Anda di halaman 1dari 14

ISSN: 2085-5079

BAHASA ARAB
Sejarah dan Perkembangannya

M. Kholison
UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak
Bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak
dapat dipisahkan dari seluruh kehidupan manusia. Ia
senantiara hadir dan dihadirkan. Ia berada dalam diri
manusia, dalam alam, dalam sejarah, dalam wahyu
Tuhan. Ia hadir karena karunia Tuhan Sang Penguasa
alam raya. Tuhan itu sendiri menampakkan diri pada
manusia bukan melalui zat-Nya, tapi lewat bahasa-Nya,
yaitu bahasa alam dan kitab suci (ayat kauniyah dan
wahyu).
Dan bahasa Arab lah yang menjadi bahasa
kitab-Nya (Al-Qur’an) yang merupakan simbul bahasa
kaum muslimin, sehingga bahasa Arab mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Dengan bahasa tersebut,
manusia membangun peradabannya. ia tumbuh dan
berkembang karena manusia. Manusia pun berkembang
karenanya. Sampai pada negara kita Indonesia ini bahasa
Arab dijadikan sebagai mata pelajaran yang wajib untuk
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik dengan berbagai
macam kurikulum, strategi, metode dan media
pembelajaran bahasa Arab yang sampai saat ini terus
berkembang demi untuk memberikan kemudahan bagi
pebelajarnya. Maka selain peserta didik dituntut untuk
menguasainya tentu kiranya sangat penting untuk menge-
tahui sejarah perkembangan bahasa Arab sebagaimana
yang akan dijelaskan secara singkat dalam artikel ini.
Kata Kunci : Bahasa Arab, sejarah.
Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

PENDAHULUAN
Bagi umat Islam, bahasa Arab merupakan bahasa yang
sangat istimewa. Keistimewaan itu tercermin dari diturunkannya
Al-Qur’an dengan bahasa Arab, pada hal ia bukan hanya di-
turunkan untuk bangsa Arab saja, melainkan untuk keseluruhan
umat manusia. Allah SWT bukan tidak tahu bahwa manusia itu
memiliki ribuan jenis bahasa yang saling berbeda. Namun Dia
telah menetapkan bahwa hanya ada satu bahasa yang
digunakannya untuk memberikan petunjuk buat milyaran umat
manusia, yaitu bahasa Arab. Sebelum diutusnya nabi Muhammad
SAW, Allah SWT berbicara kepada umat manusia dengan
menggunakan bahwa masing-masing. Dan Allah SWT mengutus
para nabi dari keturunan masing-masing bangsa dan bahasa itu.
Sebagaimana firman-Nya :

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan


bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan
terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehen-
daki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksa-
na. (QS. Ibrahim: 4)

Dengan dijadikannya bahasa Arab sebagai bahasa Al-


Qur’an, menuntut adanya usaha untuk mempelajarinya. Maka
tidak mengherankan jika kemudian bahasa ini menjadi obyek
yang menarik untuk diteliti maupun dipelajari dari berbagai
unsurnya baik huruf, kata, kalimat tatabahasa dan seterusnya.
Demikian luas pembahasan tentang bahasa Arab, maka dalam
makalah ini penulis hanya membahas dari segi sejarah dan per-
kembangannya.

2|
M. Kholison

SEJARAH BAHASA ARAB


Sebagian ahli berpendapat bahwa teori yang dianggap
paling baik untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan
bahasa-bahasa yang ada didunia harus berdasarkan pada hubun-
gan kekerabatan. Berdasarkan pijakan teori ini, bahasa-bahasa
didunia dikelompokkan menjadi dua rumpun, yaitu rumpun
bahasa Indo-Eropa dan bahasa Semit-Hamit. Kemudian ditam-
bahkan lagi oleh Max Muller dan Brunessen satu rumpun bahasa
ketiga yang diistilahkan dengan rumpun Turania.1 Meskipun
pembagian ini tidak memuaskan para ahli bahasa Modern.
Bahasa Arab dalam pembagian ini termasuk kedalam
kelompok bahasa Semit-Hamit. Dalam perkembangannya bahasa
Semit masih terbagi lagi menjadi Semit-Utara dan Semit-Selatan.
Rumpun bahasa semit dinisbatkan kepada Sam putra Nabi Nuh
a.s. Sehingga bisa dikatakan bahwa bangsa Arab merupakan silsi-
lah dari bangsa Semit (Sam) yang dalam sejarah awalnya ia ting-
gal di Eufrat, kemudian karena wilayah tersebut semakin padat ,
sebagian kelompok berpindah ke suatu pulau yang kemudian
disebut dengan Jazirah Arab.2
Rumpun bahasa Semit mempunyai anggota penutur ter-
banyak. Diantaranya hebrew (bahasa Yahudi) yang dituturkan di
Israel, Amrahic yang tuturkan di Ethiopia, Akkadian yang ditutur-
kan oleh masyarakat Aassyria dan Babilonia, tetapi sekarang
sudah punah dan Aramiki (Aramaic) yang dituturkan penduduk
tanah suci di masa Nabi Isa a.s. yang kini masih dipakai oleh
penduduk beberapa kampung di Syiria.3
Siapa yang pertama kali berbicara bahasa Arab masih
menjadi perdebatan dikalangan para ulama. Dikatakan bahwa

