Anda di halaman 1dari 20

Sebuah makalah berjudul

Integrasi antara Filsafat, Ilmu dan Agama

untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu

Dosen Pengampu :

Dr. Amin Fauzi

Disusun oleh :

Ibnu Ashiddiqi ( 1907035008)

Misbahul Fuad Saputra ( 1907035055)

Vellix Vernando (1907035076)

Keis Nebiel (1907035036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PROF. DR HAMKA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Integritas antara Ilmu, Filsafat dan Agama”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dengan pertolongan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut
berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhmya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa memberi manfaat ataupun
inspirasi pada pembaca.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................4
1.2 Rumusan Penelitian.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................5
Bab II................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Agama..................................................................7
2.1.1 Pengertian Filsafat..........................................................................................7
2.1.2 Pengertian Ilmu...............................................................................................8
2.1.3 Pengertian Agama...........................................................................................8
2.2 Karakteristik Filsafat, Ilmu, dan Agama.............................................................9
2.2.1 Karakteristik Filsafat......................................................................................9
2.2.2 Karakteristik Ilmu........................................................................................12
2.2.3 Karakteristik Agama....................................................................................16
2.3 Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama........................17
2.3.1 Titik Persamaan............................................................................................17
2.3.2 Titik Perbedaan.............................................................................................17
2.4 Integrasi Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama......................................................17
Bab III.............................................................................................................................18
Daftar Pustaka...............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Filsafat adalah salah satu bidang kajian yang mengkaji cara


berpikir sampai mendalam tentang hakikat sesuatu. Filsafat merupakan
induk dari berbagai ilmu pengetahuan. Pemikiran tentang integrasi
antara filsafat ilmu dan agama dewasa ini yang dilakukan oleh kalangan
muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas ditengah
ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa umat islam akan maju dan
dapat menyusul orang-orang barat apabila mampu mentransformasikan
dan menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan dalam rangka
memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ada yang tertinggal dari gegap gempitanya wacana integrasi
keilmuan, yang penglihatan dari sudut pandang filsafat ilmu. Isu integrasi
keilmuan nyatanya memang bukan hanya menarik diikuti sebagai suatu
wacana keilmuan. Berdirinya Universitas Islam, baik negeri maupun
yang swasta setalah proses panjang konversi, tidak bisa dinafikan,
membuatnya lebih dari sekadar wacana, tetapi telah menjadi suatu
bangunan keilmuan yang menjadi ciri khas masing-masing.
Persoalan kefilsafatan yang muncul adalah mungkinkah ilmu
yang berbasis agama itu menjadi ilmiah. Jika selama ini isu filsafat ilmu
seputar persoalan mengindari atau membuang unsur subjektivitas
ilmuwan, dan menyingkirkan intersubjektivitas tradisi dan budaya ilmiah,
agar terwujud ilmu pengetahuan objektif, dengan gencarnya wacana
integrasi keilmuan, tidak bisa tidak, filsafat ilmu mesti melihatnya
sebagai isu terkini yang ditemukan jalan keluarnya.
Mungkinkah pengembangan sains yang menempatkan agama
sebagai bagian tak terpisahkan dalam suatu bangunan keilmuan
(scientific building)nya, dapat memenuhi kriteria keilmiahannya.
1.2 Rumusan Penelitian

Dalam menyusun dan menulis makalah ini, kami merumuskan


beberapa hal yang akan kami bahas dalam makalah ini. Rumusan ini
menjadi acuan kami dalam membuat susunan pembahasan agar materi
yang kami bahas tidak tercampur dengan materi dari poin lain.
Adapun rumusan penulisan pembahsan yang akan kami bahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Apa pengertian ilmu filsafat dan agama ?


b. Apa karakteristik filsafat, ilmu, dan agama ?
c. Menyebutkan persamaan antara filsafat, ilmu, dan agama.
d. Menyebutkan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama.
e. Menjelaskan integrasi antara filsafat ilmu, dan agama.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari disusun dan ditulisnya makalah ini yang terutama adalah
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dosen pengampu kepada
kami. Untuk itulah makalah ini tersaji untuk itu.
Namun, disamping sebagai nilai makalah ini pun bertunjuan untuk
memberikan pengetahuan lebih mendalam akan Integritas antara Ilmu
Filsafat dan Agama yang dimana kebanyakan pembahasan mengenai hal
ini belum banyak dibahas oleh sebagian orang karena materi yang
tersedia untuk dijadikan referensi sangatlah terbatas. Hal inilah yang
menjadi tujuan kami yang lain selain untuk pemenuhan tugas juga untuk
mempermudah para pembaca sekalian untuk dapat mencari referensi
tentang materi ini yang dapat membantu dan mempermudah mencari
pengetahuan akan Integritas antara Ilmu Filsafat dan Agama.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat


dijadikannya sebagai bahan bagi rujukan atau referensi pengetahuan
tentang mempelajari Ilmu Filsafat yang dimana materi Integritas ilmu
Filsafat dan Agama menjadi bagan dari pembahasan mengenai ilmu-ilmu
Filsafat. Selain itu, materi pembahasan ini pula dapat menambah
pengetahuan bagi yang berkenan untuk membaca dan menyimak dengan
seksama apa yang telah kami susun dan tulis dalam makalah ini dan
semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Manfaat lainnya, materi dalam makalah ini dapat juga dijadikan
sebagai pemahaman Integritas antara Ilmu Filsafat dan Agama.
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Agama
2.1.1 Pengertian Filsafat

Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan menyadari tujuannya sendiri


dan batas-batas ruang lingkup kerjanya, ilmu itu menunjukkan kemajuan
dan perkembangan yang cukup merata dan logis.
Barangkali tempat tersendiri yang diduduki filsafat, lebih jelas lagi
terlihat dari hal yang berikut. Begitu suatu ilmu pengetahuan menyadari
tujuannya sendiri dan batas-batas ruang lingkup kerjanya, ilmu itu
menunjukkan kemajuan dan perkembangan yang cukup merata dan logis.
Setiap ilmu pengetahuan –keturunan demi keturunan – terus membangun
berdasarkan asasnya semula dan dengan demikian berkembang secara
berkesinambungan. Bahkan krisis-krisis dari apa yang dinamakan
penelitian dasar pun hanya menyebabkan kerusuhan saja – bagaimanapun
dahsyatnya kadang-kadang kerusuhan itu akan tetapi tidak ada yang
musnah. Akan tetapi mengenai filsafat tidak ada “pembangunan yang
logis”. Filsafat tidak mengenal pembangunan yang tenang dan merata,
yang tadinya merupakan persoalan. Filsafat pasti mengenal sesuatu
seperti perkembangan, dan mempunyai kontinyuitasnya sendiri. Jika
tidak demikian halnya, bagaimana orang dapat berbicara tentang suatu
“sejarah filsafat”? akan tetapi ini semua secara fundamental berbeda
dengan pada ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.
Tentu saja sedikit banyak bagi setiap ilmu pengetahuan berlaku,
bahwa ilmu itu mempunyai struktur dan karakteristik tersendiri. Studi
tentang ilmu kedokteran adalah sesuatu yang berbeda sekali dengan
sejarah kesenian, dan ilmu pasti/matematika sesuatu yang berlainan
sekali dengan ilmu pendidikan. Akan tetapi untuk filsafat, hal yang
“tersendiri” ini berlaku dengan cara yang dasarnya lain. Ini menunjukkan
bahwa filsafat memiliki akar lebih dalam daripada ilmu pengetahuan.
Bahkan, ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah dasar-dasar ilmu
pengetahuan itu sendiri.
2.1.2 Pengertian Ilmu

Secara bahasa, Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,


‘ilman yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar
Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal
dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan
dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan).
Dalam Ensiklopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang
bersifat positif dan sistematis. Paul Freedman, dalam The Principles of
Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas
manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu
pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam di
masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang
meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya
serta mengubah sifat-sifatnya sendiri
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang itu.
Adapun pengertian ilmu menurut J. Arthur Thompson dalam
bukunya ”An Introduction to Science” menuliskan bahwa ilmu adalah
deskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiris yang dirumuskan
secara bertanggung jawab dalam istilah-istilah yang sederhana mungkin..
S.Ornby mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan
pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-
fakta. Poincare, menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti
definisi yang tersembunyi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses
untuk memperoleh suatu ilmu adalah dengan melalui pendekatan filsafat.

