Anda di halaman 1dari 19

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM DARI METHYLENE

BLUE

LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROSKOPI

Disusun Oleh :

Nama : Alzaidane Widad Taufik

NPM : F1B019037

Dosen Pengampu : 1. Drs. Bambang Trihadi, M.S.

2. Dr. Teja Dwi Susanto, M.Si.

Asisten Dosen : 1. Tsaniyah Wulandari (F1B017008)

2. Retno Palupi (F1B017034)

3. Tri Apri Miranda (F1B017064)

4. Sekar Ayu Indriani (F1B018004)

Hari/Tanggal : Senin/17 Mei 2021

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSTAS BENGKULU
2021
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dari Methylene Blue

I. Tujuan

Adapun tujuan percobaan kali ini adalah menentukan panjang gelombang


maksimum dari methylene blue.

II. Landasan Teori

Penentuan Panjang Gelobang Maksimum Panjang gelombang maksimum ditentukan


untuk mengetahui titik daerah serapan terbesar dari konsentrasi larutan standar.
Pengukuran ini dilakukan pada panjang gelombang maksimum sehingga sesnditivitas
alat juga akan maksimum dan diharapkan perubahan adsorpsi sampel pers atuan
konsentrasi adalah yang terbesar. Selain itu, pita adsorpsi disekitar panjang gelombang
rata, sehingga kepekaan analisi menjadi lebih baik dan pengaturan ulang panjang
gelombang akan menghasilkan kesalahan analisis yang kecil[7]. Penentuan panjang
gelombang dari larutan methylene blue dilakukan dengan larutan standar 3 ppm dan
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 650-670 nm (Huda & Yulitaningtyas,
2018).

Pada larutan zat warna methylene blue dilakukan pengukuran panjang gelombang
maksimum dari panjang gelombang 600-700 nm dengan spektrofotometer UV-VIS.
Panjang gelombang optimum adalah panjang gelombang yang memiliki kepekaan yang
optimum, bentuk kurva absorbansi datar, serta jika dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasang ulang panjang gelombang akan sangat kecil.
Pengaruh pH, Massa, dan Suhu dalam proses adsorpsi zat warna Metyhlene Blue
sangatlah berpengaruh. Hasil penurunan kadar zat warna Metyhlene Blue dengan
memvariasikan pH, massa, dan suhu (Irawan et al, 2018).

Di sini, metode baru berdasarkan transfer energi resonansi fluoresensi (FRET)


antara titik-titik karbon (CD) dan glifosat (Gly) dirancang untuk deteksi Gly. CD
disintesis melalui facile dan one-step metode hidrotermalmenggunakan asam sitrat dan
Tris. CD memiliki efek fluoresensi dan eksitasi yang kuat perilaku emisi yang
bergantung pada panjang gelombang dengan eksitasi maksimum dan panjang
gelombang emisi pada 340 nm dan 410 nm, masing-masing. Namun, keberadaan
glifosat dapat secara efektif memadamkan intensitas fluoresensi dari CD melalui FRET
dan fenomena ini telah dimanfaatkan untuk merancang sebuah Gerbang logika “DAN”
untuk merasakan Gly secara sensitif untuk pertama kalinya. Selanjutnya metode yang
diusulkan telah berhasil dimanfaatkan untuk mendeteksi glifosat pada sampel air
dengan hasil yang memuaskan. Batas deteksi untuk glifosat adalah 0,6 mol L − 1 (3 / k),
dengan rentang linier 0,02–2,0 mol L − 1. Ini menjanjikan pendekatan untuk
penyaringan cepat glifosat dalam sampel air lingkungan tanpa menggunakan biaya
apapun instrumen (Yuan et al., 2017).
Analisis difraksi dan penentuan tegangan sisa dilakukan dengan metode
SWXRD dengan W target sinar-X karakteristik Ka1 sebagai sumber sinar-X memiliki
panjang gelombang 0,208992 A˚ (setara dengan 59,3 keV energi foton [20]) yang
dibuat oleh difraktometer sinar-X panjang gelombang dengan tabung tegangan 200 kV
dan arus 4 mA. Seperti yang ditunjukkan di Gambar. 2, area proyeksi pada sampel tegak
lurus dengan balok iradiasi melalui celah kolimator selebar 0,1 mm adalah 0,4 9 0,1
mm2. Itu posisi titik pengujian ditentukan oleh insiden sinar-X dan transmisi sinar-X
difraksi melalui celah penerima. Titik pengujian ditemukan di tengah bidang difraksi
Ewald dari difraktometer ditentukan oleh kejadian dan menerima celah, dimana posisi
spasialnya berada tidak berubah. Jarak sumber ke sampel dan sampel ke detektor sekitar
350 dan 300 mm, masing-masing (Ji et al., 2017).