1 . Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Humaniora,

2004), hal. 11
2. Tim guru, Tarikh Adab Al Arabi, (Gontor : Darussalam, 2004) hal. 2
3 . Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2003), hal.2

Volume 07 September 2015 | 3


Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

yang pertama kali berbicara bahasa Arab adalah Nabi Ismail, se-
bagaimana sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ha-
kim dan Baihaqi dari Jabir : ‫ألهم إسماعيل هذا اللسان العربى إلهاما‬
ini diperkuat dengan pendapat Ibnu Salam dan Syirazi .4

PERKEMBANGAN BAHASA ARAB


Sejarah bahasa Arab tak pernah terlepas dari kontek Arab
pra-Islam (Arab Jahili) dimana kata Arab pada masa pra-Islam
menunjukkan arti bangsa yang hidup didaerah semenanjung Arab. 5
Sebagaimana diketahui bahwa semenanjung Arab terbagi menjadi
dua kelompok:
- kelompok masyarakat kota seperti Mekah, Yasrib atau
Madinah, serta dikota-kota besar Yaman serta negeri Hi-
rah disebelah selatan Irak dan lain sebagainya.
- Kelompok Badui yaitu yang tidak menetap, selalu berpin-
dah-pindah tempat.6
Antara kedua kelompok masyarakat tersebut belum terja-
lin hubungan yang erat, dan terdiri dari kabilah-kabilah yang ber-
jauhan letaknya dan terpisah satu dengan lainnya. Tidak ada
pengikat yang mempersatukan mereka, sehingga masing-masing
mereka mempertahankan tradisi, sistem hidup dan kebiasaannya
sendiri, termasuk didalamnya bidang bahasa. Hal ini memuncul-
kan banyaknya dialek-dialek Arab sebagaimana yang tertulis da-
lam buku-buku sejarah.
Dalam perkembangannya, ketika kota Mekah menjadi pu-
sat aktifitas masyarakat, dimana banyak berkumpul anggota kabi-
lah-kabilah, mereka merasakan adanya suatu kebutuhan untuk