2.1.3 Pengertian Agama

Kata agama kadangkala diidentikkan dengan kepercayaan,


keyakinan dan sesuatu yang menjadi anutan. Dalam konteks Islam,
terdapat beberapa istilah yang merupakan padanan kata agama yaitu: Ad-
Din, al-Millah dan al-Syari’at Ahmad Daudy menghubungkan makna al-
Din dengan kata al-Huda (petunjuk). Makna lainnya dari agama bila
dirujuk dalam bahasa Inggris Relegion (yang diambil dari bahasa Latin:
Religio). Ada yang berpendapat berasal dari kata Relegere (kata kerja)
yang berarti “membaca kembali” atau “membaca berulangulang”
Sedangkan pendapat lainnya mengatakan berasal dari kata Religare yang
berarti mengikat dengan kencang. Dalam makna tersebut penekanannya
ada dua, yaitu pada adanya ikatan antara manusia dengan Tuhan, dan
makna membaca, dalam arti adanya ayat-ayat tertentu yang harus
menjadi bacaan bagi penganut suatu agama.
Esensi agama adalah untuk pembebasan diri manusia dari
penderitaan, penindasan kekuasaan sang tiran untuk kedamaian hidup.
Islam, seperti juga Abrahamic Religious keberadaannya untuk manusia
(pemeluknya) agar dapat berdiri bebas di hadapan Tuhannya secara benar
yang diaktualisasikan dengan formulasi taat kepada hukum-Nya, saling
menyayangi dengan sesama, bertindak adil dan menjaga diri dari
perbuatan yang tidak baik serta merealisasikan rasa ketaqwaan. Dasar
penegasan moral keagamaan tersebut berlawanan dengan sikap amoral.
Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa pokok dan dasar dari
agama adalah keyakinan sekelompok manusia terhadap suatu zat
(Tuhan). Keyakinan dapat dimaknai dengan pengakuan terhadap
eksistensi Tuhan yang memiliki sifat agung dan berkuasa secara mutlak
tanpa ada yang dapat membatasinya. Dari pengakuan tentang eksistensi
Tuhan tersebut, menimbulkan rasa takut, tunduk, patuh, sehingga
manusia mengekpresikan pemujaan (penyembahan) dalam berbagai
bentuk sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh suatu agama.

2.2 Karakteristik Filsafat, Ilmu, dan Agama


2.2.1 Karakteristik Filsafat

Karakteristik dasar filsafat oleh Jan Hendrik Rapar diungkapkan


setidaknya ada lima hal, yaitu berpikir radikal, mencari asas, memburu
kebenaran, mencari kejelasan dan berpikir rasional.
1) Berpikir Radikal; Berpikir secara radikal adalah karakter utama
filsafat, karena filosuf berpikir secara radikal, maka ia tidak akan
pernah terpaku hanya pada fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak
akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu.
Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya
untuk menemukan akar seluruh kenyataan, termasuk realitas
pribadinya. Berpikir rabikal yaitu berpikir secara mendalam, untuk
mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.
2) Mencari Asas; Karakter filsafat berikutnya adalah mencari asas
yang paling hakiki dari keseluruhan realitas, yaitu berupaya
menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas. Dengan
menemukan esensi suatu realitas, maka akan diketahui dengan pasti
dan menjadi jelas keadaan realitas tersebut, oleh karena itu, mencari
asas adalah salah satu sifaty dasar atau karakteristik filsafat.
3) Memburu Kebenaran; Berfilsafat berarti memburu kebenaran
tentang segala sesuatu. Kebenaran yang hendak dicapai adalah
kebenaran yang tidak meragukan, oleh sebab itu ia selalu terbuka
untuk dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang
lebih hakiki. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa kebenaran
filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus
bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih
pasti. Kebenaran yang baru ini pun masih bersifat terbuka untuk diuji
dan dikaji lagi sampai menemukan kebenaran yang lebih
meyakinkan. Dengan demikian, terlihat bahwa salah satu
karakteristik filsafat adalah senantiasa memburu kebenaran.
4) Mencari Kejelasan; Berfilsafat berarti berupaya mendapatkan
kejelasan mengenai seluruh realitas. Geisler dan Feinberg
mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafat ialah adanya usaha
keras demi meraih kejelasan intelektual.1Mengejar kejelasan berarti
harus berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala sesuatu

