bagian
yang dibatasi garis putus – putus berlabel
“Pro/Mechanica” yang menunjukan pengerjaan
dilakukan pada aplikasi tersebut ,diantaranya :

a. Pendefinisian Geometri Model


Seperti pemodelan CAD biasa, definisi
geometri part dibuat pada aplikasi standar
Pro/Engineer.

b. Pengubahan Model CAD menjadi Model FEM


Model yang dibuat dipersiapkan untuk analisa
dengan kategori structure dan bounded.
Gambar 5 Flowchart Pemodelan
Tahapan ini dilakukan pada aplikasi mechanica,
5 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

dengan mengubah model menjadi jenis model FEM yang diinginkan (solid, beam, shell,
spring, dl), tahapan inilah yang dimaksud dengan idealisasi model. Setelah dipilih tipe
idealisasi model yang diinginkan, berikutnya kita bisa mendefinisikan detail variabel lain
yang diperlukan untuk melengkapi model FEM tersebut.

Contoh pemodelan beam :


a. Geometri batang yang akan dianalisa dibuat dalam bentuk sket,
b. Definisikan panjang batang,
c. Ubah aplikasi Pro/E standard ke aplikasi Mechanica atau Simulate,
d. Pilih menu refine model – idealization - model type (Beam),
e. Definisikan penampang potong beam yang sesungguhnya, juga tentukan orientasi
penampang potong,
f. Model Beam siap untuk dianalisa

Gambar 6 Definisi Idealisasi Beam

Gambar 7 Kotak Dialog Penampang Beam

Contoh lain pemodelan shell dari model solid :


g. Duplikasi model solid
h. Ubah aplikasi Pro/E standard ke aplikasi Mechanica atau Simulate,
i. Pilih menu refine model – idealization - model type (Shell Pair),
6 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

j. Pilih fungsi auto detect untuk kemudian mendefinisikan shell elemen dari midsurface
penampang model solid.
k. Model Shell siap dianalisa

Gambar 8 Definisi Idealisasi Shell

c. Pendefinisian Material
Untuk dapat melakukan analisa kekuatan dari konstruksi yang disimulasikan, kita perlu
meng-input informasi mengenai karakteristik material yang akan digunakan pada
konstruksi didunia nyata, jika data material spesifik tidak ditemukan pada library software,
maka dapat digunakan material dengan properti yang menyerupai properti material asli.

Gambar 9 Material Assignment

d. Pendefinisian Beban dan Kondisi Batas


Pada tahapan ini, kita memberikan batasan dan pembebanan yang akan bekerja pada
konstruksi yang akan disimulasikan. Seperti bagaimana posisi dan jenis tumpuan, serta
besar gaya maksimum yang akan bekerja pada konstruksi.
7 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

Gambar 10 Beban dan Tumpuan Konstruksi


e. Pendefinisian Mesh
Ukuran mesh atau elemen analisa dapat dilakukan dengan 2 macam metoda, yaitu dengan
fungsi AutoGEM dan dengan mendefinisikan langsung ukuran mesh yang diinginkan.

Gambar 11 Definisi Mesh


f. Analisa Static
Tahapan Utama dari keseluruhan analisis ialah dengan mengeksekusi / mengcalculate
kondisi design untuk melihat daerah kritis pada model dan juga besar tegangan yang
terjadi.

Gambar 12 Kotak Dialog Analisa


8 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

D. Macam Pemodelan yang Dianalisa


Setelah diketahui tahapan – tahapan analisa statik yang akan dilakukan, untuk mendapatkan
hasil komparasi yang memadai, dibuat beberapa variasi pemodelan batang sbb :

Shell Model
Solid Model Shell Model
(MidSurface)

Tebal Shell 1 mm
Shell Model
Beam Model
(5 Surface)

Gambar 13 Macam Pemodelan yang Dilakukan

1. Model Solid
Yaitu jenis pemodelan paling utama dan sederhana yang koneksi aplikasi analisanya
paling mudah dilakukan dari 3D model ke FEM model (relatif tidak memerlukan idealisasi).
2. Model Shell
Yaitu pemodelan shell dari model 3D Shell kemudian diidealisasi ke format shell dalam
FEM mode.
3. Model Beam
Yaitu pemodelan batang yang berawal dari sket garis lalu diidealisasi menjadi model
batang/ beam.