4. Ahmad Fuad Mahmud Ilyan, Al Maharat Al Lughawiyah, (Riyadh: Dar Al Mus-

lim, 1992), hal.28-29


5 . Abdul Aziz Ad-Dury, Takwin at Tarikhi Lil Ummah al Arabiyah, (Beirut: Makaz

al Wahdah al Arabiyah, tt), hal.18


6 . Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya : Al-

Ikhlas, 1992), hal.13

4|
M. Kholison

saling mengerti diantara mereka. Maka diadakanlah al aswaq se-


bagai pusat perdagangan sekaligus kebudayaan. Dalam al aswaq
diselenggarakan berbagai perlombaan, diskusi tentang karya sas-
tra baik syair maupun pidato. Agar para penyair dan ahli pidato
dapat memerankan fungsinya sebaik mungkin dan dapat memi-
kat pendengar dan hadirin, maka mereka harus dapat menjauh-
kan diri dari ciri-ciri dialeknya, sehingga bahasa yang mereka gu-
nakan mudah dikenali dan dipahami oleh mereka yang hadir da-
lam pertemuan tersebut. Dalam setiap perlombaan dialek Quraisy
lebih banyak mendominasi dan lebih baik dari dialek yang lainn-
ya.
Dari dialek Quraisy, kemudian terbentuklah suatu bahasa
Arab kesusastraan yang menjadi bahasa baku (standar) dan di-
pergunakan oleh setiap penyair dan ahli pidato serta para cende-
kiawan. Jadi bahasa Arab Standar adalah bahasa Arab yang semula
berasal dari dialek kabilah Quraisy yang kemudian dikembangkan dan
disempurnakan dengan unsur-unsur dari dialek lainnya.7 Pada masa
pra-Islam bahasa Arab standar menjadi bahasa sastra yang sangat
dibanggakan oleh semua orang. Meskipun demikian untuk per-
cakapan dilingkungan masing-masing kabilah masih tetap digu-
nakan dialek masing-masing.
Menjelang datangnya Islam telah lahir bahasa Arab stan-
dar yang menjadi bahasa Lingua Franca (al Lughah al musytari-
kah) masyarakat Arab. Bahasa Arab standar ini berkembang begi-
tu cepat disebabkan anggapan masyarakat yang membanggakan
bahasa tersebut, sehingga seolah-olah menjadi syarat bagi yang
ingin diakui sebagai tokoh terkemuka dalam masyarakat. Ciri-ciri
bahasa Arab Standar adalah derajatnya amat tinggi, jauh diatas
percakapan biasa yang berlaku sehari-hari dan tidak terdapat ciri-

7 . Ahmad Izzan, ibid, hal. 16

Volume 07 September 2015 | 5


Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

ciri yang bersifat kedaerahan atau yang ada kaitannya dengan


kabilah tertentu.8
Sebagaimana gejala atau fenomena sosial lainnya, bahasa
Arab bukanlah bahasa yang statis. Ia bersifat dinamis dan terus
bergerak seiring dengan perkembangan ilmu-sains dan teknologi.
Ia pun tunduk pada hukum perubahan yang karenanya ia terus
berkembang. Perkembangan bahasa Arab dipengaruhi oleh ban-
yak faktor diantaranya : faktor sejarah, faktor penduduk, faktor
geografi, faktor ekonomi, faktor politik, faktor agama, dan faktor
peradaban.9
Berdasarkan perkembangan masa kekuasaan dan politik,
bahasa Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat – be-
rikut faktor sosial budaya – yang mengelilinginya. Perkembangan
itu bisa dibagi dalam lima fase:10
1. Bahasa Arab Standar sesudah Kedatangan Islam
Para ahli sependapat bahwa peristiwa terpenting dalam
sejarah perkembangan bahasa Arab adalah datangnya Islam dan
tersiarnya agama rahmatan lil alamin sampai meluas keberbagai
daerah. Kedatangan Islam dan diturunkannya Al-Qur’an yang
berbahasa Arab Standar menjadikan bahasa Arab sesuatu yang
sangat penting dan menarik perhatian bagi kalangan masyarakat.
Upaya menjalin-padukan bahasa Arab dengan Islam mulai diga-
gas dan disosialisasikan keseluruh pelosok negara yang menem-
bus lintas batas wilayah. Upaya ini sangat menjanjikan bagi masa
depan bahasa Arab yang kelak menjadi bahasa agama dan kebu-
dayaan bagi dunia Islam.
Pada masa ini bahasa Arab masih dipandang sebagai
bahasa terhormat dan berwibawa. Dikarenakan belum bersosiali-

8 . Juwairiyah Dahlan, Ibid, hal.16


9 . Ali Muhammad Al-Qosimi, Ittijahat al Haditsah fi Ta’lim al Arabiyah li al Nati-
qin al Lughah al Ukhra, (Saudi Arabia : Jamiah al Riyad, 1979), hal. 24-32
10 . Ahmad Izzan, Ibid, hal. 17-48