1
yang tidak jelas, yang kabur dan yang gelap, bahkan juga yang serba
rahasia dan berupa teka-teki.
5) Berpikir Rasional; Berpikir secara radikal, mencari asas,
memburu kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat
berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional. Berpikir secara
rasional berarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir logis itu
bukan hanya sekedar mengapai pengertian-pengertian yang dapat
diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik
kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari
premis-premis yang digunakan. Berpikir logis juga menuntut
pemikiran yang sistematis, di mana rangkaian pemikiran yang
berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis. Tanpa
berpikir yang logis-sistematis dan koheren, maka satu hal yang tak
mungkin dicapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berpikir kritis ialah terus menerus mengegevaluasi dan
memverifikasi argumenargumen yang mengklaim diri benar.
Berpikir logissistematis-kritis adalah ciri utama berpikir rasional,
dan berpikir rasional adalah salah satu karakteristik filsafat.
Di samping berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran,
mencari kejelasan dan berpikir rasional. Masih ada lagi beberapa hal
yang menjadi karakteristik atau ciri khas filsafat; yaitu memikirkan sifat-
sifat umum, hidup dalam kesadaran, bersifat toleran dan bersifat
subjektif.
1) Memikirkan Sifat-Sifat Umum; sebagai diketahui, bahwa ojek
kajian filsafat selalu memilih hal-hal yang umum.
2) Hidup Dalam Kesadaran; meminjam istilah Rene Descartes
(1596-1650) ‘cogito ergo sum’ saya berpikir maka saya ada. Kalimat
ini menegaskan bahwa filsfat itu memiliki ciri selalu hidup dalam
kesadaran. Aristoteles menengarai bahwa keheranan adalah sumber
yang melahirkan filsafat.
3) Bersifat Toleran; orang yang hidup tanpa kesadaran (berpikir
filosofis), yang selalu sibuk dengan aktivitas rutin dan disibukkan
oleh pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, ia tidak punya waktu
untuk berpikir secara filosofis. Pemikiran filosofis menerima kritikan
dari luar, bahkan secara internal melakukan self critic, kritik internal.
Maka menjadi ciri khas pemikiran filsafat adalah bersifat terbuka
dan toleran terhadap perbedaan pandangan atau pemikiran yang
berbeda.
4) Bersifat Subjektif; pemikiran filsafat itu menjadi milik filosuf itu
sendiri. Berpikir manusia pasti bersifat subjektif. Perbedaan ini
lumrah terjadi dalam menjawab teka-teki yang tidak habis-habisnya
karena bersifat metafisis. Walaupun jawabannya saling berlawanan,
namun dengan pengalaman apa pun tidak dapat memvonis mana
yang benar dan mana yang salah. Karena konsepsi filsafat benar-
benar asli tidak bisa digugat. Konsepsi itu bisa diserang dengan
konsepsi lain, tetapi tidak dapat dikalahkan.

2.2.2 Karakteristik Ilmu


Berdasarkan kehidupan manusia, kita dapat merasakan berbagai kemajuan yang
diakibatkan oleh perkembangan ilmu. Contoh: Anda masih ingat orang bisa
mendarat ke bulan, sebelumnya hal tersebut dianggap mustahil, tetapi dengan
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata orang sampai
juga ke bulan.

Demikian juga contoh lain yaitu orang mempunyai anak hasil bayi tabung.
Secara umum karakteristik ilmu adalah:
1. Bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Ilmu dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal baru,
dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap
orang dapat menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang
lain.

Contoh:
• Penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak
hanya
ceramah, tetapi ada metode lain misalnya diskusi yang bisa
digunakan di kelas dalam rangka mengaktifkan siswa.
• Media pembelajaran tidak selamnya harus elektronik, tetapi manual
juga bisa digunakan selama tepat dalam penggunaannya
2. Kebenarannya tidak mutlak
Kebenaran suatu ilmu tidak selamanya mutlak, hal ini terjadi karena
yang menyelidiki/menemukannya adalah manusia. Kekeliruan/kesalahan
yang mungkin terjadi bukan karena metode, melainkan terletak pada
manusia yang kurang tepat dalam penggunaan metode tersebut.

Contoh:
• Pendekatan dalam pembelajaran muncul berbagai
nama, misalnya
pembelajaran partisipatif, kontekstual learning, kooperatif learning
3. Bersifat Objektif
Prosedur kerja atau cara penggunaan metode dalam
menemukan/meneliti sesuatu harus didasarkan pada metode yang
bersifat ilmiah, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.

Contoh:
• Berbagai model pembelajaran muncul dengan diawali
penggunaannnya dalam pembelajaran, kemudian diteliti efektivitas
dari masing-masing model tersebut, kemudian disosialisasikan

Harsoyo (1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu itu ada empat, yaitu:


bersifat rasional, empiris, umum dan akumulatif.

Dari ke empat ciri tersebut, Anda diajak untuk memaknai masing-


masing ciri dan mengaplikasikannya dalam contoh-contoh kongkrit.