Uji methylene blue atau metilen biru (MB) telah menjadi populer karena uji ini
mudah diaplikasikan dan tidak memerlukan peralatan khusus. Namun, uji ini mampu
menghasilkan data akurat untuk karakterisasi indeks tanah (Setianingsih, 2018).
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Spektrofotometer 2. Labu Ukur 3. Botol Semprot
UV-Vis

4. Pipet Tetes 5. Kuvet 6. Pipet Ukur

7. Filler 8. Gelas Kimia

3.1.2 Bahan
1. Methylene Blue 2. Sampel 3. Aquades
3.2. Prosedur Kerja

3.2.1 Preparasi larutan untuk kurva standar

Larutan metilen blue 100 ppm

ditambahkan kedalam labu takar dengan variasi


volume 0.2 mL, 0.4 mL, 0.6 mL, 0.8 mL dan 1 mL

ditambahkan aquades sampai tanda batas

Larutan standar

3.2.2 Pengukuran panjang gelombang

Larutan standar 4 ppm


Dimasukkan kedalam kuvet dan
dibersihkan dengan tisu

Diukur menggunakan panjang gelombang 500-700


nm dengan interval kenaikan 10 nm

Spektrofotometer
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Pengukuran dilakukan terhadap larutan standar methylene blue 4 ppm.
Panjang Gelombang (nm) Absorbans (A)
500 0,01
510 0,02
520 0,03
530 0,05
540 0,05
550 0,08
560 0,10
570 0,14
580 0,20
590 0,25
600 0,31
610 0,41
620 0,43
630 0,46
640 0,50
650 0,61
660 0,72
670 0,68
680 0,42
690 0,21
700 0,09
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan konsentrasi methylene blue
1. Methylene blue 0,2 ml

V1M1 =V2M2

0,2 mL. 100 ppm = 10 mL. M2

M2 =

M2 = 2 ppm
2. Methylene blue 0,4 ml

V1M1 =V2M2

0,4 mL. 100 ppm = 10 mL. M2

M2 =

M2 = 4 ppm
3. Methylene blue 0,6 ml

V1M1 =V2M2

0,6 mL. 100 ppm = 10 mL. M2

M2 =

M2 = 6 ppm
4. Methylene blue 0,8 ml

V1M1 =V2M2
0,8 mL. 100 ppm = 10 mL. M2

M2 =

M2 = 8 ppm

5. Methylene blue 1 ml

V1M1 =V2M2

1 mL. 100 ppm = 10 mL. M2

M2 =

M2 = 10 ppm

4.3 Grafik

Absorbans (A)

0,8
Absorbans (A)
0,7
0,6 Linear (Absorbans
0,5 (A))
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
450 500 550 600 650 700 750
4.4 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan
percobaan menentukan panjang gelombang serapan
maksimum dari Methilene Blue dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis yang
digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis tipe Single