6|
M. Kholison

sasinya orang-orang Arab yang menaklukkan sebuah wilayah


dengan penduduk sekitar. Saat pemerintahan Umar mereka dila-
rang untuk memiliki hak kepemilikan tanah didaerah yang baru
mereka tempati dan diharuskan tinggal dan berteduh di base-
camp(perkemahan-perkemahan) yang letaknya jauh dari kota.
Basecamp ini dikemudian hari menjadi kota baru yang bercorak
Islam seperti Bashrah, Kuffah dan Fustat.
2. Perkembangan Bahasa Arab Pada Zaman Bani Umayah
Pada masa ini, sudah mulai ada sosialisasi orang-orang
Arab dengan penduduk asli yang dilandasi adanya saling mem-
butuhkan antara mereka. Para pendatang (orang Arab) harus ber-
komunikasi dengan penduduk asli baik sebagai pedagang, juru
masak, budak maupun pelayan rumah tangga. Demikian juga se-
baliknya . Karena itu sudah mulai muncul dialek-dialek baru
yang mereka gunakan sehari-hari.
Meskipun demikian, berbicara dengan bahasa Arab yang
fasih menunjukkan ketinggian martabat sosial dan kelas tersendi-
ri di masyarakat. Ada banyak faktor yang membawa bahasa
Arab dalam posisi tersebut :
- Setelah proses Arabisasi berjalan lancar, melalui penyeba-
ran Islam, administrasi pemerintahan mulai tertata rapi
dan profesional sejak kira-kira tahun 87 H, dan bahasa
Arab menjadi bahasa resmi negara Islam.
- Bahasa Arab dianggap bahasa masyarakat kelas tinggi ka-
rena banyak digunakan oleh para pejabat dan aparat pe-
merintahan.
- Bahasa Arab yang fasih dan shahih menjadi bahasa syair,
sedangkan syair bagi masyarakat kelas tinggi menjadi ke-
banggaan.
- Bahasa Arab selain bahasa Al-Qur’an adalah bahasa yang
digunakan untuk sebagian besar ibadah, sehingga setiap
muslim butuh dan berkepentingan mempelajarinya.

Volume 07 September 2015 | 7


Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

Peranan masyarakat Arab Badui – meskipun terkadang


dianggap kabilah yang tidak beradap - memiliki nilai jual yang
sangat tinggi. Banyak anak-anak pejabat yang didik dilingkungan
mereka. Dengan mengenal bahasa Arab Badui mereka akan me-
miliki kelebihan dan keistimewaan serta memiliki kwalifikasi un-
tuk memangku jabatan dalam pemerintahan. Dikalangan aris-
tokrat (pangeran) dinasti Bani Umayyah dituntut untuk mampu
berbahasa Arab dengan fasih, baik dan murni, sebagaimana yang
diucapkan oleh orang-orang Arab Badui yang belum bercampur
baur dengan orang-orang ‘ajam (non-Arab). Kesalahan ucap atau
lafadz dianggap masalah besar oleh orang tua mereka yang berar-
ti mereka dianggap belum fasih.
3. Perkembangan Bahasa Arab pada Zaman Bani Abbasiyah
Kejatuhan Bani Umayah tidak serta merta menjatuhkan
fungsi dan peranan bahasa Arab, meskipun menurut sejarawan
Islam zaman dinasti Abbasiyah merupakan kemenangan bagi
orang-orang Persia. Pada masa ini perkembangan bahasa Amiyyah
atau Arabiyah al muwalladah mulai digunakan oleh kalangan terpe-
lajar dan digunakan sebagai alat komunikasi. Meskipun gerakan
pemurnian bahasa Arab terus berjalan.
Bahasa Arab Badui dipandang dan dinilai sebagai bahasa
yang bermutu tinggi dan dikagumi. Dalam masalah kebahasaan
orang-orang Arab Badui menjadi tempat meminta hujjah (sema-
cam biro konsultan bahasa). Mereka adalah orang-orang yang
menjadi tempat kembali untuk menyelesaikan perselisihan ber-
bahasa apabila terjadi perbedaan pendapat diantara para ahli
bahasa saat itu (termasuk ahli nahwu). Disamping itu, mereka
juga sering dipanggil keistana sebagai guru bahasa Arab.
Semaraknya kegiatan tulis menulis terutama sekitar abad
empat hijriyah, yang dikatakan sebagai abad kecemerlangan pe-
nerbitan buku-buku berbahasa Arab, hampir tidak ada lagi orang
yang mempelajari bahasa Arab dengan mngunjungi guru-guru

8|
M. Kholison

bahasa Arab Badui dan menerima langsung dari orang-orang


Arab Badui. Mereka sudah dapat mempelajarinya dari buku-
buku. Bahkan Ya’qub as-Sakit al-Jamhy dalam kata pendahuluan
bukunya al-Fahz al-Kitabiyah menilai bahwa bergaul dan ber-
campur dengan orang-orang Arab Badui dalam rangka mempela-
jari bahasa Arab asli sudah bukan lagi cara ideal. Bahasa Arab
yang sudah menjadi bahasa tulis dan karang mengarang seyog-
yanya dipelajari melalui buku-buku. Bahkan menurut ahli bahasa
Arab abad ini, bahasa Arab yang digunakan oleh orang-orang
Arab Badui telah kehilangan nilai sebagai bahasa yang ideal yang
harus diteladani atau harus menjadi kriteria satu- satunya satan-
dar bagi salah-benarnya berbahasa Arab
Faktor yang mempengaruhi sikap dan pandangan baru
tersebut dikarenakan bahasa Arab sudah menjadi bahasa yang
mantap karena sudah menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan ke-
budayaan yang dalam perkembangannya memunculkan tuntutan
bagi lahirnya kata-kata, istilah-istilah, ungkapan-ungkapan dan
gaya bahasa baru yang tidak dapat dinyatakan oleh bahasa mas-
yarakat Arab Badui yang memiliki keterbatasan kosakata dan ga-
ya bahasa.
4. Perkembangan Bahasa Arab sesudah Abad Lima Hijriyah
Sesudah dunia Arab terpecah belah seiring dengan masu-
knya paham sekularisme dan nasionalisme disebagian negara-
negara Islam dan diperintah oleh penguasa-penguasa non-Arab,
bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa politik dan bahasa admi-
nistrasi pemerintahan. Bahasa Arab hanya dipakai sebagai bahasa
Agama saja. Apalagi pada abad keenam hijriyah kekeliruan da-
lam berbahasa (lahn) dianggap hal yang biasa dikalangan masya-
rakat terpelajar.
Pada perkembangan selanjutnya, dinegara-negara Islam
atau yang mayoritasnya umat Islam, minat untuk mempelajari
dan memperdalam bahasa Arab secara intensif sudah mulai ber-

Volume 07 September 2015 | 9


Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

kurang sehingga kemampuan bahasa Arab yang dimiliki tidak


memungkinkan bagi mereka untuk bisa menikmati karya-karya
sastra Arab yang bermutu.
5. Perkembangan Bahasa Arab Zaman Baru
Perkembangan bahasa Arab pada masa ini dikatagorikan
dalam dua kelompok besar :
- Classical Arabic, yaitu bahasa Arab Al-qur’an, as sunnnah,
dan bahasa Arab Zaman Kuno sampai sebelum zaman
modern (dimulai sejak Prancis menduduki mesir 1798)
- Neo Classical Arabic atau Modern Arab yaitu bahasa Arab
yang secara resmi digunakan sebagai bahasa sastra Arab
modern, bahasa buku-buku ilmiah, kuliah dan ceramah-
ceramah ilmiah, bahasa surat kabar,majalah, dan bahasa
pidato resmi kenegaraan dan bahasa administrasi peme-
rintahan di negara-negara Arab.
Untuk percakapan sehari-hari bahasa Arab yang digu-
nakan bukanlah bahasa Arab fusha, tetapi bahasa amiyyah atau
biasa disebut juga dialek-dialek Arab baru.

BAHASA ARAB DEWASA INI


Perkembangan bahasa Arab yang demikian pesat dan be-
ragam, memunculkan corak bahasa Arab yang menurut
Muhammad Luthfi mempunyai tiga bentuk yaitu, Bahasa Arab
Klasik, Bahasa Arab Stándar Modern dan Bahasa Arab Dialek.11 Bahasa
Arab Klasik dikenal dengan bahasa Al-Qur’an dan bahasa kitab-
kitab klasik. Dari bahasa klasik ini timbul suatu bahasa yang di-
pengaruhi oleh dialek daerah terutama bentuk kosakata dan
bunyi kata, dan bahasa ini disebut dengan bahasa Arab Standar
Modern. Setiap orang Arab yang melakukan komunikasi dengan

11.Muhammad Luthfi, Kedudukan Bahasa Arab Dewasa ini Dalam Percaturan


Dunia Internasional, makalah pada Konferensi Internasional PINBA ke-IV, di Makasar
tanggal 8-10 September 2003. hal.2