1. Bersifat Rasional
Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal (rasio)
yang bersifat objektif.

Contoh:
• Penggunaan pembelajaran partisipatif dapat menumbuhkan
kreativitas pada siswa, karena pada pelaksanaannya setiap siswa
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat/gagasan, atau
dalam mengambil keputusan
• Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan
kerjasama diantara peserta belajar, karena dalam pelaksanaannya
peserta belajar dibagi dalam kelompok kecil untuk memecahkan
suatu permasalahan
2. Bersifat Empiris
Ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera, ilmu
sifatnya tidak abstrak. Berdasarkan pengalaman hidup dan penelitian
dapat menghasilkan ilmu.

Contoh:
• Penggunaan pembelajaran partisipatif didasarkan pada pengamatan
bahwa keaktifan dan kreatvitas peserta didik sangat memuaskan,
karena setiap siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
berbagai aspek
• Penggunaan pembelajaran kooperatif dianggap efektif dalam
menciptakan peserta didik untuk belajar bekerja sama ketika harus
memecahkan suatu masalah, sehingga pada diri anak tumbuh rasa
kebersamaan
3. Bersifat Umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali.
Ilmu tidak hanya dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu
dapat dimanfaatkan secara makro tanpa dibatasi oleh ruang.

Contoh:
• Penggunaan model pembelajaran partisipatif ataupun pembelajaran
kooperatif tidak hanya digunakan oleh seorang guru dalam mata
pelajaran tertentu, tetapi dapat juga digunakan oleh guru lainnya
dalam mata pelajaran yang berbeda
• Penggunaan media dengan memanfaatkan potensi lokal dalam
pembelajaran dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu sesuai
dengan potensi lokal yang dimilikinya
3. Bersifat Akumulatif
Hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian
berikutnya. Ilmu sifatnya tidak statis, setelah diperoleh ilmu tentang
sesuatu, maka akan muncul ilmu-ilmu baru lainnya.

Contoh:
• Setelah muncul model pembelajaran partisipatif dan model
pembelajaran kooperatif, muncul lagi model pembelajaran lainnya ,
misalnya model kontekstual learning

Sifat ilmiah di dalam ilmu dapat diwujudkan apabila memenuhi syarat-


syarat sebagai berikut:

1. Ilmu harus mempunyai objek, karena kebenaran yang hendak


diungkapkan dan dicapai adalah kesesuaian antara yang diketahui
dengan objeknya. Kesesuaian itu mungkin tidak seluruh aspek objeknya,
tetapi sekurang-kurangnya harus sesuai dengan salah satu atau beberapa
aspek dari objeknya. Berdasarkan hal tersebut harus dibedakan antara
objek material dan objek formal yang diungkapkan ilmu. Objek material
adalah kenyataan yang diselidiki atau dibahas, misalnya manusia adalah
objek material yang dipersoalkan oleh berbagai disiplin ilmu, sedangkan
yang dimaksud dengan objek formal adalah aspek khusus atau tertentu
dari objek material yang diungkapkan oleh suatu disiplin ilmu.
Contoh:
• tentang kegiatan manusia mendidik, • tentang
kehidupan perekonomian manusia
• tentang kebudayaan manusia.

2. Ilmu harus mempunyai metode, karena untuk mencapai suatu kebenaran


yang objektif dalam mengungkapkan objeknya, ilmu tidak dapat bekerja
secara sembarangan, sehingga diperlukan cara tertentu yang tepat. Cara
tersebut harus memberi jaminan bagi tercapainya persesuaian antara
yang diketahui atau yang diungkapkan dengan kenyataan yang terdapat
pada objeknya.
Metode keilmuan harus mengungkapkan bukti-bukti atau tanda
kebenaran dari pengalaman manusia.

3. Ilmu harus sistematik. Dalam mendeskripsikan pengalaman-pengalaman


atau kebenaran-kebenaran tentang objeknya harus dipadukan secara
harmonis sebagai suatu keseluruhan yang teratur. Ilmu harus merupakan
satu kesatuan yang sistematik atau bersistem.
4. Ilmu bersifat universal atau berlaku umum. Kebenaran yang
dideskripsikan ilmu, bukanlah mengenai sesuatu hal yang bersifat
khusus atau yang individual. Kebenaran ilmiah berhubungan dengan
satu jenis. Dalam kegiatan penelitian, kebenaran ilmu harus berlaku bagi
suatu populasi tertentu dan tidak sekedar berlaku secara terbatas pada
unsur-unsurnya yang disebut sampel.