Gambar Proses
Beam, sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran blanko
Penentuan Panjang dan sampel secara bersamaan. Pengukuran harus dilakukan
Gelombang secara bergantian, sehingga memerlukan waktu
ekstra dibandingkan menggunakan spektrofotometer UV-Vis double beam
(Solikha, 2018).
Ditentukan panjang gelombang suatu blanko yaitu aquades. Ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya zat yang menganggu blangko, karena akan
mempengaruhi hasil analisis nantinya. Selanjutya penentuan panjang gelombang
pada larutan standar 4 ppm. Penentuan kurva standar dilakukan dengan memasukkan
konsentrasi 4 ppm ke dalam UV-Vis. Pada saat menggunakan spektrometer UV-Vis
harus dilakukan dengan cepat, karena jika UV-Vis terbuka terlalu lama maka
kelembabannya akan berubah yang nantinya akan mempengaruhi hasil percobaan.
Pada pembuatan larutan, Methilene Blue diencerkan menjadi beberapa
konsentrasi yang berbeda. Larutan Metilene Blue dengan konsentrasi 100 ppm
diencerkan dengan menggunakan labu takar atau labu ukur. Masing masing volume
Methilene blue yang digunakan antara lain adalah 0,2 mL, 0,4 mL, 0,6 mL,08 mL,
dan 1 mL. Sehingga, konsentrasi methylene blue yang diperoleh setelah pengenceran
masing masing adalah 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Metode yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi setelah pengenceran adalah metode
perhitungan dengan rumus pengenceran atau sering juga disebut dengan rumus
titrasi, dimana, perbandingan terbalik antara volume dan konsentrasi 0,0 0,1 0,2 0,3
0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 450 500 550 600 650 700 750. Grafik Hubungan Panjang
Gelombang Dengan Absorbansi Larutan Methylene Blue 4 ppm Gambar preparasi
larutan. menghasilkan sebuah konstanta yang konstan, sehingga secara matematis
dapat dituliskan V1.M1 = V2.M2 (Sukmaningrum et al., 2021).
Walaupun terdapat beberapa variasi konsentrasi dari methylene blue yang
disediakan, hanya methylene blue dengan konsentrasi 4 ppm yang ditentukan
panjang gelombang serapan maksimumnya. Pada penentuan panjang gelombang
maksimum larutan methylene blue 4 ppm, terlebih dahulu disiapkan larutan blanko
dan larutan sampel. Larutan blanko dan larutan sampel dimasukan kedalam kuvet,
dimana, pada saat pemasukan larutan kedalam kuvet harus dilakukan dengan hati
hati dan tidak meninggalkan bekas berkas sidik jari pada bagian bawah kuvet.
Apabila terdapat berkas noda atau berkas sidik jari pada kuvet maka akan
mempengaruhi hasil dari absorbansi pada pengukuran dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Pada saat melakukan pengukuran panjang gelombang,
terlebih dahulu diukur blanko sebagai standar pada pengukuran sampel. Larutan
blanko yang umum digunakan adalah aquades atau H2O. Setelah mengukur blanko,
maka dapat di ukur panjang gelombang sampel. Pengukuran panjang gelombang
yang dilakukan adalah antara panjang gelombang 500nm-700nm dengan interval
antar pengukuran adalah 10 nm. Setiap data pengukuran dicatat dan digunakan untuk
membuat grafik hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi. Panjang
gelombang maksimum adalah panjang gelombang yang paling efektif digunakan
untuk pengukuran, dimana ditandai dengan terjadinya penyerapan atau absorbansi
tertinggi (Aminah et al., 2017).
Dari grafik hubungan antara panjang gelombang serapan dengan absorbansi
dapat ditentukan panjang gelombang maksimum dari methylene blue 4 ppm. Panjang
gelombang maksimum methylene blue pada grafik adalah puncak curva pada grafik,
dimana pada percobaan ini menunjukan angka 660 ppm. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa pengukuran absorbansi methylene blue efektif pada panjang
gelombang 660 ppm.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Panjang


gelombang ditentukan dengan menentukan panjang gelombang dengan serapan
(Absorbansi) terbaik atau terbesar, didapatkan panjang gelombang maksimum
methylene blue adalah 660 ppm.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya, bahan dapat diganti dengan bahan
alami, misalnya methylene blue dapat diganti dengan perasan kunyit agar dapat
dijadikan perbandingan pada percobaan yang akan dilakukan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, A., Tomayahu, N. and Abidin, Z., 2017. Penetapan kadar flavonoid total
ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea Americana Mill.) dengan
metode spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 4(2).

Huda, T dan Yulitaningtyas, T.K. 2018. Kajian Adsorpsi Methylene Blue Menggunakan
Selulosa dari Alang-Alang. Jurnal Chemistry Anal, 1(1), 9-19.

Ji, P., Zhang, J., Zheng, L., Xiao, Y., Dou, S., Cui, X. and Lian, Y., 2017. Comparison
of residual stress determination using different crystal planes by short-
wavelength X-ray diffraction in a friction-stir-welded aluminum alloy
plate. Journal of Materials Science, 52(21).

Rizaldi Riski Irawan, Edy Saputra, David Andrio. 2018. ADSORPSI ZAT WARNA
METHYLENE BLUE DENGAN MENNGUNAKAN ABU SAWIT SEBAGAI
ADSORBEN. Jom FTEKNIK, 5 (1).

Setianingsih. 2018. Karakterisasi Pori dan Luas Muka Padatan. Universitas Brawijaya
Press : Malang.

Solikha, D.F., 2018. Analisis Kadar Fe2+ dari suatu Sampel Limbah Laboratorium X di
Kota Bandung Menggunakan Spektrofotometri Uv-vis Jenis Spectronik-
20. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(8).

Sukmaningrum, K., Yudistira, A. and Antasionasti, I., 2021. UJI AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL SPONS (Stylissa sp.) YANG
DIKOLEKSI DARI TELUK MANADO. PHARMACON, 10(1).

Yuan, Y., Jiang, J., Liu, S., Yang, J., Yan, J. dan Hu, X., 2017. Fluorescent carbon dots
for glyphosate determination based on fluorescence resonance energy
transfer and logic gate operation. Sensors and Actuators B: Chemical, 242.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai