Anda di halaman 1dari 6

1.

Jelaskan cara kerja analisis sistem dari David Easton dengan menggunakan studi
kasus penghapusan subsidi BBM!

Adapun alisis system dari David Easton adalah mengunakan skema system politik Efek
Domino atau reaksi berantai sebuah efek kumulatif yang dihasilkan saat satu peristiwa
menimbulkan serangkaian peristiwa serupa. Studi kasus yang digunakan adalah menuntut
tidak menaikkan BBM. Karena jelas sangat banyak masyarakat menolak kenaikan BBM
karena akan menyababkan Efek Domino karena jika BBM naik maka harga barang maupun
segala kebutuhan pokok akan naik pula. dengan demikian dapat mempengaruhi daya beli
masyarakat karena masih banyak rakyat Indonesia yang daya belinya rendah. Sehingga mau
tidak mau akan ada penolakan rencana kenaikan BBM. Misalnya Jika DPR mendukung dan
mendengar aanspirasi masyarakat dalam menolak kenaikan BBM bisa jadi kenaikan harga
BBM dibatalkan. Tetapi sebenarnya input dari pengaplikasian sistem politik tersebut
merupakan wujud dari lanjutan suatu sistem politik sebelumnya. Rencana pemerintah
menaikan harga BBM merupakan output yang dikarenakan oleh adanya input tuntutan berupa
tingginya harga minyak dunia dan dukungan agar subsidi pemerintah tidak membengkak.
Begitulah contoh pengaplikasian skema sistem politik David Easton

Sumber Kutipan Wendygipn

https://wendygipn.wordpress.com/2012/10/05/tugas-kuliah-contoh-pengaplikasian-sistem-
politik-david-easton/
2. Jelaskan bagaimana sosialisasi politik dan pembentukan budaya politik dilakukan
pada masyarakat dengan teknologi digital saat ini!

Pengaruh Media Massa dalam budaya politik dapat merubah gaya hidup atau
budaya lokal setempat, dengan cara mempengaruhi (persuade) cara berfikir suatu
kelompok atau kalangan masyarakat tertentu agar menyukai atau mengikuti suatu hal
yang baru atau asing bagi mereka. Pengaruh dari media massa tersebut dapat
berdampak positif maupun negatif dan dapat berwujud dalam suatu proses
modernisasi ataupun westernisasi. Dan juga Media massa mempunyai peran yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Peran komunikasi sangat menentukan
dalam penyampaian informasi maupun suatu kebijakan pemerintah. Sejalan dengan
tingkat perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat, maka metode
komunikasi pun mengalami perkembangan yang pesat pula. Namun semua itu,
mempunyai aksentuasi sama yakni komunikator menyampaikan pesan, ide, dan
gagasan, kepada pihak lain (komunikan). Hanya model yang digunakannya berbeda-
beda. Bila dirinci secara lebih kongkrit, metode komunikasi dalam dunia kontemporer
saat ini yang merupakan pengembangan dari komunikasi verbal dan non-verbal
meliputi banyak bidang, antara lain jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan,
pameran/eksposisi, propaganda, dan publikasi. Berdasarkan metode dalam
komunikasi seperti tersebut tadi, semakin jelas kiranya, bahwa propaganda menjadi
salah satu metode dalam komunikasi. Tentunya, karena propaganda menjadi bagian
dari kegiatan komunikasi, maka metode, media, karakteristik unsur komunikasi
(komunikator, pesan, media, komunikan) dan pola yang digunakan, sama dengan
model-model komunikasi lain.

Sosial Politik diMedia massa juga berfungsi sebagai alat kontrol sosial politik yang
dapat memberikan berbagai informasi mengenai penyimpangan sosial itu sendiri,
yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah, swasta, maupun oleh pihak masyarakat.
Contoh penyimpangan-penyimpangan seperti praktik KKN oleh pemerintah,
penjualan pasir ke Singapura yang mengakibatkan tujuh pulau hilang dan tenggelam
(suatu kerugian yang lebih besar dari sekadar perebutan pulau Sipadan dan Ligitan),
perilaku masyarakat yang tidak tertib hukum/anarkis, polemik Susno-Polri, dan lain-
lain. Berbagai permasalahan sosial tersebut akan membuka mata kita bahwa telah
terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang ada
3. Jelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pasca reformasi khususnya era
Presiden Joko Widodo! Kaitkan jawaban anda dengan kebijakan politik yang
dikeluarkan oleh pemerintah!

Jawab : Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat


Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran
angka 5 persen dalam 3 tahun terakhir, dan memiliki tren meningkat
meskipun tipis. Bagi pihak oposisi, pencapaian yang tidak begitu
menggembirakan ini menjadi sasaran tembak yang begitu empuk guna
melemahkan posisi pemerintah yang berkuasa saat ini, khususnya di bidang
ekonomi. Namun, jika dikaji lebih mendalam, struktur pertumbuhan ekonomi
Indonesia justru mengalami perbaikan yang begitu signifikan dalam beberapa
tahun belakangan. Yang sangat menonjol adalah pertumbuhan investasi dan
ekspor yang masing- masing tumbuh 6,15 dan 9,09 persen pada 2017,
dibandingkan pertumbuhan kedua komponen tersebut pada 2016 yang hanya
sebesar 4,47 dan -1,57 persen.

Sementara itu, terkait dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga,


pemerintah Indonesia telah berhasil menjaga pertumbuhan komponen ini di
kisaran 5 persen. Kondisi ini dapat terealisasi karena pemerintah mampu
menjaga angka inflasi di bawah 4 persen sesuai dengan target APBN serta
masih dalam kisaran target Bank Indonesia, yaitu 2,5-4,5 persen. Terlebih
lagi, menjelang Hari Raya Idul Fitri, di mana biasanya harga-harga cenderung
merangkak naik, pada 2018 ini pemerintah mampu menekan kenaikan harga-
harga bahan pangan sehingga mampu meredam angka inflasi pada masa
tersebut.

Awal 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan Pertama 2018


tetap menunjukkan stabilitasnya di angka 5,06 persen, dan yang paling
mengejutkan adalah pertumbuhan ekonomi berdasarkan provinsi
menunjukkan Papua sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi
di angka 28,93 persen. Mayoritas provinsi di Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional, sedangkan hanya beberapa
provinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata nasional.
Sementara itu, dalam perspektif Asia rata-rata pertumbuhan ekonomi
Indonesia 3 tahun terakhir ini masih lebih baik dibandingkan Thailand, Hong
Kong, Korea Selatan, dan Singapura.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, memang benar adanya bahwa


pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sesuai target APBN bahkan jauh dari
janji politik Jokowi di masa kampanye Pilpres 2014. Namun, apakah memang
kita hanya gemar berkutat dengan kuantitas atau besaran tanpa
mempertimbangkan kualitas jika kita membahas isu mengenai pertumbuhan
ekonomi? Tidaklah bijak sepertinya jika kita hanya terfokus pada besaran
atau kuantitas dari angka-angka dari indikator ekonomi, khususnya
pertumbuhan ekonomi. Kualitas dari pertumbuhan ekonomi jelas lebih penting
dibandingkan kuantitas yang beberapa hari belakangan ini sering disuarakan
oleh pihak oposisi yang sepertinya senang mengkritik tanpa menggunakan
data yang valid.

Kemudian, apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan yang berkualitas?


Secara umum, saya sangat yakin bahwa masyarakat secara umum paham
betul makna dari pertumbuhan yang berkualitas. Namun, dari kacamata saya
minimal dapat mendefinisikannya sebagai pertumbuhan ekonomi yang
bersifat inklusif atau pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati oleh semua
kalangan di Indonesia, baik penduduk miskin maupun kaya. Penduduk miskin
dalam hal ini dapat memperoleh bantuan sosial guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, sedangkan penduduk kaya dapat menjalankan bisnisnya tanpa ada
hambatan berarti bahkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan.

Apa yang terjadi di Indonesia dalam 3 tahun belakangan ini menunjukkan


bahwa pertumbuhan ekonomi kita sudah mulai mengarah ke pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas. Meskipun cenderung stabil di kisaran angka 5
persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu menurunkan angka
kemiskinan, bahkan berdasarkan data BPS Maret 2018, angka kemiskinan
Indonesia berhasil mencapai single digit, yaitu 9,82 persen.

Dari sisi ketenagakerjaan, pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5


persen juga telah mampu menurunkan angka pengangguran ke angka 5,13
persen pada Februari 2018. Angka ini masih berada dalam kisaran target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019,
yaitu sebesar 5-5,2 persen. Memang masih banyak pekerjaan rumah yang
perlu dilakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan
ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya terkait dengan perkembangan
teknologi digital, yang kemungkinan besar akan mengubah struktur tenaga
kerja di Indonesia.

Penanganan permasalahan ketenagakerjaan akibat terjadinya transformasi


struktural, yang diindikasikan mulai terjadi sejak 2008 di Indonesia atau
bahkan di Asia Pasifik perlu menjadi prioritas bagi pemerintahan Jokowi.
Karena, digitalisasi di sektor ekonomi tidak dapat tertahan lagi dan
pemerintah perlu menjadikan hal ini sebagai momentum untuk penguatan
ekonomi nasional.

Sebagai penutup, pada tahun politik 2018-2019 ini sah-sah saja jika ada
hujatan, kritik, atau ketidakpuasan terhadap capaian ekonomi Indonesia saat
ini. Namun, perlu diingat, kritik tersebut perlu bersifat konstruktif dan perlu
dipertimbangkan kondisi riil yang terjadi, baik dalam konteks global maupun
nasional. Perlambatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi global,
khususnya negara-negara yang telah menjadi pasar tradisional Indonesia
untuk ekspor, seperti Cina dan Amerika Serikat sedang terjadi dan hal ini
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara-negara lain di
dunia.

Kita justru perlu mengapresiasi kinerja tim ekonomi pemerintahan Jokowi


karena mampu menyusun dan melaksanakan kebijakan ekonomi yang
optimal di tengah ketidakpastian perekonomian global yang terjadi saat ini.
Konsistensi dan terukurnya kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh
pemerintah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
merupakan harga mati dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Sumber referensi https://news.detik.com/kolom/d-4153925/kualitas-
pertumbuhan-ekonomi-indonesia

Anda mungkin juga menyukai