Berdasarkan perbedaan objek formal, ilmu dapat dibedakan menjadi


dua kelompok yaitu:

1. Ilmu yang objeknya benda alam dengan hukum-hukumnya yang relatif


bersifat pasti dan berlaku umum, disebut ilmu alam. Objeknya adalah
fakta-fakta alam yang tidak dipengaruhi manusia. Pengelompokkan yang
pertama ini, karena hasilnya dirumuskan sebagai kepastian, disebut juga
ilmu pasti atau ilmu eksakta.
2. Ilmu yang objeknya dipengaruhi oleh manusia termasuk juga manusia
itu sendiri, sehingga hukum-hukumnya tidak sama dengan hukum-
hukum alam karena
bersifat relatif kurang pasti, maka disebut ilmu sosial. Bukti kebenaran
ilmu ini tidak dapat diulang-ulang, karena dalam setiap pengulangan
selalu terdapat perubahan.

2.2.3 Karakteristik Agama


Menurut beliau ada Sembilan sifat khas agama:

1. Kepercayaan kepada hal-hal gaib


2. Perbedaan antara objek-objek yang suci dan yang duniawi
3. Tindakan-tindakan upacara yang dipusatkan pada objek-
objek yang suci
4. Kode moral yang dipercayai dikuatkan oleh wahyu (Tuhan)
Perasaan-perasaan rasa bersalah,
5. timbul dihadapan objek-objek yang suci dan selama tindakan-
tindakan upacara
6. Adanya doa kepada Tuhannya
7. Suatu pandangan dunia (suatu pandangan umum mengenai
dunia sebagai suatu keseluruhan dan tempat perseorangan di
dalamnya
8. Suatu organisasi yang kurang lebih menyeluruh tentang
kehidupan seorang berdasar pada pandangan dunia itu
9. Suatu kelompok social yang diikat bersama oleh delapan sifat
di atas.

2.3 Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama


2.3.1 Titik Persamaan
Filsafat, ilmu pengetahuan dan Agama adalah bertujuan setidak
tidaknya berurusan dengan hal-hal yang sama, yaitu kebenaran dan
bertindak atas dasar rumusan mengenai suatu kebenaran.

2.3.2 Titik Perbedaan


Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah Bersama-sama
bersumber dari ra’yu (akal, pikiran, budi, rasio, nalar dan reason) manusi
untuk mencari kebenaran. Sementara itu, agama mengungkapkan,
menjelaskan dan membenarkan suatu kebenaran adalah sumber dari wahyu.

2.4 Integrasi Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama


Integrasi antara filsafat, ilmu, dan agama adalah suatu yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Biasanya orang yang paham akan
filsafat, akan ada rasa keinginan untuk mencari tau, dari keingan tersebut
timbulah ilmu pengetahuan. Kemudian, dari ilmu pengetahuan tersebut,
timbulah objek pengkajian atau riset membuktikan apakah ini benar atau
tidak karena sejatinya ilmu itu bersifat absolut. Disamping itu, adanya
agama juga sebagai wahyu seluruh umat manusia. Bagi umat muslim,
wahyu (Al-Qur’an) itu sebagai penguat atau keyakinan akan ilmu
pengetahuan yang mana sebelumnya sudah dijelaskan.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Integrasi Filsafat, Ilmu, dan Agama adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Ketiga elemen tersebut jika digabungkan akan menjadi
elemen yang kuat sebagai bukti adanya asal muasal segala sesuatu. Di
samping itu, terdapat perbedaan antara filsafaat dengan ilmu dan agama.
Daftar Pustaka
Abd. Wahid. (2012). Korelasi Agama, Filsafat Dan Ilmu. Jurnal Substantia,
14(2), 224–231. Retrieved from
substantiajurnal.org/index.php/subs/article/viewFile/95/93
Bruno, L. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Noor, F. A. (2019). Karakteristik Sains dalam Pemikiran Filosofis
Kontemporer (Tinjauan Filsafat Ilmu-Ilmu Keislaman). AL-MURABBI:
Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman, 6(1), 1–12.
Ritaudin, M. S. (2017). Mengenal Filsafat Dan Karakteristiknya. Kalam,
10(2), 127. https://doi.org/10.24042/klm.v9i1.324
Zayyadi, A., Ilmu, F., Persamaan, P., & Bakir, M. (n.d.). Filsafat Ilmu
antara Ilmu dan Agama. 51–64.

Anda mungkin juga menyukai