E. Perhitungan Kasus secara Manual


Sebagai bahan komparasi hasil analisa yang dilakukan , maka dibuat perhitungan kasus
secara manual.
Ilustrasi Kasus :
(Diketahui bahwa B=150 ; b =30 ; H = 200 ; h=140)

Gambar 14 Geometri Profil

Pada batang tersebut terjadi Tegangan Bengkok dan Tegangan Geser,


a. Perhitungan Tegangan Bengkok
Beban yang diberikan (F) = 360.000 N , Panjang Batang (l) = 1000 mm
Karena profil dibebani pada sumbu simetrinya, digunakan persamaan tegangan bengkok sbb :
9 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

𝑀𝑀𝑀𝑀
𝜎𝜎𝜎𝜎 = 𝑥𝑥 𝑒𝑒
𝐼𝐼

Momen Bengkok yang terjadi (Mb) = F x l = 360.000 N x 1000 mm = 36 x 107 Nmm


Momen Inersia Profil tegak lurus Beban, dengan fitur mass properti pada software AutoCAD
Diperoleh Ix = 72560000 mm4

Titik Berat Profil


ΣA = (150x30) +(140x30) + (150x30) = 13200 mm2
Xs = 75 mm , Ys = 100 mm
Maka, e = H/2 = 100 mm

Gambar 15 Area
Momen
Tegangan Bengkok yang terjadi adalah :
𝑀𝑀𝑀𝑀 36𝑥𝑥 10 7
𝜎𝜎𝜎𝜎 = 𝐼𝐼
𝑥𝑥 𝑒𝑒 = 72560000 𝑥𝑥 100 = 496,14 N/mm2 .... (1)  σx

b. Perhitungan Tegangan Geser


Nilai tegangan geser diperoleh dengan membagi profil ke dalam beberapa bagian kemudian
dicari nilai tegangan geser maksimum yang terjadi,

Gambar 16 Potongan Posisi Tegangan Geser

Persamaan tegangan geser :


𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑦𝑦 𝑥𝑥 𝐴𝐴
𝜏𝜏𝜏𝜏 =
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝑥𝑥 𝑏𝑏
Tabel 1Nilai Parameter Tegangan Geser

Posisi 1 2 3 4 5
F 360000 360000 360000 360000 360000
y 85 78,85 69,09 57,2 43,96
A 4500 5550 6600 7650 8700
I 72560000 72560000 72560000 72560000 72560000
b 30 30 30 30 30
τg 63,257993 72,373346 75,412459 72,367144 63,250055

Dari perhitungan tegangan geser tersebut, diperoleh nilai :


Tegangan Geser Maksimum sebesar 75,41 N/mm2 ...(2)  τxy
10 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

c. Perhitungan Tegangan Utama


𝜎𝜎𝜎𝜎 + 𝜎𝜎𝜎𝜎 𝜎𝜎𝜎𝜎 − 𝜎𝜎𝜎𝜎 2
𝜎𝜎1,2 = ± �( ) + 𝜏𝜏𝜏𝜏𝜏𝜏 2
2 2
σ1 = 507,35 N/mm2
σ2 = -11,21N/mm2

d. Perhitungan Von Mises


Persamaan Von Mises :
σ12 - (σ1)(σ2) + σ22
= 507,352 - (507,35)(-11,21) + (-11,21)2
= 251590,96 N/mm2
Maka, nilai tegangan Von Mises kasus diatas adalah :
�𝜎𝜎12 − (𝜎𝜎1)(𝜎𝜎2) + 𝜎𝜎22 = �263175,2 = 𝟓𝟓𝟓𝟓𝟓𝟓, 𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑵𝑵/𝒎𝒎𝒎𝒎𝟐𝟐

e. Perhitungan Defleksi
Kasus yang dianalisa dalam tabel defleksi merupakan kasus ke – 6 ,
dengan persamaan defleksi maksimum :
𝐹𝐹𝐹𝐹𝑙𝑙 3
𝑓𝑓 =
3𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝐼𝐼𝑦𝑦

Diketahui,
F = 360.000 N
L = 1000 mm
E = 200 x 103 Mpa
I = 72560000 mm4
Berdasarkan persamaan diatas diperoleh besar defleksi batang sebesar 8,27 mm.

