Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA (K A K)

PENGELOLAAN PELAYANAN

KESEHATAN BALITA

BULAN MEI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2021
PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI
DINAS KESEHATAN
Jalan Pandanaran Nomor 156, Boyolali 57311, Provinsi Jawa Tengah
Telp. (0276) 321009, Faks. (0276) 325847, e-mail : dinkes@boyolali.go.id

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )


PENGELOLAAN PELAYANAN KESEHATAN BALITA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI
BULAN MEI TAHUN 2021

I. LATAR BELAKANG

A. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang –
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perseorangan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya
Kesehatan Anak;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneseia Nomor 97 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2018
tentang Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun
Anggaran 2021;

B. Gambaran Umum Kegiatan


Pembangunan Kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan
manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui Upaya Kesehatan Anak
yang dilakukan sedini mungkin sejak masih dalam kandungan. Stimulasi adalah
kegiatan yang merangsang kemampuan dasar anak umur 0 – 6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi
secara rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang
yang terdekat anak, pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok
masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan
sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kegiatan stimulasi deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang anak (SDIDTK) yang menyeluruh
dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga,
masyarakat, organisasi profesi akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang
anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang Pendidikan formal.
Perkembangan anak dari masa konsepsi sampai dewasa merupakan
tanggung jawab semua pihak baik orang tua, masyarakat, petugas Kesehatan
dan negara. Negara melaksanakan berbagai upaya Kesehatan yang dilakukan
sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya,
seperti halnya Undang – Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 yang
menyebutkan upaya pemeliharaan Kesehatan bayi dan anak harus ditujukan
untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
Untuk meningkatkan status Kesehatan anak, Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali beserta jaringannya telah melaksanakan berbagai upaya Kesehatan
baik yang bersifat promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatiF dengan
pendekatan siklus kehidupan / continuum of care yang berarti bahwa upaya
Kesehatan tersebut ditujukan sejak masa sebelum anak dalam masa kandungan
(remaja dan calon pengantin), persalinan, bayi baru lahir, balita sampai pra
sekolah. Diharapkan dengan kualitas hidup anak yang baik, akan menghasilkan
generasi penerus bangsa yang baik pula.

C. Alasan Kegiatan Dilaksanakan


Angka kematian bayi adalah salah satu indikator yang menentukan IKM
(Indeks Kesehatan Masyarakat) di suatu daerah tertentu, dalam kurun waktu
tertentu. Juga merupakan potret capaian pelayanan kesehatan anak, di samping
capaian indikator pelayanan kesehatan anak lainnya seperti :
1. Cakupan pelayanan kesehatan neonatal lengkap
2. Cakupan penangan neonatal risiko tinggi atau komplikasi
3. Cakupan pelayanan kesehatan bayi
4. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita
5. Cakupan pelayanan kesehatan balita
6. Cakupan SDIDTK balita
7. Cakupan pelayanan Balita sakit berkunjung di MTBS
AKB yang antara lain disebabkan asfiksia (gagal nafas saat lahir, bayi lahir
dengan berat badan rendah (BBLR), infeksi neonatus, pneumonia, diare dan gizi
buruk. Status gizi buruk bayi antara lain disebabkan belum tepatnya pola asuh
khususnya pemberian ASI eksklusif.
Komitmen yang dirasakan masih kurang dari pemangku kebijakan, pemberi
pelayanan, masyarakat dan individu menjadi point penting masih tingginya AKI
dan AKB. Selain itu pelaksanaan pelayanan kesehatan masih belum optimal
disebabkan karena belum terpenuhinya prasarana dan sarana serta belum
meratanya pendayagunaan tenaga kesehatan baik di tingkat dasar maupun
rujukan.

II.TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


A. Tujuan Umum
Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita Kabupaten
Boyolali.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan status kesehatan bayi dan balita sehingga mampu tumbuh dan
berkembang sesuai standar tumbuh kembangnya.
2. Meningkatkan status kesehatan bayi dan balita sehingga mampu menjadi
generasi yang berkualitas
3. Meningkatkan akses serta kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita
4. Menjamin tercapainya kulitas hidup anak

III.SASARAN
Sasaran dari kerangka acuan kerja pengelolaan pelayanan kesehatan balita ini
adalah semua pengelola KIA Puskesmas, yang terdiri dari :

1. Kepala Puskesmas
2. Dokter Puskesmas
3. Bidan Koordinator Program Kesehatan Ibu dan Anak
4. Bidan Koordinator Puskesmas Mampu Salin
5. Petugas Gizi
6. Bidan Desa

IV.ANALISA SITUASI
Di atas telah disebutkan bahwa salah satu indikator yang menentukan Indeks
Kesehatan Masyrakat adalah salah satunya adalah Angka Kematian Bayi. Sampai
dengan Bulan April 2021 di Kabupaten Boyolali sudah ada 46 kasus kematian bayi,
yang berarti AKB Boyolali sudah mencapai 3,2 per 1000 kelahiran hidup. Sementara
batas AKB tahun 2021 maksimal 10,4 per 1000 kelahiran hidup. Dan ada kematian
anak balita 6 kasus, sehingga ada 52 kasus kematian balita atau 2,8 per 1000
kelahiran hidup. Sementara batas Angka Kematian Balita tahun 2021 adalah 8 per
1000 kelahiran hidup.
Kematian bayi tersebut antara lain disebabkan asfiksia (gagal nafas saat lahir,
bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), infeksi neonatus, pneumonia, diare dan
gizi buruk. Status gizi buruk bayi antara lain disebabkan belum tepatnya pola asuh
khususnya pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, target pelayanan
kesehatan balita Bulan April adalah 33,3 % dan pelayanan MTBS 100 %. Potret
capaian kinerja pelayanan kesehatan balita Kabupaten Boyolali selama 3 tahun
terakhir bisa dilihat dari tabel berikut :
No Indikator Pelayanan April 2021 ( %)

1. Pelayanan kesehatan neonatal lengkap 30,9


2. Penanganan neonatal risiko tinggi atau komplikasi 16,9
3. Pelayanan kesehatan bayi 36,5
4. Pelayanan kesehatan anak balita 26,4
5. Pelayanan kesehatan balita 31,9
6. Balita sakit berkunjung di MTBS 69,7
7. SDIDTK pada Balita 26,4

Akses pelayanan kesehatan balita tidak mencapai target, hal ini dikarenakan
adanya keterbatasan akses pelayanan kesehatan balita. Terutama akses pelayanan
kesehatan di luar gedung, sebagai dampak pembatasan social dan physical
distancing. Kunjungan balita sakit juga belum memakai Pelayanan MTBS semua.

V.PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Indikator dan keluaran Mei 2021
Indikator Keluaran
Indikator
No
Kegiatan
Kualitatif Kuantitatif
1. Pelayanan a. Kunjungan neonatal minimal 3 kali, yaitu : 41,5 %
Kesehatan 1) Kunjungan Neonatal 1 (KN 1) 6 – 48 jam
Neonatal 2) Kunjungan Neonatal 2 (KN 2) 3 – 7 hari
3) Kunjungan Neonatal 3 (KN 3) 8 – 28 hari
b. Mendapatkan pelayanan essensial pada saat lahir (0-6)
jam, meliputi :
1) Pemotongan dan perawatan tali pusat.
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3) Injeksi vitamin K1.
4) Pemberian salep/tetes mata antibiotic
5) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
c. Mendapatkan pelayanan Neonatal Esensial setelah
lahir (6 jam – 28 hari), meliputi:
1) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI
eksklusif.
2) Memeriksa kesehatan dengan menggunakan
pendekatan MTBM.
3) Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di
fasilitas pelayanan kesehatan atau belum
mendapatkan injeksi vitamin K1.
4) Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24
jam yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan.
5) Penanganan dan rujukan kasus neonatal
komplikasi.
2. Pelayanan Mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi :
Kesehatan a. Penimbangan minimal 8 kali setahun.
Bayi b. Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali
41,5 %
/tahun.
c. Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun.
d. Pemberian kapsul vitamin A pada usia 6-11 bulan 1
kali setahun.
e. Pemberian imunisasi dasar lengkap
f. Pelayanan bayi sakit menggunakan pendekatan MTBS
3. Pelayanan Mendapatkan pelayanan kesehatan, meliputi :
Kesehatan a. Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali
Balita dalam kurun waktu 6 bulan).
b. Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun.
c. Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/ tahun. 41,5 %
d. Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun.
e. Pemberian Imunisasi Lanjutan.
f. Pelayanan balita sakit menggunakan pendekatan
MTBS

B. Penerima manfaat
Semua balita di wilayah Kabupaten Boyolali
C. Cara Pelaksanaan Kegiatan
1. Pembinaan tentang pelayanan balita komprehensif dan berkualitas.
a. Pertemuan rutin dan situasional baik secara langsung maupun virtual
b. Kunjungan ke puskesmas
2. Orientasi dan sosialisasi baik secara langsung maupun virtual
3. Pengadaan alat-alat medis untuk menunjang pelayanan KIA
4. Monitoring dan evaluasi
a. Laporan program dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan
b. Visitasi ke Puskesmas
D. Jadwal Kegiatan
Tanggal Kegiatan
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 13 14 15 16 1 18 19 20 2 22 23 24 2 26 27 28 2 30
2 7 1 5 9
1 Mengolah laporan ۷ ۷
Membuat rancangan
2
KAK
۷ ۷ ۷
Menyajikan hasil
3
evaluasi kinerja
۷ ۷
Monev pelayanan
4
KIA
۷ ۷ ۷
Mengolah &
5 Mengirim laporan ۷ ۷
Provinsi
Membuat laporan
6
monev
۷
Koordinasi &
7
persiapan AMP
۷ ۷ ۷
Membuat rancangan
pedoman pelayanan
8
kesehatan ibu hamil,
۷ ۷ ۷
ibu bersalin & balita
Refreshing
9
Konseling Catin
۷
Peningkatan KB
10 dalam rangka ۷
penurunan AKI
11 Membuat SOP KIA ۷ ۷ ۷
Mengumpulkan
12
laporan KIA
۷ ۷
13 Mengolah laporan ۷ ۷
E. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana pengelolaan pelayanan kesehatan balita adalah Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.

VI.PEMBIAYAAN
Pengelolaan pelayanan kesehatan balita bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2021 kegiatan peningkatan
pelayanan kesehatan balita.

VII.LOKASI
Pengelolaan pelayanan kesehatan balita berlokasi di Dinas Kesehatan dan semua
Puskesmas di Kabupaten Boyolali.

VIII.PENUTUP
Demikian kerangka acuan kerja ini dibuat sebagai dasar pengelolaan pelayanan
kesehatan balita Kabupaten Boyolali Bulan Mei Tahun 2021. Apabila terdapat hal-hal
yang bertentangan dengan ketentuan, peraturan, pedoman dan kebijaksanaan
pemerintah yang berlaku, maka segala sesuatu yang termaktub didalam Kerangka
Acuan ini akan diteliti dan disimpan kembali. Hal-hal yang belum diatur dalam
Kerangka Acuan ini akan ditetapkan lebih lanjut.

KEPALA DINAS KESEHATAN KEPALA SEKSI


KABUPATEN BOYOLALI KESGA DAN GIZI MASYARAKAT

dr. RATRI S SURVIVALINA, MPA dr. ARIYANTO, MMR


Pembina Tingkat I Pembina
NIP. 19711009 200212 2 006 NIP. 19750821 200604 1 011

Anda mungkin juga menyukai