Long Case Jiwa
Long Case Jiwa
SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh:
Cita Pratiwi
1102013065
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MA
Tempat/Tgl. lahir : Jakarta, 25 Juni 1984 (32 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum menikah
Bangsa/Suku : Betawi
Alamat : Kemanggisan, Jakarta Barat
Dokter yang merawat : dr. Asmarahadi, Sp.KJ
Masuk RS tanggal : 31 Mei 2017
Ruang perawatan : Bangsal Perkutut
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Datang diantar keluarga (kakaknya)
II.RIWAYAT PSIKIARTIK
Autoanamnesis :
Tanggal 3 Juni 2017, pukul 16.00 WIB, di Bangsal Perkutut Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan
Tanggal 5 Juni 2017, pukul 10. 00 WIB di Bangsal Perkutut Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan
2
Tanggal 6 Juni 2017, pukul 16. 00 WIB di Bangsal Perkutut Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis :
Tanggal 5 Juni 2017, pukul 20.30 WIB dilakukan alloanamnesis dengan kakak pasien
(tinggal bersama dan mengurus pasien)
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke IGD RSJSH diantar oleh kakaknya dengan keluhan suka
mengamuk sejak 3 hari SMRS
3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat dengan keluhan ini. Pasien pernah dibawa ke
dukun namun tidak ada perubahan dari perilaku pasien.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak mengalami sakit yang serius sebelumnya. Pasien tidak mempunyai
riwayat kejang, kecelakaan atau trauma pada kepala yang menyebabkan adanya
pingsan atau penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat minum kopi setiap hari, merokok
satu bungkus sehari, dan tidak mengkonsumsi alkohol maupun narkoba.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
A. Grafik Perjalanan Penyakit
2014
2015
4
Serangan yang muncul semakin berat, pasien terlihat semakin murung
Pasien berhenti bekerja
2016
5
Pasien memiliki banyak teman dan suka bermain sepak bola dengan teman-
temannya.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga SMP. Menurut keluarga pasien, prestasi pasien
biasa saja saat di bangku sekolah, tidak menonjol, dan selalu naik kelas.
5. Riwayat Pekerjaan
Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah bekerja sebagai tukang ojek, namun pada
tahun 2015 berhenti bekerja.
6. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam tetapi jarang sholat.
7. Kehidupan perkawinan/psikoseksual
Pasien belum pernah menikah.
8. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pada tahun 2010 pasien pernah di penjara selama 9 bulan karena sedang bersama-
sama temannya yang memakai ganja. Tetapi pasien tidak mengkonsumsinya.
E. RIWAYAT KELUARGA
: Laki-laki, sehat
: Perempuan, sehat
: Laki-laki, sakit
6
Pasien merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Pasien tinggal bersama Ibu,
kakak, adik, dan keponakannya. Ibu dan Ayah pasien sudah bercerai sejak pasien SD.
Kakak ke-6 memiliki sakit yang sama dengan pasien dan kini sedang di rawat di Rumah
Sakit dan bangsal yang sama.
7
b. ALAM PERASAAN
1. Mood : hipotim
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : serasi
c. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) halusinasi auditorik
2. Ilusi : (-) Tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) Tidak ada
4. Derealisasi : (-) Tidak ada
d. FUNGSI INTELEKTUAL
1. Taraf pendidikan : SMP
2. Pengetahuan umum : Baik (pasien mengetahui nama presiden Indonesia saat
ini)
3. Kecerdasan : Rata-rata (pasien tidak pernah tinggal kelas)
4. Konsentrasi : Baik (pasien dapat mengeja kata BUMI yang dibalik)
5. Perhatian : Perhatian cukup (pasien selalu melakukan kontak mata
saat wawancara)
6. Orientasi :
a. Waktu : Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam hari)
b. Tempat: Terganggu (pasien tidak mengetahui dirinya sekarang berada di
RS)
c. Orang : Baik (pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh dokter muda)
7. Daya ingat:
a. Jangka panjang : Baik (pasien mengingat nama kakak dan adiknya).
b. Jangka pendek : Baik (pasien mengingat menu makan pagi dan kegiatan
yang ia lakukan di RS)
c. Segera : Baik (Saat diakhir wawancara, pasien masih dapat
mengingat nama dokter muda)
8
8. Pikiran abstrak : Baik (pasien dapat menjawab persamaan jeruk dengan
bola)
9. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya
ditentukan oleh pemeriksa)
10. Kemampuan menolong diri: Baik (pasien bisa makan, mandi, buang air kecil dan
berpakaian sendiri)
e. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : miskin ide
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya bahasa : (-)
2. Isi pikir
a. Waham : (+) waham rujukan
b. Preokupasi : (-) Tidak ada
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada
f. PENGENDALIAN IMPULS
Baik. Saat wawancara, pasien tampak tenang.
g. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Daya nilai realitas : Terganggu
h. TILIKAN
Derajat I: pasien tidak merasa dirinya sakit
i. RELIABILITAS
Dapat dipercaya: Pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan.
9
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
Keadaan umum:
o Kesan gizi : cukup
o Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital:
o Tekanan darah : 120/80
o Nadi : 95 x/menit
o Suhu : 370C
o Pernafasan : 20 x/menit
Kulit : coklat, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban normal
Kepala : normosefal, rambut hitam , distribusi merata, tidak mudah rontok
Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
10
o Palpasi: ictus cordis teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (+2)
Ekstremitas: akral hangat, udem (-), ulkus (-)
B. STATUS NEUROLOGIK
Saraf kranial : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : tidak ada
Motorik : tidak terganggu
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi luhur : tidak terganggu
Gejala EPS : akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor
(-), distonia (-), tardive diskinesia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada hasil pemeriksaan penunjang. Disarankan untuk memeriksa darah rutin, GDS,
SGOT, SGPT, ureum, kreatinin untuk screening.
-Pasien datang diantar oleh kakaknya ke IGD RSJ Soeharto Heerdjan karena suka mengamuk
sejak 3 hari SMRS
-Satu minggu ini pasien suka mengganggu lingkungan dengan memukul-mukul pintu rumah
tetangganya.
-Pasien pernah bercerita pada kakaknya ada yang berbisik di telinganya
-Pasien sering terlihat berbicara sendiri dan berteriak.
11
-Pada saat keluarga sedang berkumpul, pasien sering merasa curiga keluarganya sedang
membicarakannya dan kemudian pasien marah-marah
-Kakak pasien mengatakan bahwa ia pernah hampir dipukul saat menonton tv oleh pasien
tanpa sebab.
-Semenjak tahun 2014 pasien banyak berdiam diri di dalam kamar dan jarang berkomunikasi
dengan orang rumah.
-Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri
12
Aksis II : Tidak ada
Aksis IV : pasien selalu berdiam diri di dalam kamar dan jarang berkomunikasi dengan
keluarga
Aksis IV : Pasien selalu berdiam diri di dalam kamar dan jarang berkomunikasi dengan
keluarga
IX. PROGNOSIS
- Quo vitam : Dubia ad bonam (tidak ada tanda gangguan mental organic dan
tidak ada percobaan bunuh diri).
- Quo functionam : Dubia ad bonam (selama pasien meminum obat dengan dosis
yang tepat, gejala akan terkontrol sehingga pasien dapat
melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik).
- Quo sanationam : Dubia ad bonam (dengan meminum obat secara teratur dan
disiplin diharapkan dapat mencegah terjadinya kekambuhan)
13
- Terdapat keluarga yang memiliki keluhan yang sama
- Pasien baru pertama kali berobat ke dokter
XII. TERAPI
a. Rawat inap
- Indikasi: pasien mengamuk tanpa sebab, mencegah kejadian mencelakai orang
lain.
b. Medikamentosa:
- Risperidone 2 x 2 mg PO
Alasan pemeberian: Risperidon adalah salah satu first-line treatment pada
pasien dengan gejala psikosis. Risperidon merupakan obat antipsikotik
generasi 2 atau antipsikotik atipikal, yang bekerja sebagai antagonis reseptor
serotonin (terutama 5HT2A) dan reseptor dopamine D2. Risperidon dapat
digunakan untuk mengobati baik gejala positif maupun negative karena
aktivitasnya sebagai antagonis reseptor D2 yang tidak terlalu kuat sehingga
efek samping terutama efek samping ekstrapiramidal rendah, dan juga
aktivitasnya terhadap reseptor serotonin 5HT2 yang juga tinggi sehingga juga
dapat digunakan untuk mengobati gejala negatif.
c. Non-medikamentosa:
Psikoedukasi:
- Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien,
rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
14
- Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat sesuai
aturan dan datang kontrol ke poli.
- Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan membantu
keadaan pasien.
Psikoterapi:
15