F. Hasil Analisa berikut Komparasi Software – Manual


Analisa awal pada setiap model dilakukan dengan menggunakan meshing otomatis software
Pro/Mechanica yang disebut fungsi AutoGEM, dengan hasil sbb :

Berikut setting AutoGEM untuk meshing setiap model

Gambar 17 AutoGEM Setting


11 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

D.1. Analisa Model Solid

Gambar 18 AutoMeshing 177 Elemen

Gambar 19 Hasil Analisa Model Solid

Nilai Von Mises Maksimum 558,2 Mpa dengan Displacement Maks 9,28 mm
Resume Analisa 1 (Solid Model)

• Nilai Von Mises yang dihasilkan memiliki selisih ± 45,19 Mpa dengan perhitungan manual
513,01 Mpa.
• Nilai Defleksi Maksimum yang terjadi memiliki selisih ± 1,01 mm dengan nilai defleksi
maksimum perhitungan manual.
12 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

D.2. Analisa Model Shell (Covered)

Shell Definition  Thickness 1 mm

Gambar 20 AutoMeshing 316 Elemen

Gambar 21 Hasil Analisa Model Shell - Covered

Nilai Von Mises Maksimum 552,0 Mpa dengan Displacement Maks 8,65 mm
Resume Analisa 2 (Shell Model)

• Nilai Von Mises yang dihasilkan memiliki selisih ± 39 Mpa dengan perhitungan manual 513,01
Mpa.
• Nilai Defleksi Maksimum yang terjadi memiliki selisih ± 0,38 mm dengan nilai defleksi
maksimum perhitungan manual.
13 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

D.3. Analisa Model Shell 2 ( MidSurface)

Gambar 22 AutoMeshing 47 Elemen

Gambar 23 Hasil Analisa Model Shell – Midsurface

Nilai Von Mises Maksimum 611,7 Mpa dengan Displacement Maks 8,84 mm
Resume Analisis 3 ( Mid Surface)

• Nilai Von Mises yang dihasilkan memiliki selisih ± 98,69 Mpa dengan perhitungan manual
513,01 Mpa.
• Nilai Defleksi Maksimum yang terjadi memiliki selisih ± 0,57 mm dengan nilai defleksi
maksimum perhitungan manual.
14 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

D.4. Analisa Model Shell 2 (5 buah Surface)


Shell Definition  Thickness 1 mm

Gambar 24 AutoMeshing 40 Elemen

Gambar 25 Hasil Analisa Model Shell2 – 5 surface

Resume Analisis 4 ( Shell - 5Surface) :


Hasil yang diperoleh memiliki selisih yang sangat jauh dengan perhitungan manual baik nilai von
mises maupun defleksi yang terjadi.
- Nilai tegangan von mises yang terjadi 351187 Mpa lebih besar dari perhitungan manual
501,58 N/mm2.
- Besar defleksi maksimum yang terjadi ditepi cantilever sebesar 2995,3 mm.
15 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

D.5. Analisa Model Beam

Gambar 26 Hasil Analisa Model Beam

Resume Analisis 5 – Beam :


 Nilai Von Mises = Nilai Teg. Bengkok Perhitungan Manual
 Hasil nilai von mises yang diperoleh memiliki selisih 16,9 Mpa terhadap perhitungan
manual, sedangkan besar defleksi yang terjadi memiliki selisih 0,73 mm terhadap nilai
defleksi perhitungan manual.

G. Komparasi Analisa Dengan Variasi Ukuran Mesh


Berikutnya, dari hasil analisa dengan proses meshing otomatis , penulis melakukan analisis
dengan mengubah ukuran mesh pada model dengan komparasi perubahan hasil dengan
automesh sbb :
*Maksimum Element Size diubah ke 100 mm

Tabel 2 Perbandingan Hasil Meshing

Jumlah Elemen Mesh Nilai Von Mises Nilai Defleksi


Pemodelan [elements] [N/mm2] [mm]
Auto Control Auto Control Auto Control
Solid 177 581 558,2 646 9,3 9,3
Shell 1
316 1017 552,0 586 8,65 8,7
(Covered)
Shell 2
47 155 611,7 646,8 8,8 8,84
(Midsurface)
Shell 3
40 158 3,51 x 105 3,25x 105 2995,27 3075
(5 Surface)
Beam 1 10 496,1 496,1 9,07 9
16 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