10 |
M. Kholison

orang Arab dari daerah lain selalu menggunakan bahasa ini. De-
mikian juga dengan orang-orang yang terpelajar. Disamping itu
bahasa ini banyak digunakan dengan berbagai variasi bahasa
Arab baik yang berbentuk ucapan maupun tulisan seperti dalam
dunia pendidikan, media massa, kuliah umum, pengumuman
dan periklanan. Jadi bahasa Arab Standar Modern adalah bahasa
Arab klasik yang dibumbui dengan elemen-elemen modern. Sedangkan
dialek negara-negara yang berbahasa Arab merupakan bentuk
ketiga dari bentuk-bentuk bahasa yang ada.12
Semenanjung Arab yang terdiri dari berbagai negara
mempunyai dialek khusus yang tidak mudah dipahami meskipun
berasal dari satu kawasan. Banyak faktor yang mempengaruhi
munculnya banyak dialek diantaranya, jauhnya satu negara den-
gan yang lainnya, adanya pengaruh budaya luar yang berbeda
logat bahasanya dan juga adanya perbedaan istilah atau pemi-
lihan kata-kata untuk hal yang sama.13
Kemajuan zaman yang demikian pesat tidak men-
yebabkan bahasa Arab mandul untuk mengakomodirnya. Bahasa
Arab mampu menyerap gerak kemajuan teknologi dan kebuda-
yaan yang kemudian diterjemahkan kedalam terminologi-
terminologi yang sangat tepat. Terjemahan ini pada akhirnya
menjadi bahasa ilmiah modern baik dibidang sains, teknologi,
budaya dan seni.
Untuk mengatasi perkembangan bahasa dunia yang begi-
tu cepat, memaksa bahasa Arab memperkaya kosakatanya dida-
lam menampung ide-ide yang baru berkembang dari budaya luar
. Untuk itu didirikan beberapa pusat bahasa yang aktif melakukan
standarisasi bahasa dengan menciptakan istilah baru atau pener-
jemahan istilah-istilah asing kedalam bahasa Arab. Sehingga

12 . Ibid
13 . ibid, hal. 3

Volume 07 September 2015 | 11


Bahasa Arab; Sejarah dan Perkembangannya

bahasa Arab berada dalam proses terus menerus dalam peru-


bahan dan pengembangan, sesuai dengan kebutuhan era modern.
Modernisasi bahasa Arab dikenal dengan dua motode :
metode semantis dan metode morfologis. Yang pertama melakukan
modernisasi dengan melihat sisi makna dan yang kedua lebih
memperhatikan masalah bentuk kata. Pada tingkat semantis
bahasa Arab mempunyai beberapa metode dalam menyerap
pemikiran-pemikiran atau makna dari luar bahasa Arab yaitu an-
tara lain : memperbaharui penggunaan istilah lama, penggunaan makna
metaforis (majaz), menerjemahkan istilah asing dengan cara apa adanya.
Adapun proses pembaharuan bahasa Arab dengan perubahan
bentuk kata atau morfologis dilakukan dengan cara antara lain :
Al-Isytiqaq atau pembentukan kata, menggunakan kata singkatan atau
akronim yang dalam bahasa Arab An-naht, pengaraban kata-kata asing
At ta’rib.14
Hal ini memberikan gambaran bahwa bahasa Arab adalah
bahasa yang fleksibel dan mempunyai kekuatan adaptasi besar.
Meskipun lembaga-lembaga bahasa Arab itu belum memberikan
pengaruh nyata, tapi tidak mengurangi kapabilitas bahasa Arab
sebagai bahasa modern.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Ad-Dury, Takwin at Tarikhi Lil Ummah al Arabiyah,


(Beirut: Markaz al Wahdah al Arabiyah, tt)
Ahmad Fuad Mahmud Ilyan, Al Maharat Al Lughawiyah, (Riyadh:
Dar Al Muslim, 1992)
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung :
Humaniora, 2004)

14. Ibid, hal. 6

12 |
M. Kholison

Ali Muhammad Al-Qosimi, Ittijahat al Haditsah fi Ta’lim al Arabiyah


li al Natiqin al Lughah al Ukhra, (Saudi Arabia : Jamiah al
riyad, 1979)
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan metode Pengajarannya, (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2003)
Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Suraba-
ya : Al-Ikhlas, 1992)
Muhammad Luthfi, Kedudukan Bahasa Arab Dewasa ini Dalam Per-
caturan Dunia Internasional, makalah pada Konferensi In-
ternasional PINBA ke-IV, di Makasar tanggal 8-10 Sep-
tember 2003.

Volume 07 September 2015 | 13


ISSN: 2085-5079

Anda mungkin juga menyukai