Gambar 27 Hasil Control Meshing Solid

Gambar 28 Hasil Control Meshing Shell 1

Gambar 29 Hasil Control Meshing Shell 2

Gambar 30 Hasil Control Meshing Shell 3


17 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

Gambar 31 Hasil Control Meshing Beam

H. Komparasi Perhitungan Manual dengan Software MD Solid


Dikarenakan ditemukannya perbedaan yang cukup besar antara nilai perhitungan manual
dengan analisa software, maka dibuat kroscek perhitungan manual dengan software MD Solids
3.5. Berikut data hasil perhitungan manual :

No. Variabel Nilai Satuan


1 Momen Inersia Profil 72560000 mm4
2 Momen Bengkok 36 x 107 Nmm
3 Teg. Bengkok 496,14 N/mm2
4 Teg. Geser Maks 75,41 N/mm2
5 Tegangan Utama (σ1) 507,35 N/mm2
6 Tegangan Utama (σ2) -11,21 N/mm2
7 Nilai Von Mises 513,01 N/mm2

Dan dari hasil kroscek software MDSolids 3.5, diperoleh :

Gambar 32 Komparasi MD Solids


18 Analisa Cantilever dengan Pro/Mechanica (Creo Simulate 2.0)

Nilai tegangan utama yang diperoleh antara perhitungan manual dengan software bernilai
sama.

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil komparasi analisa software dengan perhitungan manual terdapat selisih nilai
tegangan maupun defleksi yang diperoleh umumnya sekitar 100 Mpa pada nilai tegangan von
mises, dan selisih 1 mm pada nilai defleksi maksimum pada model solid dan shell 1,
sedangkan ketika idealisasi model shell diubah kedalam surface (bukan profil) dan beam maka
nilai tegangan yang dihasilkan sangat besar begitu pula defleksinya.

Kesimpulan 1 , nilai tegangan yang berbeda antara analisa software dengan perhitungan
teoritis kemungkinan dipengaruhi oleh posisi pembebanan yang dimana pada perhitungan
teoritis pembebanan diletakan disumbu utama diatas penampang profil, sedangkan pada
software kondisi pembebanan diidealisasi merata pada penampang profil. Akan tetapi,
dikarenakan pada pembebanan bengkok yang berpengaruh ialah besar gaya dan panjang
(jarak) terhadap tumpuan momen, maka nilai perhitungan manual yang diperoleh dirasa masih
cukup mendekati hasil analisa software dan kedua metoda perhitungan beban tersebut relatif
akurat jika dijadikan sebagai bahan estimasi pembebanan awal rancangan. Terlebih, jika
dikaitkan dengan keberadaan safety factor nilai perhitungan yang diperoleh dapat dilebihkan
senilai harga safety factor untuk mengamankan konstruksi.
Kesimpulan 2 , nilai tegangan maupun defleksi pada analisa dengan pemodelan shell / surface
yang tidak mempertimbangkan dimensi tebal profil jauh lebih besar dibandingkan analisa
dengan pemodelan solid dan shell sebelumnya, model shell disederhakan dengan
pengurangan beberapa dimensi profil.
Kesimpulan 3 , nilai tegangan von mises pada pemodelan beam = nilai tegangan bengkok
saja, kemungkinan dikarenakan model beam mengalami idealisasi penampang profil yang
mempengaruhi tegangan geser batang.
Kesimpulan 4, variasi ukuran elemen yang diterapkan pada mesh model mempengaruhi
ketelitian analisa tegangan yang dihasilkan, serta cenderung menghasilkan nilai yang lebih
tinggi.
Kesimpulan 5, tidak menutup kemungkinan selisih yang besar antara hasil analisa 1 dan
lainnya diakibatkan kesalahan perhitungan manual atau kesalahan definisi model / constraint /
dan idealisasi model.

J. SUMBER DATA

Modul Latihan Praktik Pro/ Mechanica. Engineering Design and Pro/Engineer Wildfire,
Version4.0.

Indra, Asep Komara. Analysis with Pro/Engineer (Mechanica). Presentasi Materi Praktik.

http://en.wikipedia.org/wiki/Finite_element_method#General_principles. Juli 2013.

Anda mungkin juga menyukai